Susul Canon dan Fujifilm, Panasonic Kini Juga Punya Software untuk Ubah Kamera Jadi Webcam

Webcam semakin laris selama pandemi. Bagaimana tidak, hampir setiap hari kita selalu melangsungkan sesi video conference, dan itu pada akhirnya memicu sejumlah pabrikan untuk lebih kreatif lagi.

Adalah Canon yang memulai. Akhir April lalu, mereka merilis software PC yang berfungsi untuk mengubah beberapa kamera besutannya menjadi webcam. Satu bulan setelahnya, Fujifilm langsung menyusul dengan solusi serupa, mempersilakan konsumen untuk terlihat lebih profesional selama video conference berkat kualitas video dari kamera mirrorless yang jauh lebih superior ketimbang webcam standar.

Sekarang, giliran Panasonic yang meluncurkan software sejenis bernama Lumix Tether for Streaming. Premisnya mirip seperti yang Canon dan Fuji tawarkan; pasca instalasi software, cukup sambungkan kamera ke PC via USB, maka pengguna dapat memilihnya sebagai kamera input di aplikasi video conference.

Sayangnya, berhubung software ini masih beta, kekurangannya sejauh ini adalah, pengguna juga perlu meng-install software broadcasting macam OBS supaya PC dapat mendeteksi output tampilannya, sebelum akhirnya diteruskan ke Zoom, Google Meet, dan lain sebagainya. Lebih lanjut, pengguna juga perlu menggunakan mikrofon eksternal untuk menangkap audio.

Sebelum ini, Panasonic sebenarnya sudah punya software Lumix Tether standar yang dapat dipakai untuk keperluan serupa. Yang berbeda, versi barunya ini dapat menghapus tampilan elemen-elemen UI seperti kotak autofocus dan lain sejenisnya, sehingga yang kolega Anda lihat sama persis seperti yang kamera lihat.

Bagi para pemilik Lumix G9, GH5, GH5S, S1, S1R dan S1H, Lumix Tether for Streaming saat ini sudah bisa diunduh lewat situs Panasonic. Pastikan PC Anda menjalankan Windows 10, sebab software ini tidak kompatibel dengan versi sistem operasi lain.

Sumber: DPReview dan Panasonic.

Panasonic Resmi Luncurkan Duo Kamera Mirrorless Full-Frame Perdananya, Lumix S1R dan Lumix S1

Setelah sekian lama mendominasi pasar kamera mirrorless full-frame, Sony di tahun 2019 ini bakal menghadapi dengan perlawanan yang cukup sengit dari rival-rival barunya. Salah satunya adalah Panasonic, yang baru saja meresmikan kamera mirrorless full-frame pertamanya, Lumix S1R dan S1, setelah mengungkap teaser-nya pada ajang Photokina 2018 lalu.

Seperti yang sudah kita ketahui sejak pengumuman perdananya, perbedaan antara Lumix S1R dan S1 mirip seperti Sony a7R dan a7. Lumix S1R adalah model yang benar-benar didedikasikan untuk fotografi dengan mengandalkan sensor full-frame 47,3 megapixel. Lumix S1 di sisi lain ‘hanya’ mengemas resolusi 24,2 megapixel pada sensor full-frame miliknya.

Panasonic Lumix S1

Meski demikian, Lumix S1 sebenarnya lebih superior perihal videografi. Kedua kamera memang sama-sama sanggup merekam video 4K 60 fps, akan tetapi Lumix S1R masih mengandalkan metode pixel binning, sementara Lumix S1 benar-benar memanfaatkan seluruh penampang sensornya. Kasusnya ini sama persis seperti di kubu Sony, di mana kalangan videografer lebih banyak yang memilih Sony a7 III ketimbang a7R III.

Perbedaan berikutnya terletak pada mode High Resolution yang ditawarkan kedua kamera: Lumix S1R dapat menghasilkan gambar beresolusi total 187 megapixel, sedangkan Lumix S1 cuma 96 megapixel. Kabar baiknya, perbedaan antara kedua kamera ini terhenti sampai di situ saja.

Panasonic Lumix S1R

Selebihnya, baik Lumix S1R maupun S1 sama-sama merupakan kamera mirrorless full-frame yang sangat kapabel. Performanya pun cukup mumpuni, dengan kemampuan menjepret tanpa henti secepat 9 fps (atau 6 fps dengan continuous AF). Kalau resolusi bukanlah prioritas, pengguna dapat memanfaatkan mode 6K Photo untuk mengekstrak deretan foto beresolusi 18 megapixel dari jepretan dalam kecepatan 30 fps.

Sistem autofocus yang digunakan adalah DFD (Depth From Defocus) generasi terbaru, yang diklaim lebih lihai soal tracking berkat keterlibatan machine learning dalam mengidentifikasi subjek bergerak. Sistem image stabilization 5-axis juga merupakan fitur standar pada kedua kamera ini.

Panasonic Lumix S1R

Terobosan lain yang diterapkan Panasonic datang dalam wujud viewfinder elektronik dengan panel OLED beresolusi 5,76 juta dot, resolusi tertinggi yang ada saat ini. Refresh rate-nya pun dapat dipilih antara 60 atau 120 fps, lalu di bawahnya masih ada layar sentuh 3 inci beresolusi 2,1 juta dot, yang sayangnya tidak sepenuhnya articulated, melainkan cuma dapat dimiringkan pada tiga poros.

Secara fisik, keduanya sama-sama mengusung sasis magnesium yang siap menerjang cuaca buruk. Dudukan lensa yang digunakan adalah L-Mount bikinan Leica, akan tetapi nantinya juga akan tersedia deretan lensa dari Panasonic sendiri maupun Sigma.

Panasonic Lumix S1R

Lalu kapan Panasonic bakal memasarkannya? Awal April, dengan banderol $3.699 untuk Lumix S1R (body only) dan $2.499 untuk Lumix S1. Bundel bersama lensa baru 24-105mm f/4 juga tersedia seharga $4.599 (S1R) atau $3.399 (S1). Panasonic sepertinya cukup percaya diri dengan debut mereka di ranah full-frame kalau melihat banderol yang lebih tinggi ketimbang duo Sony a7R III dan a7 III.

Sumber: DPReview.

Panasonic Sedang Kerjakan Dua Kamera Mirrorless Full-Frame: Lumix S1R dan S1

Kehadiran Nikon Z 7 dan Nikon Z 6 beserta Canon EOS R semestinya sudah cukup membuat Sony sebagai penguasa di segmen kamera mirrorless full-frame khawatir. Namun ternyata masih ada lagi pihak lain yang juga ingin ikut menginvasi lahan dominasi Sony, yaitu Panasonic. Di ajang Photokina 2018, pelopor tren mirrorless itu mengumumkan bahwa mereka sedang mengerjakan dua kamera mirrorless full-frame.

Kamera tersebut adalah Panasonic Lumix S1R dan S1. Layaknya seri Sony a7 yang selalu dibagi dua (tiga kalau a7S yang video-oriented juga dimasukkan hitungan), S1R adalah model flagship dengan sensor full-frame beresolusi 47 megapixel, sedangkan S1 ‘hanya’ 24 megapixel. Yang cukup unik, kedua kamera ini tidak menggunakan dudukan lensa (mount) baru seperti halnya Nikon Z dan Canon EOS R, melainkan L-mount besutan Leica.

Kendati demikian, Panasonic masih akan mengembangkan lensa L-mount bikinannya sendiri. Tiga yang sudah direncanakan adalah 50mm f/1.4, 24-105mm, dan 70-200mm, lalu tujuh lainnya akan menyusul tidak lewat setahun setelah kedua kamera ini diluncurkan. Demi semakin memperluas ekosistem lensa yang ditawarkan, Panasonic dan Leica juga telah menggandeng Sigma untuk ikut memproduksi lensa L-mount.

Panasonic Lumix S1R and Lumix S1

Berhubung masih dalam tahap pengembangan (yang dipamerkan baru prototipenya), detail mengenai S1R dan S1 pun belum terlalu lengkap. Beberapa yang esensial di antaranya adalah kemampuan merekam video 4K 60 fps (pertama untuk mirrorless full-frame kata Panasonic), dan sistem image stabilization internal yang dapat dikombinasikan dengan stabilization bawaan lensa.

Kedua kamera dilengkapi layar sentuh yang dapat dimiringkan pada tiga poros (atas, bawah dan samping, macam milik Fujifilm X-T3), sayang bukan yang model fully-articulated. Slot memory card-nya ada dua, satu untuk SD card biasa dan satu untuk XQD card. Menyesuaikan dengan target pasarnya, sasisnya telah dirancang agar tahan terhadap cuaca yang tidak ramah.

Rencananya, kedua kamera ini baru akan dipasarkan pada awal tahun 2019 mendatang. Harganya belum diketahui, tapi sudah pasti lebih mahal daripada Lumix GH5S, yang merupakan kamera termahal Panasonic saat ini.

Sumber: DPReview.

Panasonic Lumix GX9 Andalkan Sistem Image Stabilization 5-Axis dan Sensor Tanpa Low-Pass Filter

Panasonic baru saja menyingkap kamera mirrorless terbarunya, Lumix GX9. Sesuai namanya, ia merupakan penerus dari Lumix GX8 yang dirilis di tahun 2015. Spesifikasinya memang tidak sefenomenal Lumix G9, akan tetapi masih menawarkan peningkatan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan pendahulunya.

Sensor Micro Four Thirds yang digunakan masih sama, dengan resolusi 20,3 megapixel dan dukungan prosesor Venus Engine. Yang berbeda kali ini adalah absennya low-pass filter, yang diyakini mampu meningkatkan ketajaman gambar yang dihasilkan. Sebagai bonus, Panasonic turut menyematkan mode L.Monochrome D bagi penggemar fotografi hitam-putih dengan cita rasa analog, lengkap dengan penyesuaian intensitas grain-nya.

Panasonic Lumix GX9

Untuk video, Lumix GX9 siap merekam dalam resolusi maksimum 4K 30 fps. Sistem autofocus-nya tidak berubah, masih mengandalkan 49 titik beserta teknologi Depth from Defocus yang terbukti sanggup mengunci fokus dengan sangat cepat.

Pembaruan lain yang dibawa GX9 adalah sistem image stabilization internal 5-axis, selevel dengan yang Olympus tawarkan melalui seri OM-D. Lebih lanjut, Panasonic bilang bahwa sistem ini bisa dipadukan bersama sistem image stabilization bawaan lensa agar kompensasi guncangan bisa semakin maksimal.

Panasonic Lumix GX9

Secara fisik, Lumix GX9 mungkin terlihat mirip seperti GX8, akan tetapi sebenarnya tersimpan banyak perbedaan. Di depan, ukuran hand grip-nya menyusut dan tidak lagi setebal milik GX8 – grip milik GX8 begitu tebal sampai-sampai tombol shutter bisa ditempatkan di atasnya.

Beralih ke panel atasnya, Anda bisa menemukan pop-up flash di sebelah hot shoe. Lalu di sebelah satunya, masih ada viewfinder elektronik (EVF) yang bisa dimiringkan ke atas sampai 90 derajat. EVF ini mengemas resolusi 2,76 juta dot, dengan tingkat perbesaran 0,7x dan field of view 100%.

Di bawahnya, Anda akan menjumpai layar sentuh 3 inci beresolusi 1,24 juta dot. Yang sedikit mengecewakan, layar ini tak lagi seperti milik GX8 yang bisa ditarik ke sebelah lalu diputar-putar sesuka hati. Di sini layarnya cuma bisa dimiringkan ke atas 80 derajat, atau ke bawah 45 derajat.

Panasonic Lumix GX9

Saya menduga Panasonic sengaja melakukannya demi memangkas tebal body sekaligus bobot GX9, akan tetapi hal ini sepertinya bisa menjadi alasan utama pengguna GX8 untuk tidak memilih rute upgrade. Selebihnya, karena ini sudah tahun 2018, Bluetooth pun sudah menjadi suatu keharusan, dan GX9 paham betul akan persyaratan tersebut.

Panasonic Lumix GX9 dijadwalkan masuk ke pasaran mulai awal Maret mendatang dengan harga $999, sudah termasuk lensa anyar 12-60mm f/3.5-5.6. Aksesori yang ditawarkan mencakup wide eyecup seharga $19, serta grip tambahan seharga $59.

Sumber: DPReview.

Fokus pada Fotografi, Panasonic Lumix G9 Janjikan Performa di Atas Rata-Rata

Tidak bisa dipungkiri, Panasonic Lumix GH5 merupakan salah satu kamera mirrorless terbaik yang bisa dibeli saat ini. Di atas kertas mungkin masih banyak kamera lain yang menawarkan spesifikasi lebih tinggi, akan tetapi hanya segelintir yang sanggup menandingi kemampuannya dalam merekam video.

Untuk kamera terbarunya, Panasonic memutuskan untuk berfokus pada fotografer profesional sebagai target pasarnya. Entah kebetulan atau tidak, kamera bernama Lumix G9 ini sangat mengedepankan kecepatan dibanding segalanya, sama seperti yang kita jumpai pada Sony A9.

Di dalamnya bernaung sensor Micro Four Thirds 20,3 megapixel yang sama seperti milik GH5, tapi yang telah dioptimalkan untuk meningkatkan kualitas gambar JPEG yang dihasilkan. Panasonic tidak lupa menyematkan mode High Resolution di mana kamera dapat menggerakkan sensornya sebanyak delapan kali guna menciptakan satu gambar beresolusi 80 megapixel dalam format RAW.

Panasonic Lumix G9

Namun seperti yang saya bilang, kecepatan adalah kata kunci untuk menggambarkan kapabilitas G9. Ia dapat menjepret 50 gambar RAW tanpa henti dalam kecepatan 20 fps dengan continuous autofocus dan electronic shutter (9 fps dengan mechanical shutter). Dengan single autofocus, angkanya malah meningkat drastis menjadi 60 fps (electronic) atau 12 fps (mechanical).

Sistem autofocus 225 titik bertajuk Depth from Defocus yang sudah menjadi andalan Panasonic selama beberapa tahun kian disempurnakan pada G9, dengan peningkatan kecepatan (dapat mengunci fokus dalam 0,04 detik saja) dan kinerja tracking subjek. Sistem image stabilization bawaannya diyakini dapat mengompensasi guncangan hingga 6,5 stop exposure.

Sebagai keluarga Lumix, video tetap menjadi salah satu nilai jualnya, meski bukan lagi prioritas utama di sini. Terlepas dari itu, G9 masih mampu merekam video 4K dalam kecepatan 60 fps, dengan bitrate maksimum 150 Mbps dan tanpa cropping sama sekali. Butuh adegan slow-motion? G9 siap merekam video full-HD dalam kecepatan 180 fps.

Panasonic Lumix G9

Secara fisik, G9 mempertahankan gaya desain yang diusung GH5, tapi dengan grip yang lebih besar lagi. Bodinya tidak cuma tahan cipratan air dan debu, tapi juga tahan dingin hingga -10° Celsius. Electronic viewfinder-nya tidak kalah dari Sony A9, sama-sama mengemas panel OLED beresolusi 3,68 juta dot, tapi dengan tingkat perbesaran yang lebih lagi, yakni 0,83x.

Di bawahnya, terdapat layar sentuh 3 inci beresolusi 1,04 juta dot yang bisa dimanipulasi posisinya sesuai kebutuhan, yang ditemani oleh joystick kecil untuk memudahkan pengaturan titik fokus. G9 mengusung dua slot SD card, dan keduanya sama-sama sudah mendukung tipe UHS-II yang berkecepatan tinggi.

Port lainnya mencakup HDMI, jack mikrofon dan headphone, serta micro USB. Konektivitas wireless-nya mengandalkan Wi-Fi AC dan Bluetooth 4.2 untuk terus terhubung ke perangkat secara konstan, sedangkan baterainya diklaim dapat bertahan hingga 400 jepretan.

Panasonic Lumix G9 rencananya bakal dipasarkan mulai Januari 2018 seharga $1.699 untuk bodinya saja. Panasonic juga bakal menawarkan battery grip seharga $349 yang dapat mendongkrak kapasitasnya hingga menjadi 800 jepretan.

Sumber: DPReview.

Mirrorless untuk Kebutuhan Vlogging dan Travelling-mu

Tahun 2015 bisa dikatakan sebagai titik sentral pertumbuhan tren vlogging. Di tahun itu, 42% dari pengguna internet mengaku terpapar oleh konten-konten video yang merupakan transformasi dari blog tersebut. Tarik maju ke hari ini, tren ini disinyalir meningkat lebih gila lagi. Kanal yang dapat secara bebas dimanfaatkan (umumnya YouTube) adalah satu alasannya. Faktor pendukung lainnya ialah maraknya kamera ringkas di pasar.

Konten secara esensial memang penting untuk memancing viewers mampir menonton vlog. Tapi, dalam hal teknis, kamera juga punya nilai yang tak kalah tinggi bagi kualitas vlog. Artikel ini akan mengulas “standar” kamera yang dapat digunakan untuk vlogging; atau untuk merekam momen di kegiatan mobile-mu, seperti travelling. Kamera yang kita ulas sebagai perbandingan antara “teori teknis” dengan penggunaannya di lapangan ialah Panasonic Lumix DC-GF9K.

Desain dan bodi

Vlogging berbicara soal momentum; bagaimana kita menyoroti suatu hal dengan angle tertentu adalah seninya. Jika kamu sedang travelling, membuat vlog akan setingkat lebih “sulit” lagi, oleh sebab setiap detik yang menjadi begitu penting untuk direkam. Karenanya, penting bagimu untuk menenteng kamera mirrorless yang ringan dan ringkas.

WhatsApp_Image_2017-10-18_at_23745_PM

Panasonic Lumix DC-GF9K saya rasa punya poin ini. Bobotnya yang hanya sebesar 269 gram dan berukuran 64.4 mm x 33.3 mm x 106.5 mm ini sangat membantu dalam penyimpanan. Meski kemudian ukuran demikian bagi saya terkesan “ringkih” saat digenggam, namun perlu diakui bahwa DC-GF9K tercipta memang untuk traveler.

WhatsApp_Image_2017-10-18_at_23755_PM

rsz_whatsapp_image_2017-10-25_at_64653_pm

Bagi vlogger, desain bodi harusnya jadi hal penting yang harus diamati saat memilih kamera, agar tetap keren saat mengambil shot di mana pun—karena orang-orang sekitar yang menoleh ke arahnya. Lumix DC-GF9K yang saya coba berwarna orange dengan motif kulit jeruk. Saya melihat ada kesan leather yang ingin ditunjukkan; namun sayang, hal terlihat kurang optimal. Di sisi lain, tampilan analog dan klasik tetap terpancar dan menjadi daya tarik dari mirrorless yang tersedia dalam empat warna ini.

Tampilan antar muka

Sempat saya bahas di awal bahwa vlogging menjadi tren. Fenomena ini seketika melahirkan banyak video content creator yang bertebaran di mana-mana—tak jarang vlogger juga kini sudah menjadi cita-cita anak kecil dan menjadi profesi pilihan. Tidak semua dari mereka lama bergelut di dunia videografi; banyak juga yang baru mengikuti tren ini sambil belajar mengambil gambar.

Tampilan antar muka dari menu yang ada di Lumix DC-GF9K ini sebenarnya mudah, karena Panasonic menyajikan sistem pengaturan dengan touch screen dan pengaturan shutter button yang otomatis pindah ke button bagian kiri saat sedang selfie mode.

Tapi—sepertinya disebabkan oleh penggunaan pertama kali—bagi saya tampilan antar muka ini terasa kurang user-friendly. Penempatan konten menu dan fitur-fiturnya agak sedikit sulit dipahami dengan cepat, apalagi bagi vlogger pemula atau pengguna Lumix pertama kali. Rasanya, akan menjadi kesalahan besar bila kita lupa menaruh manual book yang tersedia di dalam box. Beruntung poin ini tidak terlalu menutupi fitur-fitur mumpuni yang ada di Lumix DC-GF9K, seperti 4K photo dan post focus mode.

Performa dan kualitas gambar

Bagian terakhir inilah yang menjadi unsur penting dalam vlogging. Bagaimana seorang vlogger menangkap momen bertumpu pada performa dan kualitas gambar dari kamera mirrorless. Jika kamu merasa kualitas 4K adalah titik pengalaman tinggi, Lumix DC-GF9K memang disiapkan untukmu.

Fitur 4K yang digelorakan oleh Panasonic membawa kesan baik bagi saya saat mengambil gambar Lumix DC-GF9K. Fitur ini didukung post focus mode dan focus stacking, yang dipoles oleh micro 4/3 sensor, sehingga membuat fleksibilitas dari pemilihan focus lebih nyaman dengan hasil maksimal.

Screenshot_2017-10-25_at_113650

Screenshot_2017-10-25_at_113415

P1060068JPG

Jika kembali ke urusan vlogging, kamera ini belum begitu memanjakan dalam hal merekam suara. Panasonic Lumix DC-GF9K tidak dipersenjatai output audio video, yang sejatinya dapat memberi daya dobrak yang lebih kuat perihal merekam suara. Namun, Panasonic menebusnya dengan mikrofon stereo yang dibekali wind noise canceller.

Vlogger juga perlu kecepatan. Tidak hanya dalam mengambil shot, tapi juga dalam menyimpan dan memindahkan data. Performa dalam hal kirim-mengirim dan simpan-menyimpan data ini terasa lebih mudah dengan kehadiran fitur pemindahan data dengan berbasis Wi-Fi melalui Panasonic Image App. Fitur ini memungkinkan penggunanya untuk “melempar” data tanpa harus terkoneksi dengan kabel.

Konklusi

Bicara vlogging, bicara tentang kecepatan dan portabilitas—kualitas konten adalah syarat mutlak, sehingga tak perlu disebutkan. Panasonic Lumix DC-GF9K yang terlahir dengan tubuh mungil dan enteng serta memiliki resolusi 4K sepertinya sudah menjawab dua kebutuhan tadi. Kendati secara penggunaan akan memakan waktu untuk mempelajarinya, tapi untuk para vlogger dan traveler—apalagi jika kamu keduanya—kamera mirrorless 16,84 megapiksel ini dapat menjadi pilihan untuk merekam momen harianmu.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh Panasonic.

Masuk Kelas Pocket, Panasonic Lumix TZ90 Warisi Sejumlah Fitur Lini Mirrorless

Panasonic baru saja meluncurkan kamera pocket anyar untuk lini “Travel Zoom” (TZ) mereka, yakni Lumix TZ90. Melihat penamaannya, kamera ini merupakan suksesor dari Lumix TZ80 yang dirilis bersama-sama dengan Lumix TZ100 pada awal tahun lalu.

Desainnya tidak banyak berubah dibanding TZ80, dan kamera ini juga masih menggunakan sensor berukuran 1/2,3 inci, meski resolusinya naik sedikit menjadi 20,3 megapixel. Lensa yang digunakan sama persis, dan masih mengacu pada standar yang ditetapkan Leica; menawarkan optical zoom sebesar 30x di angka 24–720mm, dengan aperture f/3.3–6.4.

Seperti pendahulunya, Lumix TZ90 menawarkan optical zoom sebesar 30x / Panasonic
Seperti pendahulunya, Lumix TZ90 menawarkan optical zoom sebesar 30x / Panasonic

Soal video, TZ90 pun tidak membawa perubahan, tetap dalam resolusi 4K 30 fps. Yang baru justru adalah sistem autofocus-nya, dimana TZ90 telah mewarisi teknologi Depth-from-Defocus dari lini mirrorless Panasonic, memungkinkannya untuk mengunci fokus dengan sangat cepat.

Sistem ini, dipadukan dengan kemampuan burst shooting secepat 10 fps (atau 5 fps dalam mode Continuous AF), menjadikan peran TZ90 sebagai kamera travelling makin esensial. Melengkapi semua itu adalah sistem hybrid OIS 5-axis – sayang ini tidak bisa digunakan saat merekam video 4K.

Fitur baru lain yang diusung oleh TZ90 adalah Post Focus dan Focus Stacking – lagi-lagi merupakan warisan lini mirrorless Panasonic. Dengan Post Focus, pengguna dapat mengganti bagian foto yang terfokuskan pasca pemotretan. Focus Stacking juga demikian, tapi untuk depth of field, dan semua prosesnya ini langsung terjadi di perangkat.

Kehadiran layar sentuh sangat memudahkan pengguna dalam menentukan fokus / Panasonic
Kehadiran layar sentuh sangat memudahkan pengguna dalam menentukan fokus / Panasonic

Menengok ke belakang, Anda akan disambut oleh layar sentuh 3 inci beresolusi 1,04 juta dot yang dapat dimiringkan 180 derajat hingga menghadap ke depan. Dalam posisi ini, kamera akan masuk dalam mode Self Shot secara otomatis. Saat sinar matahari terlalu terik, pengguna dapat memanfaatkan electronic viewfinder meski ukurannya terlampau kecil jika dibandingkan dengan milik kamera mirrorless kebanyakan.

Panasonic Lumix TZ90 akan dilepas ke pasaran mulai akhir Mei mendatang dengan banderol harga $449. Pilihan warna yang tersedia hanya hitam dan silver.

Sumber: DPReview.

Panasonic Lumix GF9 Adalah Kamera Mirrorless Seukuran Kamera Pocket

Panasonic cukup sibuk meramaikan ajang CES 2017. Selain memperkenalkan Lumix GH5, mereka juga merilis kamera mirrorless lain bernama Lumix GF9. Sepintas Anda pasti mengira ini merupakan penerus Lumix GF8, namun pada kenyataannya GF9 lebih pantas disebut sebagai suksesor Lumix GM1 dan GM5 yang sudah lama tidak ada kabarnya.

Lumix GM1 sendiri merupakan salah satu kamera mirrorless favorit saya pribadi. Ia kecil, sekecil Sony RX100 tepatnya, tapi di saat yang sama mengusung sensor Micro Four Thirds dan lensa yang dapat dilepas-pasang. Penerusnya, Lumix GM5, tidak sempat menyentuh pasar tanah air, dan setelahnya Panasonic terkesan melupakan lini GM.

Akan tetapi ternyata anggapan saya salah, dimana lini GM kini telah bereinkarnasi dan digabung menjadi lini GF. Lumix GF9 mempertahankan dimensi super-ringkas milik GM1 dan GM5, sekaligus mengunggulkan fitur-fitur selfie yang menjadi andalan GF8.

Panasonic Lumix GF9 datang bersama lensa zoom yang berukuran tidak kalah ringkas / Panasonic
Panasonic Lumix GF9 datang bersama lensa zoom yang berukuran tidak kalah ringkas / Panasonic

Di dalamnya bernaung sensor Micro Four Thirds 16 megapixel tanpa low-pass filter, dengan sensitivitas ISO maksimum 25.600. Prosesor Venus Engine dan sistem AF Depth from Defocus juga hadir, memastikan performa kamera ini segesit kakak-kakaknya yang lebih besar sekaligus dapat diandalkan dalam mengabadikan aksi-aksi cepat.

Video 4K 30 fps bisa ia rekam, lengkap beserta fitur 4K Photo untuk mengekstrak gambar dari video yang ditangkap. Fitur-fitur lain andalan Panasonic seperti Post Focus dan Focus Stacking turut disematkan ke dalam Lumix GF9, menjadikannya suatu paket yang komplet dalam ukuran mini.

Tentunya dimensi ringkas ini punya sejumlah batasan. Utamanya, tidak ada ruang bagi Panasonic untuk menanamkan electronic viewfinder maupun hot shoe. Pop-up flash masih ada, akan tetapi media penyimpanannya mengandalkan microSD ketimbang SD card standar.

Panasonic Lumix GF9 tidak dilengkapi EVF, namun LCD-nya bisa diputar 180 derajat menghadap ke depan / Panasonic
Panasonic Lumix GF9 tidak dilengkapi EVF, namun LCD-nya bisa diputar 180 derajat menghadap ke depan / Panasonic

Beruntung, layar sentuh 3-incinya masih bisa diputar 180 derajat hingga menghadap ke depan – selfie lover pasti tersenyum mendengar hal ini. Konektivitas Wi-Fi masih ada meski tanpa NFC, sedangkan daya tahan baterainya cuma terbatas di angka 210 jepretan.

Secara keseluruhan, Panasonic Lumix GF9 merupakan opsi yang sangat menarik bagi mereka yang mendambakan kamera seukuran kamera pocket, namun dengan fleksibilitas dan kualitas khas kamera mirrorless. Kamera ini rencananya akan dipasarkan mulai bulan Februari seharga $549, sudah termasuk lensa 12-32mm f/3.5-5.6 yang berwujud tidak kalah ringkas.

Sumber: DPReview.

Panasonic Lumix GH5 Bakal Jadi Kamera Mirrorless Pertama yang Bisa Merekam Video 4K 60 fps

Tidak bisa dipungkiri, Panasonic Lumix GH4 merupakan salah satu kamera mirrorless yang paling dicintai oleh kalangan videografer. Bagaimana tidak, saat diperkenalkan di pertengahan tahun 2014, belum banyak kamera mirrorless yang bisa merekam video 4K, apalagi merekamnya langsung ke memory card seperti Lumix GH4.

Dua tahun berselang, Panasonic rupanya telah sibuk menyiapkan suksesornya. Didapuk Lumix GH5, kamera yang sejauh ini masih dalam tahap pengembangan tersebut nantinya bakal menjadi kamera mirrorless pertama yang bisa merekam video 4K 60 fps – untuk sekarang opsi teratas yang ada di mayoritas kamera adalah 4K 30 fps.

Opsi perekaman video 4K 4:2:2 10-bit turut tersedia, demikian pula halnya dengan mode 6K Photo, dimana kamera dapat mengekstrak gambar foto 18 megapixel dari video yang direkam, atau foto 8 megapixel dari video 4K 60 fps.

Apa yang dilakukan Panasonic ini bukanlah pekerjaan mudah. Mereka harus pintar-pintar mengakali bagaimana kamera bisa menggelontorkan panas secara efisien. Hal ini krusial mengingat chip pengolah sinyal digital milik Lumix GH5 akan bekerja secara maksimal dalam menyuguhkan kapabilitas perekaman secanggih itu, dan resikonya tentu saja adalah overheating.

Seperti yang sudah disebutkan, Panasonic Lumix GH5 sejauh ini masih dalam tahap pengembangan. Tidak ada informasi mengenai banderol harga maupun jadwal peluncurannya, yang ada hanyalah sebuah prototipe yang tengah dipamerkan di ajang Photokina di Jerman.

Sumber: DPReview.

Panasonic Perkenalkan Trio Kamera Baru, Masing-Masing Sanggup Merekam Video 4K

Saat pabrikan lain hanya muncul dengan satu atau dua produk, Panasonic mengungkap trio kamera baru sekaligus di ajang Photokina yang berlangsung selama 20 – 25 September ini. Ketiganya adalah Lumix G80, Lumix LX10 dan Lumix FZ2500.

Panasonic Lumix G80

Lumix G80 merupakan suksesor Lumix G7 yang mempunyai gaya desain serupa. Bodinya sama-sama bergaya DSLR, akan tetapi G80 tahan cipratan air dan debu, plus sedikit lebih kokoh berkat pelat depan berbahan magnesium.

Penggunaan material magnesium ini didukung oleh sistem shutter baru yang memanfaatkan mekanisme elektromagnetik, dimana perpaduan keduanya dapat mengurangi hentakan maupun suara yang timbul saat tombol shutter dijepret.

Lumix G80 / Panasonic
Lumix G80 / Panasonic

Sebagian besar spesifikasi dan fitur yang ditawarkan G80 mengingatkan saya akan Lumix GX80 yang dirilis di bulan April lalu. Kemiripannya bermula dari sensor Four Thirds 16 megapixel tanpa low-pass filter, opsi perekaman video 4K, teknologi Depth from Defocus untuk autofocus dan berlanjut sampai sistem image stabilization 5-axis.

Dirinya turut dibekali EVF berpanel OLED 2,36 juta dot, dengan tingkat magnifikasi 0,74x dibandingkan milik Lumix G7 yang hanya 0,7x. Di bawahnya terpasang sebuah layar sentuh 3 inci yang bisa dibuka ke samping dan diputar-putar.

Panasonic Lumix G80 akan dipasarkan mulai Oktober mendatang seharga $899 body only, atau $999 bersama lensa kit 12-60mm f/3.5-5.6 Power O.I.S.

Panasonic Lumix LX15

Seri LX selama ini tidak pernah lebih dari sekadar kamera saku, tapi dengan LX15 Panasonic telah membawanya masuk ke level premium yang selama ini dikuasai oleh Sony RX100. Kuncinya ada pada penggunaan sensor berukuran lebih besar dari standar kamera saku; 1 inci dengan resolusi 20 megapixel – seperti milik Lumix TZ100 – plus lensa 24-72mm f/1.4-2.8.

Lumix LX15 / Panasonic
Lumix LX15 / Panasonic

Lumix LX15 turut dipersenjatai oleh sistem Hybrid OIS+ 5-axis, dimana perekaman video dalam resolusi 1080p akan distabilkan dengan perpaduan sistem electronic dan optical. Perekaman video 4K juga menjadi nilai jual dari LX15, dan ia turut dilengkapi fitur-fitur unik khas Panasonic, seperti misalnya Post Focus dimana pengguna bisa mengatur ulang titik fokus pasca pemotretan.

Tidak ada EVF pada bodi kecil LX15, jadi semua pengoperasian mengandalkan layar sentuh 3 incinya yang bisa dimiringkan 180 derajat untuk memudahkan selfie. Kamera ini rencananya akan masuk ke pasaran mulai bulan November seharga $699.

Panasonic Lumix FZ2000

FZ2000, sesuai dugaan, merupakan penerus dari Lumix FZ1000 yang populer di kalangan videografer. Keunggulan utama FZ2000 ada pada lensa dengan jangkauan zoom yang amat jauh, 20x optical zoom, atau tepatnya 24-480mm f/2.8-4.5. Sensor yang dipakai masih sama, 1 inci dengan resolusi 20 megapixel, plus teknologi autofocus Depth from Defocus.

Menariknya, mekanisme lensa ini berbeda dengan milik FZ1000. Di sini lensanya akan keluar saat kamera dinyalakan, dan tidak akan bergerak maju-mundur saat pengguna melakukan zooming. Semuanya berjalan secara internal seperti di camcorder, dan hasilnya zooming bisa berjalan lebih mulus, krusial untuk skenario videografi.

Lumix FZ2000 / Panasonic
Lumix FZ2000 / Panasonic

Menyinggung soal video, resolusi 4K 30 fps dengan bitrate 100 Mbps adalah opsi maksimum yang bisa dipilih dengan FZ2000. Fitur lain yang akan membuat para videografer tersenyum adalah ND filter terintegrasi, dengan variasi -2EV, -4EV dan -6EV.

Desain Lumix FZ2000 tidak berubah banyak. Pengguna masih akan menjumpai sebuah EVF, tapi kini dengan panel OLED dan tingkat magnifikasi 0,74x, plus sebuah layar sentuh 3 inci yang bisa diarahkan ke samping lalu diputar-putar seperti milik G80 di atas.

Soal harga, Lumix FZ2000 dipatok $1.199 dan akan dipasarkan mulai November mendatang.

Sumber: 1, 2, 3, 4.