Redupnya Pamor Layanan “Daily Deals” Tidak Mematahkan Semangat Para Pemain yang Tersisa

Di medio 2011-2012, layanan berkonsep daily deals atau yang menyuguhkan promo dan diskon sangat populer. Kini layanan seperti ini sudah berkurang, bahkan mulai hilang. Di masa jayanya, kita mendengar nama-nama seperti Groupon atau LivingSocial. Kini keduanya sudah tidak ada di Indonesia, berganti nama karena diambil alih kepemilikannya atau malah sudah berhenti beroperasi.

Sebuah artikel di Knowledge@Wharton yang ditayangkan Maret silam menyebutkan sekarang adalah era kelam bagi industri daily deals. Selain model bisnis yang dirasa tak lagi relevan, situs-situs penjaja daily deals dinilai menjual barang dengan harga di bawah pasar. Dalam tulisan tersebut juga disebutkan Groupon yang sempat memiliki masa jayanya kini berada dalam bayang-bayang masa lalunya.

Perlambatan pertumbuhan ini disinyalir karena beberapa hal. Yang pertama meski adopsi masyarakat Indonesia terhadap aplikasi mobile dan teknologi terus naik, strategi brand atau pemilik produk mulai berubah. Mereka cenderung menggunakan cara pemasaran lain dibanding menggandeng layanan penyedia diskon.

Dugaan kedua adalah karena mereka ingin mendapatkan margin keuntungan yang lebih. Memajang produk mereka di situs promo atau diskon bisa mempengaruhi margin pendapatan mereka. Kepopuleran layanan daily deals mulai terkikis seiring banyak layanan yang mulai menjajaki program loyalitas pengguna yang menawarkan potongan harga bagi pelanggan setia mereka. Sebuah cara lain mendapatkan pengguna.

Pemain industri masih optimis

Industri layanan deals masih dinilai menyimpan potensi oleh para pemainnya. Co-Founder SopSip Raymond Salim kepada DailySocial menceritakan bahwa layanan mereka, sebuah komunitas berbagi deals, saat ini dalam tahap berkembang dan bahkan diproyeksikan akan mencapai pertumbuhan 200%.

“Saya rasa potensi SopSip sangat besar dan bisa dibilang ini masih stage warming up. Kita sangat excited untuk apa yang SopSip bisa tawarkan ke user kita di Indonesia,” ujar Raymond.

SopSip merupakan sebuah layanan yang membantu pengguna berbagi informasi diskon yang mereka ketahui atau bahkan yang mereka punya (jika mereka pemilik sebuah usaha). SopSip mengandalkan pengguna sebagai ujung tombak untuk ketersediaan promo dan diskon. SopSip percaya dengan menjaga kualitas konten, masyarakat akan percaya dan beralih menjadi pengguna.

Ada juga PestaDiskon, layanan yang didirikan untuk membantu merchant, brand, dan mall berpromosi. Dengan perolehan 17 ribu kunjungan dan 357 unduhan untuk aplikasi Android-nya, CEO PestaDiskon Aditya Rahardi masih percaya bisnis mereka akan tumbuh.

Sinyal positif lainnya juga ditunjukkan Picodi. Layanan yang tersedia di beberapa negara Asia Tenggara lainnya ini percaya bahwa bisnis mereka dalam tahap berkembang di Indonesia. Mereka bahkan mengklaim mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan dan optimis merajai pasar Indonesia di tahun 2018.

“Cara terbaik dan terpendek untuk menggambarkannya adalah: berkembang. Kami terus berkembang di Asia dan Indonesia jelas merupakan salah satu pemain terdepan dalam hal laju pertumbuhan di Picodi. Saya tidak akan memberi tahu Anda jumlah pasti, tapi saya dapat memberitahu Anda bahwa sejak terakhir kali kami berbicara dengan kalian, kami telah tumbuh 6 kali lebih besar dan ingin mendominasi pasar pada tahun 2018,” ungkap Market Manager Picodi Alan Steczko.

Permasalahan

Menurut ketiga narasumber, ada dua permasalahan yang dinilai menghambat industri deals berkembang di Indonesia. Mereka adalah komunikasi informasi diskon dan edukasi ke masyarakat.

“Selama ini mindset orang tentang diskon adalah barang yang di-markup lalu baru diskon. Ini ingin kita ubah mindset tersebut, karena banyak [layanan] e-commerce yang membuat konsep diskon seperti itu. Kita ingin intercept mereka agar orang-orang yang ingin berbelanja bisa menjadi smart shopper,” ujar Aditya.

Alan menjelaskan tanpa edukasi yang baik di masyarakat tentang penggunaan kode voucher untuk promo atau diskon, layanan seperti ini akan sangat sulit berkembang. Menurutnya Picodi telah melakukan yang terbaik, tinggal menunggu waktu untuk bisa dikenal baik oleh masyarakat.

PestaDiskon Suguhkan Direktori Informasi Diskon dan Promo

Salah satu bisnis yang ramai namun susah “ditembus” untuk startup di Indonesia adalah diskon. Tak sedikit startup di Indonesia hadir dengan menyuguhkan informasi disko, tak banyak pula yang akhirnya gulung tikar. Namun hal tersebut tidak mengurangi kepercayaan diri PestaDiskon meluncur di masyarakat. Sebuah layanan yang mempunyai tujuan untuk menjadi rujukan penggunanya dalam mencari diskon.

PestaDiskon sendiri merupakan bagian dari Citra Manunggal Group, sebuah perusahaan di bidang IT service dan e-commerce yang sudah berdiri sejak tahun 2004. Daya tarik diskon dan promo di mata masyarakat yang masih tinggi dinilai menjadi salah satu alasan yang tepat dalam pengembangan PestaDiskon. Hadirnya PestaDiskon Diklaim sebagai layanan yang mengakomodir keinginan masyarakat terhadap informasi diskon dan promo yang valid.

“Diskonnya beragam mulai dari fashion, kuliner. Alat rumah tangga, kecantikan dan kesehatan, promo kartu kredit di bank, gadget, hiburan dan traveling dan berbagai macam diskon lain,” ujar CEO PestaDiskon Aditya Rahardi.

Optimis karena konsep bisnis yang diusung

Di Indonesia sebenarnya sudah banyak layanan diskon atau promo. Banyak pula yang akhirnya tutup. Nama-nama seperti Groupon dan Ensogo (sebelumnya bernama LivingSocial) dulu sempat menghiasi persaingan layanan penyedia informasi diskon dan promo. Semuanya kini sudah tidak lagi menjajakan diskon. Selain itu nama-nama seperti Lakupon, Picodi, dan Evoucher adalah beberapa layanan penyedia informasi diskon yang masih bertahan.

PestaDiskon sendiri ketika ditanya mengenai peluang mereka diterima masyarakat mengindikasikan kepercayaan diri. Tamara selaku perwakilan PestaDiskon menyebutkan pihaknya sangat optimis karena saat ini pasar dari PestaDiskon belum ada yang mengisi. Kerja sama dengan beberapa tenant di mall menjadi salah satu alasan mereka ingin menjadi “The Number #1 Indonesian Mall Directory”.

“Model bisnis kita adalah B2B di mana kita bekerja sama dengan mall. Kenapa mall? Karena di dalam mall terdapat berbagai macam tenant yang sering mengadakan promo untuk menjaring atau mengakusisi pengguna mereka,” papar Aditya.

Selain bentuk kerja sama, PestaDiskon juga optimis dengan aplikasi mobile mereka. Diterangkan Tamara, fitur utama di aplikasi mobile PestaDiskon adalah geolocation map. Fitur ini memudahkan pengguna untuk mencari info diskon atau event di sekar mereka. Fitur ini dinilai menjadi salah satu cara untuk menyuguhkan informasi diskon yang efisien.

Application Information Will Show Up Here