FaZe Clan Adakan Turnamen VALORANT Invitational untuk Kawasan Amerika Utara

FaZe Clan bekerja sama dengan Riot Games untuk membuat turnamen VALORANT sendiri. Turnamen yang akan menjadi bagian dari Ignition Series ini dinamai FaZe Clan VALORANT Invitational. Dua rekan FaZe Clan, Nissan dan Verizon, akan menyediakan US$50 ribu sebagai total hadiah dari turnamen tersebut.

FaZe Clan VALORANT Invitational akan mempertemukan 16 tim VALORANT yang berasal dari kawasan Amerika Utara. Sebanyak 12 tim akan diundang secara langsung ke turnamen tersebut. Sementara empat slot sisanya akan diisi oleh tim-tim yang berhasil lolos babak kualifikasi.

ESPN melaporkan, babak kualifikasi untuk tim amatir tersebut akan diadakan oleh Nerd Street Gamers pada 1 dan 2 Agustus 2020. Sementara turnamen VALORANT  Invitational dari FaZe Clan ini akan diselenggarakan pada 6-9 Agustus 2020. FaZe Clan VALORANT Invitational akan disiarkan di channel Twitch milik FaZe Clan, Nerd Street Gamers, dan channel resmi VALORANT.

FaZe Clan VALORANT Invitational
Jason “JasonR” Ruchelski, kapten tim Valorant dari FaZe Clan. | Sumber: Dexerto

Diluncurkan pada Juni 2020, VALORANT merupakan game terbaru dari Riot Games. Menariknya, bahkan saat game first-person shooter itu masih ada dalam tahap beta, telah ada beberapa organisasi esports yang tertarik untuk membentuk tim profesional. Memang, saat itu, telah ada beberapa turnamen esports dari VALORANT.

Tak mau kalah, FaZe Clan juga mencari pemain bertalenta untuk mewakili mereka di scene esports VALORANT, menurut The Esports Observer. Tim tersebut juga akan tampil di FaZe Clan VALORANT Invitational. Tim VALORANT dari FaZe Clan terdiri dari Jason “JasonR” Ruchelski sebagai kapten, Corey “corey” Nigra, Zachary “ZachaREEE” Lombardo, dan Jimmy “Marved” Nguyen. Tim tersebut duduk di peringkat 4 dalam turnamen T1 Showdown yang diadakan pada Juni lalu.

Meskipun baru diluncurkan, ekosistem esports VALORANT sudah cukup ramai. Faktanya, VALORANT bahkan berhasil menjadi salah satu game esports PC yang paling berpengaruh pada ekosistem esports. Di Indonesia, juga ada beberapa organisasi esports yang telah membuat tim VALORANT, seperti Alter Ego dan BOOM Esports.

Riot Games juga mengaku bahwa mereka tertarik untuk mengembangkan ekosistem esports VALORANT di Indonesia dan Asia Tenggara. Pada akhir Juni lalu, mereka mengumumkan dua turnamen VALORANT untuk kawasan Asia Tenggara.

Riot Korea Membuat Reality Show Pencarian Bakat League of Legends

Soal regenerasi memang masih menjadi pembahasan penting di dalam ekosistem esports. Sejauh ini, ekosistem sudah mulai mempertimbangkan soal regenerasi lewat beberapa cara. Liga kasta kedua seperti MLBB Developmental League jadi salah satu contoh. Tapi selain itu ada juga yang mencoba hadir dengan konsep unik, menggabungkan esports dengan Reality Show.

Dalam skena lokal, kita sudah melihat First Warriors, sebuah kompetisi esports Free Fire dalam balutan acara Reality Show yang dibesut oleh First Media. Pada skena internasional, ada Riot Korea kini akan membuat sebuah Reality Show ala televisi, untuk mencari bintang League of Legends baru.

Acara tersebut bernama LoL THE NEXT, yang akan diselenggarakan dengan konsep Reality Show ala K-Pop. Dalam kompetisi ini, akan ada 100 pemain League of Legends dengan rank Diamond, beradu melalui audisi yang ketat. Nantinya hanya diambil 10 pemain saja, yang akan dibagi ke dalam 2 tim.

Sepuluh pemain yang tersisa ini akan dilatih oleh para pemain LoL profesional Korea Selatan. Untuk saat ini ada empat sosok yang akan menjadi mentor bagi tim-tim tersebut. Ada Lee Jae-wan (Wolf), Heo Won-seok (PawN), Kim Jong-in (PraY), dan Jang Gyeong-hwan (MaRin). Pembuktian terakhir akan dilakukan di LoL Park, rumah dari gelaran salah satu kompetisi League of Legends kasta satu dunia, LCK.

Tim yang berhasil menjadi juara akan mendapatkan semacam “kesempatan khusus” dan juga hadiah sebesar 50 juta won Korea (sekitar 600 juta rupiah). Menarik melihat apa yang akan disajikan oleh Riot Korea untuk ekosistem esports League of Legends di sana. Tak sekadar menarik, konsep seperti ini mungkin bisa membantu esports agar dikenal khalayak umum, karena masyarakat Korea Selatan yang terbilang terbiasa dengan ajang pencarian bakat ala K-Pop.

LCK kembali diadakan.
Mencari siapa yang akan jadi Faker berikutnya mungkin masih jadi hal tersulit bagi liga LCK hingga saat ini. Sumber: Riot Games

Korea Selatan sendiri memang bisa dibilang sebagai salah satu kiblat dari ekosistem League of Legends. Terakhir kali, perubahan besar yang terjadi di sana adalah sistem liga LCK, yang berubah dari liga terbuka menjadi Franchise Model untuk tahun 2021. Pengumuman ini langsung segera menarik minat organisasi barat seperti FaZe Clan atau NRG Esports, walau pada akhirnya hanya organisasi asal Korea Selatan saja yang mendaftar untuk liga Franchise LCK 2021.

Q2 2020, Valorant Duduki Peringkat 3 Dalam Daftar Game Esports Paling Berdampak

League of Legends kembali menjadi game dengan dampak paling besar di ekosistem esports pada Q2 2020, berdasarkan PC Games Impact Index dari The Esports Observer. Dengan ini, game buatan Riot Games itu sukses menjadi game paling berdampak selama lima kuartal berturut-turut.

Sama seperti pada Q1 2020, alasan utama LoL dapat mempertahankan posisinya sebagai game paling berdampak pada ekosistem esports adalah jumlah pemainnya. Jumlah pemain League of Legends mencapai dua kali lipat dari Valorant, yang merupakan game esports dengan jumlah pemain terbanyak kedua. Selain itu, dari segi total hours watched, LoL menjadi game esports yang paling banyak ditonton kedua setelah Valorant. Menurut Riot, jumlah rata-rata penonton dari LoL European Championship Summer Split 2020 mengalami kenaikan sebesar 81 persen dari Summer Split 2019.

q2 2020 game paling berdampak
Indikator untuk menentukan game paling berdampak pada ekosistem esports pada Q2 2020. | Sumber: The Esports Observer

Sama seperti Q1 2020, Counter-Strike: Global Offensive juga masih menjadi game dengan dampak paling besar kedua. Meskipun scene esports dari CS:GO juga terkena masalah akibat pandemi COVID-19, CS:GO menjadi game esports dengan jumlah turnamen paling banyak pada Q2 2020. Secara keseluruhan, total hadiah dari turnamen CS:GO mencapai US$4,9 juta. Turnamen CS:GO dengan total hadiah terbesar adalah Flashpoint Season 1, dengan total hadiah sebesar US$1 juta.

Sepanjang Q2 2020, ada beberapa turnamen penting lain dalam scene esports CS:GO, seperti ESL Pro League untuk kawasan Eropa dan Amerika Utara. Kedua turnamen itu diadakan secara online. Beberapa turnamen penting lain yang diadakan dalam tiga bulan belakangan antara lain DreamHack Masters Europe dan BLAST Premier: Spring 2020 yang diadakan di Eropa dan Amerika Utara. Secara total, total hours watched dari CS:GO di Twitch mencapai 239 juta jam.

Posisi ketiga dalam daftar game esports dengan dampak paling besar diduduki oleh Valorant, yang baru dirilis pada Juni 2020. Salah satu alasan mengapa Valorant dapat langsung masuk dalam tiga besar adalah karena game FPS buatan Riot tersebut memiliki total hours watched paling tinggi dari game-game esports lainnya, dengan total mencapai 544 juta jam.

Konten Valorant sangat diminati karena Riot menggunakan strategi peluncuran yang unik. Sebelum peluncuran, Valorant dirilis dalam tahap closed beta. Hanay saja, tidak semua orang bisa memainkan Valorant pada tahap beta. Orang-orang yang bisa mencoba Valorant pada fase beta hanyalah orang-orang yang mendapatkan kode akses, yang dibagikan melalui video di Twitch. Alhasil, selama fase beta, konten Valorant ditonton selama lebih dari 100 juta jam. Begitu Valorant resmi dirilis, total jam ditonton di Twitch justru turun menjadi 16,5 juta jam.

Sementara terkait turnamen esports dari Valorant, Riot mengungkap, mereka tidak akan langsung membuat turnamen Valorant seperti League of Legends. Sebagai gantinya, mereka akan membiarkan pihak ketiga membuat berbagai turnamen untuk game tersebut. Karena itu, sepanjang Q2 2020, ada 123 turnamen esports Valorant yang diadakan. Hal ini menjadikan Valorant sebagai game esports dengan turnamen paling banyak pada Q2 2020.

Naik satu peringkat dari Q1 2020, Fortnite kini duduk di posisi empat. Fortnite menjadi game dengan total jam siaran paling banyak. Sementara dari segi total hours watched, game ini ada di posisi ketiga setelah Valorant dan LoL. Secara keseluruhan, total konten ditonton dari Fortnite mencapai 330 juta jam selama Q2 2020. Konser dalam game oleh Travis Scott menjadi salah satu alasan mengapa konten Fortnite begitu diminati. Konser tersebut dihadiri oleh 12,3 juta orang. Selain menonton secara langsung, juga banyak pemain yang menyiarkan pengalaman mereka saat mereka menonton konser tersebut.

Sementara dari segi total hadiah, Fortnite menjadi game dengan total hadiah terbesar ketiga. Dengan total hadiah sebesar US$2 juta, Fortnite Championship Series (FNCS) Invitational menjadi turnamen Fortnite dengan total hadiah terbesar. Sementara FNCS Chapter 2 menawarkan total hadiah sebesar US$1,36 juta.

q2 2020 game paling berdampak
Daftar game paling berdampak di ekosistem esports pada Q2 2020. | Sumber: The Esports Observer

Dota 2 duduk di posisi ketiga pada Q1 2020. Sekarang, game dari Valve itu merosot ke peringkat lima. Memang, jika dibandingkan dengan game esports lainnya, Dota 2 memiliki jumlah pemain yang terbilang sedikit. Namun, peringkat dari game MOBA ini biasanya terdongkrak oleh viewership yang tinggi. Selama Q2 2020, total hours watched dari Dota 2 mencapai 146 juta jam. Selain itu, peringkat Dota 2 juga biasanya terbantu oleh berbagai turnamen esports yang diadakan.

Sayangnya, scene esports Dota 2 juga terkena dampak oleh pandemi virus corona. Pandemi membuat beberapa turnamen Dota 2 dibatalkan. Contohnya, EPICENTER Major 2020. Sebaga ganti dari turnamen itu, Epic Esports Events bekerja sama dengan RuHub dan Beyond the Summmit untuk menyelenggarakan Beyond EPIC. Sementara itu, turnamen ESL One Birmingham harus diganti formatnya menjad turnamen online.

Call of Duty: Warfare ada di posisi enam berkat banyaknya viewership dan konten yang disiarkan di Twitch. Game itu memiliki total hours watched sebanyak 258 juta jam sepanjang Q2 2020. Selain itu, Modern Warfare juga memiliki jumlah pemain yang cukup banyak berkat mode battle royale dari game tersebut. Call of Duty League menjadi turnamen esports utama dari game Call of Duty sepanjang pandemi.

Rainbow Six Siege turun empat peringkat ke posisi tujuh pada 2020. Pasalnya, tidak ada turnamen penting dari game tersebut sepanjang Q2 2020. Selain itu, total hadiah dari turnamen Siege juga hanya mencapai US$600 ribu. Sementara total hours watched dari game itu di Twitch juga mengalami penurunan, menjadi 34,9 juta jam. Namun, game ini tertolong oleh jumlah pemainnya yang cukup banyak. Rainbow Six Siege menjadi game esports dengan jumlah pemain terbanyak ketujuh.

q2 2020 game paling berdampak
Grandmasters Season 3 jadi salah satu turnamen Hearthstone penting yang diadakan pada Q2 2020.

Heartstone ada di peringkat delapan dalam daftar game esports paling berdampak pada Q2 2020. Sepanjang Q2 2020, ada dua turnamen Hearthstone penting yang diselenggarakan, yaitu Grand Masters 2020 Season 3 dan Masters Tour Jönköping. Posisi sembilan diduduki oleh Player Unknown’s Battlegrounds. Alasannya, selama Q2 2020, tidak ada kompetisi penting dari PUBG, kecuali PUBG Continental Series. Turnamen regional tersebut diselenggarakan secara online oleh PUBG Corporation untuk mengantikan turnamen Global Series yang harus dibatalkan.

Overwatch menjadi salah satu dari sedikit game yang peringkatnya naik dari kuartal lalu. Game dari Activision Blizzard ini naik berkat kompetisi esports-nya, Overwatch League. Sementara itu, Rocket League turun ke posisi 11. Game itu tetap masuk daftar game esports paling berdampak berkat viewership dan total hadiah dari turnamen esports-nya. Di posisi 12, ada StarCraft II. Sebagian besar turnamen StarCraft II diadakan dengan format 1v1 agar bisa diadakan secara online. Sepanjang Q2 2020, StarCraft II menjadi game dengan jumlah turnamen paling banyak nomor tiga.

FIFA 20 ada di peringkat 14. Jumlah pemain dari game EA ini memang tidak terlalu banyak. Hanya saja, game tersebut tertolong oleh tingginya viewership di Twitch. Salah satu turnamen penting yang diadakan selama Q2 2020 adalah FIFA Global Series, yang mendongkrak jumlah penonton FIFA di Twitch.

Menariknya, selain LoL dan Valorant, ada dua game lain dari Riot Games yang masuk dalam daftar 15 game PC paling berdampak pada ekosistem esports pada Q2 2020. Dua game itu adalah Legends of Runeterra, yang ada ada di peringkat 13 dan Teamfight Tactics, yang duduk di peringat 15.

VALORANT Dianggap Sebagai Game Free-to-Play Dengan Peluncuran Paling Berhasil

Rilis 2 Juni 2020 lalu, kini VALORANT dianggap sebagai game PC free-to-play dengan momentum peluncuran terbesar, SuperData mengatakan. Merupakan perusahaan penyedia data pasar gaming global, SuperData memaparkan ini dalam laporan bertajuk Worldwide digital games market: June 2020.

Laporan tersebut mengatakan bahwa video game digital telah menghasilkan pendapatan sebesar 10,64 miliar dollar AS di bulan Juni ini. Jumlah tersebut merupakan yang terbesar sepanjang masa, setelah pada bulan April dengan total pendapatan sebesar 10,53 miliar dollar AS. Lebih lanjut, SuperData lalu memaparkan judul-judul game Top Grossing di bulan Juni, yang dibagi berdasarkan platform.

Sumber: SuperData
Sumber: SuperData

Pada data tersebut, tercatat VALORANT menempati peringkat 6 dari Top Grossing platform PC bulan Juni 2020. Angka tersebut terbilang luar biasa, karena berhasil menyalip nama-nama besar seperti Fortnite, ataupun pesaing terdekatnya yaitu CS:GO. SuperData sayangnya tidak menjelaskan lebih mendalam soal berapa angka penjualan dari VALORANT di bulan Juni.

Lebih lanjut, SuperData lalu menjelaskan dalam laporan tersebut. “Pemasukan, dan jumlah pemain VALORANT melebihi apa yang telah dicapai Apex Legends pada bulan Februari 2019 kemarin. Namun, Apex Legends memang menerima pendapatan yang lebih besar, karena ia memiliki versi konsol. VALORANT juga berhasil menerima pendapatan lebih banyak dari kompetitior terdekatnya, CS:GO, walaupun game tersebut punya lebih banyak pemain di bulan Juni. Jumlah pengguna dan pendapatan CS:GO memang sedang mengalami penurunan selama dua bulan belakangan, menjadi indikator bahwa VALORANT menarik pemain dari CS:GO.” Tulisnya

Dari data ini, yang juga tak kalah menarik adalah The Last of Us Part II yang ternyata memuncaki penjualan game dalam kategori konsol, walau mengalami banyak kontroversi. Sementara itu dari pasar mobile, Free Fire hingga saat ini masih menduduk peringkat ketiga, kalah dari dua game raksasa Tiongkok, Honor of Kings dan Peacekeeper Elite (PUBG Mobile versi Tiongkok).

Sumber: BOOM Esports
Salah satu indikator positif VALORANT di skena lokal adalah terjunnya organisasi esports besar ke dalam ekosistem. Sumber: BOOM Esports

VALORANT memang terlihat melaju kencang setelah perilisannya di bulan Juni 2020 kemarin. Memang sempat ada sentimen negatif, saat jumlah penonton konten VALORANT di Twitch menurun pasca peluncuran. Namun hal itu sendiri terjadi karena Riot Games memang melakukan inisiatif marketing di bulan-bulan sebelumnya ketika VALORANT dalam fase closed-beta, dengan cara memberikan akses main kepada penonton konten VALORANT di Twitch.

Dari skena lokal, VALORANT juga terlihat punya potensi yang menjanjikan, walau masih tetap dipertanyakan. Ini terlihat lewat dua insiatif esports yang diselenggarakan untuk kawasan Asia Tenggara, dan munculnya Alter Ego, MORPH Team, dan BOOM Esports yang membuat divisi VALORANT.

Riot Games Ceritakan Satu Map VALORANT Butuh 5 Tahun Waktu Pembuatan

Sebagai sebuah perusahaan pengembang game, Riot Games mungkin bisa dibilang berada di posisi yang cukup unik. Alih-alih terkenal sebagai pembuat game terbaik, Riot Games justru paling terkenal sebagai perusahaan game yang besar berkat esports, sampai-sampai menjadikan esports sebagai salah satu pilar bisnis mereka. Bahkan terakhir kali sang CEO sempat berkelakar bahwa Riot Games sebenarnya adalah perusahaan musik yang menggunakan game sebagai media pemasaran.

Namun baru-baru ini Riot Games seakan berusaha mengingatkan kembali posisi mereka sebagai perusahaan pengembang game, yang membuat game mereka dengan sepenuh hati. Lewat sebuah Blog Post, mereka menceritakan bagaimana proses pembuatan Map Ascent dari game VALORANT. Satu yang menarik adalah, Riot Games ternyata mengabiskan waktu hampir 5 tahun, hanya untuk Map tersebut.

Cetak biru rancangan map Ascent sebelum masuk ke fase pembuatan di dalam Game Engine. Sumber: Riot Games
Cetak biru rancangan map Ascent sebelum masuk ke fase pembuatan di dalam Game Engine. Sumber: Riot Games

Lebih lanjut, Blog Post tersebut lalu menjelaskan bagaimana tahap demi tahap penciptaan Map Ascent. Dimulai dari fase Incubation, fase yang mana para perancang game membuat sebuah proposal yang berisikan bagaimana pengalaman visual yang ingin disajikan dan apa yang ingin dicapai untuk Map tersebut.

Dikatakan bahwa perancangan Ascent memiliki tujuan untuk membuat sebuah Map Tactical FPS tradisional yang punya tiga jalur (A, Mid, dan B). Setelah itu pembuatan masuk fase Greybox, yang bertujuan membuat Map tersebut menjadi nyata dengan menggunakan Engine game tersebut. Proses pada fase Greybox bisa cuma beberapa bulan, tapi bisa mencapai beberapa tahun. Juga, pada fase ini, Map hanya berisikan konten esensial saja, tanpa ada pemanis yang bersifat visual.

Setelahnya pengembangan masuk ke dalam fase Block-In. Pada fase ini konten visual mulai dimasukan, namun masih yang sifatnya penting saja. Misalnya, pada bagian mana gedung-gedung harus dibuat lebih tinggi atau lebih rendah, mengapa demikian. Tak hanya bersifat sebagai pemanis, konten visual pada fase Block In juga bersifat esensial, dengan memikirkan pengalaman visual yang akan diberikan.

Penampakan awal map Ascent. Sumber: Riot Games
Penampakan awal map Ascent. Sumber: Riot Games

Proses lalu ditutup dengan fase Art Production. Pada bagian ini, konten visual yang lebih detil mulai dimasukkan. Konten visual yang dimasukkan pada fase ini juga tidak selalu esensial, kadang ada yang sifatnya pemanis, agar pemain tidak merasa bosan ketika harus berkali-kali memainkan Map ini.

Setelah lima tahun, proses tersebut tentunya tidak akan berhenti. Satu contohnya pada saat update VALORANT 1.02 yang mengungkap beberapa bagian Map, agar pertandingan antara tim Attackers dengan tim Defenders tetap seimbang.

GLHF VALORANT Open Cup 2020 Ditutup dengan Kemenangan Tim ANONYMOUS

Baru saja turnamen yang dibesut oleh GLHF Production selesai digelar. Turnamen yang bertajuk GLHF Open Cup VALORANT 2020, ditutup dengan kemenangan dari tim ANONYMOUS. Turnamen yang digelar dan terbuka untuk  komunitas game VALORANT di Indonesia diresponi dengan baik dari kalangan gamers FPS di Indonesia.

Adapun turnamen GLHF Open Cup VALORANT 2020 ternyata menjadi ajang pertemuan bagi beberapa pro player kawakan dari kancah kompetitif FPS di Indonesia. Tercatat dari dari deretan peserta yang mendaftar, dapat ditemukan nama MORPH Team yang sebelumnya dikenal dengan nama tim Xorgee.

Ada juga tercatat 2 tim yang baru saja memperkenalkan roster divisi VALORANT mereka yaitu BOOM Esports dan Alter Ego Esports. Pertemuan tim-tim tersebut cukup dinantikan oleh komunitas gamers VALORANT untuk menguji kualitas tim yang akan mewakili Indonesia di gelaran turnamen VALORANT Pacific Open 2020 mendatang.

“Apabila publisher bersedia invest dengan mengadakan event-event rutin dan berkualitas, maka saya confident gamenya akan bisa berkembang di Indonesia.” ujar Joey Siagian sebagai Direktur dari Somnium Esports, yang meraih posisi runner up saat diminta pendapatnya tentang prospek esports VALORANT di Indonesia.

via: YouTube
via: YouTube

Bermula dari laga pembuka, Morph Team harus tersisih lebih dulu saat dihantam oleh tim ANONYMOUS. Pada putaran yang sama juga tim Somnium Esports mengalahkan dan mengirim Alter Ego Esports ke lower bracket. Kekalahan MORPH Team di laga pembuka bisa saja menurunkan optimisme terhadap potensi Indonesia untuk bersaing di skena VALORANT region Asia.

Berlanjut di putaran kedua, BOOM Esports dapat melaju mulus dengan menyingkirkan lawannya, tim Anak Muda. Dengan roster line up yang dimiliki, BOOM Esports menargetkan diri untuk dapat bersaing di level regional Asia. Sedangkan tim Alter Ego Esports masih belum menyerah untuk terus maju dalam gelaran turnamen GLHF Open Cup VALORANT 2020 dan berjuang di lower bracket.

via: YouTube
via: YouTube

Big match terjadi saat tim BOOM Esports harus berhadapan dengan tim ANONYMOUS. Sekalipun memberi perlawanan yang baik, kerap kali tim BOOM Esports kehilangan momentum di akhir match. Permainan apik yang ditunjukkan tim ANONYMOUS akhirnya menekuk tim BOOM Esports di babak final upper bracket.

Dari lower Bracket tim Somnium Esport mengintai dan berhasil mempertahankan diri dalam gelaran turanmen GLHF Open Cup VALORANT 2020 dengan menyisihkan Alter Ego esports, yang memulangkan Morph Team di lower bracket, dan BOOM Esports secara berturut-turut di babak final lower bracket.

Tim ANOYMOUS | via: Instagram glhfproduction
Tim ANOYMOUS | via: Instagram glhfproduction

Babak final gelaran GLHF Open Cup VALORANT 2020 menyajikan laga yang seru. Aksi saling membalas terjadi sepanjang match pertama yang kemudian dimenangkan oleh tim ANONYMOUS. Di match kedua permainan yang sangat disiplin ditunjukkan oleh tim Somnium Esports dan mengunci match kedua dengan kedudukan seimbang 1-1. Memasuki match ketiga permainan yang ditunjukkan kedua tim kian ketat dan tidak satupun tim menunjukkan penurunan performanya.

Akhirnya babak final gelaran GLHF Open Cup VALORANT 2020 ditutup dengan kemenangan tim ANONYMOUS. Penampilan dari tim Somnium Esports patut mendapatkan pujian karena kerap kali dapat menekan tim lawannya yang berisi roster dengan kemampuan yang mumpuni dari game CS:GO. Gelaran turnamen GLHF Open Cup VALORANT 2020 tampaknya bisa memberikan pertanda akan adanya potensi dari segi player dan prospek perkembangan skena esports VALORANT di Indonesia.

Antonius “son” Willson sebagai founder dari GLHF Produciton memberikan tanggapannya terkait gelaran turnamen yang dilangsungkan, “(tim ANONYMOUS) bermain secara antimeta tanpa Cypher dan memenangkan turnamen adalah sesuatu yang mengejutkan buat saya.”

 

 

Riot Games Kolaborasi dengan Youth Esports Program dari Mineski

Mineski Filipina bekerja sama dengan Philippine Collegiate Champions League untuk membuat Youth Esports Program (YEP). Sekarang, Riot Games Southeast Asia mengumumkan bahwa mereka akan menjalin kerja sama dengan YEP.

Melalui kolaborasi ini, YEP dan Riot Games SEA akan mengadakan workshop dan berbagai kegiatan untuk para maahasiswa, seperti turnamen Legends of Runeterra, card game dari Riot dan kompetisi untuk membuat konten Valorant, game first-person shooter yang Riot luncurkan awal Juni lalu. Selain itu, Youth Esports Program juga akan menjadikan Valorant sebagai salah satu game yang diadu dalam liga esports khusus mahasiswa yang mereka adakan.

riot mineski
Valorant adalah game terbaru dari Riot Games. | Sumber: EssentiallySports

“Bagi kami, Filipina adalah salah satu negara paling penting. Dan kami selalu kagum dengan semangat dan talenta dari komunitas esports di negara tersebut,” kata Chris Tran, Head of Esports for Riot Games Southeast Asia, Taiwan, Hong Kong and Macau, seperti dikutip dari Esports Insider. “Kami senang dapat bekerja sama dengan Youth Esports Program dan mendukung mereka dalam  mengembangkan bakat dari generasi muda untuk masuk ke dunia esports dan competitive gaming.”

Sementara itu, Marlon “Lon” Marcelo, Director of YEP berkata, “Kami menyambut kedatangan Riot dengan tangan terbuka. Kami memiliki tujuan yang sama, yaitu membuat esports semakin diakui sebagai olahraga di tingkat mahasiswa. Bersama, kami harap kami akan bisa membuat infrastruktur yang memadai sehingga para mahasiswa bisa mengejar mimpi mereka dalam industri esports dan gaming.”

Riot sukses mengembangkan League of Legends menjadi salah satu game esports paling berpengaruh di dunia. Sayangnya, di Indonesia, game itu justru kalah pamor dari game-game MOBA lain. Namun, Riot tampaknya tidak mau jatuh di lubang yang sama dengan Valorant. Pada awal Juni lalu, Riot menjelaskan tentang rencana mereka dalam mengembangkan ekosistem Valorant di Indonesia.

Sementara di tingkat Asia Tenggara, pada akhir Juni 2020, Riot telah mengumumkan dua turnamen Valorant, yaitu Valorant SEA Invitational dan Valorant Pacific Open. Melalui kerja sama dengan YEP, Riot berusaha untuk mengembangkan ekosistem Valorant amatir di Filipina. Melalui semua yang Riot lakukan, mereka tampaknya ingin memastikan bahwa ekosistem esports Valorant di Asia Tenggara bisa tumbuh dan berkembang.

VALORANT SEA Invitational Dimenangkan Oleh Team Tempest Asal Taiwan

Selain keseruan PUBG Mobile World League 2020 East Region, tanggal 11 Juli 2020 kemarin juga menyajikan keseruan pertandingan VALORANT antar sosok selebriti gamers ternama se-Asia Tenggara. Diselenggarakan selama satu hari saja, gelaran VALORANT SEA Invitational mempertandingkan sosok selebriti gamers dari Thailand, Filipina, Singapura, Malaysia, Taiwan, dan Indonesia.

Indonesia, dalam tim yang diberi nama Team Incinerate, diwakili oleh beberapa sosok selebriti gamers. Ada Watchout Gaming dan Tepe46 yang merupakan salah satu sosok YouTuber di skena Point Blank, Indira Ayu Maharani atau Inayma dan Nixia yang merupakan girl gamers dari komunitas FPS, dan Luthfi Halimawan yang terkenal sebagai YouTuber gaming secara umum.

Sumber: Facebook Page VALORANT Indonesia
Sumber: Facebook Page VALORANT Indonesia

Pada babak grup, Team Incinerate langsung berhadapan dengan Team Tempest asal Taiwan. Sosok selebriti gamers Indonesia cukup kesulitan melawan pemain Taiwan yang tampak terlihat lebih profesional. Team Tempest bermain dengan lebih solid, dan dilengkapi dengan kemampuan aim yang kuat. Bermain pada map Bind, Team Tempest mendominasi Indonesia bahkan skor permainan sempat mencapai 7-0 pada awal-awal ronde.

Tim Indonesia bangkit setelah Watchout Gaming melakukan permainan Jett yang brilian, mencuri skor dari Team Tempest. Namun kebangkitan tersebut tidak berlangsung lama. Walau Team Incinerate sudah melawan dengan maksimal, mereka cuma mencuri 3 angka, first-half ditutup dengan skor 3-9.

Team Incinerate mendapat kesempatan menyerang pada second-half. Sayang mereka seperti sudah hilang asa. Serangan mereka berkali-kali ditahan dengan baik oleh HEHE dari Team Tempest. Permainan pun usai, kemenangan untuk Team Tempest dengan skor akhir 13-9.

Babak final Team Tempest bertemu dengan Team Titanium dari Filipina. Game 1, map Haven, Tempest lagi lagi menunjukan permainan dan kemampuan aim yang sangat solid. Namun, Team Titanium di sini tak mau kalah. Setelah babak belur di first-half dengan skor 1-11, mereka baru mulai bangkit di second-half saat menjadi defenders. Namun setelah percobaan terbaik JinNY dari Team Titanium, mereka harus merelakan Game 1 dengan skor 6-12.

Pertandingan berlanjut pada map Split untuk Game 2. Kini Team Titanium memperbaiki diri dan berhasil menahan Tempest dengan lebih baik dengan skor 5-7 pada first-half. Kini giliran Team Tempest bertahan pada second-half. Pertarungan berjalan sengit, namun Tempest mendapatkan Match Point terlebih dahulu.

Pada pertarungan penentu, Titanium sudah melakukan usaha terbaiknya, bahkan berhasil mengamankan area B dan menanam Spike. Sayangnya kerja sama Team Tempest begitu solid. Mereka menyergap pertahanan Team Titanium yang terkumpul di satu posisi. Crazyface sebagai Jett dari Team Tempest berhasil membungkam 2 pemain Titanium, yang memberikan mereka kemenangan pada turnamen tersebut.

Team Tempest asal Taiwan pun menjadi pemenang VALORANT SEA Invitationa, dan berhak menerima hadiah sebesar 3200 dollar AS. Akhir pekan ini akan menjadi lebih menarik lagi, karena akan ada pertandingan antar tim semi-profesional setingkat Asia Pasifik pertama dalam gelaran VALORANT Pacific Open 2020. Akankah Xorgee dari Indonesia, dapat mengalahkan wakil-wakil negara yang berada dalam kawansan Asia Pasifik?

Gaji Pemain Valorant Dikabarkan Capai Rp361 Juta per Bulan

Sebagian pemain profesional Valorant dikabarkan telah mendapatkan gaji sebesar US$25 ribu (sekitar Rp361 juta) per bulan. Menurut laporan The Esports Observer, para pemain Valorant mendapatkan gaji sekitar US$15 ribu (sekitar Rp217 juta) sampai US$25 ribu (sekitar Rp361 juta) per bulan. Sementara pemain yang masuk dalam kategori top player dikabarkan bisa mendapatkan gaji yang bahkan lebih besar.

Memang, gaji sebesar US$60 ribu (sekitar Rp866 juta) per tahun bukanlah hal yang aneh bagi pemain esports. Misalnya, para pemain yang berlaga di liga League of Legends kawasan Amerika Utara bisa mendapatkan gaji sekitar US$75 ribu (sekitar Rp1,1 miliar) per tahun. Hanya saja, Valorant adalah game yang sangat baru. Game first person shooter tersebut baru diluncurkan pada awal Juni 2020.

Bagi para pemain, hal ini tentunnya bukan masalah. Mengingat Valorant baru diluncurkan, belum ada banyak turnamen esports yang diadakan. Jadi, jadwal pertandingan para pemain Valorant belum sepadat atlet esports dari game lain yang ekosistem esports-nya sudah terbentuk, seperti Counter-Strike: Global Offensive atau League of Legends.

gaji pemain valorant
Organisasi esports rela bayar gaji besar untuk pemain Valorant.

Sementara bagi organisasi esports, mereka tampaknya bersedia untuk memberikan gaji besar pada pemain Valorant karena mereka percaya, ekosistem esports Valorant akan berkembang pesat di masa depan. Mengingat Riot Games sukses menjadikan League of Legends sebagai salah satu game esports terpopuler di dunia, keputusan para organisasi esports untuk serius dengan Valorant sejak awal tidak aneh, menurut laporan Forbes.

Jika sebuah organisasi esports sukses membuat tim Valorant yang tangguh, mereka bisa memenangkan turnamen esports besar di masa depan. Tak hanya itu, jika mereka bisa menemukan pemain superstar yang tidak hanya jago, tapi juga karismatik, mereka akan bisa menarik banyak fans. Dan hal ini akan membantu mereka untuk mendapatkan sponsor, yang masih menjadi sumber pemasukan utama organisasi esports.

Hanya saja, organisasi esports bukan badan amal. Jika mereka mengeluarkan uang besar untuk membayar pemain Valorant, mereka tentu berharap bisa mendapatkan untung. Dan jika organisasi esports gagal untuk mendapatkan kembali modal yang mereka keluarkan atau bahkan merugi, hal ini bisa berdampak buruk pada para pemain esports sendiri.

Masalah serupa pernah terjadi dalam ekosistem esports PUBG. Ekosistem esports dari game battle royale itu berkembang sangat cepat. Pada awalnya, organisasi esports rela membayar mahal para pemain PUBG, sama seperti Valorant. Namun, ketika mereka gagal mendapatkan jumlah penonton yang memadai dan tak bisa mendapatkan untung, banyak organisasi esports yang justru memutuskan untuk membubarkan tim PUBG mereka. Tak hanya itu, gaji rata-rata pemain PUBG juga jadi turun.

Update VALORANT 1.03: Perkuat Guardian, Hadirkan Overtime, dan Senjata Naga Hidup?

Sudah satu bulan berlalu sejak VALORANT rilis pertama kalinya pada 2 Juni 2020 kemarin. Maka dari itu, Riot Games pun sudah mulai merilis update untuk game ini satu per satu secara rutin. Pekan lalu kita sudah melihat beberapa hal. Ada perubahan untuk Ranked Mode di VALORANT yang diumumkan pada update 1.02. Riot juga mengumumkan rencana mereka dalam menyajikan konten di VALORANT lewat sajian serial video Dev Diary.

Kini, 2 pekan berlalu sejak update 1.02, maka sudah saatnya kita bersiap untuk VALORANT Update 1.03. Dua hari lalu, update terbaru ini diumumkan lewat akun twit resmi @PlayVALORANT. Update kali ini tidak banyak menghadirkan konten, namun ada sedikit perubahan balancing, serta perbaikan Quality of Life permainan.

Untuk balancing, VALORANT update 1.03 membuat senjata Guardian menjadi lebih relevan. Dalam blog post dijelaskan, perubahan ini dilakukan karena posisi Guardian dalam meta permainan yang agak aneh. Ini karena harga Guardian yang cuma sedikit lebih murah saja dibanding Vandal atau Phantom, namun punya tingkat kekuatan yang terlampau lemah.

Maka dari pada update terbaru, harga Guardian dibuat lebih murah, dari 2700 menjadi 2500. Selain itu, kemampuan tembak Guardian juga disesuaikan agar jadi lebih kuat. Kecepatan menembak ditingkatkan, kekuatan penetrasi senjata juga diperkuat.

Perubahan yang cukup besar dalam VALORANT update 1.03 ini adalah perubahan pada sistem Surrender dan beberapa perubahan Quality of Life dalam mode Competitive. Menyerah di dalam permainan kini dipermudah, namun hanya untuk mode Unrated saja.

Anda cuma perlu 80% vote, untuk dapat menyerah kalah pada mode Unrated. Jadi jika 4 dari 5 orang memilih untuk menyerah, permainan akan otomatis usai. Namun untuk mode Competitive, Anda tetap butuh seluruh anggota tim setuju untuk menyerah, untuk menyelesaikan permainan secara lebih cepat.

Sumber: Riot Games
Perubahan dari Sudden Death menjadi Overtime tentu akan membuat pertarungan jadi lebih sengit lagi jika keadaan kedua tim sama-sama saling imbang. Sumber: Riot Games

Selain itu, mode Competitive juga mendapatkan cara penentuan kemenangan baru, jika keadaan imbang 12-12 di akhir permainan. Sebelumnya, penentuan pemenang saat keadaan imbang adalah dengan Sudden Death. Pada ronde Sudden Death, pemain diberikan 5000 Credit dan 4 poin Ultimate. Siapa yang menang di ronde tersebut langsung menjadi pemenang permainan.

Pada update 1.03 nanti, penentuan kemenangan pada saat keadaan imbang akan menjadi lebih menantang. Sudden Death dihilangkan, diganti dengan Overtime. Pada Overtime Anda harus bisa menang 2 kali berturut-turut setelah skor imbang 12-12. Ketentuan ekonomi masih sama, 5000 Credit dan 4 poin Ultimate untuk semua pemain sepanjang Overtime berjalan. Setelah dua ronde, akan muncul vote yang fungsinya memilih, apakah Overtime diteruskan atau diakhiri saja yang akan memberi hasil seri.

Terakhir yang juga tak kalah menarik adalah skin senjata terbaru. Edisi skin ini diberi nama Ultra Edition, karena skin ini mengubah senjata Anda menjadi seekor naga kecil yang hidup! Skin bernama Elderflame ini akan hadir di Store tanggal 10 Juli 2020 mendatang. Belum ada informasi soal harga skin ini, namun melihat modifikasi yang begitu dinamis, bisa jadi harganya akan sama seperti Prism Edition atau mungkin malah lebih mahal.

Lebih lengkap, Anda bisa memeriksa langsung meluncur ke laman blog post catatan patch VALORANT 1.03. Jujur, saya menyukai perubahan yang diberikan pada Guardian. Tinggal kita lihat saja, akankah perubahan tersebut membuat Guardian menjadi terlalu kuat sehingga orang-orang jadi melupakan Phantom dan Vandal?