SIRCLO dan Shopify Umumkan Kolaborasi Solusi untuk Perkuat Pasar Lokal

Dua startup di sektor e-commerce, SIRCLO dan Shopify mengumumkan kemitraan strategis untuk memperkuat platformnya dan dapat mengakomodasi berbagai kebutuhan bisnis di Indonesia. Dalam kesepakatan tersebut, Shopify akan mengintegrasikan infrastruktur teknologi miliknya dengan layanan teknologi SIRCLO, yakni SWIFT Omnichannel.

Disampaikan dalam keterangan resminya, keduanya berupaya mentransformasikan pengalaman ritel online agar dapat disesuaikan dengan kebutuhan di pasar yang terus berubah. Kolaborasi ini juga disebut mampu melayani bisnis di berbagai skala, mulai dari pemula, menengah, hingga perusahaan besar.

“Tujuan kami adalah menyederhanakan operasi dan pengelolaan pada perdagangan ritel untuk seterusnya,” tutur Bharati Balakrishnan selaku Country Head & Director untuk Shopify India dan Asia Tenggara.

Balakrishnan menambahkan, kolaborasi ini memberikan solusi lokal, komprehensif, dan terukur bagi pemilik usaha kecil dan menengah, serta perusahaan besar yang mengelola bisnis di seluruh marketplace dan memiliki situs web D2C.

Sebagai informasi, SIRCLO adalah startup e-commerce enabler yang menawarkan solusi di segmen enterprise, entrepreneur, dan new retail. Berdasarkan keterangan di situs resminya, solusi SIRCLO telah digunakan oleh sekitar 1000 korporasi, 1 juta pemilik usaha, dan menjangkau 25 juta pengguna akhir.

Sementara, Shopify adalah platform e-commerce dan website builder asal Kanada dan beroperasi di Indonesia sejak 2013. Di global, Shopify telah menjangkau jutaan merchant dari 17 negara.

Lokalitas untuk jangkau global

Lebih lanjut, pihaknya menjelaskan sejumlah keuntungan yang dapat diperoleh pelaku bisnis lewat solusi terintegrasi SIRCLO dan Shopify, antara lain:

    • Toko online dapat disesuaikan dengan identitas merek mereka.
    • Tools untuk membantu menyederhanakan kegiatan operasi.
    • Jangkauan global bagi pelanggan dan digital marketing tool yang diklaim tepat sasaran.
    • Peningkatan keterikatan dan loyalitas pelanggan.
    • Teknologi yang diklaim scalable dan mampu mendukung perusahaan terkemuka di kawasan global.

Kemitraan ini berfokus pada pelokalan,  SIRCLO mengaku memiliki pemahaman mendalam tentang kebutuhan pasar lokal. Maka itu, kolaborasi ini menjadi strategi Shopify untuk mengakomodasi kebutuhan khusus bisnis dan konsumen di Indonesia lewat pendekatan solusi pemasaran digital, metode pembayaran hingga jasa ekspedisi.

“Dengan sepuluh tahun keahlian SIRCLO di bidang e-commerce Indonesia, kami bertekad memberikan layanan unggul yang disesuaikan dengan kebutuhan unik pasar lokal. Kami memastikan pelaku ritel online di Indonesia punya akses terhadap kapabilitas commerce global,” ungkap CTO SIRCLO Muliadi Jeo.

Sektor e-commerce masih menjadi penggerak ekonomi digital di Indonesia dengan proyeksi kontribusi 75% dari total Gross Merchandise Value (GMV) $110 miliar pada 2025 berdasarkan laporan e-Conomy SEA 2023. Sementara, jumlah UMKM di Indonesia yang telah go digital tercatat telah mencapai 22,68 juta.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Pemain Ritel Sebaiknya Mulai Masuk ke Industri E-Commerce

Gagasan mendigitalisasikan bisnis UKM yang berjumlah puluhan ribu di Nusantara telah terdengar lama gaungnya belakangan ini. Namun kesiapannya kini ditujukan untuk para retailer perihal kesiapannya untuk turut terjun ke industri e-commerce di tengah pasar yang kini kian ramai dipadati. Disampaikan oleh CTO PT Inovasi Informasi Indonesia (ICUBE) Muliadi Jeo, kini saatnya industri mendorong retailer untuk segera menancapkan kukunya di pasar digital yang memiliki ekosistem berbeda dengan konvensional.

“Jangan sampai mereka [pemain retail] telat untuk go online. Jika sebelumnya yang sedang hangat itu tech-startup, venture capital, dan UKM, sekarang fokus kami adalah empowering retailer untuk mulai terlibat. Pertanyaannya bukan ‘jika’, tetapi ‘kapan’ mereka siap?” kata Muliadi ditemui DailySocial siang tadi (27/10).

Bertajuk “Customer 360 – from offline to online How To Get Your Company Ready” yang digagas oleh ICUBE dan Magento, ide utama diselenggarakan acara ini adalah untuk menggarisbawahi peran industri e-commerce yang memberikan pengalaman baru para konsumen. Meski pada akhirnya belanja secara online tidak akan menggantikan berbelanja offline sepenuhnya, namun keberadaan toko online jelas memberikan pengalaman dan mengubah perilaku konsumen dalam berbelanja.

“Kami berharap dengan acara ini para retailer memiliki pengetahuan untuk mempersiapkan diri mereka menghadapi lansekap konsumen yang telah berubah, serta cara dan waktu yang tepat untuk berinvestasi secara strategis di e-commerce,” paparnya.

Menurut Muliadi tantangannya masih seputar mindset bahwa belanja online itu merupakan sebuah hal yang beresiko. Masih banyak pihak yang penuh pertimbangan untuk menyelami industri ini lebih dalam, bahkan tidak sedikit yang lebih memilih membuka toko cabang daripada menginvestasikan teknologi dan infrastruktur.

Dalam presentasinya, Muliadi memberikan contoh kasus toko buku Borders yang telah beroperasi selama empat puluh tahun di Amerika Serikat. Borders menjalin kerja sama dengan Amazon selama tujuh tahun sebelum menyadari potensi pasar yang lebih besar di industri digital. Setelah memutuskan untuk berdiri sendiri, bisnisnya justru berhenti beroperasi pada tahun 2011.

“Sekarang pemain retail yang besar-besar mungkin sudah mulai paham ke online. Gelombang berikutnya ialah menunggu yang middle-sized. Mereka masih menimbang apakah saat ini tepat untuk go online atau tidak? Ekosistemnya siap, tetapi keputusan kembali lagi ke retailer. Kami hanya tak ingin mereka telat dan bernasib seperti Borders,” kata Muliadi.

National Payment Gateway yang belum terlalu dibutuhkan

Jika mindset masih menjadi hambatan, tentu faktor keamanan memberikan kontribusi dalam pengambilan keputusan pemain retail untuk masuk ke e-commerce. Kami sempat menyinggung apakah jika nantinya national payment gateway telah tersedia, hal tersebut lantas mengikis skeptisme para pemegang kepentingan tentang metode pembayaran yang lebih aman dan mudah digunakan.

“Jika tujuannya untuk mempermudah dan memberikan keamanan itu jelas akan membantu, karena itu akan membantu semua pihak. Tetapi jika diberlakukan hanya untuk sebagai kontrol yang pada akhirnya memperpanjang urusan birokrasi, national payment gateway tidak dibutuhkan saat ini,” tandasnya.