Mouse Gaming TTeSports Black FP Dibekali Sensor Sidik Jari Terintegrasi

Dewasa ini kita semakin akrab dengan sensor sidik jari. Mayoritas smartphone kelas atas memilikinya, begitu juga dengan sejumlah laptop Windows 10. Namun buat pengguna PC, opsinya masih tergolong terbatas dan umumnya terkesan kurang elegan.

Bagaimana jika sensor sidik jari itu diintegrasikan ke dalam peripheral wajib untuk PC, yaitu mouse; atau lebih spesifik lagi, mouse gaming? Inilah yang dilakukan oleh TTeSports, divisi gaming dari pabrikan komponen asal Taiwan, Thermaltake.

Bernama Black FP, mouse gaming ini cukup istimewa karena terdapat sebuah sensor sidik jari buatan Synaptics dengan dukungan teknologi enkripsi 256-bit. Sensor tersebut diposisikan di ujung kiri atas mouse, titik dimana ibu jari tangan kanan kita bisa bertumpu secara alami.

Posisi sensor sidik jari pada TTeSports Black FP terasa alami untuk pengguna tangan kanan / TTeSports
Posisi sensor sidik jari pada TTeSports Black FP terasa alami untuk pengguna tangan kanan / TTeSports

Fungsi utamanya tentu saja adalah menggantikan kata sandi. Jadi selain untuk login ke Windows, sensor juga bisa dimanfaatkan untuk mengisi informasi login pada situs, atau bahkan mengamankan folderfolder tertentu dalam PC. TTeSports mengklaim sensor buatan Synaptics ini sanggup membaca sidik jari dan memverifikasinya hanya dalam kurun waktu 0,2 detik saja.

Selebihnya, konsumen akan mendapatkan mouse gaming yang ergonomis dengan performa yang cukup mumpuni. Spesifikasinya mencakup sensor laser 5700 DPI yang bisa disesuaikan tingkatannya, switch bermutu garapan Omron serta total 7 tombol yang bisa diprogram sesuai kebutuhan.

Lebih menarik lagi, TTeSports Black FP hanya dibanderol seharga $60; harga yang sangat kompetitif untuk sebuah mouse gaming dengan inovasi unik yang praktis sekaligus fungsional.

Sumber: TechRadar dan TTeSports.

Sangat Terjangkau, Mouse Gaming Pertama Biostar Ini Sempurna Untuk Gamer yang Sedang Berhemat

Bagi konsumen di Indonesia, nama Biostar memang tidaklah sepopuler Asus atau Acer. Seperti kompetitor senegaranya itu, sejak tahun 80-an Biostar fokus dalam pengadaan motherboard dan kartu grafis. Mereka tidak ikut-ikutan berteriak lantang saat para rival mulai memperluas fokus ke gaming, namun Biostar tahu arahan yang tepat buat masuk ke ranah gaming gear.

Harga terjangkau merupakan hal yang relatif, namun dibanding periferal standar, perangkat gaming cenderung lebih mahal. Aspek-aspek seperti luasnya opsi sensitivitas DPI, desain ergonomis, dan teknologi sensor canggih umumnya jadi alasan produsen membanderol produk di harga tinggi. Tapi AM2 memang berbeda karena kita tidak perlu mengeluarkan uang terlalu banyak untuk memiliki mouse gaming pertama racikan Biostar ini.

Biostar AM2 adalah mouse gaming yang ditawarkan di harga sangat miring tanpa mengorbankan kualitas dan performa. Produsen fokus pada faktor-faktor penting dalam penyajian mouse, mengusung rancangan simetris ‘ambidextrous‘ sehingga bisa dipakai oleh gamer normal maupun kidal. Penampilan AM2 sama sekali tidak pas-pasan. Dengan tubuh putih-abu-abu, Biostar tak lupa membubuhkan LED color-changing.

BioStar AM2 1

AM2 mempunyai tubuh glossy, sehingga debu dan minyak mudah dibersihkan. Area bawahnya sendiri menggunakan bahan teflon, dimaksudkan untuk meminimalisir hambatan yang disebabkan gaya gesek, memastikan pergerakan mouse jadi lebih mulus. Mouse tersambung ke PC lewat kabel anti-pull, dan tombol-tombolnya sudah lulus uji coba 10 juta kali klik. AM2 berukuran 122x66x38mm dengan berat hanya 125-gram.

Periferal ini menyajikan dua tombol utama, satu scroll wheel, serta tombol pengaturan dpi. Warna LED akan berubah sesuai level sensitivitas dots per inch-nya: LED tidak menyala di setting default (800dpi), biru menandai 1.200dpi, hijau artinya 1.600dpi, lalu biru-hijau mengindikasikan 2.400dpi. Biostar AM2 dipersenjatai sensor optik Avago 5050, diklaim cocok untuk mereka yang sedang mencari mouse gaming pertama.

BioStar AM2 2

“Dengan pesatnya pertumbuhan segmen gaming kompetitif, penyediaan mouse berperforma tinggi menjadi tantangan baik buat produsen serta gamer, karena memang sulit memperoleh titik temu antara beragam preferensi user dan genre permainan,” ungkap Biostar di press release. “Di Biostar, kami memahami bagaimana menawarkan produk yang seimbang. Dibantu masukan dari gamer, faktor-faktor ini merupakan panduan dalam mendesain AM2.”

Biostar belum menginformasikan kapan AM2 tersedia secara global, dan kapan ia tiba di Indonesia. Tapi yang jelas, harganya sangat atraktif: hanya US$ 10 saja.

Tambahan: Biostar.

Razer DeathAdder Elite Diklaim Sebagai Mouse Gaming dengan Sensor Optik Terbaik

Memilih mouse gaming terbaik tidak semudah mencari yang tombolnya paling banyak atau yang harganya paling mahal. Terkadang yang wujudnya simpel namun menawarkan keseimbangan antara performa dan harga bisa membuat banyak pengguna jatuh cinta, seperti yang telah dibuktikan oleh seri DeathAdder buatan Razer yang langganan titel “Best Gaming Mouse”.

Akan tetapi prestasi tersebut tidak membuat Razer kemudian jadi sombong dan puas dengan pencapaiannya begitu saja. Baru-baru ini, mereka memperkenalkan iterasi terbaru mouse terlarisnya, Razer DeathAdder Elite.

DeathAdder Elite masih mempertahankan desain simpel nan ergonomis yang telah dipakai sejak zaman DeathAdder orisinil di tahun 2006. Pun demikian, performanya meningkat pesat dengan ditanamkannya Razer 5G Optical Sensor yang punya kemampuan tracking hingga 16.000 DPI dalam kecepatan 450 inci per detik.

Simpel tapi fungsional, Razer DeathAdder Elite dibekali sepasang tombol macro dan tombol pengatur DPI / Razer
Simpel tapi fungsional, Razer DeathAdder Elite dibekali sepasang tombol macro dan tombol pengatur DPI / Razer

DeathAdder Elite juga menjadi mouse pertama Razer yang dibekali switch mekanikal. Switch ini merupakan buah kolaborasi antara Razer dan Omron, dan telah dioptimalkan untuk memberi respon yang cepat sekaligus durabilitas kelas dewa – Razer mengklaim switch ini tahan hingga 50 juta klik.

Menutup semua itu, fitur pencahayaan Chroma menjadi bumbu pemanis untuk DeathAdder Elite. Mouse ini akan tersedia di pasaran mulai bulan Oktober mendatang seharga $70.

Sumber: Razer.

Mouse Logitech G Pro Didesain dan Ditujukan untuk Jagoan eSport

Produsen peripheral seperti Logitech memang sudah sangat memahami aspek-aspek terpenting dalam merancang mouse secara umum. Pun demikian, tidak ada yang lebih paham soal kriteria mouse gaming terbaik ketimbang seorang atlet esport. Itulah mengapa Logitech mengajak jagoan esport dalam merancang mouse gaming terbarunya, Logitech G Pro.

G Pro pada dasarnya merupakan perpaduan dari dua mouse gaming terpopuler Logitech, yakni G100s dan G303. Desainnya cukup mirip dengan G100s; ambidextrous, ringan dan tidak neko-neko. Di saat yang sama, G Pro turut mengemas kecepatan, akurasi dan responsivitas yang ditunjukkan oleh G303 selama ini.

Di dalamnya bernaung sensor optik PMW3366 yang kerap disebut-sebut sebagai salah satu yang paling presisi. Rentang DPI-nya berkisar antara 200 – 12.000, dan responsivitasnya di tiap pengaturan kecepatan dipastikan akan terus konsisten.

Pada kenyataannya, mouse ini telah menjadi favorit salah satu pemain CS:GO ternama, Tyler “Skadoodle” Latham. Tidak mengejutkan, mengingat ia merupakan salah satu atlet esport yang ditunjuk Logitech sebagai mitra kolaborasi, dimana ia telah menguji G Pro secara intensif selama masa pengembangan.

Logitech G Pro dilengkapi sepasang tombol makro yang bisa dikustomisasi dan tombol pengaturan DPI / Logitech
Logitech G Pro dilengkapi sepasang tombol makro yang bisa dikustomisasi dan tombol pengaturan DPI / Logitech

G Pro turut dibekali memory untuk menyimpan pengaturan DPI, pencahayaan maupun konfigurasi tombol makronya langsung di dalam perangkat, memastikan pengaturannya tidak berubah meski tersambung ke laptop atau PC apa saja.

Soal ketahanan, Logitech meyakini tombol kiri dan kanan G Pro sanggup berfungsi hingga lebih dari 20 juta klik. Kalau dihitung-hitung, jumlah klik sebanyak ini setara dengan sesi latihan gamer profesional selama 10 jam setiap hari, selama dua tahun berturut-turut.

Soal harga, Logitech G Pro akan meluncur ke AS dan Eropa seharga $70 mulai bulan Agustus ini. Sayang sejauh ini belum ada informasi mengenai ketersediaannya di kawasan Asia.

Sumber: Business Wire.

Ditawarkan di Harga Terjangkau, Mouse Gaming Razer Abyssus V2 Tak Kompromi Soal Performa

Abyssus diperkenalkan perdana di tahun 2009 buat memperkuat deretan mouse Razer di kelas entry-level. Penyajiannya sederhana sehingga ia bisa dimanfaatkan dalam bermacam-macam genre permainan, juga bersahabat bagi para gamer kidal. Kurang lebih tujuh tahun setelahnya, Razer akhirnya memutuskan buat menyingkap sang penerus.

Perusahaan Amerika spesialis periferal gaming pimpinan Min-Liang Tan itu mengumumkan ‘senjata’ baru untuk gamer di kelas budget: Abyssus V2. Mouse ini mewarisi prinsip sang pendahulu, di mana rancangan minimalisnya sanggup memberikan keunggulan. Meski ditawarkan di harga terjangkau, Razer memampatkan segala macam fitur kelas turnamen profesional di dalam, sehingga Abyssus V2 dapat dipakai baik oleh kalangan casual hingga hardcore.

Razer Abyssus V2 1

Penampilan Abyssus V2 hampir mirip varian sebelumnya dan mengusung desain ambidextrous, memiliki lampu LED tiga warna di area punggung dan scroll wheel, menyajikan tiga tombol Hyperesponse plus tombol DPI, dengan side grip berlapis karet. Mouse tersebut berukuran 117x64x38-milimeter, kompatibel ke hampir semua ukuran tangan serta mendukung berbagai teknik menggenggam (termasuk claw, palm, dan fingertip grip), dan berbobot hanya 80-gram.

Mengingat Abyssus bukanlah produk mewah dan difokuskan pada fungsi serta kinerja, pencahayaan LED di scroll wheel dan logo tidak didukug Razer Chroma, hanya memiliki tiga warna saja: hijau, biru dan biru muda. Anda bisa memilih dua mode, yaitu statis dan breathing.

Razer Abyssus V2 2

Di sisi performa, Razer telah mendongkrak kemampuan sensor optik Abyssus dari 3.500DPI menjadi 5.000DPI, memastikannya lebih responsif dan sensitif. Lalu untuk menyempurnakannya, Abyssus V2 juga menggunakan teknologi Ultrapolling 1.000Hz, sehingga waktu komunikasi antara PC dan mouse berlangsung singkat, serta mampu melacak kecepatan gerak hingga 100-inci per detik (IPS). Selain itu, Anda dapat mengatur lima tingkat DPI secara langsung.

Tiga tombol utama Abyssus V2 bisa Anda kustomisasi melalui software Razer Synapse, dapat diunduh gratis. Kemudian produsen turut membenamkan switch membran Hyperesponse andalan, menjanjikan daya tahan tinggi, mampu beroperasi normal hingga 20 juta kali klik.

Razer Abyssus V2 4

Razer Abyssus V2 terhubung ke PC lewat kabel USB, juga memerlukan sistem dengan sistem operasi yang cukup baru – di antaranya Windows 7, 8, 8.1, dan Windows 10, serta Mac OS X 10.8 sampai 10.11.

Razer memang belum menyampaikan kapan tepatnya Abyssus V2 akan dirilis, namun mouse ini sudah bisa dipesan di Razer Zone, ditawarkan di harga US$ 50.

Sumber: Razer Zone.

Mouse Modular ‘Pintar’ Pertama di Dunia, SteelSeries Rival 700, Akan Segera Tersedia

Begitu sengitnya persaingan, para produsen menyadari bahwa produk mereka harus lebih cerdas agar bisa mengungguli rival-rivalnya, dan kita telah menyaksikan sendiri bangkitnya konsep ‘pintar’ di beragam ranah teknologi, termasuk gaming. Dan di CES 2016 kemarin, SteelSeries menyingkap sebuah periferal yang mereka klaim sebagai mouse pintar pertama di dunia, Rival 700.

Kepintaran Rival 700 terwujud dalam berbagai fitur di sana: komponennya bisa digonta-ganti, dan Anda dapat mengkustomisasi layar OLED onboard serta sistem alert-nya. Lewat kapabilitas terakhir itu, gamer memperoleh informasi dan notifikasi real-time terkait permainan yang sedang mereka nikmati. Dan melalui website mereka, SteelSeries membuka sejenak gerbang pemesanan, menandai semakin dekatnya perilisan Rival 700 di Asia dan Eropa.

SteelSeries Rival 700 3
Layar OLED Rival 700 bisa menunjukkan level health.

Elemen paling distingtif Rival 700 bisa Anda langsung temukan pada bagian luarnya. Gaming mouse ini memberikan kebebasan bagi gamer buat mengonfigurasi layar OLED, misalnya memperlihatkan data statistik (rasio kill dan death) atau memamerkan logo tim eSport, serta mengetahui langsung setting CPI (counts per inch). Rival 700 menyuguhkan desain ergonomis dengan tujuh buah tombol, dirancang untuk pemakaian tangan kanan.

Fitur tidak biasa lainnya di Rival 700 adalah alert tactile. Ia akan memberi tahu Anda begitu cooldown salah satu skill selesai melalui getaran, tanpa memengaruhi keakuratan. Berkatnya, Anda bisa lebih fokus ke pertandingan. User dipersilakan men-setting segala aspek alert, dari mulai countdown kemampuan karakter game serta tingkat health (saat kritis) melalui software SteelSeries Engine.

SteelSeries Rival 700 2
Rival 700 memiliki bagian-bagian modular.

Buat memastikan mouse tahan lama, SteelSeries menggunakan material plastik khusus di kedua tombol utama serta menambahkan pelindung ekstra di area punggung.

Produsen aksesori gaming asal Denmark itu juga tidak melupakan aspek performa, memutuskan untuk membekali Rival 700 dengan sensor kelas eSport. Sensor diramu agar mampu menyuguhkan akurasi satu banding satu, lalu gamer dapat mengonfigurasi resolusi dari 16.000 CPI sampai satu milidetik. Mouse sanggup melacak kecepatan maksimal 300-inci per detik di percepatan 50g. Satu lagi: modul sensor Rival 700 bisa dilepas, memungkinkan Anda meng-upgrade-nya dengan tipe yang lebih canggih (jika tersedia nanti).

SteelSeries Rival 700 4
Sisi samping SteelSeries Rival 700.

Via GameSense dan berkat Prism RGB, user dapat memilih jutaan warna, lalu cover bisa ditukar dengan desain atau permukaan berbeda. Rival dibundel bersama kabel karet sepanjang 90cm dan kabel braided 180cm.

Kemampuan unik SteelSeries Rival 700 tidak menuntut biaya terlalu tinggi. Ia ditawarkan seharga US$ 100 saja.

 

Mouse Roccat Kiro Andalkan Faktor Kenyamanan Berkat Rancangan yang Modular

Tipe mouse ada bermacam-macam. Namun kalau kita klasifikasikan berdasarkan bentuknya, maka istilah yang biasa kita jumpai adalah ambidextrous atau ergonomic.

Tipe ambidextrous, sama seperti arti harafiahnya, dirancang supaya nyaman digunakan baik tangan kiri maupun kanan karena bentuknya simetris. Di sisi lain, tipe ergonomic dimaksudkan secara khusus untuk penggunaan tangan kanan atau kiri saja. Mouse jenis ini biasanya berbentuk asimetris, punya lekukan khusus di satu sisinya sebagai tempat bernaungnya jempol. Alhasil, mouse jenis ini pun bisa terasa lebih nyaman daripada jenis ambidextrous.

Sayangnya, tidak banyak mouse tipe ergonomic yang dirancang untuk pengguna kidal. Pabrikan mouse gaming macam Razer, Steelseries dan sebagainya biasanya berfokus pada pengguna tangan kanan saja. Tidak heran karena memang pengguna tangan kiri termasuk minoritas dibanding tangan kanan.

Pabrikan peripheral asal Jerman, Roccat, punya pandangan berbeda. Mereka percaya desain yang tepat bisa mengakomodasi kebutuhan pengguna tangan kiri dan kanan secara seimbang. Solusinya bukan mouse ambidextrous, melainkan sebuah tipe baru yang mereka sebut dengan istilah superdextrous.

Bernama Roccat Kiro, mouse superdextrous ini pada dasarnya mempunyai rancangan yang modular. Artinya, pengguna bisa melepas-pasang sejumlah komponennya untuk mendapatkan konfigurasi yang paling pas. Dalam kasus ini, yang bisa dilepas-pasang adalah panel kiri dan kanannya.

roccat-kiro-02

Secara default, Kiro datang dalam wujud ambidextrous, lengkap dengan sepasang tombol ekstra di masing-masing sisinya. Namun pengguna juga bisa melepas panel kiri atau kanannya, dan seketika juga mendapatkan mouse ergonomic baik untuk tangan kiri maupun kanan – tanpa melibatkan obeng sama sekali. Sebagai bonus, permukaannya telah dilapisi material yang tahan keringat.

Di dalamnya, Kiro ditenagai oleh sensor Pro-Optic R2 2.000 dpi. ‘Kelincahannya’ bisa didongkrak hingga mencapai 4.000 dpi dalam mode Overdrive. Tentu saja, mengikuti tren yang ada, pancaran cahayanya bisa diatur dengan pilihan 16,8 juta warna.

Roccat Kiro dibanderol seharga $55 saja, cukup terjangkau kalau melihat lengkapnya opsi kustomisasi yang ditawarkan. Kalau Anda masih penasaran dengan cara kerja rancangan modularnya, silakan simak video unboxing resminya di bawah ini.

Sumber: Digital Trends dan SlashGear.