Apa itu Venture Capital, Pengertian Jenis, dan Contohnya

Untuk membuat sebuah bisnis bukan lah hal yang gampang dilakukan, ada banyak hal yang harus kamu siapkan. Salah satunya adalah soal modal yang digunakan untuk membangun usaha. Umumnya modal dihasilkan oleh kantong sendiri atau investor melalui venture capital.

Umumnya venture capital adalah sebuah perusahaan yang menyediakan pembiayaan atau pendanaan bagi startup atau UKM.

Lalu, bagaimana cara kerja venture capital dan perusahaan Indonesia apa saja yang sudah masuk menjadi venture capital OJK? Simak pembahasanya di sini!

Pengertian Venture Capital

Dikutip dari investopedia, venture capital adalah sebuah ekuitas swasta dan jenis pembiayaan yang diberikan investor kepada perusahaan pemula dan usaha kecil yang diyakini memiliki potensi pertumbuhan jangka panjang.

Sehingga, equity venture capital adalah lembaga keuangan yang memberikan investasi ke berbagai macam usaha kecil atau startup.

Modal dari venture capital umumnya berasal dari investor yang cukup kaya, bank investasi, dan lembaga keuangan lainnya. Selain uang, venture capital juga bisa diberikan dalam bentuk keahlian teknis atau manajerial. Sementara, untuk mendapatkan modal ventura ini perusahaan perlu mengajukan rencana bisnis ke perusahaan venture capital atau angel investor.

Sementara, dikutip Otoritas Jasa Keuangan (OJK), berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan, perusahaan modal ventura (venture capital company) adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan untuk jangka waktu tertentu.

Kemudian, kegiatan usaha perusahaan venture capital adalah sebagai berikut:

  • Penyertaan saham (equity participation)
  • Penyertaan melalui pembelian obligasi konversi (quasi equity participation)
  • Pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha (profit/revenue sharing)

Jenis-jenis Venture Capital

Venture capital akan memberikan beberapa pendanaan yang berbeda ke setiap startup, sesuai dengan spesifikasinya dan pendanaan ini bisa diberikan sekali, tetapi tidak menuntut kemungkinan venture capital memberikan dua sampai tiga kali jenis pendanaan.

Berikut jenis-jenis pendanaan yang biasanya diberikan oleh venture capital, dikutip My Capital:

1. Seed Capital

Seed capital adalah salah satu jenis pendanaan tahap awal yang diberikan venture capital kepada perusahaan yang belum memiliki produk atau sistem organisasi yang terorganisir dengan baik dan masih mencari tahap pendanaan di tahap awal.

Namun, biasanya dana dari seed capital akan berbentuk kecil dan pas digunakan untuk research market.

2. Startup Capital

Jenis pendanaan yang kedua adalah startup capital, biasanya diberikan kepada perusahaan yang sudah memiliki produk sendiri. Pendanaan ini bisa kamu gunakan untuk merekrut karyawan baru dan juga menyelesaikan produksi sampai siap dipasarkan.

3. Early Stage Capital

Untuk startup yang berkembang dan memiliki penjualan yang cukup baik dalam waktu tiga tahun ke depan, dan sudah memiliki struktur organisasi yang lengkap maka sudah bisa menerima early stage capital.

4. Expansion Capital

Kamu memiliki usaha yang sudah matang dalam melakukan ekspansi dan sudah bisa memaksimalkan pasar saat ini? Oleh karena itu kamu sudah bisa mendapatkan expansion capital dari lembaga venture capital.

Agar bisnis yang kamu jalani bisa berkembang dengan cepat di Indonesia, kamu perlu mencari perusahaan venture capital Indonesia yang tepat.

5. Late Stage Capital

Perusahaan kamu butuh dana tahapan akhir yang cukup untuk meningkatkan kapasitas produksi atau mencapai tujuan yang lebih besar? Pendanaan ini sangat cocok digunakan untuk membuat perusahaanmu semakin lebih baik lagi ke depannya.

Contoh Venture Capital Indonesia

Setelah mengetahui pengertian dan jenis venture capital, langkah terakhir yang wajib kamu tahu adalah contoh venture capital Indonesia 2021 yang aktif dan dapat membantu perusahaan kamu mendapatkan pendanaan.

1. East Venture

East Venture adalah salah satu venture capital Indonesia yang paling aktif memberikan pendanaan, perusahaan ini berdiri sejak tahun 2009 dan sampai tahun 2022, sudah ada 200 startup yang mendapatkan pendanaan dari East Venture. Beberapa di antara adalah Berrybenka, 99.co, Berrykitchen.

2. Alpha JWC Ventures

Alpha JWC Ventures merupakan perusahaan modal ventura yang sudah berinvestasi di sekitar 56 startup, termasuk Kopi Kenangan, Sayurbox, Mangkokku, Noice, Lemonilo, Bobobox, Ajaib, dan masih banyak lagi.

Perusahaan yang fokus berinvestasi pada startup berbasis teknologi di Indonesia ini didirikan oleh Chandra Tjan bersama Jefrey Joe dan Will Ongkowidjaja pada awal 2015. Akan tetapi, debut awalnya di tahun 2016.

3. Golden Gate Venture

Golden Gate Venture adalah perusahaan modal ventura tahap awal yang berdiri sejak 2011. Salah satu venture capital Indonesia yang cukup aktif ini telah berinvestasi di lebih dari 30 perusahaan di lebih dari 7 negara di Asia. Perusahaan Golden Gate Venture berinvestasi dalam startup internet & seluler di banyak sektor, termasuk e-commerce, pembayaran, pasar, aplikasi mobile, dan platform SaaS.

4. Sinar Mas Digital Venture

Salah satu perusahaan berorientasi teknologi yang menyediakan modal venture capital adalah Sinar Mas Digital Ventures (SMDV) yang dibangun pada 2018 dan perusahaan pemodal ini menjadi pemodal aktif nomor dua berdasarkan startup report 2019.

5. Emtek Group

Mungkin kamu mengenal Emtek Group sebagai induk dari beberapa TV nasional SCTV, Indosiar, dan O Channel. Selain itu, Emtek Group juga memberikan pendanaan ke beberapa startup seperti Bukalapak, Bobobox, dan Kudo.

Nah, itu adalah pengertian, jenis, dan contoh venture capital Indonesia yang masih aktif untuk memberikan pendanaan. Untuk mendapatkan pendanaan kamu harus mengelola perusahaan dengan cukup baik dan meyakinkan investor.

Finblox Hadirkan Platform Manajemen Aset Kripto, Bukukan Pendanaan 56 Miliar Rupiah

Platform pengelolaan aset kripto asal Hong Kong, Finblox, berhasil membukukan pendanaan awal senilai $3,9 juta atau setara 56  miliar Rupiah. Perusahaan memiliki fokus utama untuk menyederhanakan pengelolaan aset kripto di lebih dari 100 pasar berkembang.

Putaran ini ditutup dalam dua periode, melibatkan investor strategis dan dana kelolaan yang berfokus pada crypto dan fintech seperti Dragonfly Capital, Sequoia Capital India, Three Arrows Capital, Saison Capital, MSA Capital, Coinfund, Venturra Discovery, Kyros Ventures, First Check Ventures, Rasio Ventures, pendiri Coins.ph Ron Hose, pendiri Xfers Tianwei Liu, dan pendiri Lifepal Giacomo Ficari.

Dana segar yang didapat dari putaran ini akan digunakan untuk mempercepat pertumbuhan platform, termasuk mengembangkan talenta di tim teknis dan produk. Selain itu, sebagian dana juga akan digunakan untuk mempercepat proses pemenuhan regulasi, inisiatif pemasaran, dan edukasi pasar.

Layanan Finblox

Finblox berfokus pada penyediaan layanan pengelolaan aset yang mudah dan aman ke stablecoin dan aset kripto populer di pasar negara berkembang seperti Axie Infinity dan Polygon. Platform ini memungkinkan pengguna untuk secara pasif mendapatkan hasil atas aset mereka dan tidak memiliki batasan pada saldo minimum atau periode penarikan.

Sejak diluncurkan pada bulan Desember 2021, platform ini sudah tersedia untuk pengguna di lebih dari 100 negara. Perusahaan juga disebut telah mengalami pertumbuhan empat kali lipat dalam aset yang dikelola sejak awal 2022, dan 90% pengguna terdaftarnya berasal dari negara berkembang, sebagian besar Asia Tenggara. Selain itu, suku bunga yang ditawarkan diklaim sebagai yang tertinggi yang tersedia di ruang aset digital.

Sebagai tambahan informasi, pengguna Finblox dijanjikan bisa mendapatkan 15% persentase hasil tahunan pada USD Coin, stablecoin yang dipatok ke dolar Amerika Serikat. Aplikasi ini juga menawarkan hasil hingga 90% pada cryptocurrency utama lainnya seperti Bitcoin, Ethereum, Solana, Avalanche, dan Axie Infinity. Pengembalian dimungkinkan melalui kemitraan Finblox dengan peminjam institusi kripto yang mapan dan protokol keuangan terdesentralisasi yang tepercaya.

Perusahaan ini didirikan oleh veteran Peter Hoang dan Dmitriy Paunin. Peter sendiri dikenal sebagai pendiri aplikasi perdagangan saham Gotrade, yang didukung oleh Y Combinator. Sementara Dmitriy Paunin adalah Chief Technology Officer di Coins.ph, perusahaan trading di Asia Tenggara berbasis di Filipina yang telah mengumpulkan lebih dari 16 juta pengguna.

CEO Finblox Peter Hoang  mengungkapkan, “Visi inti kami adalah mendemokratisasi pembangunan kekayaan untuk semua, dan menyediakan akses mudah ke keuangan terdesentralisasi adalah langkah pertama. Selain tarif terdepan di pasar dan pembayaran harian, yang membedakan kami adalah fokus pada penyederhanaan pengalaman crypto on-ramp dengan cara yang aman dan terjamin, dan menyediakan konten pendidikan yang memberdayakan pengguna Finblox untuk memegang aset jangka panjang alih-alih berdagang mereka.”

Terkait keamanan, aset pengguna dijamin dan diasuransikan oleh Fireblocks Inc. (“Fireblocks”), penjaga aset digital bersertifikat. Selain itu, sistem ini juga dilindungi oleh platform asuransi kripto Coincover. Perusahaan ini dikenal dengan Keamanan Informasi yang mendalam di sektor tekfin dan telah membangun platform yang tahan terhadap sebagian besar masalah yang dapat dihadapi pelanggan saat bekerja dengan aset digital.

“Menjalankan platform yang cepat namun aman adalah tujuan utama kami, dan kami akan selalu mengutamakan kebutuhan dan keamanan pelanggan kami di atas prioritas kami. Saya sangat bangga dengan seberapa cepat kami membawa tim insinyur dan profesional kelas atas untuk mengembangkan sistem yang memanfaatkan kekuatan teknologi blockchain dan mitra institusional yang paling tepercaya,” tambah Dmitriy Paunin, CTO Finblox.

Fokus di pasar Indonesia

Inflasi yang tinggi dan suku bunga deposito bank yang rendah telah memicu lonjakan besar dalam adopsi kripto di seluruh dunia, yang mencapai lebih dari 880% pada tahun 2021 saja. Vietnam, India, Filipina, Brasil, dan pasar negara berkembang lainnya menempati peringkat tertinggi dalam indeks adopsi kripto global tahun lalu. Namun, hanya sebagian kecil dari populasi global yang terpapar kripto. Mengingat keberhasilan adopsi meskipun kesadaran terbatas, ini merupakan peluang pertumbuhan besar untuk aplikasi seperti Finblox di negara berkembang.

Partner Dragonfly Capital Mia Deng mengungkapkan, “Asia Tenggara telah berkembang menjadi salah satu pasar paling aktif selama setahun terakhir, namun infrastruktur produk masih kurang untuk mendukung permintaan yang berkembang pesat. Kami percaya apa yang Peter dan Dmitriy bangun di Finblox akan memberikan kontribusi yang berarti bagi ekosistem kripto di Asia Tenggara.”

Terkait fokusnya di Indonesia, Peter menuturkan bahwa sebagai perusahaan crypto, Finblox bersaing dalam skala global, bukan hanya pasar negara berkembang. Indonesia menjadi salah satu yang menjadi target utama di wilayah Asia Tenggara karena potensinya yang sangat besar.

Menurut laporan startup edukasi blockchain Australia Coinformant, Indonesia telah memimpin dari sisi minat kripto pada tahun 2021. Dalam laporan tersebut, Indonesia mencapai skor minat kripto tertinggi dengan 5,73 dari 10, mengalahkan negara lain dalam kombinasi empat faktor termasuk jumlah pencarian Google, jumlah artikel kripto yang diterbitkan, peningkatan tingkat keterlibatan dan kepemilikan kripto. Chile berada di peringkat kedua dengan skor 5,26, diikuti Argentina dengan skor 4,79.

Platform ini diklaim menawarkan imbalan hasil tertinggi yang tersedia pada koin-koin utama seperti USD Coin, Bitcoin, Ethereum, dan Polygon. Dalam hal fokus pada kawasan berkembang seperti Asia Tenggara, Finblox juga mengklaim sebagai satu-satunya platform yang menawarkan hasil tertinggi pada XSGD dan XIDRstablecoin yang masing-masing dipatok ke dolar Singapura dan rupiah Indonesia.

Dalam wawancara melalui singkat dengan DailySocial.id, Peter juga mengungkapkan salah satu proposisi nilai yang ditawarkan Finblox yang membedakannya dengan pemain lain adalah fokusnya pada edukasi pengguna dimana Finblox memberdayakan pengguna untuk menanam aset jangka panjang alih-alih memperdagangkannya.

Terkait regulasi, Finblox mengaku berusaha memberikan layanan terbaik dengan tetap mengikuti ketentuan yang berlaku. Untuk Indonesia dan Singapura, Finblox telah bermitra dengan Xfers, yang berlisensi dari Monetary Authority of Singapore untuk penerbitan uang elektronik. Xfers juga memiliki izin Penyelenggara Transfer Dana dari Bank Indonesia.

“Di wilayah berkembang seperti Asia Tenggara, penting sekali untuk solusi manajemen kekayaan yang disesuaikan dengan perilaku konsumen – Finblox adalah solusinya. Peter dan Dmitriy adalah pendiri dengan rekam jejak di sektor fintech dan kripto tradisional dan telah membuktikan bahwa mereka tahu apa yang dapat mendorong kesuksesan pasar,” papar Chris Sirise, Partner di Saison Capital.

Di Indonesia sebelumnya juga ada Nobi yang fokus membantu pengguna meningkatkan nilai aset kripto mereka. Layanan yang diunggulkan berupa Nobi Strategy, Savings, dan Staking. Baru-baru ini Nobi bukukan pendanaan awal 57 miliar Rupiah dipimpin oleh AC Ventures.

Application Information Will Show Up Here