Lineup Samsung Neo QLED TV Resmi Hadir di Indonesia, Tersedia dalam Varian 8K Maupun 4K

Samsung hari ini (6/5) resmi memperkenalkan jajaran TV premiumnya untuk pasar Indonesia di tahun 2021. Bintang utamanya adalah lini Neo QLED 8K TV, akan tetapi Samsung pun tidak lupa menyinggung sejumlah pembaruan yang terdapat pada lini Lifestyle TV mereka.

Kita mulai dari yang paling memikat terlebih dulu, yakni Neo QLED 8K TV. Dibanding lini QLED TV dari generasi sebelumnya, Neo QLED menghadirkan lompatan yang cukup jauh perihal kualitas gambar berkat pemanfaatan teknologi Quantum Mini LED yang ukurannya 40 kali lebih kecil daripada LED konvensional.

Neo QLED berbeda dari MicroLED (lini TV lain Samsung yang bahkan lebih premium lagi), dan sebelum ini saya sudah sempat menjabarkan perbedaan di antara keduanya secara cukup mendetail. Meski begitu, kalau dibandingkan dengan QLED biasa, Neo QLED jelas sudah jauh lebih superior dalam hal kontras maupun reproduksi warna.

“Level kontrasnya tinggi, warnanya tidak redup, dan hitamnya sangat presisi,” demikian komentar sutradara kenamaan Angga Dwimas Sasongko mengenai kualitas gambar Neo QLED 8K TV. Sebelum acara peluncuran ini, Angga rupanya sudah sempat mencoba TV ini langsung selama proses pembuatan film pendek terbarunya yang berjudul “Konfabulasi”.

Sama halnya seperti ketika TV 4K baru bermunculan beberapa tahun silam dan semuanya menawarkan teknologi upscaling dari FHD ke 4K, Neo QLED 8K TV juga hadir membawa teknologi upscaling berbasis AI guna meningkatkan resolusi konten apapun menjadi konten beresolusi 8K. 8K memang belum mainstream, akan tetapi Angga percaya distribusi konten 8K bakal sangat terbantu oleh tren streaming, apalagi ketika jaringan 5G sudah tersedia secara luas nanti.

Selain memukau dari sisi visual, Neo QLED TV turut menghadirkan kinerja audio yang mumpuni berkat teknologi Object Tracking Sound Pro (OTS Pro). Samsung menggambarkan OTS Pro sebagai teknologi surround yang dinamis, di mana TV bisa mengidentifikasi asal suara dari konten yang diputar, sehingga suara yang disajikan pun akan bergerak mengikuti gerakan objek di setiap adegan.

Buat kalangan gamer, Neo QLED TV juga sudah dilengkapi fitur FreeSync Premium Pro dan Auto Low Latency Mode (ALLM) guna menghadirkan sesi gaming yang bebas dari screen tearing dan dengan input lag yang sangat minimal. Pada resolusi 4K 120 Hz, latensinya diklaim bisa ditekan sampai serendah 5,8 milidetik.

Selain untuk menikmati konten hiburan, Neo QLED TV juga dapat diandalkan untuk bekerja maupun belajar. Dengan bantuan fitur PC on TV, pengguna bisa mengakses dokumen-dokumen yang ada di PC atau laptop untuk ditampilkan di layar besar TV ini. Bagi pengguna smartphone Samsung Galaxy, mereka juga bisa memanfaatkan fitur Samsung DeX untuk menampilkan dokumen kerja atau sekolah di layar TV.

Juga tidak kalah menarik adalah integrasi layanan Samsung Health pada Neo QLED TV, yang memungkinkan pengguna untuk melangsungkan latihan kebugaran langsung di depan TV, lengkap dengan panduan dari instruktur profesional. Samsung Health di TV juga dapat terhubung dengan perangkat mobile dan wearable Samsung demi memudahkan konsolidasi data aktivitas pengguna.

Di Indonesia, pre-order Samsung Neo QLED TV sudah dibuka mulai tanggal 6 hingga 31 Mei 2021 melalui toko online Samsung.com. Untuk Neo QLED 8K TV model 75 inci, harganya dipatok Rp71.999.000, sedangkan model 65 inci dihargai Rp51.999.000. Samsung Indonesia menawarkan garansi selama 12 bulan untuk panel, dan 24 bulan untuk spare part. Pada bulan Juli nanti, Samsung rencananya juga bakal menghadirkan Neo QLED 8K TV versi 85 inci.

Dalam kesempatan yang sama, Samsung turut menawarkan Neo QLED 4K TV yang juga tersedia dalam ukuran 75 inci dan 65 inci. Harganya sudah pasti lebih terjangkau: Rp61.999.000 untuk model 75 inci, dan Rp 32.999.000 untuk model 65 inci. Selama periode pre-order, konsumen berhak mendapatkan hadiah langsung berupa Galaxy S21 dan Galaxy Watch3 untuk Neo QLED 8K TV, atau Galaxy S21 untuk Neo QLED 4K TV.

Pembaruan pada lineup Samsung Lifestyle TV

Lineup Samsung Lifestyle TV untuk pasar Indonesia sejauh ini terdiri dari The Frame, The Serif, The Sero, The Terrace, dan proyektor The Premiere. Selain dirancang untuk menghadirkan pengalaman menonton yang immersive, kelima produk tersebut juga dimaksudkan untuk menjadi pelengkap interior rumah, sekaligus memberikan sentuhan personal sesuai passion masing-masing pemiliknya.

Untuk The Frame, versi terbarunya yang dipasarkan tahun ini hadir dengan rancangan baru yang 46 persen lebih tipis, serta pilihan bentuk bezel Beveled atau Modern dalam warna putih, cokelat, teal, dan brick red. The Frame 2021 memiliki adjustable stand yang akan menambah opsi penempatan di meja, dan kini juga hadir dalam pilihan ukuran 43 inci dengan harga yang lebih terjangkau di kisaran 10 jutaan rupiah.

Lanjut ke The Serif, edisi 2021-nya kini turut menghadirkan pilihan warna baru Cotton Blue. Untuk The Sero, TV yang bisa menampilkan gambar secara horizontal dan vertikal ini sekarang juga tersedia dengan opsi aksesori roda untuk semakin memudahkan penempatannya.

Inisiatif Going Green

Beberapa hari sebelum peluncuran Neo QLED 8K TV ini, Samsung Indonesia sempat mengumumkan inisiatif Going Green sebagai wujud komitmen berkelanjutannya untuk melindungi masa depan dan lingkungan. Inisiatif ini mereka jalani dengan menghadirkan remote control SolarCell dan memperluas penggunaan eco-packaging pada sebagian besar produk TV-nya di tahun 2021.

SolarCell, sesuai namanya, adalah remote control baru yang bekerja dengan mengisi daya dari sinar matahari, atau dengan mengandalkan pencahayaan dalam ruangan maupun pengisian daya lewat USB. Singkat cerita, remote control ini tidak menggunakan baterai sekali pakai seperti biasanya, yang berarti konsumen bisa ikut berkontribusi mengurangi jumlah limbah beracun.

Lebih lanjut, bodi remote control ini juga mengandung 24 persen (sekitar 31 gram) material plastik daur ulang dari botol air bekas. Menurut Samsung, menggunakan remote control ini selama tujuh tahun sama saja dengan mengurangi emisi gas rumah kaca sebanyak 14.000 ton dan mengeliminasi penggunaan 99 juta baterai AAA.

Gagasan melindungi lingkungan hidup dengan cara mengurangi limbah secara signifikan ini kian dimaksimalkan dengan perluasan eco-packaging ke lebih banyak lini produk TV terbaru Samsung. Samsung percaya penggunaan eco-packaging dapat berkontribusi dalam pengurangan emisi gas rumah kaca sebanyak 10.000 setiap tahunnya. Ini penting mengingat ukuran TV terus bertambah besar seiring waktu, yang berarti ukuran kemasannya pun jadi semakin besar dan meninggalkan semakin banyak carbon footprint.

Di saat yang sama, eco-packaging juga memberikan added value bagi material yang dulunya dianggap barang bekas atau bahkan sampah. Kemasan minimalis ini dapat di-upcycle, dengan dot design yang akan membantu pembeli memotong dan membuat suatu proyek kreatif bersama keluarga, seperti misalnya mainan anak, atau bahkan furnitur dan dekorasi rumah. Di masa pandemi seperti sekarang, Samsung percaya eco-packaging dapat menjadi sarana untuk merekatkan hubungan seluruh anggota keluarga dan melatih kreativitas bersama.

Samsung Neo QLED TV dan MicroLED TV, Apa Saja Perbedaannya?

Samsung hari ini (22/4) menggelar konferensi virtual Neo QLED Tech Seminar 2021, dan saya bersama sejumlah awak media lain berkesempatan untuk langsung mengikuti jalannya acara. Dalam acara tersebut, Samsung mempresentasikan secara mendetail fitur-fitur unggulan yang ditawarkan oleh jajaran smart TV yang akan segera mereka jual di tahun 2021 ini, sekaligus mengadakan sesi tanya-jawab bersama timnya di Korea Selatan.

Pada lineup TV utamanya, Samsung menawarkan dua seri yang berbeda: Neo QLED dan MicroLED. Apa perbedaannya? Apakah hanya sebatas diversifikasi branding begitu saja? Tentu tidak, dan di sini saya akan mencoba merangkum keunggulan yang ditawarkan oleh masing-masing TV.

Kita mulai dari Neo QLED terlebih dulu, yang merupakan penerus seri QLED dari generasi sebelumnya. Neo QLED pada dasarnya memakai Mini LED sebagai basis teknologinya, di mana ukuran tiap-tiap unit LED yang tertanam cuma 1/40 dari ukuran LED konvensional. Alhasil, perangkat TV tak hanya bisa dibuat lebih ramping, melainkan juga mampu menyajikan tingkat kontras yang lebih baik, dengan efek blooming yang minimal.

Berhubung ukuran LED-nya jauh lebih kecil, otomatis jumlahnya pun bisa diperbanyak, dan ketika jumlah LED-nya bertambah, local dimming zone-nya juga bisa ikut ditambah, memberikan kontrol cahaya yang lebih presisi lagi daripada sebelumnya. Selain itu, rasio kontrasnya juga bisa ikut ditingkatkan berkat pengaplikasian Quantum Matrix Technology yang memanfaatkan gradasi 12-bit.

Hadir dalam resolusi 4K dan 8K, lini TV Neo QLED turut dilengkapi Neo Quantum Processor yang bertugas meng-upscale resolusi konten dengan kinerja AI yang disempurnakan. Bukan cuma itu, tingkat kontrasnya juga dapat diatur secara real-time berdasarkan frame demi frame.

Bagi para pemilik console PlayStation 5 atau Xbox Series S/X, Neo QLED siap menyuguhkan sesi gaming dalam resolusi 4K 120 Hz. Dukungan terhadap AMD FreeSync Premium Pro pun juga merupakan fitur standar di TV ini. Pada sesi Q&A, perwakilan Samsung bilang bahwa mereka bakal mempertimbangkan untuk menyertakan dukungan G-Sync pada tahun 2022.

Samsung MicroLED TV / Samsung

Selanjutnya, mari kita bahas mengenai MicroLED. Dari perspektif sederhana, cara kerja MicroLED justru lebih mirip OLED karena ia tidak memerlukan lapisan backlight yang terpisah, berbeda dari Neo QLED tadi. Jadi selain menampilkan warna RGB, tiap-tiap pixel MicroLED yang berukuran mikroskopis ini juga mampu memancarkan cahayanya sendiri.

Alhasil, karakteristiknya jadi benar-benar mirip OLED, di mana warna hitam akan tampak begitu pekat, sebab ketika menampilkan gambar berwarna hitam, sebenarnya Micro LED tidak akan memancarkan cahaya apa-apa, alias mati. Yang berbeda adalah, tingkat kecerahan maksimum yang dapat dicapai MicroLED jauh lebih tinggi, maksimum hingga 5.000 nit, bandingkan dengan OLED yang hanya terbatas di kisaran 1.000 nit.

Juga sangat berbeda adalah sifat MicroLED yang non-organik, yang berarti ia tidak akan terdampak oleh efek burn-in seperti OLED. Samsung percaya diri bahwa TV MicroLED-nya mampu menyajikan kualitas gambar yang konsisten sampai paling tidak 100.000 jam, alias lebih dari 11 tahun. Namun pada praktiknya pasti lebih lama dari itu karena tidak mungkin Anda menyalakan TV selama 24 jam setiap harinya, bukan?

Singkat cerita, kalau budget bukan masalah dan kualitas gambar adalah prioritas yang benar-benar tidak dapat dikompromikan, maka MicroLED adalah pilihan yang lebih tepat. Kebetulan jajaran TV MicroLED Samsung juga hadir dalam variasi ukuran yang lebih besar lagi daripada Neo QLED: 88 inci, 99 inci, dan 110 inci, meski nantinya juga akan ada varian berukuran 76 inci.

Samsung Ungkap Dua Laptop Flagship Baru, Galaxy Book Flex dan Galaxy Book Ion

Samsung punya dua laptop baru, Galaxy Book Flex yang convertible, dan Galaxy Book Ion yang konvensional (non-touchscreen). Diperkenalkan pada ajang Samsung Developers Conference 2019, kedua laptop ini siap menyasar pasar high-end menjelang akhir tahun nanti.

Dibandingkan laptoplaptop Samsung sebelumnya, Flex dan Ion mengusung desain yang menurut saya lebih elegan. Keduanya sama-sama tipis dan ringan, serta tersedia dalam varian dengan layar 13,3 inci dan 15,6 inci yang sama-sama dikitari oleh bezel cukup tipis. Layarnya ini cukup istimewa meski resolusinya hanya 1080p.

Istimewa karena panel yang digunakan adalah QLED, jenis panel yang selama ini Samsung gunakan pada sejumlah TV mahalnya. Flex dan Ion merupakan laptop pertama yang menggunakannya, dan Samsung mengklaim layar QLED ini mampu mereproduksi warna secara lebih akurat. Tingkat kecerahan mksimumnya juga amat tinggi di angka 600 nit.

Samsung Galaxy Book Flex

Keunikan lain Flex dan Ion tersembunyi pada touchpad-nya. Sepintas touchpad-nya kelihatan biasa saja, akan tetapi dengan menekan shortcut pada keyboard, touchpad tersebut dapat beralih fungsi menjadi sebuah wireless charger. Ya, Anda bisa mengisi ulang baterai smartphone atau smartwatch yang mendukung Qi wireless charging hanya dengan meletakkannya di atas touchpad milik laptop ini.

Satu hal yang perlu dicatat, tentu saja touchpad jadi tidak bisa berfungsi selagi menjadi wireless charger. Namun saya bisa membayangkan kegunaan fitur ini ketika laptop sedang dipakai untuk menonton, atau ketika digunakan selagi ada mouse yang tersambung.

Samsung Galaxy Book Ion / Samsung
Samsung Galaxy Book Ion / Samsung

Melanjutkan tradisi sebelumnya, Flex yang mengemas layar sentuh turut dibekali dengan S Pen, yang ternyata mempunyai ‘rumah’ sendiri di samping kanan perangkat. S Pen yang dibawa pun merupakan generasi terbaru seperti yang kita jumpai pada seri Galaxy Note 10, yang telah dilengkapi sensor gerakan sehingga kita bisa menerapkan berbagai gesture selagi menggenggamnya.

Urusan spesifikasi, Flex dan Ion juga termasuk mumpuni. Keduanya sama-sama menggunakan prosesor Intel generasi ke-10, akan tetapi Flex sedikit lebih unggul berkat arsitektur Ice Lake yang lebih baru, bandingkan dengan Ion yang menggunakan Comet Lake. RAM-nya dapat dikonfigurasikan hingga 16 GB, sedangkan SSD tipe NVMe-nya hingga 1 TB.

Samsung Galaxy Book Ion

Khusus varian 15 incinya, konsumen bisa memilih untuk menambahkan dedicated GPU, spesifiknya Nvidia GeForce MX250. Terkait daya tahan baterainya, Samsung tidak berbicara banyak kecuali menyebut kedua laptop ini telah ‘lulus’ dari program Intel Project Athena, yang sejatinya memberikan jaminan bahwa baterainya tergolong awet.

Seperti yang saya bilang, Samsung Galaxy Book Flex dan Galaxy Book Ion bakal mulai dipasarkan pada bulan Desember nanti di beberapa negara. Banderol harganya masih belum disebutkan, tapi sudah pasti di atas $1.000.

Sumber: Samsung.

Lini TV QLED Samsung Edisi 2018 Dapat Mengontrol Perangkat Smart Home dan Dibekali Bixby

Januari lalu di event CES, Samsung memamerkan teknologi TV baru bertajuk MicroLED, yang diklaim punya kualitas gambar setara OLED, tapi bersifat modular dan fleksibel. Rencananya, lini TV baru tersebut bakal dipasarkan mulai Agustus mendatang, namun sebelumnya Samsung ingin lebih dulu menyuguhi konsumen dengan generasi baru TV QLED-nya.

Lineup TV QLED Samsung untuk tahun 2018 ini terdiri dari empat seri: Q9, Q8, Q7 dan Q6, urut dari yang paling mahal dan paling bagus kualitas gambarnya, dengan variasi ukuran mulai 49 sampai 88 inci. Setiap serinya bakal mencakup beberapa varian, termasuk yang berlayar melengkung. Lalu apa saja pembaruan yang dibawanya?

Samsung QLED TV 2018

Untuk pertama kalinya, TV QLED Samsung kini dibekali fitur full-array local dimming (khusus seri Q9 dan Q8). Local dimming pada dasarnya merupakan salah satu fitur unggulan yang sering dijumpai pada TV LED kelas flagship, berfungsi untuk meningkatkan rasio kontras secara keseluruhan.

Selebihnya, pembaruan yang disematkan lebih mengacu pada aspek kepintaran. TV QLED generasi baru ini sekarang bisa dipakai untuk mengendalikan beragam perangkat smart home (kamera pengawas, termostat, lampu pintar, dll) yang tergabung dalam ekosistem SmartThings kepunyaan Samsung sendiri. Lebih lanjut, asisten virtual Bixby pun sudah terintegrasi penuh ke semua varian.

Samsung QLED TV 2018

Kemudian ada pula fitur yang cukup menarik bernama Ambient Mode. Dalam mode ini, TV akan menampilkan gambar statis sesuai dengan tembok di belakangnya, sehingga TV pun tampak seakan-akan menyatu dengan tembok. Selama dalam mode ini, TV juga dapat menampilkan informasi seperti ramalan cuaca atau headline berita-berita terbaru.

Samsung belum mengungkapkan rentang harga untuk lini TV QLED edisi 2018-nya ini, akan tetapi pemasarannya akan dimulai dalam beberapa minggu ke depan di Amerika Serikat.

Samsung QLED TV 2018

Sumber: Samsung.

Tiba di Indonesia, Monitor Gaming Curved ‘Monster’ Samsung Tak Cuma Bermanfaat Buat Gamer Saja

Dengan pengalaman selama puluhan tahun di ranah penyediaan TV dan home entertainment, Samsung punya bekal yang cukup banyak ketika mereka memutuskan buat melangkah ke segmen monitor gaming. Target konsumen di kelas ini memang berbeda dari khalayak umum, namun sejumlah teknologi visual bisa mereka kembangkan lebih jauh untuk memuaskan gamer.

Satu contohnya ialah quantum dot, yaitu teknologi layar yang memanfaatkan semikonduktor nanocrystal untuk menghasilkan cahaya monokromatis merah, hijau dan biru yang murni. Gunanya adalah buat meningkatkan kecerahan serta daya jangkau warna. Quantum dot dapat Anda temukan di CHG70 dan CFG73, dan belum lama, Samsung mengimplementasikannya ke monitor gaming high-end ‘monster’ baru mereka.

CHG90 15

Disingkap perdana di Gamescom Cologne 2017, CHG90 QLED ialah pemandangan yang tidak biasa. Ia adalah monitor gaming berlayar melengkung 49-inci yang terinspirasi dari teater IMAX dengan tujuan ‘memaksimalkan efek sinematik video game‘. Buat mempermudah Anda membayangkan sebesar apa monitor 49-inci, ukuran ini setara dua monitor 27-inci 16:9.

CHG90 12

Dan tepat di awal bulan Februari 2018 kemarin, Samsung resmi meluncurkan CHG90 QLED di Indonesia.

 

Teknologi dan spesifikasi

Monitor ultra-wide tersebut memanjakan Anda dengan resolusi full-HD ganda di 3840x1080p, refresh rate 144Hz dan rasio 32:9. Ia mengusung panel jenis Vertical Alignment yang menjanjikan kepekatan warna hitam lebih tinggi serta warna putih lebih alami. CHG90 QLED mempunyai level kelengkungan 1800R, dimaksudkan untuk mendongkrak tingkat realisme dan memberikan keunggulan dalam permainan karena memastikan sudut pandang kita lebih luas, tanpa membuat mata cepat lelah, serta tanpa diganggu garis frame seperti ketika menggunakan setup multi-monitor.

CHG90 13

Quantum dot sendiri berdampak pada output warna monitor, kabarnya mampu mencakup 125 persen spektrum warna RGB dibanding standar color space RGB film digital di industri perfilman Amerika (DCI-P3). CHG90 juga ditopang oleh teknologi high dynamic range (HDR), yang biasa ditemukan di produk display berformat besar atau TV premium. HDR berfungsi untuk memperluas jangkauan warna dan kontras, sehingga efek ‘cerah’ terlihat lebih cerah, lalu segala objek di sana punya efek kedalaman.

CHG90 8

CHG90 2

Selain itu, produsen turut membekali monitor ini bersama Radeon FreeSync 2. Seperti versi sebelumnya, Freesync adalah teknologi untuk menyinkronkan frame rate yang dihasilkan kartu grafis dengan kemampuan monitor melakukan refresh. Berkatnya, output jadi lebih mulus, mengurangi keterlambatan input dan mencegah adanya efek screen tearing. Di versi kedua ini, FreeSync siap mendukung HDR dan tingkat refresh rate lebih tinggi.

CHG90 6

CHG90 7

Samsung susah-susah memampatkan itu semua ke CHG90 QLED karena mereka ingin konten permainan tersaji ke gamer seperti yang diinginkan oleh para developer-nya.

CHG90 3

CHG90 9

 

Kolaborasi bersama EA dan dukungan game

Seorang perwakilan Samsung memberi tahu saya bahwa proses riset dan pengembangan monitor gaming CHG90 turut dibantu oleh publisher game Electronic Arts. Ia tidak mengungkapkan proses kolaborasinya secara spesifik, namun hal ini menjelaskan kemunculan permainan-permainan EA di sejumlah gambar dan video promosi produk, contohnya Mass Effect: Andromeda, Star Wars Battlefront II, Battlefield 1 dan Titanfall 2.

Namun CHG90 tak cuma mendukung game-game EA saja. Ada daftar cukup panjang permainan yang siap menyuguhkan konten di rasio 32:9, termasuk judul-judul eSport populer seperti Counter-Strike: Global Offensive dan Rainbow Six Siege. Saya sendiri berkesempatan menjajal langsung Project CARS 2. Di mode ‘kokpit’, rasio 32:9 memberikan ruang penglihatan sangat luas, mengurangi rasa jengkel akibat sempitnya perspektif, membuat saya bisa lebih berkonsentrasi pada balapan.

CHG90 5

CHG90 4

Fitur Freesync 2 memang cuma dapat diakses oleh pemilik PC dengan kartu grafis AMD seperti Radeon R9 Series (kecuali 370/370X), R7 260 dan 260X, serta seri RX 400; namun pengguna GPU Nvidia GeForce GTX 1050 sampai GTX 1080Ti dan Titan X tetap bisa menikmati fitur high dynamic range. Menariknya, ada lebih banyak kartu grafis dari Nvidia yang menunjang HDR ketimbang AMD Radeon.

CHG90 1

 

Tak sekadar untuk gamer…

Di Indonesia, sasaran konsumen monitor gaming CHG90 QLED tak cuma gamer high-end, tapi juga para profesional dan kreator. Di presentasinya, Samsung menyingkap sejumlah alasan mengapa CHG90 sangat membantu ranah produktif. Pertama, layar melengkung merupakan jenis yang paling ideal secara ergonomis di mata karena ‘sejajar’ dengan field of vision alami mata manusia. Ketika bergerak ke kiri dan kanan, perubahan fokus lensa tidak setinggi sewaktu Anda melihat layar datar, membuat mata tidak cepat lelah.

CHG90 11

CHG90 10

Lalu tentu saja berkat panel super-lebar tersebut, Anda bisa menampilkan window aplikasi dan dokumen lebih banyak. Itu artinya proses bekerja jadi lebih nyaman dan produktif. Kita tak lagi perlu terlalu banyak melakukan scrolling, zooming, ataupun minimize/maximize window.

 

Harga dan waktu ketersediaan

Monitor gaming CHG90 QLED sebetulnya sudah mulai dipasarkan di Indonesia. Belum lama, kabarnya Samsung juga sempat membuka gerbang pre-order. Yang jelas, Anda membutuhkan jumlah uang sangat besar buat meminangnya. Produk ini dibanderol seharga Rp 20 juta ‘saja’.

Samsung Umumkan TV Berteknologi MicroLED, Setara OLED tapi Modular dan Fleksibel

Bicara soal TV OLED, LG adalah pemimpin di segmen ini. Pabrikan asal Korea Selatan itu adalah pemasok panel OLED untuk TV buatan Sony dan Panasonic, dan baru-baru ini mereka juga memamerkan TV OLED terbesar sekaligus tertinggi resolusinya (8K).

Samsung di saat yang sama masih menuai banyak debat perihal kemampuan lini TV QLED-nya dalam menyaingi kualitas gambar TV OLED. Permasalahannya, menurut mereka yang meragukan TV QLED Samsung, adalah panel yang digunakan masih membutuhkan backlight, tidak seperti panel OLED yang tiap-tiap pixel-nya bisa menyala sendiri, yang menjadi rahasia di balik superioritas OLED dalam hal kontras dan reproduksi warna.

Samsung sendiri sebenarnya pernah mengembangkan TV OLED di tahun 2012, tapi mereka gagal memproduksi massalnya. Dari situ mereka bertekad menciptakan teknologi alternatif yang bisa menyaingi OLED, maka lahirlah QLED, yang juga dikenal dengan istilah Quantum Dot.

Samsung MicroLED TV

Tahun ini, Samsung sudah siap dengan alternatif yang lain lagi bernama MicroLED – jangan dipelesetkan jadi “mikrolet”. Namanya diambil dari pixel berukuran mikroskopis di dalamnya, yang hebatnya, bisa menyala dengan sendirinya tanpa bantuan backlight, sama seperti OLED. Lalu apa yang membedakannya dari OLED?

Samsung bilang bahwa MicroLED bersifat modular. Artinya, TV berteknologi ini terdiri dari beberapa modul (panel) terpisah yang disatukan, bukan sebongkah panel utuh seperti pada TV OLED. Keuntungannya, MicroLED begitu fleksibel dan bisa diaplikasikan menjadi TV dalam berbagai macam ukuran, mulai dari yang kecil untuk di kamar tidur sampai yang segede gaban.

Samsung MicroLED TV

Pada kenyataannya, Samsung memamerkan teknologi ini lewat sebuah TV 4K raksasa berukuran 146 inci. Begitu besar dan lebarnya TV ini, Samsung menjulukinya dengan istilah “The Wall”. Menurut pantauan The Verge, warna yang dihasilkannya cukup pekat, dan secara keseluruhan tampak sangat terang. Sambungan antar modulnya pun tidak kelihatan ketika ada konten yang sedang diputar.

Mengingat Samsung sejauh ini masih mengategorikan MicroLED dan The Wall sebagai konsep, membandingkan kualitas gambarnya dengan TV QLED maupun OLED bakal terkesan prematur. Meski demikian, Samsung sudah punya rencana untuk meneruskannya hingga menjadi produk untuk konsumen, dan mereka menarget musim semi tahun ini sebagai jadwal peluncurannya.

Sumber: Samsung.

Samsung Luncurkan Monitor QLED Berdesain Curved dengan Konektivitas Thunderbolt 3

Awal tahun lalu, Samsung memperkenalkan monitor berdesain curved pertamanya yang mengusung teknologi Quantum Dot (QLED). Untuk tahun ini, Samsung memperlengkap formulanya dengan satu komposisi yang tertinggal, yakni konektivitas Thunderbolt 3 (USB-C) yang berkecepatan tinggi.

Peran Thunderbolt 3 di segmen monitor sangatlah penting, sebab konsumen jadi bisa meminimalkan jumlah kabel di atas meja kerjanya secara drastis. Gampangnya, satu kabel yang menyambung dari monitor ke laptop bertanggung jawab atas transmisi video dan audio, tidak ketinggalan pula suplai energi dengan kapasitas hingga 85 watt.

Gaya desain Samsung CJ791 QLED Monitor kelihatan mirip seperti pendahulunya, dengan kurvatur sebesar 1500R. Letak perbedaan utamanya adalah aspect ratio yang kini melebar menjadi 21:9, menyuguhkan ruang yang lebih luas untuk multitasking pada panel layar beresolusi 3440 x 1440 pixel miliknya.

Samsung CJ791 QLED Monitor

Selebihnya, panel QLED sendiri menjanjikan kontras yang lebih baik serta reproduksi warna yang lebih akurat (125% spektrum sRGB) ketimbang LED biasa – meski masih belum di level OLED, tapi toh harganya juga tidak sesinting OLED. Samsung tak lupa menyematkan fitur untuk memanjakan para gamer, macam mode khusus gaming dan response time 4 milidetik.

Monitor ini rencananya akan dipamerkan di panggung CES 2018, dan sejauh ini belum ada informasi mengenai harga dan ketersediaannya. Monitor Thunderbolt 3 sepertinya bakal menjadi tren tahun ini, sebab LG sebelumnya juga sudah menyiapkan dua monitor dengan teknologi konektivitas ciptaan Intel tersebut.

Sumber: Samsung.

TV QLED Samsung Kini Dapat Menyajikan Warna yang Akurat untuk Konsumen Buta Warna

Bicara soal TV, kontras dan warna merupakan faktor lain yang tidak kalah penting di samping resolusi. Kehadiran TV berpanel OLED maupun yang mendukung teknologi HDR dinilai sebagai terobosan yang paling signifikan sejak transisi dari resolusi SD ke HD (dan full-HD).

Namun sebagus apapun kontras dan warna yang bisa disajikan suatu TV, mustahil TV tersebut dapat menyelesaikan problem kebutaan warna. Untuk itu, dibutuhkan upaya ekstra ketimbang hanya mengandalkan panel OLED dan dukungan HDR, seperti yang dilakukan Samsung baru-baru ini.

Mereka baru saja merilis aplikasi bernama SeeColors untuk semua lini TV QLED besutannya. Aplikasi ini pada dasarnya bakal mengkalibrasi ulang layar TV sehingga konsumen yang buta warna sekalipun dapat melihat reproduksi warna yang akurat di hadapan mereka.

Samsung SeeColors app for QLED TV

Sebelum melakukan kalibrasi, SeeColors akan terlebih dulu membantu konsumen yang buta warna melakukan diagnosis dengan metode C-Test yang dikembangkan bersama para ahli dari perusahaan Colorlite. Setelah tipe dan intensitas kebutaan warnanya diidentifikasi, barulah TV akan dikalibrasi berdasarkan hasil diagnosis.

Tentu saja reproduksi warna yang dihasilkan TV QLED yang sudah dikalibrasi bakal terlihat salah di mata konsumen normal. Namun memang bukan itu tujuan yang ingin Samsung capai lewat SeeColors.

Selain tersedia di TV secara langsung, aplikasi SeeColors juga bisa diunduh di sejumlah smartphone Samsung Galaxy. Jadi setelah melakukan diagnosis di smartphone, pengguna tinggal menyambungkannya ke TV QLED dan kalibrasi bakal langsung dijalankan secara otomatis.

Application Information Will Show Up Here

Sumber: Samsung.