CES 2022: Alienware Umumkan Empat Laptop dan Tiga Periferal Gaming Baru

Kita sudah melihat deretan prosesor laptop baru dari AMD sekaligus Intel. Bersamaan dengan itu, ada antrean panjang laptop-laptop baru yang menanti untuk diluncurkan. Spesifik di kategori laptop gaming, ada Alienware yang menyingkap empat model anyar.

Satu di antaranya adalah model yang sepenuhnya baru, bukan penyegaran dari generasi sebelumnya. Selain laptop, Alienware juga memperkenalkan sejumlah periferal baru, mulai dari monitor sampai mouse. Berikut rangkuman produk-produk baru yang Alienware perkenalkan di CES 2022.

Alienware x14, Alienware x15 R2, dan Alienware x17 R2

Alienware x14 / Alienware

Alienware X-Series adalah lini laptop gaming anyar yang diperkenalkan tahun lalu. Lewat seri ini, Alienware pada dasarnya ingin membuktikan ke dunia bahwa mereka juga bisa menciptakan laptop gaming berbodi tipis tanpa harus berkompromi terlalu banyak perihal performa. Awalnya cuma ada dua model (x15 dan x17), keluarga X-Series kini ketambahan anggota baru, yakni Alienware x14.

Alienware mengklaim x14 sebagai laptop gaming berlayar 14 inci yang paling tipis di dunia, dengan tebal sasis cuma 14,5 mm saat ditutup. Ini akan terdengar semakin mengesankan setelah mengetahui spesifikasi lengkapnya. Terkait baterai misalnya, x14 mengemas modul berkapasitas 80 Wh, paling besar di antara laptop-laptop gaming 14 inci lain kalau kata Alienware. Bodinya paling tipis, tapi baterainya paling masif. Good job, Alienware!

Dibanding kedua kakaknya yang lebih besar, x14 juga unik karena memanfaatkan port USB-C untuk charging (pertama kalinya buat Alienware). Dukungan teknologi G-Sync dan Nvidia Advanced Optimus turut tersedia. Yang terakhir ini punya fungsi supaya perangkat bisa menggunakan kartu grafis diskret dan kartu grafis terintegrasi secara bergantian, sehingga pada akhirnya efisiensi dayanya bisa lebih dimaksimalkan.

Soal performa, konfigurasi termahalnya dibekali prosesor Intel Core i7-12900H dan GPU Nvidia GeForce RTX 3060 dengan TGP (total graphics power) sebesar 85 W. x14 mendukung RAM DDR5 dengan kecepatan maksimum 5.200 MHz, tapi tanpa opsi ekspansi karena modulnya disolder. Untuk storage, x14 punya satu slot SSD NVMe yang bisa dijejali dengan kapasitas maksimum 2 TB.

Rencananya, Alienware juga bakal menawarkan varian yang mengemas kartu grafis Intel Arc, akan tetapi detail lengkapnya masih belum diketahui. Satu hal yang pasti, x14 juga mengadopsi sistem pendingin Cryo-Tech seperti kedua kakaknya, lengkap dengan thermal compound eksklusif Element 31 rancangan Alienware sendiri.

Keluarga laptop Alienware X-Series / Alienware

Di samping x14, Alienware turut memperkenalkan x15 R2 dan x17 R2, versi refresh dari tahun kemarin dengan pembaruan yang tergolong minor. Yang paling utama tentu saja adalah opsi prosesor 12th Gen Intel, serta dukungan memory DDR5 dengan kecepatan hingga 6.400 MHz.

Ketiga laptop ini dijadwalkan meluncur ke pasaran di bulan-bulan pertama tahun 2022 ini. Untuk harganya, x14 dibanderol mulai $1.799, x15 R2 mulai $2.199, dan x17 R2 mulai $2.299.

Alienware m17 R5 dan Alienware m15 R7

Alienware m17 R5 AMD / Alienware

Bagi yang tidak mementingkan mobilitas dan menuntut performa paling mentok, ada Alienware m17 R5 yang diklaim sebagai laptop AMD Advantage berlayar 17 inci paling perkasa saat ini. Branding AMD Advantage mengindikasikan bahwa ia mengandalkan prosesor sekaligus kartu grafis bikinan AMD, yang berarti pengguna bakal memiliki akses ke fitur-fitur eksklusif seperti AMD Smart Access Memory, AMD SmartShift Max, maupun AMD SmartAccess Graphics.

Pada konfigurasi tertingginya, m17 R5 ditenagai prosesor Ryzen 9 6980HX dan GPU Radeon RX 6850M XT 12 GB dengan TGP 175 W — dua-duanya menduduki kasta tertinggi lini prosesor dan kartu grafis laptop terbaru AMD. Seperti sebelumnya, Alienware turut menawarkan mechanical keyboard besutan Cherry MX sebagai fitur opsional untuk m17 R5.

Alienware m15 R7 / Alienware

Lanjut ke m15 R7, ini merupakan penerus langsung dari laptop yang Alienware luncurkan di Indonesia pada bulan September lalu. Pembaruannya tidak begitu banyak, dan pada dasarnya hanya melibatkan pilihan prosesor terbaru AMD dan Intel.

Perihal ketersediaan, Alienware m17 R5 akan dijual pada musim semi 2022 dengan harga mulai $1.599, demikian pula m15 R7 versi AMD dengan banderol mulai $1.499. Sementara itu, m15 R7 versi Intel akan lebih dulu meluncur ke pasaran dalam waktu dekat dengan harga mulai $2.099.

Monitor Quantum Dot OLED, headset dan mouse wireless

Alienware 34 Curved QD-OLED Gaming Monitor / Alienware

Di sektor periferal, Alienware punya kejutan dalam bentuk monitor Quantum Dot OLED (QD-OLED) pertama di dunia. Dibandingkan panel OLED tradisional, panel QD-OLED menjanjikan cakupan warna yang lebih luas, keseragaman warna yang lebih baik, dan tingkat kecerahan yang lebih tinggi. Spesifiknya, monitor ini menjanjikan cakupan warna 99,3% DCI-P3 dengan akurasi Delta E<2, serta tingkat kecerahan maksimum 1.000 nit.

Panel tersebut dikemas dalam bentuk melengkung dengan kurvatur 1800R dan bentang diagonal 34 inci. Resolusinya berada di angka 3440 x 1400 (aspect ratio 21:9), sedangkan refresh rate maksimumnya adalah 175 Hz. Alienware juga mengklaim waktu respon serendah 0,1 milidetik GtG, dan perangkat juga sudah lulus sertifikasi Nvidia G-Sync Ultimate.

Alienware Tri-Mode Wireless Gaming Headset / Alienware

Beralih ke headset-nya, perangkat ini cukup unik dibanding headset gaming nirkabel pada umumnya karena satu hal: ia dibekali active noise cancellation (ANC), fitur yang lebih mudah kita jumpai pada segmen headphone wireless dan TWS ketimbang headset gaming. Kenapa harus ada ANC? Karena produk ini sebenarnya juga siap digunakan sebagai headphone Bluetooth biasa ketika diperlukan.

Dalam sekali pengisian, baterainya diyakini cukup untuk 55 jam pemakaian. Alienware pun tidak lupa menyematkan teknologi fast charging; pengisian selama 15 menit saja sudah bisa memberikan daya yang cukup untuk penggunaan selama 6 jam.

Alienware Tri-Mode Wireless Gaming Mouse / Alienware

Terakhir, ada mouse gaming nirkabel berdesain ambidextrous yang dibekali spesifikasi kelas atas, utamanya sensor dengan sensitivitas maksimum 26.000 DPI. Seperti headset-nya, Alienware juga memakai penamaan “Tri-Mode” untuk mouse terbarunya, dan itu merujuk pada tiga mode konektivitas yang ditawarkan: wireless 2,4 GHz via bantuan dongle USB, Bluetooth, dan kabel.

Dalam sekali charge, mouse seberat 89 gram ini dipercaya mampu beroperasi hingga 140 jam nonstop. Itu kalau menggunakan sambungan wireless standar. Kalau memakai Bluetooth, daya tahan baterainya tentu bisa jauh lebih awet lagi.

Di Amerika Serikat, trio periferal baru ini akan segera dipasarkan sebelum musim semi tiba. Headset-nya dihargai $200, sedangkan mouse-nya dihargai $150. Untuk monitornya, Alienware sejauh ini masih enggan merincikan harganya.

Sumber: Alienware.

CES 2022: HyperX Luncurkan Headset, Mouse, dan Keyboard Gaming Baru

Seperti brand besar lainnya, HP juga memanfaatkan ajang CES 2022 untuk mengumumkan sederet produk baru. Begitu pula divisi periferal gaming-nya, HyperX. Di acara tahunan tersebut, HyperX menyingkap enam periferal baru yang akan diluncurkan tahun ini.

Tipikal HyperX, headset tetap menjadi kekuatan utamanya. Alhasil, tidak kaget kalau separuh dari semua produk barunya merupakan headset gaming.

HyperX Cloud Alpha Wireless dan dua headset gaming lain

HyperX Cloud Alpha / HP

Menurut HyperX, Cloud Alpha Wireless merupakan headset gaming nirkabel dengan daya tahan baterai terlama, hingga 300 jam nonstop dalam sekali pengisian. Tentu saja angka tersebut bisa bervariasi tergantung cara kita menggunakannya, serta faktor-faktor seperti volume suara. HyperX sendiri bilang angka tersebut didapat berdasarkan pengujian dengan volume 50 persen.

Namun baterai yang awet bukan satu-satunya keunggulan utama headset ini. Seperti Cloud Alpha standar, versi nirkabelnya ini turut mengemas driver 50 mm dan teknologi Dual Chamber untuk menghasilkan output suara yang lebih dinamis, tapi dengan sedikit modifikasi agar rancangannya bisa lebih tipis sekaligus lebih ringan — dengan mikrofon terpasang, bobot Cloud Alpha Wireless cuma sekitar 335 gram. Meski begitu, HyperX memastikan kualitas suara yang dihasilkan tidak kalah dari versi aslinya yang berkabel.

Mengikuti tren, HyperX tidak lupa menyematkan dukungan teknologi spatial audio DTS Headphone:X ke Cloud Alpha Wireless. Perangkat ini kabarnya akan dipasarkan seharga $200 mulai bulan Februari mendatang.

HyperX Cloud Core / HP

Dua headset baru lain yang diluncurkan adalah Cloud II dan Cloud Core, masing-masing merupakan versi berkabel dari headset gaming wireless yang bernama sama. Untuk Cloud Core, versi wireless-nya sendiri baru dirilis pada bulan November lalu, dan salah satu fitur andalannya juga adalah dukungan teknologi DTS Headphone:X tadi.

Tanpa harus terkejut, keduanya dibanderol lebih terjangkau daripada versi wireless-nya. Cloud II bakal dipasarkan seharga $100 mulai Maret, sementara Cloud Core seharga $70 mulai bulan Januari ini juga.

HyperX Clutch Wireless Gaming Controller

HyperX Clutch / HP

Controller atau gamepad biasanya dibedakan antara yang dirancang untuk PC dan smartphone. Namun terkadang, ada pula yang diciptakan untuk semua, contohnya seperti gamepad perdana HyperX berikut ini. Buat PC, ia dapat dihubungkan via kabel USB atau secara nirkabel dengan bantuan dongle USB 2,4 GHz. Buat smartphone, ada koneksi Bluetooth 4.2 yang menanti untuk disambungkan.

Sebagai bonus, Clutch turut dibekali penjepit smartphone yang bisa diatur lebarnya dari 41 mm sampai 86 mm. Dalam sekali charge, Clutch bisa beroperasi sampai sekitar 19 jam pemakaian. Gamepad ini rencananya akan dijual seharga $50 mulai bulan Maret.

HyperX Pulsefire Haste Wireless dan Alloy Origins 65

HyperX Pulsefire Haste Wireless / HP

Dua periferal yang terakhir adalah mouse gaming nirkabel dan mechanical keyboard. Kalau nama Pulsefire Haste terdengar familier, itu karena Anda pernah tahu versi wired-nya yang mengemas desain honeycomb dan berbobot sangat ringan. Versi wireless-nya ini tidak terpaut jauh perkara bobot — cuma 61 gram — tapi yang istimewa adalah, ia tahan debu dan air dengan sertifikasi IP55.

Switch yang tertanam juga berbeda, yakni switch TTC Golden dengan klaim ketahanan hingga 80 juta klik. Dalam posisi terisi penuh, baterainya bisa tahan sampai 100 jam pemakaian. Dihargai $80, penjualan Pulsefire Haste Wireless dijadwalkan berlangsung mulai Februari.

HyperX Alloy Origins 65 / HP

Beralih ke Alloy Origins 65, ini merupakan mechanical keyboard dengan layout 65% sesuai namanya. Tidak seperti layout 60%, layout 65% masih dilengkapi tombol arah panah lengkap, serta sejumlah tombol lain seperti Delete, Page Up, dan Page Down.

HyperX memberikan dua opsi mechanical switch, linear atau taktil, dua-duanya rancangan mereka sendiri dengan klaim ‘usia pakai’ hingga 80 juta klik. Keycaps yang digunakan berbahan PBT, dan tentu saja tembus LED sehingga pencahayaan RGB-nya bisa menari-nari tanpa gangguan. Harganya $100, dan penjualannya juga akan berlangsung mulai Februari.

Sumber: HP.

Adata XPG Vault Adalah Konsep Mouse Gaming Siluman dengan SSD 1 TB Terintegrasi

Mouse gaming dengan onboard memory sudah eksis sejak lama. Namun bagaimana seandainya memory yang disematkan memiliki kapasitas yang jauh lebih besar daripada yang dibutuhkan untuk sebatas menyimpan informasi pengaturan DPI, polling rate serta konfigurasi macro?

Itulah gagasan utama di balik konsep mouse rancangan Adata berikut ini. Dijuluki XPG Vault, sepintas ia kelihatan seperti mouse gaming standar dengan rancangan semi-ambidextrous. Namun keistimewaannya baru bisa kita temukan di dalamnya, yakni modul SSD dengan kapasitas 1 TB, cukup untuk menyimpan beberapa judul game AAA sekaligus.

Ya, mouse sekaligus SSD eksternal, kira-kira seperti itu deskripsi sederhananya. Dengan kecepatan transfer data hingga 985 MB per detik, performanya bisa dibilang cukup mumpuni. Memang masih belum bisa menyaingi performa SSD NVMe, namun tetap lebih kencang ketimbang SSD SATA tradisional yang kecepatan transfernya mentok di angka 550 MB per detik.

Agar dapat beroperasi sebagai dua macam perangkat sekaligus, XPG Vault harus selalu terhubung via kabel USB-C. Supaya pengalaman yang didapat pengguna bisa seamless, Adata turut merancang semacam custom launcher software sehingga pengguna dapat menyimpan dan langsung menjalankan game dari mouse ini.

XPG Vault di samping mouse normal yang bakal Adata perkenalkan di CES 2022 / Adata

Berhubung produk ini masih konsep, Adata pun belum berani memastikan apa-apa terkait realisasinya. Yang mungkin jadi pertanyaan adalah, siapa kira-kira yang bakal membutuhkan produk siluman seperti ini? Yang perangkatnya tidak punya cukup port USB buat mouse dan SSD eksternal sekaligus mungkin? Entahlah, namun yang pasti, ide akan sebuah periferal yang juga bisa merangkap peran sebagai media penyimpanan sebenarnya sudah ada sejak lama.

Di tahun 2007 misalnya, pernah ada produk bernama Mini-Memory Mouse yang punya peran kedua sebagai USB flash drive berkapasitas 1 GB. Lalu saat saya telusuri Google sejenak, rupanya pernah ada paten terkait teknologi semacam ini yang diajukan oleh sebuah perusahaan asal Taiwan di tahun 2002, meski status legalnya saat ini sudah tidak berlaku lagi.

Terlepas dari itu, produk nyeleneh seperti XPG Vault ini adalah produk yang sangat pas dipamerkan di event teknologi seperti CES tidak lama lagi. Berdasarkan informasi yang tertera di siaran persnya, Adata bakal memperkenalkan sejumlah produk baru di CES 2022, termasuk salah satunya SSD PCIe Gen 5.

Sumber: Digital Trends.

10 Mouse Gaming Pilihan dengan Desain Honeycomb dan Bobot Super-Ringan

Saya masih ingat zaman mouse gaming masih menawarkan kustomisasi berat sebagai salah satu fitur unggulannya. Sekarang trennya sudah bergeser. Yang lebih diincar kini justru adalah mouse berdesain honeycomb yang memiliki bobot luar biasa ringan.

Tidak tanggung-tanggung, deretan mouse yang masuk di kategori ini mempunyai berat hanya di kisaran 60 gram saja — beberapa bahkan ada yang kurang dari itu. Kenapa harus sampai seringan itu? Karena kebanyakan pro player, khususnya yang bermain game shooter, menggunakan DPI (sensitivitas) rendah agar bidikannya bisa lebih presisi.

Berhubung sensitivitas mouse-nya rendah, tidak jarang mereka melakukan gerakan menyapu yang ekstrem, dan itu jelas akan jauh lebih mudah dilangsungkan jika menggunakan mouse yang enteng. Nah, salah satu trik yang produsen terapkan untuk menciptakan mouse gaming berbobot super-ringan adalah dengan mengadopsi desain bolong-bolong alias honeycomb. Sebagai bonus, lubang-lubang di rangka mouse itu juga berperan sebagai ventilasi untuk membantu mencegah telapak tangan jadi cepat berkeringat.

Di artikel ini, saya telah merangkum 10 mouse gaming honeycomb pilihan yang dapat dibeli di Indonesia. Beberapa di antaranya ada yang wireless, ada yang ambidextrous, ada yang ergonomis. Jadi, sesuaikan saja dengan selera dan kebutuhan masing-masing — dan bujet, tentu saja.

1. SteelSeries Aerox 3 Wireless 2022 Edition

Salah satu kekhawatiran utama konsumen saat pertama melihat mouse dengan begitu banyak lubang di atasnya adalah betapa mudahnya cairan masuk ke dalamnya. Hal itu sama sekali bukan masalah untuk mouse ini, sebab ia telah mengantongi sertifikasi ketahanan air dan debu IP54. Ia bahkan masih bisa selamat dan berfungsi dengan normal setelah diguyur sekaleng Diet Coke.

Performa mouse seberat 68 gram ini juga tidak boleh diremehkan. Sensornya memiliki sensitivitas 100-18.000 DPI, sementara switch-nya diklaim mampu bertahan sampai 80 juta kali klik. Selain via dongle USB, Aerox 3 Wireless juga dapat dihubungkan via Bluetooth jika perlu. Baterainya diklaim kuat sampai 80 jam pemakaian, atau sampai 200 bila memakai Bluetooth.

Di Indonesia, mouse ini dijual seharga Rp1.399.000.

Link pembelian: SteelSeries Aerox 3 Wireless 2022 Edition

2. Glorious Model O

Bagi yang memiliki tangan berukuran sedang atau besar, Glorious Model O boleh jadi pilihan. Namun jangan tertipu oleh ukurannya, sebab bobotnya masih tergolong sangat ringan di angka 67 gram. Pergerakannya pun bakal tetap lincah berkat penggunaan kabel braided yang amat fleksibel.

Model O mengemas sensor Pixart PMW-3360 dengan sensitivitas maksimum 12.000 DPI, sedangkan switch-nya menggunakan bikinan Omron dengan klaim ketahanan hingga 20 juta kali klik. Buat yang tertarik, siapkan dana sebesar Rp830.000 untuk meminangnya.

Link pembelian: Glorious Model O

3. Glorious Model D Wireless

Kalau kurang suka dengan desain ambidextrous milik Model O, Anda bisa mempertimbangkan saudaranya yang berdesain ergonomis ini. Kebetulan ini juga merupakan varian nirkabel, jadi harganya otomatis lebih mahal: Rp1.289.000. Bobotnya sendiri masih tetap sangat enteng di angka 69 gram.

Sensor yang tertanam adalah hasil rancangan Glorious sendiri dengan sensitivitas maksimum 19.000 DPI, demikian pula switch-nya, yang diyakini tahan sampai 80 juta kali klik. Dalam sekali pengisian, baterainya cukup untuk pemakaian selama 71 jam (tanpa RGB), dan perangkat masih bisa digunakan seperti biasa selagi dicolok kabel.

Link pembelian: Glorious Model D Wireless

4. Xtrfy MZ1

Bentuk gepeng dengan lekukan-lekukan yang dalam di sisi atas maupun sampingnya menjadikan mouse ini sangat nyaman untuk digenggam, belum lagi ditambah bobotnya yang luar biasa ringan di 56 gram. Sebagai informasi, mouse dengan rancangan unik dan bodi semi-transparan ini merupakan buah pemikiran reviewer mouse kawakan yang dikenal dengan nama Rocket Jump Ninja.

Performanya ditunjang oleh sensor Pixart PMW-3389 dengan sensitivitas 400-16.000 DPI, sedangkan switch-nya menggunakan Kailh GM 8.0. Aspek lain yang menarik dari mouse ini adalah, semua opsi kustomisasinya dapat dilakukan via tombol dan tuas fisik, tidak perlu bantuan software sama sekali. Berminat? Siapkan modal sebesar Rp1.149.000.

Link pembelian: Xtrfy MZ1

5. Cooler Master MM711

Opsi lain di bawah 60 gram yang boleh dipertimbangkan adalah Cooler Master MM711. Desainnya sengaja dibuat agar bisa mengakomodasi jenis grip apapun, mulai dari claw, fingertip, sampai palm grip. Keberadaan kabel yang begitu lentur juga membantu mengurangi bobotnya secara signifikan.

Untuk sensornya, MM711 mengandalkan sensor Pixart PMW-3389 yang mempunyai sensitivitas maksimum 16.000 DPI. Lalu untuk switch-nya, Cooler Master memercayakan pada bikinan Omron yang tahan sampai 20 juta kali klik. Di angka Rp499.000, harganya terbilang cukup kompetitif.

Link pembelian: Cooler Master MM711

6. Cooler Master MM720

Bagi yang merasa kisaran 50 gram masih kurang enteng, coba lirik penawaran lain dari Cooler Master berikut ini. Di angka 49 gram, MM711 merupakan salah satu opsi teringan yang bisa dibeli secara resmi di Indonesia. Sepintas bentuknya memang terkesan tidak umum, tapi ini sangat cocok buat pemain yang terbiasa menggunakan claw grip.

Dari segi performa, MM720 identik dengan MM711 karena memang menggunakan sensor Pixart PMW-3389 yang sama persis. Yang berbeda adalah, MM720 menggunakan switch jenis optical yang lebih responsif sekaligus lebih tahan lama. Di Indonesia, mouse ini bisa dibeli dengan harga Rp699.800.

Link pembelian: Cooler Master MM720

7. HyperX Pulsefire Haste

Satu hal yang kerap disepelekan namun sebenarnya sangat penting untuk sebuah mouse gaming adalah feel mengkliknya. Idealnya, setiap klik harus terasa taktil dan memuaskan, dan itulah yang dijanjikan oleh mouse ini. Tak hanya menyenangkan untuk diklik, switch yang tertanam di mouse seharga Rp629.000 ini juga diklaim anti-debu dan tahan sampai 60 juta kali klik.

Tentu saja ia juga memenuhi kriteria utama artikel ini, dengan desain bolong-bolong dan bobot cuma 59 gram saja. Kinerjanya sendiri ditunjang oleh sensor Pixart PMW-3335 yang memiliki sensitivitas maksimum 16.000 DPI, dan supaya semakin lincah, HyperX tak lupa menyematkan kaki-kaki dari bahan PTFE murni.

Link pembelian: HyperX Pulsefire Haste

8. Roccat Burst Pro

Paling unik di antara yang lain, mouse ini pada dasarnya punya rangka dua lapis: transparan di luar, bolong-bolong di dalam. Dengan begitu, bobotnya bisa ditekan sampai 68 gram, dan pengguna pun tak perlu khawatir perangkat mudah kemasukan debu atau cairan. Win-win solution.

Terkait performanya, Roccat Burst Pro mengandalkan sensor Pixart 3389 dengan sensitivitas maksimum 16.000 DPI. Lalu untuk switch-nya, Roccat menyematkan switch jenis optical rancangannya sendiri yang diklaim mampu bertahan sampai 100 juta kali klik. Harganya pun sangat menarik: Rp749.000.

Link pembelian: Roccat Burst Pro

9. Rexus Daxa Air III

Rp699.000 tapi sudah wireless dan didukung oleh kinerja yang sangat mumpuni, kira-kira begitulah cara saya mendeskripsikan mouse terbaru Rexus ini secara singkat. Sensor yang dipakai adalah Pixart PMW-3370 dengan sensitivitas 50-19.000 DPI, sementara switch yang digunakan adalah Kailh GM 8.0 dengan klaim ketahanan hingga 80 juta kali klik.

Di angka 72 gram, bobotnya memang terpaut cukup jauh dari model yang paling ringan di sini, tapi tetap sangat enteng jika mengingat bahwa ia perlu mengemas modul baterainya sendiri. Dalam sekali charge, baterainya diklaim sanggup bertahan hingga 60 jam pemakaian (tanpa RGB).

Link pembelian: Rexus Daxa Air III

10. Pulsar Xlite Superglide

Opsi terakhir sekaligus yang paling spesial adalah Pulsar Xlite Superglide. Spesial karena ia merupakan edisi terbatas yang hanya diproduksi sebanyak 1.000 unit saja di seluruh dunia. Embel-embel “Superglide” sendiri merujuk pada kaki-kakinya yang terbuat dari tempered glass aluminosilicate, yang bakal memastikan pergerakan semulus mungkin di atas permukaan.

Di balik rangka seberat 57 gramnya, tertanam sensor Pixart PAW-3370 dengan sensitivitas 50-20.000 DPI, serta switch Kailh GM 8.0 yang sangat kapabel. Di Indonesia, mouse ini dipasarkan seharga Rp1.299.000. Semisal tidak kebagian jatah, Anda juga bisa melirik varian standar maupun varian nirkabelnya, yang keduanya dibanderol lebih murah.

Link pembelian: Pulsar Xlite Superglide

Logitech Luncurkan G303 Shroud Edition, Digarap Langsung Bersama Sang Streamer

Logitech punya mouse gaming wireless baru, yakni G303 Shroud Edition. Sesuai namanya, mouse ini merupakan hasil kolaborasi langsung Logitech bersama salah satu streamer terpopuler sejagat, Michael “shroud” Grzesiek.

Ini bukan pertama kalinya Logitech bekerja sama dengan sang streamer yang juga mantan pro player CS:GO tersebut. Namun kolaborasinya kali ini lebih spesial karena G303 (yang pertama dirilis di tahun 2015 dan sudah di-discontinue sejak lama) merupakan salah satu mouse favorit shroud yang digunakannya selama bertahun-tahun.

Secara umum, bentuk G303 Shroud Edition tidak jauh berbeda dari G303 orisinal, akan tetapi ada beberapa bagian yang telah diubah. Yang paling kentara tentu saja adalah hilangnya kabel di bagian depan, akan tetapi kita juga bisa melihat perbedaan letak dan wujud kedua tombol sampingnya. Di dalam, posisi switch-nya pun juga ikut dipindah.

Berbeda dari versi aslinya, kita sama sekali tidak akan menemukan pencahayaan RGB di sini. Satu-satunya sumber cahaya yang kelihatan hanyalah lampu kecil di atas scroll wheel sebagai indikator baterai. Di atas kertas, ukuran G303 Shroud Edition sedikit lebih besar ketimbang versi aslinya, akan tetapi bobotnya jauh lebih ringan di angka 75 gram.

Masih seputar fisiknya, kita juga bisa melihat panel samping yang berwarna agak transparan, tidak ketinggalan pula garis-garis penanda yang menunjukkan di mana biasanya shroud meletakkan jari-jarinya. Di bagian belakang mouse, ada laci kecil untuk menyimpan dongle USB.

Dari sisi teknis, G303 Shroud Edition menggunakan sensor HERO dengan sensitivitas 100-25.000 DPI dan kecepatan tracking maksimum 400 IPS. Supaya pergerakannya kian mulus, Logitech tak lupa menyematkan mouse feet berukuran jumbo yang terbuat dari bahan PTFE murni. Dalam sekali pengisian, baterainya diklaim mampu bertahan hingga 145 jam pemakaian. Charging-nya sendiri sudah mengandalkan USB-C.

Di Amerika Serikat, Logitech G303 Shroud Edition saat ini telah dipasarkan seharga $130. Sejauh ini belum ada informasi mengenai ketersediaannya secara resmi di pasar tanah air.

Sumber: Ars Technica dan Business Wire.

Razer DeathAdder V2 X HyperSpeed Ramaikan Pasar Mouse Gaming Wireless di Bawah 1 Juta Rupiah

Razer kembali meluncurkan mouse gaming baru. Kali ini dari keluarga mouse terlarisnya, DeathAdder. Dinamai DeathAdder V2 X HyperSpeed, produk ini bisa jadi alternatif menarik bagi yang tengah mengincar mouse gaming wireless dengan bujet tidak lebih dari 1 juta rupiah.

Sebagai bagian dari lini DeathAdder, mouse ini mengunggulkan desain yang sudah terbukti sangat ergonomis selama lebih dari satu dekade. Fisiknya hampir identik seperti DeathAdder V2 maupun DeathAdder V2 Pro, akan tetapi ia tidak dilengkapi karet pelapis sama sekali di sisi kiri dan kanannya.

Namun yang langsung kelihatan berbeda adalah letak dua tombol yang secara default berfungsi untuk mengatur sensitivitas sensornya (DPI). Pada DeathAdder V2 X HyperSpeed, kedua tombol itu ditempatkan di ujung tombol klik kiri, bukan di bawah scroll wheel seperti pada kedua saudaranya.

Juga sangat berbeda adalah permukaan atas DeathAdder V2 X HyperSpeed yang dapat dilepas-pasang dengan mudah. Ini penting mengingat mouse ini mengandalkan baterai AA atau AAA sebagai suplai dayanya, bukan baterai internal yang rechargeable seperti milik DeathAdder V2 Pro.

Slot baterainya sendiri ada dua seperti milik Razer Orochi V2, dan ini lagi-lagi dimaksudkan agar pengguna bisa dengan bebas memilih antara daya tahan baterai yang lebih awet (AA), atau bobot mouse yang lebih ringan secara keseluruhan (AAA).

Menggunakan baterai AA, mouse ini diklaim mampu beroperasi sampai selama 235 jam jika menggunakan koneksi wireless 2,4 GHz (via dongle USB), atau sampai 615 jam kalau memakai koneksi Bluetooth.

Perbedaan yang selanjutnya ada di performanya. Mouse ini menggunakan sensor yang lebih inferior daripada kedua saudaranya, dengan sensitivitas maksimum 14.000 DPI dan kecepatan tracking maksimum 300 IPS. Bandingkan dengan sensor milik DeathAdder V2 dan DeathAdder V2 Pro yang menawarkan sensitivitas 20.000 DPI dan kecepatan tracking 650 IPS.

Fitur unggulan lain yang absen pada DeathAdder V2 X HyperSpeed adalah optical switch. Sebagai gantinya, ia masih mengandalkan mechanical switch standar dengan estimasi ketahanan hingga 60 juta klik.

Di Indonesia, Razer DeathAdder V2 X HyperSpeed saat ini sudah bisa dipesan seharga Rp989.000, alias tidak sampai separuh harga DeathAdder V2 Pro.

Sumber: Ars Technica.

5 Mouse Gaming Wireless Terbaik yang Dapat Dibeli di Indonesia

Tidak seperti dulu, mouse gaming nirkabel zaman sekarang sudah canggih-canggih. Akurasi dan latensi tidak lagi menjadi masalah berkat kemajuan pesat di bidang pengembangan sensor dan konektivitas wireless, sementara daya tahan baterai juga terus ditingkatkan berkat sederet optimasi yang diterapkan oleh masing-masing pabrikan.

Singkat cerita, mouse gaming nirkabel sekarang sudah pantas menggantikan mouse gaming berkabel sepenuhnya, bahkan dalam konteks kompetitif sekalipun. Pilihannya pun banyak dan bisa disesuaikan dengan kebutuhan sekaligus bujet masing-masing.

Di artikel ini, saya telah merangkum 5 mouse gaming wireless terbaik yang dapat dibeli di Indonesia. Berikut daftarnya.

1. Razer Naga Pro

Saya sengaja menempatkan Razer Naga Pro sebagai pilihan pertama karena satu hal: kustomisasi. Seperti yang kita tahu, genre game yang berbeda membutuhkan kombinasi tombol yang berbeda pula. Saat bermain game FPS, kita mungkin cuma butuh dua tombol ekstra untuk ibu jari. Namun ketika memainkan MMORPG dengan karakter yang memiliki begitu banyak skill, dua tombol saja jelas tidak cukup.

Ketimbang harus membeli dua mouse yang berbeda, satu Naga Pro saja sebenarnya sudah cukup, sebab panel kirinya dapat dilepas-pasang secara magnetis. Ketika hendak bermain Valorant, pasang panel yang dilengkapi 2 tombol. Ketika hendak bermain Dota 2, pasang panel yang mengemas 6 tombol. Lalu saat tiba waktunya untuk raid di Final Fantasy XIV, pasang panel yang mempunyai 12 tombol.

Sulit mencari mouse gaming wireless yang lebih fleksibel dari Naga Pro. Buat yang tertarik, siapkan dana sebesar Rp2.399.000. Review lengkapnya juga bisa dibaca di sini.

Link pembelian: Razer Naga Pro

2. Razer Viper Ultimate

Buat yang menyukai mouse dengan desain ambidextrous, alias simetris sisi kiri dan kanannya, Anda bisa melirik Razer Viper Ultimate. Dari segi performa, Viper Ultimate sama persis seperti Naga Pro tadi, dengan sensor Focus+ yang memiliki sensitivitas maksimum 20.000 DPI dan kecepatan tracking 650 IPS. Kedua mouse turut mengemas optical switch pada tombol klik kiri dan kanannya.

Di angka 74 gram, Viper Ultimate tergolong ringan untuk sebuah mouse wireless, apalagi mengingat ia tidak mengadopsi desain honeycomb. Mouse ini datang bersama aksesori charging dock yang amat praktis; cukup letakkan mouse di atasnya, maka baterainya akan langsung diisi ulang. Dalam sekali charge, baterainya bisa tahan sampai 70 jam (tanpa RGB).

Viper Ultimate saat ini sudah bisa dibeli juga dengan harga Rp2.399.000. Bedanya, paket penjualan Viper Ultimate sudah mencakup aksesori charging dock, sementara Naga Pro tadi tidak.

Link pembelian: Razer Viper Ultimate

3. Logitech G Pro X Superlight

Butuh yang lebih ringan lagi daripada Viper Ultimate, tapi tetap tidak suka dengan desain bolong-bolong? Silakan lirik persembahan Logitech yang satu ini. Dengan bobot hanya 63 gram, label “Superlight” pada namanya betul-betul akurat. Bobotnya bahkan bisa ditekan lagi sampai menjadi 60 gram dengan melepas cover magnetis yang menutupi rumah dongle USB-nya.

Bobot yang sangat ringan itu turut ditunjang oleh performa yang mumpuni, dengan sensor yang memiliki sensitivitas maksimum 25.600 DPI dan kecepatan tracking 400 IPS. Baterainya pun tetap termasuk awet, bisa bertahan hingga 70 jam dalam sekali pengisian.

Di Indonesia, G Pro X Superlight sekarang sudah bisa dibeli dengan harga Rp1.889.000 dan dalam dua varian warna: hitam atau putih.

Link pembelian: Logitech G Pro X Superlight

4. SteelSeries Aerox 3 Wireless

Sebaliknya, bagi yang menyukai desain honeycomb supaya tangannya jadi tidak mudah berkeringat, maka SteelSeries Aerox 3 Wireless bisa jadi pilihan. Yang istimewa, mouse ini tercatat memiliki sertifikasi ketahanan air dan debu IP54 terlepas dari begitu banyaknya lubang di bodinya. Dengan demikian, Anda tak perlu khawatir seandainya ia tidak sengaja ketumpahan minuman.

Bobotnya sudah pasti ringan, persisnya di angka 66 gram. Perangkat mengemas sensor TrueMove Air dengan sensitivitas 18.000 DPI dan kecepatan tracking 400 IPS. Baterainya cukup untuk 80 jam pemakaian, dan ia turut mendukung fitur fast charging berkat pemakaian port USB-C.

Aerox 3 Wireless juga ideal untuk mendampingi sesi bekerja di luar menggunakan laptop. Pasalnya, ia juga mengusung konektivitas Bluetooth 5.0, dan dalam mode ini, baterainya malah bisa tahan sampai 200 jam. Harganya? Rp1.325.000.

Link pembelian: SteelSeries Aerox 3 Wireless

5. Logitech G304 Lightspeed

Terakhir, buat yang memiliki modal terbatas tapi tetap menginginkan mouse gaming wireless dengan konektivitas sekaligus kinerja yang konsisten, pilihannya jatuh pada Logitech G304 Lightspeed. Mouse ini harganya cuma Rp509.000, akan tetapi ia sudah dibekali sensor dengan sensitivitas maksimum 12.000 DPI, dan pengguna juga dapat menyimpan hingga lima level DPI pada onboard memory-nya.

Seperti halnya mouse gaming nirkabel high-end Logitech, G304 juga dibekali konektivitas wireless Lightspeed dengan latensi yang sangat minim. G304 tidak punya baterai rechargeable. Sebagai gantinya, ia membutuhkan satu baterai AA. Namun jangan khawatir, sebab Logitech mengklaim daya tahannya bisa mencapai angka 250 jam, atau sekitar satu bulan seandainya digunakan selama 8 jam per hari.

Link pembelian: Logitech G304 Lightspeed

Razer Basilisk V3 Dirilis, Unggulkan Fitur Hyperscrolling dan Sensor yang Lebih Ngebut Lagi

Razer punya mouse gaming baru, yaitu Basilisk V3. Sesuai namanya, ia merupakan penerus dari Basilisk V2 yang dirilis tahun lalu. Ada sejumlah pembaruan signifikan yang Razer terapkan, tapi sebelumnya, mari kita bahas yang tidak berubah lebih dulu.

Secara keseluruhan, desain Basilisk V3 tampak identik dengan pendahulunya. Kebetulan saya pribadi punya Basilisk V2, dan sejauh pengamatan saya, cuma ada dua perubahan minor pada fisik Basilisk V3: lampu RGB-nya jauh lebih meriah, dan posisi tombol trigger multi-fungsinya di samping kiri agak ditarik ke belakang supaya lebih dekat dengan ibu jari.

Bentuk tombol trigger-nya juga berbeda dan tidak lagi memanjang. Namun entah kenapa, tombol tersebut tidak lagi detachable di Basilisk V3. Kalau di Basilisk V2, tombol tersebut dapat dilepas-pasang secara magnetis. Buat saya sih ini bukan masalah, sebab tombol tersebut memang selalu saya pakai setiap harinya, baik ketika bermain game ataupun bekerja.

Namun perubahan terbesar Basilisk V3 bisa kita jumpai pada scroll wheel-nya. Roda gulir ini dapat bekerja dalam dua mode yang berbeda: Tactile dan Free-Spin, mirip seperti yang fitur hyperscrolling yang sudah Logitech tawarkan sejak lama pada sejumlah mouse-nya. Mode Tactile memungkinkan scrolling secara bertahap dan presisi, sementara Free-Spin memungkinkan scrolling secara cepat dan los begitu saja.

Alternatifnya, tersedia pula mode ketiga yang Razer sebut dengan istilah Smart Reel. Dalam mode ini, scroll wheel-nya dapat berganti-ganti antara mode Tactile dan Free-Spin secara otomatis, tergantung seberapa cepat pengguna menggulirkannya (pelan berarti Tactile, cepat berarti Free-Spin).

Sebagai perbandingan, di Basilisk V2 pengguna hanya bisa mengatur tingkat kelonggaran scroll wheel-nya menggunakan kenop kecil di permukaan bawah mouse. Saat disetel yang paling longgar, scroll wheel-nya memang terasa mulus, tapi tetap tidak bisa sampai los. Sebagai eks pengguna mouse Logitech, jujur saya kangen dengan fitur hyperscrolling-nya ketika hijrah ke Basilisk V2.

Kembali membahas Basilisk V3, pembaruan selanjutnya berkaitan dengan performanya. Ia dibekali sensor Focus+ baru yang memiliki sensitivitas maksimum 26.000 DPI (naik dari 20.000 DPI), serta yang menawarkan pengaturan lift-off distance sekaligus landing distance.

Untuk switch tombolnya, Basilisk V3 menggunakan optical switch generasi kedua. Saya tidak tahu apa bedanya dengan yang pertama (spesifikasinya di atas kertas sama), tapi yang pasti switch milik Basilisk V2 saya masih terasa empuk dan bebas dari masalah double click meski sudah setahun saya gunakan.

Bagian terbaiknya, semua ini justru bisa didapat dengan harga yang lebih terjangkau. Razer Basilisk V3 saat ini telah dipasarkan seharga $70. Di Indonesia, sudah banyak toko resmi yang menjualnya seharga Rp1.149.000, lebih murah sekitar 350 ribu ketimbang harga Basilisk V2 saat saya membelinya tahun lalu.

Sumber: Business Wire.

Cooler Master Singkap Sederet Produk Menarik, Salah Satunya Kursi Gaming dengan Haptic Feedback

Event Summer Summit yang digelar oleh Cooler Master baru-baru ini menampilkan sederet hardware baru besutan sang produsen asal Taiwan. Produk-produknya bukan cuma dari kategori CPU cooler, PSU, dan casing saja, melainkan juga dari kategori periferal sampai kursi dan meja gaming segala.

Berikut adalah rangkuman produk-produk paling menarik yang Cooler Master umumkan.

Cooler Master MM730 dan MM731

Bagi para gamer yang mendambakan mouse yang tidak neko-neko, Cooler Master punya penawaran menarik dalam bentuk MM730 dan MM731. Keduanya hadir dengan desain yang sangat simpel dan nyaris membosankan. Bobotnya pun luar biasa ringan: MM730 cuma 48 gram, MM731 cuma 59 gram, dan semua itu tanpa mengandalkan sasis bolong-bolong seperti biasanya.

Terkait performanya, MM730 didukung oleh sensor dengan sensitivitas maksimum 16.000 DPI, sedangkan MM731 dengan sensor 19.000 DPI. Keduanya sama-sama dibekali optical switch yang lebih responsif sekaligus lebih awet daripada mechanical switch tradisional, dengan klaim ketahanan hingga 70 juta kali klik.

Perbedaan di antara kedua mouse terletak pada konektivitasnya. MM730 itu wired, sedangkan MM731 sudah wireless dengan pilihan opsi sambungan 2,4 GHz maupun Bluetooth 5.1. Dalam sekali charge, baterainya diklaim tahan sampai 190 jam jika menggunakan sambungan 2,4 GHz, atau sampai 72 jam jika memakai Bluetooth, semuanya dalam posisi lampu RGB-nya mati.

Sayang sejauh ini belum ada info soal harga maupun ketersediaannya.

Cooler Master CK721

Mengikuti tren yang sedang populer di segmen mechanical keyboard, CK721 hadir membawa layout 65% yang super-ringkas, tapi di saat yang sama masih mempertahankan tombol panah dan beberapa tombol esensial lain macam “Del”. Sebagai bonus, CK721 turut dilengkapi sebuah kenop yang dapat diputar dan diklik, dan yang bisa diprogram fungsinya sesuai kebutuhan.

CK721 menggunakan mechanical switch buatan TTC, dan konsumen dapat memilih antara yang bersifat linear (red), tactile (brown), atau clicky (blue). Keseluruhan sasisnya terbuat dari bahan aluminium, dengan bobot berada di kisaran 764 gram. Cooler Master cukup bermurah hati dan menyertakan wrist rest pada paket penjualannya.

Selain via kabel USB-C, CK721 juga dapat disambungkan secara wireless, baik menggunakan dongle 2,4 GHz maupun Bluetooth 5.1. Dalam mode tanpa kabel, baterainya diyakini sanggup bertahan sampai 73 jam. Namun kalau lampu RGB-nya menyala terus, angkanya tentu bakal lebih rendah dari itu.

Terkait harga dan jadwal pemasarannya, Cooler Master rupanya masih belum bisa memastikan.

Cooler Master Motion 1

Dari seabrek kursi gaming yang Cooler Master singkap, Motion 1 adalah yang paling mencuri perhatian. Pada bagian atas rodanya, tampak sejenis boks yang sepintas tidak jelas kegunaannya. Namun ternyata boks tersebut menampung haptic engine rancangan D-Box, mirip seperti yang terdapat pada teater 4D di taman hiburan, atau di mesin simulator balap.

Premisnya adalah, selagi pengguna duduk di atas Motion 1, kursinya bakal bergetar dan bergerak-gerak mengikuti jalannya permainan atau film. D-Box mengklaim ada sekitar 200 judul game dan lebih dari 2.000 film yang didukung. Jadi selama game atau filmnya termasuk dalam daftar tersebut, pengguna Motion 1 bakal mendapatkan pengalaman yang lebih immersive ketimbang memakai kursi gaming biasa.

Tertarik? Siapkan saja dana sekitar $2.000 sampai $2.300. Pre-order produk ini kabarnya bakal dibuka di kuartal ke-4 tahun ini, dan penjualan resminya akan dimulai pada bulan Januari 2022.

Cooler Master Orb X

Alternatif lain untuk menikmati sesi gaming yang lebih immersive adalah dengan menggunakan Orb X, semacam kombinasi kursi dan meja gaming sekaligus, lengkap dengan sistem audio surround yang terintegrasi. Kalau Anda pernah membaca tentang Acer Predator Thronos atau Razer Project Brooklyn, Orb X pada dasarnya menawarkan gagasan yang kurang lebih sama.

Orb X dapat menampung monitor sampai sebesar 49 inci, atau alternatifnya pengguna juga bisa menggantungkan tiga monitor 27 inci. Yang cukup menarik, Orb X rupanya tidak ditujukan untuk kalangan gamer PC saja, sebab ia sebenarnya juga dapat dijejali game console jika mau.

Kabarnya, Orb X bakal dirilis di Amerika Serikat pada bulan Desember mendatang dengan kisaran harga $12.000 sampai $14.000. Kalau melihat harganya, semestinya itu sudah mencakup gaming PC beserta monitornya.

Cooler Master StreamEnjin

Bagi yang sehari-harinya mencari nafkah melalui platform livestreaming, Cooler Master punya produk baru yang dirancang untuk memudahkan pekerjaan mereka, terutama jika mereka terpaksa harus melakukannya di luar kediaman masing-masing. Perangkat bernama StreamEnjin ini merupakan sebuah mixer komplet dengan desain ringkas yang mudah dibawa-bawa.

Ia dibekali tiga input HDMI (satu mendukung resolusi 4K, dua sisanya 1080p) plus dua output HDMI, dan semuanya dapat diatur langsung melalui deck berukuran compact ini. Kalau masih memerlukan fitur ekstra, pengguna juga bisa menyandingkannya dengan aplikasi pendamping di iPad. Kebetulan StreamEnjin juga punya dudukan yang bisa diselipi sebuah iPad.

Harga dan jadwal penjualannya masih misterius, namun bisa dimaklumi berhubung kita semua masih harus lebih banyak berdiam diri di rumah.

Via: KitGuru.

SteelSeries Prime Adalah Seri Periferal Gaming Baru untuk Kalangan Gamer Kompetitif dan Atlet Esport

Setelah meluncurkan mouse untuk banyak kalangan gamer sekaligus, SteelSeries kini ganti menyasar kalangan gamer kompetitif sekaligus atlet esport. Mereka mengumumkan SteelSeries Prime, seri periferal gaming baru yang sepenuhnya ditujukan untuk membantu penggunanya memenangkan pertandingan.

Lini Prime sejauh ini terdiri dari tiga mouse dan satu headset. Mouse yang pertama adalah Prime, yang mengemas sensor TrueMove Pro dengan sensitivitas maksimum 18.000 DPI dan kecepatan tracking 450 IPS. Bobotnya ringan, cuma 69 gram tanpa mengadopsi desain honeycomb alias bolong-bolong seperti kebanyakan mouse gaming di rentang berat seperti ini.

SteelSeries Prime / SteelSeries

Prime pada dasarnya merupakan pilihan yang tepat untuk para pemain FPS yang tidak mau neko-neko, bahkan pencahayaan RGB-nya cuma ada di bagian scroll wheel saja. Prime benar-benar dirancang untuk dibawa dari turnamen ke turnamen; kabelnya bisa dilepas-pasang, dan permukaan bawahnya turut dilengkapi tombol untuk mengatur DPI sekaligus polling rate secara langsung tanpa bantuan software.

Mouse yang kedua, Prime+, identik tapi dengan satu pengecualian: ia satu sensor ekstra yang bertugas untuk mendeteksi lift-off (momen ketika mouse terangkat dan sedang tidak menempel pada permukaan). Berkat sensor tambahan ini, pengguna Prime+ bisa mengatur jarak lift-off antara 0,5 mm sampai 2 mm demi meningkatkan akurasinya lebih jauh lagi.

SteelSeries Prime+ / SteelSeries

Guna memudahkan kustomisasi DPI, polling rate, maupun lift-off distance secara langsung di perangkat (lagi-lagi tanpa mengandalkan software), SteelSeries turut menanamkan layar OLED mini di bagian bawah Prime+. Semua tambahan itu rupanya tidak membuat Prime+ kelewat gemuk dan jadi kurang lincah, sebab bobotnya tercatat cuma 71 gram.

Ketiga, ada Prime Wireless yang lagi-lagi identik seperti Prime, tapi tentu saja tanpa kabel dan dengan konektivitas nirkabel yang diklaim sangat minim latensi. Dalam sekali pengisian, baterainya diyakini bisa bertahan sampai 100 jam pemakaian. Bobot Prime Wireless ada di angka 80 gram, cukup ringan untuk ukuran mouse wireless.

SteelSeries Prime Wireless / SteelSeries

Namun satu kesamaan paling istimewa yang dimiliki ketiga mouse ini mungkin adalah switch yang tertanam di kedua tombol utamanya. SteelSeries menjuluki switch-nya dengan istilah Prestige OM, namun pada dasarnya ini merupakan switch berjenis optical, dengan cara kerja yang cukup mirip seperti yang sudah Razer gunakan selama dua tahun terakhir ini.

Dibandingkan mechanical switch, optical switch umumnya menjanjikan kinerja yang lebih responsif sekaligus ketahanan fisik yang lebih baik. Untuk Prestige OM, SteelSeries menjanjikan klik kiri dan kanan yang bakal tetap konsisten dari awal sampai 100 juta kali klik. Kalau Anda masih penasaran dengan cara kerja optical switch, berikut adalah penjelasan mengenai Prestige OM dari SteelSeries sendiri:

Secara fisik, trio mouse Prime ini mengadopsi prinsip ergonomis hasil konsultasi SteelSeries bersama sejumlah atlet esport profesional. Pada bagian kaki-kaki alias mouse feet-nya, tampak lubang kecil yang sepertinya dirancang agar mudah dilepas (dan dipasang lagi) dengan cara dicungkil begitu saja — sangat memudahkan seandainya mouse perlu dibongkar, untuk dibersihkan misalnya. Khusus pada Prime Wireless, mouse feet-nya sudah menggunakan bahan PTFE murni.

Tanpa harus menunggu lama, ketiga mouse ini sudah langsung dipasarkan sekarang juga. Di Amerika Serikat, Prime dijual seharga $60, Prime+ seharga $80, dan Prime Wireless seharga $130.

SteelSeries Arctis Prime

SteelSeries Arctis Prime / SteelSeries

Untuk headset-nya, yakni Arctis Prime, SteelSeries kembali menerapkan filosofi tidak neko-neko. Konstruksinya terbuat dari perpaduan bahan aluminium dan baja, sehingga perangkat bakal terasa kokoh tapi juga ringan. SteelSeries memilih material kulit sintetis untuk melapisi bantalan telinganya dengan alasan untuk membantu memantapkan isolasi suara.

Driver yang tertanam mempunyai diameter 40 mm dan rentang frekuensi 10-40.000 Hz. Pada earcup sebelah kirinya, terdapat mikrofon yang retractable, yang mudah ditarik keluar atau didorong masuk saat sedang tidak digunakan. Masih di sisi kiri, terdapat pula kenop untuk mengatur volume sekaligus tombol mute/unmute. Kabelnya sendiri dapat dilepas-pasang sehingga perangkat lebih mudah dibawa-bawa.

Di AS, SteelSeries Arctis Prime saat ini sudah dapat dibeli seharga $100.

Sumber: SteelSeries.