Generasi Kedua Sepatu Self-Lacing Nike Lebih Nyaman dan Lebih Mudah Dipakai

Ketekunan Nike dalam mengembangkan dan mematangkan teknologi self-lacing selama bertahun-tahun terbukti sudah membuahkan hasil. Nike Adapt BB resmi dirilis tahun lalu, mempersilakan para pebasket untuk merasakan betapa revolusionernya sepasang sepatu yang dapat mengencangkan talinya sendiri.

Tahun ini, Nike bahkan sudah menyiapkan generasi keduanya. Dibandingkan pendahulunya, Nike Adapt BB 2.0 membawa sejumlah penyempurnaan. Wujudnya pun juga kelihatan lebih fancy, namun ia tetap mempertahankan tombol “+” dan “-” yang menyala seperti sebelumnya.

Nike Adapt BB 2.0

Fungsi kedua tombol ini tidak lain dari mengencangkan atau mengendurkan sepatu. Juga sama seperti generasi pertamanya, Adapt BB 2.0 yang masih mengemas konektivitas Bluetooth ini harus di-charge setiap dua minggu sekali dengan diletakkan di atas wireless charging mat.

Kendati demikian, Nike mengklaim sederet penyempurnaan yang mereka terapkan menjadikan Adapt BB 2.0 lebih nyaman untuk dikenakan. Salah satunya adalah bantalan Air Zoom Turbo yang diselipkan ke ujung depan Adapt BB 2.0, yang membuat sepatu terasa lebih memantul layaknya sepatu Nike seri Kyrie Irving.

Nike Adapt BB 2.0

Selain terasa lebih nyaman, Adapt BB 2.0 juga diyakini lebih mudah dipakai dan dilepas berkat material yang lebih elastis di sekitar lubangnya. Lebih lanjut, Nike juga bilang bahwa material elastis ini bakal membantu memantapkan kinerja sistem self-lacing milik sepatu.

Satu hal yang disayangkan, sepatu ini kian bertambah mahal. Di Amerika Serikat, Nike Adapt BB 2.0 saat ini telah dipasarkan seharga $400, $50 lebih mahal daripada generasi pertamanya.

Sumber: Nike dan Engadget.

Tak Mau Kalah dari Nike, Puma Singkap Sepatu Self-Lacing Generasi Terbarunya

Belum lama ini, Nike memperkenalkan Adapt BB, sepatu basket canggih yang dapat mengendur dan mengencang dengan sendirinya. Pengumuman ini sepertinya membuat Puma kebakaran jenggot, sebab mereka juga baru saja menyingkap sepatu berteknologi self-lacing.

Puma menamai seri sepatu canggih ini dengan nama Fi, singkatan dari “Fit Intelligence”. Sepatu pertama dari keluarga Fi adalah sepatu lari. Desainnya simpel dan modern, tidak seperti Puma RS Computer Shoe yang sengaja dibuat semirip mungkin dengan versi aslinya dari tahun 1986.

Puma Fi

Puma Fi memanfaatkan perpaduan sebuah micromotor dan kabel super-tipis untuk mengencang atau mengendur. Sama seperti punya Nike, semuanya bisa dikontrol melalui aplikasi smartphone. Yang berbeda, Adapt BB mengandalkan tombol sebagai input manualnya, sedangkan Puma Fi mengusung semacam touchpad pada bagian atasnya.

Juga sama seperti Nike Adapt BB adalah kemampuannya untuk mengendur dan mengencang dengan sendirinya mengikuti kondisi kaki penggunanya. Aplikasi maupun touchpad-nya itu pada dasarnya hadir sebagai alternatif ketika pengguna masih merasa kurang pas dengan mode otomatisnya.

Kemiripan Fi dengan Adapt BB terus berlanjut sampai ke mekanisme charging-nya yang wireless. Sayang Puma belum mengungkap seberapa awet baterainya, namun yang menarik, baterainya ternyata bisa dilepas dan diganti dengan unit lain, sangat berguna ketika kehabisan daya selagi sedang tidak di rumah.

Puma Fi

Rencananya, Puma bakal menjual sepatu canggih ini dengan harga $330, lebih murah $20 ketimbang besutan Nike. Sangat disayangkan pemasarannya baru akan berlangsung tahun depan, yang berarti Nike punya waktu sekitar satu tahun untuk ‘mengenyangkan’ dirinya di segmen sepatu self-lacing.

Lebih mengecewakan lagi adalah fakta bahwa Fi bukanlah sepatu self-lacing pertama Puma. Di tahun 2016, mereka sempat memperkenalkan Puma AutoDisc, yang merupakan cikal bakal dari sepatu ini. Jeda waktu tersebut Puma manfaatkan untuk mematangkan teknologinya; menciutkan ukurannya dan membuatnya lebih komersial, sekaligus melengkapinya dengan lapisan penutup yang breathable.

Sumber: Digital Trends dan Puma.

Nike Adapt BB Adalah Sepatu Basket yang Dapat Mengendur dan Mengencang dengan Sendirinya

Masih ingat dengan Nike HyperAdapt 1.0 sepatu yang dapat mengencangkan talinya sendiri seperti di film Back to the Future? Sudah hampir dua tahun berselang sejak Nike mengungkapnya, dan dalam kurun waktu tersebut Nike rupanya terus mematangkan teknologi self-lacing besutannya, hingga akhirnya lahir sepatu anyar bernama Nike Adapt BB.

Label “BB” di sini merujuk pada “basketball”, yang berarti sepatu ini memang ditujukan buat para atlet olahraga tersebut. Seperti yang bisa Anda lihat, tidak ada tali yang terlihat pada sepatu ini, sebab untuk mengencangkannya, pengguna hanya perlu menekan tombol atau menggunakan aplikasi pendampingnya di ponsel.

Nike Adapt BB

Namun kelebihan utama Adapt BB adalah kemampuannya untuk mengendur dan mengencang dengan sendirinya, menyesuaikan dengan kondisi atlet di sepanjang pertandingan. Tidak tanggung-tanggung, Nike mengklaim tenaga yang dihasilkannya setara dengan daya yang diperlukan untuk menarik tali parasut standar, yang berarti sepatu akan tetap mencengkeram kaki penggunanya.

Tentu saja sepatu ini memiliki baterai yang perlu diisi ulang ketika habis dayanya. Namun jangan khawatir, Nike mengklaim baterainya bisa bertahan sampai 14 hari. Charging-nya pun tak perlu menggunakan kabel, melainkan dengan Qi wireless charger selama sekitar tiga jam. Bukan hanya charging-nya yang wireless, Adapt BB juga dapat menerima firmware update secara wireless.

Nike Adapt BB

Nike berencana memasarkan Adapt BB mulai Februari mendatang seharga $350, jauh lebih terjangkau ketimbang harga HyperAdapt 1.0 saat dirilis dua tahun silam. Nike juga berniat menghadirkan sepatu Adapt untuk olahraga lain dalam waktu dekat.

Sumber: Engadget.

Puma Hidupkan Kembali Sepatu Lari Canggihnya dari Tahun 1986, RS Computer Shoe

Jauh sebelum kita mengenal fitness tracker dalam bentuk gelang dan jam tangan, di tahun 1986 pernah ada sepatu lari buatan Puma yang mampu merekam data seperti jarak tempuh, durasi, dan jumlah kalori yang terbakar. Namanya Puma RS Computer Shoe, di mana “RS” merupakan singkatan dari “Running System”.

Penampilan sepatu itu tergolong nyentrik, sebab ada bagian yang menyembul di area tumit, yang merupakan tempat modul sensor dan tombol pengoperasiannya bernaung. Puma bukan yang pertama menerapkan teknologi serupa, akan tetapi sepatu buatannya punya kelebihan tersendiri, yakni kemampuan untuk disambungkan ke komputer seperti Apple IIE dan Commodore 64 via konektor 16-pin guna meninjau datanya.

2018 Puma RS Computer Shoe

Lebih dari 30 tahun berselang, Puma memutuskan untuk menghidupkan kembali sepatu tersebut, tanpa banyak mengubah desain ikoniknya, tetap dengan bagian tumit yang menyembul. Kendati demikian, jeroannya tentu sudah diperbarui. Utamanya, kini ada accelerometer 3-axis, indikator LED, dan konektivitas Bluetooth 4.0.

Ya, datanya kini bisa dipantau langsung melalui ponsel Android maupun iPhone, via aplikasi khusus yang Puma siapkan. Demi menjaga kesan retro, tampilan aplikasinya pun sengaja dibuat dengan aset grafik 8-bit. Sepatunya sendiri bisa menyimpan data pemakaian selama 30 hari.

2018 Puma RS Computer Shoe

Kehadiran Bluetooth jelas menghilangkan sensasi unik yang didapat dari menyambungkan sepatu ke komputer via kabel. Puma sadar akan hal itu, dan reinkarnasi RS Computer Shoe ini rupanya masih bisa ditancapi kabel, hanya saja untuk mengisi ulang baterainya via USB.

Kabar buruknya, sepatu ini hanya akan dipasarkan dalam jumlah amat terbatas, tepatnya 86 pasang saja, mulai tanggal 13 Desember di Amerika Serikat, Inggris, Jerman dan Jepang.

Sumber: The Verge dan Puma.

Xiaomi Luncurkan Sepatu Pintar dengan Kemampuan Fitness Tracking

Seperti yang sudah pernah kita bahas, gadget buatan Xiaomi tidak cuma terbatas pada kategori smartphone saja. Pabrikan asal Tiongkok itu pada dasarnya banyak berinvestasi ke startupstartup kecil, memodali mereka guna mengembangkan perangkat inovatif dari bermacam kategori, seperti salah satunya sepatu pintar.

Sepatu pintar itu diberi nama 90 Minutes Ultra Smart Sports Footwear, cukup panjang mengingat ini merupakan terjemahan dari nama aslinya dalam bahasa Tionghoa. Namun jika Anda mengesampingkan namanya, sepatu ini bukan sembarang sepatu olahraga seperti yang biasa Anda beli di toko-toko.

Berkat chipset Intel Curie, sepatu pintar ini dapat mendeteksi apakah pengguna sedang berjalan, berlari atau malah mendaki / Xiaomi
Berkat chipset Intel Curie, sepatu pintar ini dapat mendeteksi apakah pengguna sedang berjalan, berlari atau malah mendaki / Xiaomi

Pasalnya, Xiaomi telah membenamkan chipset Intel Curie di dalamnya. Intel memang secara spesifik merancang chip ini untuk perangkat wearable. Ukurannya hanya sebesar kancing baju, akan tetapi ia sanggup merekam data-data aktivitas fisik secara real-time sekaligus mengemas modul Bluetooth, dan dapat beroperasi selama sekitar 60 hari tanpa perlu di-charge.

Hasilnya, sepatu garapan Xiaomi ini dapat mendeteksi apakah penggunanya sedang berjalan, berlari, atau malah mendaki. Selagi beraktivitas, chip Curie akan terus merekam data-data seperti jumlah kalori yang terbakar, kecepatan, jarak tempuh dan lain sebagainya. Kalau Anda memakai sepatu ini, Anda tidak lagi perlu memakai fitness tracker atau smartwatch, kira-kira begitu premisnya.

Sepatu pintar ini ditawarkan dalam beragam pilihan warna, termasuk edisi khusus yang dilengkapi bagian sol yang bisa menyala / Xiaomi
Sepatu pintar ini ditawarkan dalam beragam pilihan warna, termasuk edisi khusus yang dilengkapi bagian sol yang bisa menyala / Xiaomi

Secara fisik, Xiaomi 90 Minutes Ultra Smart tampak seperti sepatu olahraga kebanyakan. Xiaomi menawarkannya dalam beragam pilihan warna, plus sebuah edisi khusus yang bagian solnya dilengkapi material yang dapat menyala biru di malam hari, memastikan supaya penggunanya tetap terpantau oleh para pengguna jalan.

Sepatu ini sekarang sedang ditawarkan lewat platform crowdfunding Xiaomi sendiri. Harga yang dipatok adalah 299 yuan, atau sekitar Rp 580 ribu, dan pemasarannya akan dimulai pada tanggal 15 April mendatang.

Sumber: GizmoChina.

Vixole Ialah Sepatu Sneaker Pintar Dengan LED Customizable Pertama di Dunia

Jika uang bukan masalah, maka keterbatasan jumlah merupakan alasan yang membatasi para pecinta sepatu untuk memiliki Nike Mags. Terinspirasi dari film Back to the Future, Mags bisa mengikat talinya sendiri, cuma tersedia sebanyak 89 pasang saja. Fitur itu Nike coba hadirkan ke lebih banyak konsumen lewat HyperAdapt, tapi ia belum bisa disebut sebagai ‘sepatu pintar’.

Alternatifnya, Anda dapat berpaling dari brand Nike dan melirik sepatu kreasi sekumpulan desainer dan teknisi asal New York ini. Mereka memperkenalkan Vixole, sepatu E-sneaker pertama di dunia dengan layar LED customizable. Lewat fitur ini, sang produsen menawarkan pengguna keleluasaan buat membubuhkan ribuan pola pencahayaan dan animasi di permukaan sepatu cukup lewat tap di layar smartphone.

Sekilas, Vixole tampil layaknya sneaker normal namun desainnya lebih ‘bersih’ karena tim perancangnya tidak memanfaatkan tali. Pendekatan ini sepertinya sengaja diambil agar pola, animasi dan gambar yang muncul di sana lebih menonjol. Desainer membekali Vixole dengan layar LED fleksibel dan menanamkan tidak kurang dari delapan buah sensor. Selanjutnya, mereka menghidangkan tiga pilihan model, yaitu Vixole Basic, Plus dan OLED.

Vixole 1

Vixole Basic menyimpan display LED monokromatik fleksibel di area tumit. Via aplikasi mobile, Anda bisa membuat sketsa atau memilih gambar-gambar yang sudah tersedia, menentukan pola serta menambahkan efek visual. Sneaker ini tahan air dan dibekali teknologi wireless charging – Anda tinggal meletakkannya di atas papan charger dan baterainya akan kembali terisi penuh dalam dua jam.

Vixole Plus-lah yang betul-betul mengusung titel pintar. Selain memiliki kapabilitas Basic, Plus mampu melacak aktivitas serta gerakan Anda secara real-time layaknya fitness tracker. Canggihnya lagi, developer turut membenamkan sensor suara sehingga desain/pola dapat merespons musik, menyediakan fitur notifikasi lewat getaran, dan tak lupa menyematkan NFC sehingga pengguna bisa saling bertukar info cukup dengan menyentuhkan sepatu mereka.

Vixole

Vixole OLED sendiri adalah varian paling high-end. Ia memiliki segala kemampuan Plus, namun gambar dan animasi monokromatiknya digantikan oleh output full-color beresolusi tinggi, secara teori bisa menampilkan video. Kendalanya, bahan pembuatannya sangat mahal dan produsen hanya menciptakan 300 pasang saja sebagai edisi terbatas.

Tiga model Vixole tersedia dalam pilihan warna hitam, beige dan putih, bisa Anda pesan di situs Indie Gogo. Di sana, Vixole Basic dijual seharga mulai dari US$ 150; Vixole Plus dibanderol US$ 225, dan Vixole OLED ditawarkan di harga US$ 300. Jika kampanye crowdfunding sukses, produk rencananya akan didistribusikan mulai bulan Juni 2017.

Setelah Sabuk Pintar, Samsung Kini Punya Sepatu Pintar Bernama IOFIT

Samsung, lewat divisi Creative Lab-nya, kembali memamerkan salah satu inovasi terbarunya di bidang teknologi wearable. Sebelumnya, kita sudah melihat sebuah sabuk pintar dan dua perangkat inovatif lainnya di ajang CES 2016. Menjelang event Mobile World Congress (MWC) 2016 nanti, giliran sebuah sepatu pintar yang unjuk gigi.

Namanya IOFIT, dan ia dikembangkan oleh startup bimbingan Samsung bernama Salted Venture. Lalu apa hubungannya dengan divisi Creative Lab? Well, para pendirinya merupakan mantan karyawan Samsung yang dipersilakan membentuk startup-nya sendiri demi merealisasikan buah pemikirannya secara mandiri.

Namun latar belakang pendirinya tidak terlalu penting jika kita mempertimbangkan apa yang bisa ditawarkan oleh sepatu pintar ini. IOFIT pada dasarnya dirancang untuk meningkatkan keseimbangan tubuh pengguna sekaligus memperbaiki posturnya saat tengah berolahraga atau ketika bermain golf.

IOFIT by Salted Venture

Rahasianya ada di balik deretan sensor seperti accelerometer dan sensor tekanan yang tertanam di sisi luar sepatu. Perpaduan ini memungkinkan IOFIT untuk mengukur tingkat keseimbangan tubuh, selisih berat di setiap sisi, dan bahkan lokasi dari pusat gravitasi. Parameter yang terakhir ini sangat berpengaruh terhadap resiko terjadinya cedera saat berolahraga.

Semua data ini akan di-update secara real-time, lalu ditampilkan pada aplikasi pendamping IOFIT di smartphone. Aplikasinya juga menawarkan fitur video playback sehingga pengguna dapat mengevaluasi postur beserta datanya secara real-time, lalu memperbaikinya di sesi berikutnya.

Menurut sang pengembang, data-data ini sebelumnya hanya bisa didapat dengan menggunakan perangkat berharga mahal. Jadi dengan kata lain, tujuan IOFIT adalah membuatnya jadi portable dan jauh lebih terjangkau.

IOFIT by Salted Venture

Kemampuan analisis IOFIT dan aplikasinya ini juga bisa dimanfaatkan pengguna untuk berkonsultasi dengan instruktur pribadinya masing-masing. Dua video dari sesi latihan yang berbeda bisa ditampilkan bersebelahan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dari data-data yang dikumpulkan.

Namun semua itu akan terasa percuma apabila tidak pengguna yang tertarik mengenakan IOFIT. Sebagai sebuah sepatu, tentunya ia harus tampil atraktif – fungsi itu penting, tapi desain juga tidak kalah penting. Untuk itu, Salted Venture bakal berkolaborasi dengan sejumlah pabrikan sepatu kenamaan demi mewujudkan sepatu IOFIT yang mampu mengundang ketertarikan konsumen.

IOFIT by Salted Venture

Salted Venture sudah siap untuk tampil dan mendemonstrasikan IOFIT di ajang MWC 2016 pada 22 – 25 Februari mendatang. Mereka berharap bisa mengumpulkan masukan dari para pengunjung serta menggaet lebih banyak lagi pabrikan sepatu yang tertarik bekerja sama dengan mereka.

Ke depannya, Salted Venture berencana untuk membuka pre-order IOFIT dalam bentuk kampanye crowdfunding, berdasarkan laporan VentureBeat. Banderol harganya diperkirakan berkisar $149 untuk versi standar, dan $199 untuk versi golf.

Sumber: Samsung.

Sepatu ‘Bunglon’ Volvorii Bisa Hemat Anggaran Belanja Alas Kaki Anda

Buat mereka yang peduli pada penampilan, tiap alas kaki mempunyai peran dan momennya masing-masing. Sebuah model mungkin baru cocok dikenakan bersama pakaian atau untuk acara tertentu. Bayangkan betapa mudah dan hematnya jika kita tak lagi harus menyesuaikan sepatu, namun sebaliknya: alas kaki beradaptasi sesuai kebutuhan. Continue reading Sepatu ‘Bunglon’ Volvorii Bisa Hemat Anggaran Belanja Alas Kaki Anda

Bermitra dengan Li-Ning, Xiaomi Akan Kembangkan Smart Sneakers

Predikat salah satu produsen smartphone Android dengan pertumbuhan tercepat tampaknya belum mampu menyetop manuver-manuver Xiaomi. Tahun lalu, mereka mencoba mencicipi pasar perangkat wearable dengan Mi Band, yang rupanya cukup menuai sukses. Continue reading Bermitra dengan Li-Ning, Xiaomi Akan Kembangkan Smart Sneakers