Di Swiss, Sampel Pemeriksaan Lab Dikirim Menggunakan Drone

Desember lalu, dinas pos Perancis memulai program pengiriman barangnya menggunakan drone. Kali ini, giliran Swiss Post yang mengumumkan program serupa, tapi yang spesifik untuk mengirimkan sampel pemeriksaan laboratorium antara dua rumah sakit.

Sejak pertengahan Maret kemarin, setidaknya sudah ada sekitar 70 uji coba yang dilakukan di kota Lugano, dan otoritas penerbangan sipil setempat juga telah memberikan lampu hijau. Rencananya, program ini akan dijalankan secara resmi mulai tahun depan, dimana setiap harinya bakal ada drone yang mondar-mandir membawa sampel lab dari satu rumah sakit ke lainnya.

Drone garapan Matternet ini punya daya angkut maksimal 2 kilogram / Matternet
Drone garapan Matternet ini punya daya angkut maksimal 2 kilogram / Matternet

Drone yang digunakan Swiss Post adalah hasil garapan Matternet, perusahaan asal Amerika yang sebelumnya juga bertanggung jawab atas drone yang menancap di atap mobil konsep Mercedes-Benz Vision Van. Quadcopter ini punya daya angkut sebesar 2 kg, jarak tempuh 20 km, dan kecepatan rata-rata 36 km/jam.

Pengoperasiannya amat simpel, dimana drone hanya perlu diaktifkan menggunakan aplikasi smartphone, lalu drone akan melangsungkan perjalanan secara otomatis. Perangkat mengandalkan sensor inframerah guna mendeteksi titik pendaratan di rumah sakit tujuan.

Tidak perlu teknisi khusus, drone dapat diaktifkan oleh staf rumah sakit via aplikasi smartphone / Matternet
Tidak perlu teknisi khusus, drone dapat diaktifkan oleh staf rumah sakit via aplikasi smartphone / Matternet

Ini bukan pertama kalinya drone dipakai untuk mengirim keperluan medis. Namun Swiss Post mengklaim bahwa ini pertama kalinya program serupa dijalankan di kawasan urban, sehingga manfaatnya pun langsung kelihatan: waktu pengiriman bisa dipersingkat karena tidak terjebak macet, dan perawatan pasien pun bisa berlangsung lebih cepat.

Inovasi yang dilakukan Swiss Post ini sekaligus menjadi bukti ekstra bahwa drone delivery bukan lagi sekadar konsep di atas kertas. Penerapannya juga tidak harus mengandalkan raksasa teknologi seperti Amazon; bahkan Domino’s saja sudah mulai mengantar pizza menggunakan drone.

Sumber: The Verge dan Swiss Post.

DJI Matrice 200 Adalah Drone Tahan Pukul untuk Keperluan Komersial dan Industrial

Tidak bisa dipungkiri, DJI merupakan pemimpin di segmen consumer drone. Namun hal itu tidak membuat mereka lupa dengan segmen commercial atau industrial drone, yakni drone yang biasanya dipakai untuk melakukan inspeksi infrastruktur maupun pemetaan lahan konstruksi.

Di hadapan pengunjung MWC 2017 di Barcelona, DJI mengungkap lini drone Matrice 200. Lini ini terdiri dari tiga model yang berbeda, yakni M200, M210 dan M210 RTK. Perbedaannya terletak pada jumlah gimbal-nya: M200 hanya punya satu gimbal menghadap ke bawah, M210 punya dua plus satu lagi yang menghadap ke atas, sedangkan M210 RTK sama persis tapi telah dibekali dengan modul navigasi yang presisi sampai hitungan sentimeter.

Gimbal-nya ini kompatibel dengan hampir semua lini kamera Zenmuse yang DJI kembangkan sendiri. Selagi menggotong satu kamera, Matrice 200 diperkirakan dapat mengudara selama 35 menit nonstop berkat sepasang unit baterainya. Lebih lanjut, Matrice 200 telah mengantongi sertifikasi IP43, yang berarti ia sanggup mengudara di cuaca yang kurang ideal.

DJI Matrice 200 tersedia dalam tiga model: M200, M210 dan M210 RTK / DJI
DJI Matrice 200 tersedia dalam tiga model: M200, M210 dan M210 RTK / DJI

Hampir semua teknologi terkini DJI ada pada lini Matrice 200. Yang paling utama adalah DJI Flightsense, yang pada dasarnya memungkinkan Matrice 200 untuk mendeteksi sekaligus menghindari rintangan dengan sendirinya, baik ketika bergerak maju, mundur, menyamping dan atas-bawah, persis seperti Inspire 2.

Masih seputar navigasi, lini Matrice 200 turut mengusung teknologi DJI AirSense. Teknologi ini sejatinya mengandalkan komponen ADS-B receiver yang berfungsi untuk memberikan informasi real-time mengenai posisi, tingkat ketinggian dan kecepatan drone lain atau pesawat yang dilengkapi ADS-B transmitter yang ada di sekitarnya, sehingga sang pilot bisa terus siaga.

DJI Matrice 200 dapat mengudara dalam kondisi cuaca yang kurang ideal, seperti misalnya ketika hujan gerimis / DJI
DJI Matrice 200 dapat mengudara dalam kondisi cuaca yang kurang ideal, seperti misalnya ketika hujan gerimis / DJI

DJI tidak lupa membekali Matrice 200 dengan sistem Lightbridge 2, dimana drone dapat dikendalikan hingga jarak sejauh 7 kilometer selagi meneruskan video hasil tangkapan kameranya secara langsung dalam resolusi 1080p. Fitur ActiveTrack yang berfungsi untuk mendeteksi, mengikuti dan menempatkan objek dalam pandangan kamera secara konstan turut tersedia.

Sekali lagi, DJI Matrice 200 ini bukan diperuntukkan konsumen umum, melainkan untuk keperluan komersial dan industrial. Banderol harganya belum diumumkan, tapi rencananya pemasaran akan dimulai pada kuartal kedua tahun ini juga.

Sumber: Engadget dan DJI.

Tiga Bulan Setelah Penarikan, GoPro Karma Kembali Dipasarkan

Debut perdana GoPro di segmen drone berjalan kurang begitu mulus. Diperkenalkan sekitar lima bulan yang lalu, Karma sejatinya mendapat respon cukup positif dari publik. Namun sejumlah insiden yang terjadi dua bulan setelahnya mengharuskan GoPro untuk menarik semua unit Karma yang telah terjual.

GoPro pada saat itu hanya berani menawarkan refund, tanpa mengumbar janji bahwa Karma akan kembali ke pasaran dalam waktu dekat. Namun ternyata GoPro sudah siap untuk kembali memasarkan Karma sekitar tiga bulan setelah keputusan penarikan tersebut dibuat, tepatnya per tanggal 1 Februari 2017 kemarin.

Dalam kurun waktu yang tergolong singkat tersebut, GoPro telah berusaha keras untuk membenahi Karma dan mencari solusi atas kendala teknisnya. Setelah melakukan investigasi, GoPro menemukan bahwa letak kesalahannya ada pada desain pengunci baterai yang kurang optimal.

Kesalahan ini menyebabkan sejumlah drone tiba-tiba kehilangan tenaga saat tengah mengudara dan dengan terpaksa terjun bebas hingga mencium tanah. Usut punya usut, baterainya tidak terhubungkan dengan baik akibat mekanisme penguncian yang kurang optimal itu tadi.

GoPro pun akhirnya memutuskan untuk merancang pengunci baterai baru untuk Karma, serta melakukan pengujian yang ekstensif guna memastikan tidak ada kesalahan yang terulang ke depannya.

Terlepas dari itu, GoPro Karma saat ini sudah bisa dibeli lagi dengan banderol harga yang sama, yakni $1.100 bersama action cam Hero5 Black, atau $800 untuk drone-nya saja. GoPro juga menawarkan drone Karma tanpa aksesori Karma Grip seharga $600, mengingat stabilizer tersebut juga bisa dibeli secara terpisah.

Sumber: GoPro dan The Verge.

Selfly Adalah Drone Ahli Selfie Sekaligus Casing Smartphone

Tren drone spesialis selfie terus bertambah populer. Produk seperti Hover Camera Passport pada dasarnya telah mengubah pandangan kita terhadap sebuah drone. Sebelum ini, kita mengenal drone sebagai perangkat yang harus disimpan di dalam tas khusus berukuran besar untuk dibawa-bawa. Sekarang, Anda bisa dengan mudah menyimpannya di dalam saku.

Seakan Hover Camera Passport masih kurang kecil, sekarang ada drone ahli selfie lain yang bahkan berukuran lebih ringkas lagi. Dijuluki Selfly, ukurannya tidak jauh lebih besar dari smartphone. Malahan, drone ini juga merangkap peran sebagai casing ponsel.

Selfly memiliki dimensi 131 x 66 x 9 mm. Dengan tebal bodi tidak sampai 1 cm, Selfly masih cukup pantas untuk digunakan sebagai casing ponsel sehari-harinya., apalagi mengingat bobotnya tidak lebih dari 70 gram. Sebagai pelindung smartphone, tentu saja ia bisa Anda selipkan ke saku celana dengan mudah.

Selfly Camera diklaim kompatibel dengan semua smartphone berlayar 4 - 6 inci / Selfly
Selfly Camera diklaim kompatibel dengan semua smartphone berlayar 4 – 6 inci / Selfly

Cara kerja Selfly cukup unik, dimana Anda bisa melepas unit quadcopter dari ‘rumahnya’, dan Selfly pun siap untuk diterbangkan. Selagi mengudara, Selfly sanggup mengambil foto beresolusi 8 megapixel atau merekam video 1080p 30 fps. Khusus untuk foto, semuanya akan langsung disimpan ke memory ponsel secara otomatis.

Selfly tidak malu-malu soal teknologi. Ia dibekali mode untuk mengikuti ke mana Anda bergerak, serta untuk mendeteksi wajah dan senyuman, lalu mengambil gambar seketika itu juga. Selfly dilengkapi baterai rechargeable yang bisa bertahan sekitar 5 menit waktu mengudara.

Perihal kompatibilitas, pihak pengembangnya mengklaim Selfly kompatibel dengan semua ponsel dengan layar berukuran 4 – 6 inci berkat bantuan sebuah adapter. Aplikasi pendampingnya sendiri tersedia di platform Android maupun iOS.

Untuk bisa mendapatkan Selfly, Anda harus bersabar karena ia dipasarkan lewat situs crowdfunding Kickstarter. Banderol harga yang ditetapkan selama masa early bird adalah $79, sedangkan harga retail-nya diperkirakan berkisar $139.

Amazon Makin Dekat dengan Impiannya Mengirim Barang Menggunakan Drone

Sudah tiga tahun semenjak Amazon pertama mengungkap misi ambisiusnya untuk mengirim barang menggunakan drone. Iterasi demi iterasi drone yang digunakan juga terus disempurnakan. Secara perlahan, Amazon semakin dekat dengan realisasi layanan bertajuk Prime Air tersebut.

Laporan yang terbaru mengatakan bahwa retailer online terbesar itu sudah berhasil melakukan pengiriman barang via drone di suatu kota kecil bernama Cambridgeshire di dataran Inggris pada tanggal 7 Desember kemarin. Pengiriman ditujukan kepada seorang bapak-bapak yang memesan sebungkus popcorn dan Amazon Fire TV.

Tidak lebih dari 30 menit setelah sang bapak melakukan pemesanan, paketnya tiba dengan selamat di pekarangan rumahnya. Amazon bilang drone-nya bergerak dari gudang ke lokasi pengiriman dengan sendirinya, tanpa campur tangan manusia dan murni mengandalkan GPS beserta computer vision guna menghindari rintangan di sepanjang rutenya.

Drone yang digunakan kali ini berbeda dari yang terakhir didemonstrasikan. Bentuknya kembali menganut desain quadcopter seperti prototipe awalnya. Terlepas dari itu, dimensinya masih jauh lebih besar ketimbang drone sekelas DJI Phantom 4, seperti bisa dilihat dari perbandingan ukuran antara boks kargo yang dibawa dan drone itu sendiri.

Drone yang digunakan kali ini kembali menganut desain quadcopter seperti prototipe awalnya / Amazon
Drone yang digunakan kali ini kembali menganut desain quadcopter seperti prototipe awalnya / Amazon

Terkait lokasinya, mengapa Inggris yang dipilih dan bukan kampung halaman Amazon sendiri? Well, itu dikarenakan regulasi di AS mewajibkan seseorang memegang kendali atas drone yang digunakan untuk mengirim barang. Amazon ingin prosesnya bisa berjalan secara otomatis, sehingga sejauh ini belum memungkinkan bagi mereka untuk mengujinya di kampung sendiri.

Amazon juga bukan satu-satunya perusahaan yang tengah bereksperimen dengan pengiriman barang menggunakan drone. Sebelum ini, Domino’s Pizza sudah lebih dulu melaksanakan pengiriman via drone di Selandia Baru. Di tempat lain, retailer asal Tiongkok JD.com rupanya juga sudah mulai melakukan pengiriman menggunakan drone ke desa-desa kecil.

Drone delivery ini bukan semata untuk pamer teknologi saja, namun ada beberapa manfaat yang bisa diambil, baik oleh pihak retailer maupun konsumen. Yang pertama, biaya logistik bisa ditekan secara cukup drastis; sebelumnya mengandalkan truk pengirim dan sopir, nantinya hanya seorang operator drone.

Kedua, drone sama sekali tidak menghasilkan polusi udara. Yang terakhir, drone sanggup menjangkau lokasi-lokasi terpencil yang akses jalannya tidak memungkinkan untuk dilalui truk pengirim. Tiga alasan ini saja sebenarnya sudah cukup menjadi alasan mengapa publik menaruh harapan besar terhadap layanan macam Amazon Prime Air.

Sumber: New York Times dan Amazon.

DroneGun Mampu Tumbangkan Drone Jahil dari Jarak 2 Kilometer

Semakin banyak jumlah drone, semakin besar potensinya untuk disalahgunakan. Petugas bandara misalnya, harus siaga kapan saja guna memastikan tidak ada drone yang diterbangkan di kawasan bandara demi alasan keselamatan.

Namun kalau ternyata sudah terlanjur ada drone yang terbang dan pilotnya tidak diketahui keberadaannya, tindakan pun harus segera diambil. Ketimbang mengambil jalur ekstrem dan menembaknya dengan senjata laras panjang, ada solusi lain yang tak kalah efektif meski tidak melibatkan kekerasan.

Namanya DroneGun, dikembangkan oleh DroneShield yang bermarkas di Australia. Jangan cepat tertipu oleh wujudnya yang super-garang, senjata ini sama sekali tidak berbahaya atau malah mematikan. Meski sepintas kelihatan seperti bazooka dari game bertema sci-fi, DroneGun sebenarnya tidak bisa menembakkan proyektil apa-apa.

Anda butuh izin khusus untuk bisa membeli DroneGun / DroneShield
Anda butuh izin khusus untuk bisa membeli DroneGun / DroneShield

Yang bisa ia lakukan adalah menembakkan sinyal pengacau dari jarak 2 kilometer, seketika itu juga memutuskan sambungan antara drone dan sang pilot. Dengan demikian, drone akan segera mendarat dan masalah pun akhirnya dapat terhindari.

Tidak ada kerusakan pada drone yang ditumbangkan. Malahan, ada mode lain untuk mengaktifkan fitur return to home milik sang drone dari kejauhan. Cara ini mungkin malah lebih disukai sebab pilot drone tersebut bisa langsung diketahui posisinya.

Sayangnya Anda tidak bisa sembarangan membeli senjata berbobot 6 kg ini, sebab DroneShield hanya menjualnya kepada yang memiliki izin khusus. Target pasarnya pada dasarnya adalah kalangan militer, pemerintahan, maupun orang-orang penting yang selalu membutuhkan proteksi ekstra.

Sumber: Digital Trends.

DJI Umumkan Drone Phantom 4 Pro dan Inspire 2

DJI rupanya sedang di atas angin tahun ini. Baru 8 bulan setelah meluncurkan Phantom 4 dan belum lama ini Mavic Pro, pabrikan asal Tiongkok tersebut sudah kembali mencuri perhatian dengan sepasang drone baru, yaitu Phantom 4 Pro dan Inspire 2. Keduanya sama-sama ditujukan buat fotografer dan videografer profesional.

DJI Phantom 4 Pro

Sebelum ini, Phantom 4 sempat membuat gebrakan berkat kemampuannya menghindari rintangan dengan sendirinya. Phantom 4 Pro malah membawa bakat tersebut ke level yang lebih tinggi dengan tambahan sepasang kamera stereoscopic di sisi belakang dan sepasang sensor infra-merah di kiri-kanannya. Alhasil, Phantom 4 Pro dapat mendeteksi rintangan saat bergerak maju, mundur serta menyamping.

Kepintarannya tidak berhenti sampai di situ saja. Saat sinyal GPS tiba-tiba hilang, Phantom 4 Pro akan terbang menuju ke titik terakhir dimana koneksi tersedia dan menunggu di situ sampai sang pilot kembali memegang kendali. Lebih lanjut, saat Phantom 4 Pro diminta untuk pulang dengan sendirinya, pendeteksian rintangan masih akan terus aktif.

DJI Phantom 4 Pro / DJI
DJI Phantom 4 Pro / DJI

DJI tidak lupa membekali Phantom 4 Pro dengan kamera baru yang mengemas sensor 1 inci beresolusi 20 megapixel. Tidak hanya menawarkan dynamic range seluas 12 stop, kamera ini juga sanggup merekam video 4K 60 fps dalam bitrate 100 Mbps. Tidak kalah menarik adalah penggunaan shutter mekanik yang bakal mengeliminasi problem rolling shutter ketika drone digunakan untuk mengabadikan aksi-aksi cepat.

Performanya pun turut disempurnakan. Phantom 4 Pro kini dapat melesat dalam kecepatan 50 km/jam meski selagi pendeteksian rintangannya aktif, atau 72 km/jam dalam mode sport. Daya tahan baterainya juga ikut naik menjadi 30 menit dalam satu kali cas.

Controller DJI Phantom 4 Pro yang dilengkapi layar sentuh 5,5 inci / DJI
Controller DJI Phantom 4 Pro yang dilengkapi layar sentuh 5,5 inci / DJI

Phantom 4 Pro datang bersama controller baru yang dilengkapi layar sentuh terintegrasi, sehingga pengguna sama sekali tidak perlu menyambungkan ponsel atau tablet-nya mengingat aplikasi DJI GO pun sudah tertanam di dalamnya. Layar 5,5 inci beresolusi 1080p ini mempunyai tingkat kecerahan amat tinggi (1000 nit), sangat efektif ketika drone dipakai di siang bolong.

Pre-order Phantom 4 Pro saat ini sudah dibuka. Harganya dipatok $1.499 dengan controller standar, atau $1.799 dengan controller baru yang memiliki layar terintegrasi.

DJI Inspire 2

Inspire 2 meneruskan jejak Inspire 1 sebagai salah satu drone favorit studio-studio Hollywood. Desainnya secara garis besar tidak berubah, akan tetapi konstruksinya kini terbuat dari perpaduan mangesium dan aluminium; lebih berisi tapi di saat yang sama juga lebih ringan.

Kecepatan maksimumnya mencapai angka 107 km/jam, dengan akselerasi hingga 80 km/jam dalam waktu 4 detik saja. Dengan performa seperti ini, Inspire 2 bisa lebih cekatan mengabadikan aksi mobil kebut-kebutan, apalagi didukung sistem baterai ganda yang memberikan daya tahan selama 27 menit.

DJI Inspire 2 / DJI
DJI Inspire 2 / DJI

Sama seperti Phantom 4 Pro, Inspire 2 juga bisa menghindari rintangan ketika bergerak maju, mundur maupun menyamping. DJI bahkan telah menyematkan sensor infra-merah di bagian atas Inspire 2 supaya ia tidak akan terbang menerjang kabel atau apapun yang berada di atasnya. Inspire 2 turut dibekali kamera ekstra di sisi depannya, yang berguna untuk memberikan pandangan kepada sang pilot selagi kameranya tengah membidik ke arah lain.

Inspire 2 datang bersama kamera baru Zenmuse X5S yang mengusung sensor Micro Four Thirds dengan resolusi 20,8 megapixel dan dynamic range seluas 12,8 stop. Video bisa ia rekam dalam resolusi 5,2K dengan format RAW dan bitrate 4,2 Gbps – yang bisa disimpan langsung ke dalam SSD yang menyambung via konektor PCI-express – memberikan keleluasaan yang lebih bagi para videografer dalam proses penyuntingan.

DJI Inspire 2 dibekali sistem baterai ganda dan slot PCI-express untuk SSD / DJI
DJI Inspire 2 dibekali sistem baterai ganda dan slot PCI-express untuk SSD / DJI

DJI telah membuka pre-order Inspire 2. Harga ‘batangannya’ dipatok $2.999, namun tersedia pula bundel bersama kamera Zenmuse X5S dan license key Adobe CinemaDNG plus Apple ProRes seharga $6.200.

Sumber: DJI.

Drone Intel Shooting Star Dikembangkan Secara Khusus untuk Pertunjukan Cahaya

Tepat tanggal 7 Oktober 2016 lalu, Intel mencatatkan rekor dunia untuk kategori kendaraan udara tanpa awak alias drone terbanyak yang terbang secara bersamaan. Sebanyak 500 drone sekaligus mengudara bersama-sama, dan semuanya dikendalikan oleh seorang pilot menggunakan laptop.

Masing-masing drone tersebut adalah Intel Shooting Star, dikembangkan secara khusus oleh sang produsen prosesor untuk pertunjukan cahaya dengan koreografi yang spektakuler. Drone ini berbeda dari yang digunakan Intel saat mencatatkan rekor dunia sebelumnya tidak sampai setahun yang lalu.

Bobot Shooting Star hanya berkisar 280 gram. Kerangkanya terbuat dari perpaduan material plastik fleksibel dan gabus, sedangkan keempat baling-balingnya dibungkus kerangka khusus sebagai proteksi. Di bagian perutnya, terdapat LED yang dapat menyala dalam kombinasi 4 miliar warna.

Intel mengklaim sama sekali tidak ada sekrup di bodi Shooting Star, dan drone tersebut dapat terus mengudara bahkan ketika gerimis. Terlepas dari bobotnya yang amat ringan, Shooting Star sanggup menstabilkan diri meski angin tengah berhembus dalam kecepatan 10 meter per detik.

Terbuat dari plastik dan gabus, Intel Shooting Star hanya berbobot 280 gram / Intel
Terbuat dari plastik dan gabus, Intel Shooting Star hanya berbobot 280 gram / Intel

Semua koreografi pertunjukan cahayanya ditangani oleh software buatan Intel. Setelah disimulasikan di laptop, koreografi tinggal dikirimkan ke drone dan sistem akan menentukan ke mana saja masing-masing drone harus terbang. Begitu presisinya sistem yang dibangun Intel, jarak antar drone bisa mencapai sedekat 1,5 meter.

Sebelum pertunjukan dimulai, sistem akan terlebih dulu memeriksa tiap-tiap drone guna memastikan sisa baterai, kualitas sinyal GPS dan berbagai faktor lainnya. Semuanya berjalan secara otomatis, sehingga yang dibutuhkan hanyalah satu operator saja.

Intel tidak berencana untuk memasarkan Shooting Star ke publik. Proyek ini ditujukan semata untuk keperluan hiburan, sekaligus membuktikan peran drone sebagai platform komputasi masa depan.

Sumber: 1, 2, 3.

Tencent Umumkan Drone Perdananya dengan Kemampuan Live Stream ke WeChat

GoPro memulainya dengan Karma, lalu tidak lama DJI menyusul dengan Mavic Pro. Singkat cerita, drone berbodi ringkas dengan desain foldable adalah tren 2016, dan kini raksasa teknologi asal Tiongkok, Tencent, sepertinya tidak ingin ketinggalan.

Perusahaan di balik layanan pesan instan populer WeChat tersebut sedang bersiap untuk memasarkan drone bernama Ying. Sama seperti Mavic Pro, Ying dapat dilipat ketika tidak digunakan, dan ukurannya pun tidak kalah mini – bobotnya bahkan lebih ringan ketimbang Mavic di angka 425 gram.

Ying juga dapat merekam video dalam resolusi 4K. Kendati demikian, Ying punya misi khusus yaitu untuk menyiarkan video langsung ke WeChat dalam resolusi 720p. Yup, live streaming tidak harus menggunakan smartphone, drone pun juga bisa.

Ukuran ringkas dan desain foldable membuatnya sangat mudah untuk dibawa berpergian / Tencent
Ukuran ringkas dan desain foldable membuatnya sangat mudah untuk dibawa berpergian / Tencent

Dalam menggarap drone perdananya, Tencent bekerja sama dengan pabrikan drone Zerotech untuk urusan hardware, sedangkan software-nya dikembangkan bersama Qualcomm. Kiprah Tencent di ranah drone ini sekaligus menjadi bukti betapa luasnya platform WeChat di Negeri Tirai Bambu tersebut.

Untuk sekarang, belum ada informasi mengenai ketersediaan Ying di negara lain selain kampung halamannya. Di Tiongkok, Ying diprediksi akan mulai dipasarkan pada akhir Oktober seharga $299 saja. Melihat fitur utamanya untuk live streaming dan harganya yang terjangkau, jelas sekali tipe konsumen yang menjadi incaran Tencent tidak harus seorang drone enthusiast.

Sumber: Recode.

DJI Mavic Pro Adalah Drone Terkecil yang Pernah DJI Buat

Seperti yang sudah dirumorkan, DJI baru-baru ini meresmikan sebuah drone anyar bernama Mavic Pro. Ini merupakan drone terkecil yang pernah DJI buat; keempat lengannya bisa dilipat sehingga perangkat jadi tampak sangat ringkas, bahkan lebih ringkas dari GoPro Karma yang mengusung konsep desain serupa.

Namun jangan sesekali tertipu dengan wujudnya yang mini, DJI telah menambatkan deretan teknologi canggih ke Mavic Pro. Secara garis besar, drone ini punya spesifikasi dan fitur setara Phantom 4, bahkan melampauinya di beberapa aspek.

Kamera 4K milik DJI Mavic Pro menancap pada gimbal 3-axis untuk hasil perekaman yang stabil / DJI
Kamera 4K milik DJI Mavic Pro menancap pada gimbal 3-axis untuk hasil perekaman yang stabil / DJI

Pertama-tama, ada kamera 4K yang menancap pada gimbal 3-axis. Kamera ini pada dasarnya sama persis seperti yang dimiliki Phantom 4, hanya saja sudut pandang lensanya sedikit lebih sempit di angka 78 derajat. Foto bisa ia ambil dalam resolusi 12 megapixel, termasuk dalam format RAW sekalipun.

Performanya juga tidak kalah dibanding Phantom 4, dengan kecepatan maksimum 65 km/jam dalam mode Sport dan baterai 3.830 mAh yang sanggup beroperasi selama 27 menit nonstop. Yang sangat menarik, drone ini bisa dikendalikan dari jarak 7 km jauhnya. Sebagai pembanding, jarak maksimum Phantom 4 ‘hanya’ 5 km.

Perihal stabilitas selama mengudara, Mavic Pro telah dilengkapi seabrek sensor yang meliputi 5 kamera, sepasang sensor ultrasonik, sistem GPS dan GLONASS, serta chipset pengolah dengan total 24-core. Ia bahkan bisa mendarat dengan sendirinya di titik lepas landas tanpa meleset lebih dari satu inci.

DJI Mavic Pro dalam kondisi terlipat bersama controller-nya / DJI
DJI Mavic Pro dalam kondisi terlipat bersama controller-nya / DJI

Mavic Pro datang bersama sebuah controller yang ringkas pula, kira-kira seukuran controller NES kalau menurut The Verge yang sudah mencobanya. Terdapat layar kecil di bagian tengah controller untuk memonitor data telemetri, namun pengguna juga bisa menjepitkan smartphone di bawahnya untuk memantau pandangan drone secara real-time.

Tidak seperti Phantom 4, pengguna diberi sejumlah cara untuk mengendalikan Mavic Pro; bisa menggunakan controller-nya saja, controller + smartphone, atau smartphone saja. Saat dikendalikan menggunakan ponsel saja, Mavic Pro masih bisa mengaktifkan fitur TapFly seperti milik Phantom 4, dimana pengguna cuma perlu menyentuh layar ponsel dan drone pun akan terbang menuju ke arah yang ditunjuk.

Computer vision memungkinkan DJI Mavic Pro untuk mengikuti objek secara presisi dan menghindari rintangan secara otomatis / DJI
Computer vision memungkinkan DJI Mavic Pro untuk mengikuti objek secara presisi dan menghindari rintangan secara otomatis / DJI

Ya, Mavic Pro memang telah dibekali teknologi computer vision seperti kakaknya yang berbodi lebih bongsor tersebut. Ia dapat menghindari rintangan yang berada di rutenya tanpa perlu campur tangan Anda, dan ia juga bisa diinstruksikan untuk selalu mengikuti objek tertentu dan menempatkannya di tengah-tengah frame kamera.

Yang baru dan sejauh ini eksklusif untuk Mavic Pro adalah fitur pengenalan gesture yang memungkinkan pengendalian tanpa controller. Pengguna bisa melambaikan tangannya untuk memanggil drone, lalu membentuk bingkai di depan wajah dengan tangannya guna menginstruksikan drone untuk siap-siap mengambil selfie.

DJI Goggles / DJI
DJI Goggles / DJI

Bersamaan dengan Mavic Pro, DJI juga mengumumkan aksesori baru bernama DJI Goggles yang pada dasarnya merupakan VR headset untuk melihat tampilan kamera drone dalam sudut pandang pertama seluas 85 derajat dan resolusi 1080p. Menariknya, Goggles menerima data langsung dari Mavic Pro, bukan dijembatani controller sehingga lag diyakini sangat minim.

Soal ketersediaan, DJI Mavic Pro akan dipasarkan mulai 15 Oktober seharga $999, atau $749 tanpa controller. Untuk DJI Goggles, sayang sejauh ini belum ada informasi mengenai harganya.

Sumber: The Verge dan DJI.