Lenovo ThinkBook Plus Gen 2 Hadir Membawa Layar E Ink yang Lebih Besar Sekaligus Lebih Tajam

Ajang CES tahun lalu menjadi saksi atas lahirnya laptop unik dari Lenovo yang bernama ThinkBook Plus. Unik karena laptop tersebut mempunyai dua layar; satu di tempat biasanya, satu lagi layar sentuh E Ink pada cover penutupnya.

Di CES 2021, Lenovo sudah menyiapkan penerusnya, yakni ThinkBook Plus Gen 2. Dibandingkan pendahulunya, ThinkBook Plus Gen 2 punya layar E Ink yang lebih besar; dari 10,8 inci menjadi 12 inci, sehingga cuma menyisakan secuil ruang untuk label “ThinkBook” di bagian ujung. Selain lebih besar, layar E Ink-nya juga lebih tajam dengan resolusi 2560 x 1600 pixel.

Bukan cuma itu, Lenovo rupanya juga telah meningkatkan refresh rate layar E Ink-nya, sekaligus menyempurnakan tampilan antarmukanya. Untuk layar utamanya, ukurannya masih tetap 13,3 inci dan masih menggunakan panel IPS, akan tetapi aspect ratio-nya telah diubah menjadi 16:10, dan resolusinya juga telah ditingkatkan menjadi 2560 x 1600 pixel.

Upgrade lain yang tidak kalah menarik adalah adanya slot khusus untuk menyimpan stylus di sisi kanan laptop. Selebihnya, ThinkBook Plus Gen 2 tentu sudah dibekali spesifikasi yang lebih mumpuni, yang melibatkan prosesor Intel Core i7 generasi ke-11, RAM LPDDR4X 16 GB, dan SSD PCIe Gen 4 berkapasitas 1 TB pada konfigurasi termahalnya.

Secara keseluruhan, ThinkBook Plus Gen 2 punya desain yang lebih sleek ketimbang generasi pertamanya. Dimensinya pun juga lebih ringkas, dengan tebal hanya 13,9 mm dan bobot 1,3 kg. Kendati demikian, Lenovo masih bisa menjejalkan baterai berkapasitas 53 Wh, yang diyakini sanggup bertahan hingga 15 jam pemakaian, atau sampai 24 jam kalau hanya menggunakan layar E Ink-nya saja.

Sayangnya semua penyempurnaan tersebut pada akhirnya berujung pada harga jual yang lebih mahal. Di Amerika Serikat, Lenovo ThinkBook Plus Gen 2 bakal dipasarkan dengan banderol mulai $1.549 pada kuartal pertama tahun ini. Selisihnya cukup lumayan jika dibandingkan dengan ThinkBook Plus generasi pertama yang dihargai mulai $1.199 (Rp23.900.000 di Indonesia).

Sumber: The Verge dan Lenovo.

Laptop Layar Ganda Lenovo ThinkBook Plus Kini Telah Tersedia di Indonesia

Setelah mejeng pertama kali di ajang CES pada bulan Januari kemarin, Lenovo ThinkBook Plus akhirnya mendarat secara resmi di Indonesia. Laptop bisnis yang satu ini unik karena, seperti yang bisa kita lihat, ada layar tambahan pada cover penutupnya.

Layar ekstra ini merupakan touchscreen berukuran 10,8 inci dengan resolusi full-HD. Namun yang membuatnya semakin unik adalah, panel yang digunakan bukan panel LCD biasa, melainkan panel e-ink yang umum dipakai di perangkat e-reader. Warna yang ditampilkan memang cuma hitam-putih, akan tetapi layar e-ink dari dulu dikenal sangat irit daya, dan hal itu tetap berlaku di sini.

Bagi yang rutin membuka file PDF setiap harinya, laptop ini bakal sangat cocok buat mereka. Daripada membuka dokumen di layar utama, kenapa tidak membukanya di layar depan saja yang memang dirancang untuk membaca. Selagi mengulas dokumen, pengguna juga bisa mencorat-coret langsung di atasnya menggunakan stylus Lenovo Precision Pen yang termasuk dalam paket penjualan.

Ketimbang mengandalkan baterai rechargeable, stylus ini justru menerima asupan dayanya dari satu baterai AAAA. Lenovo percaya ini jauh lebih praktis daripada harus mengisi ulang stylus-nya secara berkala, apalagi mengingat satu baterai AAAA itu diyakini bisa menenagai perangkat sampai sekitar 400 hari.

Anotasi dokumen baru satu dari sederet kegunaan layar depan ini, sebab tentu saja pengguna juga dapat memanfaatkannya untuk membuat catatan, atau malah menumpahkan kreativitasnya dalam bentuk gambar. Fungsi-fungsi lain seperti mengecek kalender maupun notifikasi email juga dapat dilakukan lewat layar depannya, dan yang terpenting, semua ini bisa dilakukan tanpa harus membuka laptop terlebih dulu (selama perangkat memang dalam keadaan menyala/standby).

Buat yang khawatir kemudahan seperti ini bakal disalahgunakan oleh orang lain, Anda bisa tenang mengetahui bahwa ThinkBook Plus telah dilengkapi sensor sidik jari yang terintegrasi pada tombol power sebagai mode otentikasinya. Terkait ketahanan fisik, Lenovo memastikan layar depannya ini cukup tangguh berkat lapisan kaca Gorilla Glass yang memproteksi.

Kalaupun kita mengabaikan layar depannya sejenak, ThinkBook Plus tetap merupakan sebuah laptop bisnis yang memikat. Spesifikasinya cukup mumpuni dengan mengandalkan prosesor quad-core Intel Core i7-10510U, RAM DDR4 16 GB, SSD tipe NVMe berkapasitas 512 GB, dan baterai sebesar 45 Wh. Layar utamanya sendiri merupakan panel IPS 13,3 inci dengan resolusi 1080p.

Di tanah air, Lenovo ThinkBook Plus saat ini sudah bisa dibeli seharga Rp23.900.000. Buat 50 pembeli pertama, Lenovo juga akan menyertakan headset noise-cancelling ThinkPad X1 senilai Rp2,6 juta, plus layanan garansi Premier Support selama 3 tahun.

Foldable E-Ink Display Bakal Jadi Masa Depan E-Reader

Kita sudah melihat teknologi foldable display diadaptasikan ke perangkat-perangkat seperti smartphone sampai laptop sekalipun. Ke depannya, kategori perangkat apa lagi yang kira-kira dapat ditingkatkan daya tariknya oleh foldable display? Bagaimana kalau e-reader?

Seperti yang kita tahu, e-reader hadir dalam berbagai ukuran, dan masing-masing tentu punya kelebihannya serta kekurangannya tersendiri. Foldable display di sisi lain dapat menjadi semacam win-win solution buat kategori ini; dimensi perangkat tidak perlu terlalu besar, tapi ketika dibuka, ukuran layarnya benar-benar memuaskan untuk dipakai membaca.

Kabar baiknya, E Ink Corporation selaku perusahaan yang memegang paten teknologi display yang dipakai di mayoritas e-reader, rupanya sudah cukup sibuk mengembangkan teknologi foldable e-ink display. Prototipe pertamanya sempat didemonstrasikan di bulan Juni, dan sekarang prototipe keduanya sudah bertambah sempurna.

Seperti yang bisa kita lihat dari video di atas, prototipenya dilengkapi engsel khusus untuk membuka dan menutup seperti perangkat foldable lain. Layarnya yang fleksibel memiliki bentang diagonal 10,3 inci, namun berhubung ini masih iterasi awal, kita harus memaklumi sejumlah kekurangan seperti bezel yang cukup tebal di seluruh sisinya.

Pada sisi kanan layar, ada lima tombol fisik untuk menavigasikan perangkat, sedangkan di sisi atasnya, ada segaris lampu LED yang dapat diberdirikan seandainya pengguna memerlukan sumber cahaya tambahan.

Layar e-ink fleksibel ini turut dilengkapi panel kapasitif sehingga bisa membaca sentuhan. Tim R&D E Ink bahkan tak lupa menyematkan teknologi digitizer besutan Wacom sehingga perangkat juga dapat menerjemahkan coretan-coretan dari stylus. Perangkat dengan layar e-ink mungkin lebih cocok untuk membaca ketimbang menulis atau menggambar, tapi belakangan anggapan seperti itu mulai pudar dengan adanya perangkat seperti reMarkable.

Belum diketahui kapan teknologi foldable e-ink display ini bisa diimplementasikan ke perangkat yang tersedia secara komersial. Namun bisa kita pastikan E Ink akan terus menyempurnakan desainnya, membenahi sejumlah kekurangan yang masih terdapat pada prototipenya ini.

Sumber: GoodEReader via The Verge.

reMarkable 2 Sempurnakan Konsep Paper Tablet dengan Desain yang Lebih Tipis dan Layar yang Lebih Responsif

Tablet seharga $700 tapi tidak bisa dipakai untuk menonton film atau bermain game mungkin terdengar konyol, namun itulah kenyataan dari reMarkable. Berbeda dari iPad maupun tablet lain secara umum, reMarkable murni hanya untuk menulis, menggambar, dan membaca.

Kendati demikian, tiga hal itu bisa ia lakukan dengan sangat baik, jauh lebih baik ketimbang tablet konvensional. Semuanya berkat layar e-ink yang amat responsif dan menawarkan feel seperti kertas asli.

Perangkat ini terbukti sukses. Sejak diluncurkan di tahun 2017, reMarkable telah terjual lebih dari 100.000 unit, dan pengembangnya juga sudah menerima pendanaan senilai $15 juta. Modal sebesar itu akhirnya mereka pakai untuk mengembangkan penerusnya, reMarkable 2.

reMarkable 2

Perubahan yang paling mencolok langsung kelihatan dari luar; reMarkable 2 sangatlah tipis, hanya 4,7 mm dari ujung ke ujung. Desainnya juga lebih elegan ketimbang pendahulunya. Kecuali untuk pengguna kidal, reMarkable 2 juga akan terasa lebih nyaman digunakan berkat bentuk asimetrisnya.

Dari segi ukuran dan resolusi, layar monokrom yang digunakan masih sama: 10,3 inci, dengan resolusi 1872 x 1404 pixel. Yang berbeda adalah responsivitasnya. Berkat teknologi display controller baru, latency-nya semakin turun lagi menjadi 21 milidetik, yang berarti coretan stylus akan muncul nyaris tanpa jeda – dua kali lebih responsif dibanding generasi pertamanya.

Stylus-nya sendiri juga ikut diperbarui. Versi anyarnya menawarkan 4.096 tingkat sensitivitas tekanan (2x lebih tinggi), dan sekarang bisa menancap ke sisi tablet secara magnetis. Pengembangnya juga menawarkan stylus lain secara opsional yang ujung belakangnya dapat dipakai untuk menghapus.

reMarkable 2

Terkait software, saya melihat ada dua fitur yang cukup menarik dari reMarkable 2. Yang pertama adalah handwriting recognition, yang memungkinkan konversi tulisan tangan pengguna menjadi teks secara instan. Fitur ini mendukung 33 bahasa, dan hasil konversinya dapat langsung dikirim via email.

Yang kedua, reMarkable menawarkan extension Google Chrome sehingga pengguna dapat meneruskan artikel web dari komputer untuk dibaca di reMarkable. reMarkable 2 tidak punya browser-nya sendiri, dan ini sengaja dibuat demikian supaya pengguna tidak mudah teralihkan konsentrasinya.

reMarkable 2

Meski lebih tipis ketimbang pendahulunya, reMarkable 2 masih mengemas baterai yang berkapasitas sama besarnya, yakni 3.000 mAh. Namun berkat penggunaan prosesor dual-core yang lebih kencang sekaligus lebih efisien, reMarkable 2 malah diperkirakan bisa bertahan sampai dua minggu pemakaian, atau sekitar tiga kali lebih awet daripada sebelumnya. Charging-nya pun sudah memanfaatkan sambungan USB-C.

Kabar baiknya, terlepas dari segala penyempurnaannya, reMarkable 2 justru lebih terjangkau daripada sebelumnya. Harganya dipatok $399, dan bagi konsumen yang melakukan pre-order mulai hari ini juga, mereka akan mendapat bonus stylus beserta folio cover secara cuma-cuma.

Sumber: TechCrunch dan reMarkable.

Lenovo ThinkBook Plus Sembunyikan Layar Sentuh E-Ink pada Cover Depannya

CES 2020 rupanya menjadi saksi atas kelahiran sejumlah laptop inovatif. Dari kubu Lenovo, kita sudah melihat ThinkPad X1 Fold dengan layar fleksibelnya, namun masih ada satu laptop lagi yang tak kalah menarik untuk disorot, yaitu ThinkBook Plus.

Sebuah laptop umumnya baru bisa memikat ketika sudah dibuka. Kasusnya tidak demikian di sini. Daya tarik ThinkBook Plus justru terpusat pada cover depannya, yang dengan cerdiknya menyembunyikan sebuah layar sentuh 10,8 inci. Layarnya pun bukan sembarangan, melainkan panel e-ink seperti yang biasa kita jumpai pada perangkat e-reader macam Amazon Kindle.

Lenovo ThinkBook Plus

Untuk apa layar e-ink itu eksis? Yang paling sederhana adalah untuk me-review sekaligus menganotasi dokumen, atau bisa juga untuk membaca e-book dengan bantuan aplikasi Kindle yang terintegrasi. Skenarionya memang tidak seideal menggunakan e-reader, tapi setidaknya masih jauh lebih nyaman ketimbang harus membuka laptop terlebih dulu.

Selanjutnya, menggunakan stylus yang disertakan dalam paket pembelian, konsumen bisa menulis catatan pada layar monokrom tersebut selagi sedang mengikuti rapat misalnya. Lebih lanjut, Lenovo turut merancang agar layar ini dapat menampilkan sejumlah info esensial macam agenda atau notifikasi email penting yang masuk. Ya, Lenovo bilang email masih bisa masuk meski perangkat dalam posisi tertutup berkat mode standby yang cerdas.

Lenovo ThinkBook Plus

Selebihnya, ThinkBook Plus tidak ubahnya sebuah laptop modern yang mengusung layar IPS 13,3 inci beresolusi 1080p, dengan prosesor Intel Core i7 (Comet Lake) pada varian termahalnya. Pilihan RAM yang tersedia adalah 8 atau 16 GB, sedangkan storage-nya mengandalkan SSD tipe PCIe berkapasitas 256 atau 512 GB, lengkap beserta memory Intel Optane.

Fisiknya pun tergolong ringkas, dengan tebal 17,4 mm dan bobot sekitar 1,4 kg. Di samping Wi-Fi 6 dan Bluetooth 5, konektivitasnya turut meliputi port USB-C, USB 3.0 biasa, dan HDMI 1.4b. Terdapat sensor sidik jari pada tombol power-nya, dan Lenovo mengklaim baterai berkapasitas 45 Wh miliknya mampu bertahan sampai 10 jam pemakaian.

Lenovo ThinkBook Plus rencananya akan dijual mulai Maret mendatang dengan banderol mulai $1.199.

Sumber: Lenovo.

Fossil Hybrid HR Sembunyikan Layar E-Ink di Balik Tampang Tradisionalnya

Fossil bukanlah nama yang asing di kategori smartwatch hybrid, dan baru-baru ini mereka kembali menunjukkan bahwa pengalaman panjangnya berhasil membuahkan inovasi yang cukup menarik. Inovasi tersebut datang dalam wujud Fossil Hybrid HR.

Tidak seperti smartwatch hybrid pada umumnya, ada sesuatu yang berbeda di balik sepasang jarum penunjuk Hybrid HR. Bagian membulat tersebut rupanya merupakan panel layar e-ink yang bersifat always-on, dirancang untuk menampilkan sejumlah informasi esensial tanpa menguras baterai secara berlebihan.

Fossil Hybrid HR

Berhubung ini e-ink, wajar apabila tampilannya monokrom. Informasi penting yang dapat disajikan cukup beragam, mulai dari data activity tracking, informasi cuaca, sampai notifikasi dari berbagai aplikasi. Jika dilihat sepintas dari jauh, sebagian besar orang mungkin bakal mengira perangkat ini sebagai jam tangan tradisional.

Fitur pintarnya jelas kalah lengkap apabila kita bandingkan dengan smartwatch Wear OS. Pun demikian, konsumen masih dipersilakan melakukan kustomisasi sesuai kebutuhan dan seleranya masing-masing. Satu pembeda yang paling utama antara Hybrid HR dan smartwatch Wear OS adalah tidak adanya app store di perangkat ini.

Fossil Hybrid HR

Kabar baiknya, keterbatasan seperti itu bisa dibayar dengan daya tahan baterai yang sangat lama, sampai sekitar dua minggu kalau kata Fossil, namun angka pastinya tentu sangat bergantung pada pola pemakaian masing-masing konsumen. Proses pengisian ulang baterainya juga tidak memerlukan waktu yang lama, cukup satu jam dari kosong sampai penuh.

Fossil Hybrid HR bakal tersedia dalam lima varian gaya yang berbeda, tiga untuk kaum adam, dan dua untuk kaum hawa. Fossil mematok harga $195 untuk varian yang dilengkapi strap berbahan silikon atau kulit, sedangkan varian yang mengemas strap stainless steel dihargai $215.

Sumber: Wareable.

MobiScribe Adalah Buku Catatan Unik Berbasis E-paper

Instrumen tulis berupa pena sudah digunakan sejak zaman Mesir kuno, dan meski kita telah masuk ke era digital, metode tersebut tidak akan ditinggalkan begitu saja. Sebaliknya, teknologi malah dimanfaatkan agar interaksi antara manusia dan konten jadi lebih intuitif, misalnya lewat layar sentuh hingga implementasi stylus dengan karakteristik yang dibuat agar menyerupai alat tulis sesunguhnya.

Yakin bahwa masih ada banyak orang lebih memilih kertas daripada layar, Team UC mencoba menggabungkan kesederhanaan baca-tulis di buku dengan kemudahan akses konten digital lewat perangkat bernama MobiScribe. Sejatinya, MobiScribe adalah buku catatan elektronik yang memungkinkan Anda menuliskan atau menggambarkan segala ide tanpa perlu mengorbankan pepohonan (berkayu lunak yang digunakan dalam pembuatan kertas).

MobiScribe punya penampilan seperti tablet e-reader, menyajikan layar e-ink (electronic paper display) 265DPI monokromatis seluas 6,8-inci – tidak kecil tapi tak juga terlampau lebar sehingga mudah dibawa-bawa. Perangkat ditopang oleh RAM sebesar 1GB dan memori internal 8GB yang dapat ditambah lagi dengan microSD card 32GB. Itu berarti ia siap menyimpan ribuan e-book.

Penampilannya tidak se-stylish Galaxy Tab terbaru dengan bezel tipisnya, namun MobiScribe memang lebih mengedepankan fungsi ketimbang rupa. Buku digital ini turut dibekali cover penyerap benturan yang berperan pula sebagai tempat menaruh stylus.

MobiScribe 1

Walaupun terlihat sederhana, MobiScribe dibekali rangkaian teknologi krusial pendukung aktivitas baca-tulis. Tablet memanfaatkan layar buatan WACOM yang mampu mendeteksi 4096 tingkat tekanan (degree of pressure). Sensitivitas tinggi itu dijanjikan sanggup memenuhi kebutuhan para seniman yang paling sulit dipuaskan sekalipun. Panel tersebut punya karakter kapasitif, memperkenankan kita menavigasi menu berbekal jari, kemudian segera ‘menolak’ sentuhan telapak tangan ketika stylus sedang digunakan.

Mungkin Anda sudah tahu, layar e-paper punya sifat menyerupai kertas dan pada dasarnya tidak mengeluarkan cahaya. Permukaannya juga tidak glossy sehingga Anda tidak terganggu bayangan dan pantulan sinar. Meski begitu, Team UC paham ada kalanya kita harus menulis/mencatat di kondisi temaram. Untuk mendukungnya, mereka mencantumkan pencahayaan ‘frontlight‘ dengan tingkat keterangan, temperatur warna dan kontras yang bisa disesuaikan.

Bagian stylus-nya juga tidak kalah unik. Selain punya profil ala pensil dan mempersilakan kita membuat garis berbeda berdasarkan keras atau lembutnya tekanan, bagian belakangnya berfungsi sebagai penghapus. Kombinasi hal-hal kecil tersebut memastikan pengalaman penggunaa MobiScribe jadi lebih natural.

MobiScribe 2

‘Buku catatan e-ink‘ MobiScribe sudah bisa dipesan lewat situs resminya. Di sana, bundel tablet dan stylus dijajakan seharga US$ 264. Aksesori cover, pensil digital dan beberapa opsi ujung stylus juga dijual terpisah, ditawarkan masing-masing di harga US$ 15, US$ 20, dan US$ 7.

Via IndieGogo.

E-reader Barnes & Noble Nook GlowLight Plus Usung Layar Terlebar dan Desain Anti-Air

Barnes & Noble adalah perusahaan penjual buku terbesar dengan gerai retail terbanyak Amerika, mengoperasikan tidak kurang dari 627 toko (per Maret 2019). Banyak produk bisa Anda temukan di sana. Selain bermacam-macam buku, Barnes & Noble juga menjual cendera mata, mainan, game, musik, termasuk sejumlah gadget semisal tablet dan e-reader yang dapat mengakses segala konten bacaan digital.

Hampir sepuluh tahun silam Barnes & Noble meluncurkan Nook, yaitu eReader berbasis Android yang menyajikan layar e-ink enam-inci dan koneksi Wi-Fi serta 3G. Pelan-pelan, perusahaan mengekspansi lini Nook, termasuk melalui kolaborasi bersama Samsung untuk menyediakan Galaxy Tab ‘Nook’. Dan di bulan Maret 2019 ini, Barnes & Noble memperkenalkan varian Nook GlowLight Plus.

Ada dua aspek andalan di e-reader anyar tersebut. Pertama, Nook GlowLight Plus menyuguhkan layar e-ink terluas yang pernah Barnes & Noble tawarkan. Kedua, tablet turut dibekali desain anti-air, sehingga Anda tak perlu khawatir untuk membawanya ke mana saja. Dan sesuai namanya, perangkat ini dibekali teknologi glowlight yang memastikan pengalaman membaca tetap nyaman baik di siang maupun malam hari.

Lewat rilis pers, Bill Wood selaku president digital Barnes & Nobles menyampaikan, “Kami bersemangat untuk menghadirkan Nook GlowLight Plus baru yang dilengkapi layar e-ink beresolusi tinggi terlebar. Desain kedap air yang telah diperbarui turut membuat aktivitas membaca bisa dilakukan di mana saja. Nook anyar ini akan tersedia di toko untuk menemani Anda di musim panas, Hari Ayah, serta sempurna bagi para pecinta buku yang ingin menikmati konten secara digital.”

Nook GlowLight Plus punya penampilan layaknya e-reader Barnes & Noble sebelumnya, dan agar nyaman digenggam dalam waktu lama, produsen menerapkan finishingsoft-touch‘ di permukannya. Dengan teknologi pencahayaan glowlight, pengguna dipersilakan menyesuaikan warna layar. Misalnya putih ketika ingin membaca di siang hari lalu mengubahnya jadi lebih ‘hangat’ di malam hari, pas untuk membaca sebelum tidur.

Memori internal sebesar 8GB di dalam memungkinkan Anda menyimpan begitu banyak koleksi bacaan, lalu baterai berkapasitas besar di sana (plus hematnya konsumsi daya layar e-ink) memastikannya tetap aktif selama berminggu-minggu.

Nook GlowLight Plus rencananya akan mulai dipasarkan secara offline pada tanggal 27 Mei 2019, lalu akan tersedia secara online dua hari sesudahnya, di tanggal 29 Mei. Tablet e-reader ini dibanderol seharga US$ 200, dan dengan mengeluarkan uang US$ 5, Anda bisa memperoleh akses ke lebih dari satu juta buku.

Gambar header: The Verge.

Gunakan E-Ink, Smartphone Kingrow K1 Coba Selamatkan Penglihatan Anda

Bagi banyak orang, performa fotografi merupakan daya tarik utama sebuah smartphone. Setelah itu, konsumen sadar pentingnya kemampuan perangkat dalam menghidangkan konten, dan mereka kian kritis saat menakar kualitas layar – dari mulai resolusi, jenis panel, aspek rasio hingga penampilan notch. Namun semakin canggih layar, biasanya ia kian menyedot baterai dan jarang kita sadari, output-nya juga berdampak buruk bagi mata.

Mengapa tidak sehat bagi penglihatan? Anda mungkin sudah sering mendengar penjelasan (dan rumor) mengenai radiasi yang dihasilkan oleh perangkat bergerak, tetapi emisi sinar biru (baik dari smartphone maupun monitor) ialah bahaya nyata bagi mata kita. Banyak produsen telah mencantumkan fitur filter blue light di produk mereka – membuat tampilannya jadi lebih kuning – namun hal ini dianggap masih belum cukup.

K1 1

Kondisi ini mendorong tim bernama Kingrow untuk meramu K1, yaitu sebuah smartphone berlayar e-ink atau electronic paper. Kingrow K1 memang bukanlah perangkat pertama yang mengusung teknologi ini. YotaPhone dan Hisense menggunakan e-paper sebagai layar sekunder, juga bisa Anda temui pada e-reader seperti Amazon Kindle. Meski begitu produsen berjanji, K1 mampu menghidangkan pengalaman ‘ber-smartphone sejati’.

Kingrow K1 mempunyai tubuh kotak (yang menjadi tren desain smartphone dua tiga tahun silam). Di sana terdapat layar electronic paper beresolusi 1280x720p seluas 5,17-inci yang menampilkan konten dalam warna monokromatis hitam-putih. Kingrow juga mencoba memastikan display tersebut mampu menampilkan teks serta gambar secara tajam dengan memaksimalkan kepadatan pixel-nya – berada di tingkat 283PPI.

K1 3

Untuk sekarang, produsen belum mengungkap detail hardware dari K1 selain menyebutkan penggunaan port USB type-C, ketersediaan slot kartu SIM ganda, serta dukungan baterai 3.100mAh yang menjanjikan waktu standby sampai dua minggu berkat iritnya konsumsi tenaga layar e-ink.

Spesifikasi secara lengkap dan harga kemungkinan akan diungkap begitu kampanye crowdfunding K1 dimulai di Indie Gogo, tapi data dari situs Priceboon mengindikasikan penggunaan hardware kelas entry-level – dibekali chip MediaTek Helio P23, RAM 2GB dan ROM 16GB. Menakar dari aspek ini, kesehatan mata dan harga tampaknya akan jadi nilai jual utama Kingrow K1.

K1 2

Layar e-ink atau electronic paper memiliki karakteristik layaknya kertas. Pada dasarnya ia tidak mengeluarkan cahaya, jadi tidak ada emisi sinar biru, dan dengan begitu tidak ada efek-efek negatif yang disebabkan olehnya seperti rasa lelah berlebihan pada mata hingga insomnia. Pertanyaannya kini adalah, apakah K1 juga dilengkapi sistem backlight buat penggunaan di tempat gelap atau malam hari?

Teknologi Layar E Ink Jenis Baru Janjikan Pengalaman Menulis Nyaris Tanpa Jeda

Selama ini kita mengenal teknologi layar E Ink sebagai display andalan perangkat e-reader macam Amazon Kindle. Namun belakangan E Ink juga dimanfaatkan sebagai medium untuk berkreasi lewat tablet seperti reMarkable dan Sony DPT-CP1.

Tren baru ini rupanya dilihat oleh E Ink Holdings selaku pemegang paten teknologi E Ink untuk mengembangkannya lebih lanjut. Buah pemikiran mereka melahirkan JustWrite, display E Ink jenis baru yang dirancang untuk memberikan pengalaman menulis atau menggambar yang begitu alami dan nyaris tanpa jeda (latency).

Rahasianya terletak pada absennya panel TFT pada JustWrite, sehingga komponen elektronik yang dibutuhkannya sangatlah minim (hanya untuk me-refresh layar ketika konten dihapus). Sebagai gantinya, semuanya dibebankan ke stylus, dan pada akhirnya coretan-coretan pengguna akan langsung muncul di layar secara instan.

E Ink bilang bahwa JustWrite dapat diproduksi dengan lebar sampai 90 cm, yang berarti ada peluang baginya untuk diimplementasikan menjadi pengganti papan tulis tradisional. Di saat yang sama, kelebihan-kelebihan layar E Ink standar juga tetap dipertahankan, di antaranya adalah kontras yang bagus, irit daya, serta durabilitas yang tinggi mengingat jenis bahannya dari plastik.

E Ink masih belum menyebutkan kapan JustWrite bakal diproduksi secara massal. Mereka sepertinya masih disibukkan dengan layar E Ink berwarna yang mulai diproduksi sejak bulan Agustus lalu, tapi baru untuk papan display digital, belum e-reader.

Sumber: The Verge dan Business Wire.