Babak Final The Real Race dari Lamborghini Adu 12 Sim Racer Terbaik

Pandemi COVID-19 membuat banyak kompetisi olahraga harus ditunda atau bahkan dibatalkan. Terkadang, pertandingan olahraga itu digantikan dengan turnamen esports. Karena itu, tidak heran jika kompetisi sim racing berkembang pesat di tengah pandemi. Beberapa perusahaan pembuat mobil juga memutuskan untuk terjun ke esports dengan mengadakan turnamen balapan virtual, seperti Ferrari dan Lamborghini.

Lamborghini mengumumkan kompetisi sim racing pertama mereka, The Real Race, beberapa bulan lalu. Turnamen tersebut memiliki 5 babak kualifikasi yang diadakan selama 5 minggu, sejak Mei 2020 sampai Agustus 2020. Dari babak kualifikasi ini, Lamborghini akan memilih 12 sim racer terbaik untuk datang ke markas mereka di Italia. Di sana, 12 pembalap simulasi tersebut akan ikut serta dalam babak final The Real Race, yang akan diadakan pada 24 September 2020.

babak final the real race
Posisi 12 sim racer yang akan berlaga di babak final The Real Race. | Sumber: Lamborghini

Dalam babak final The Real Race, 12 sim racer yang ikut serta akan saling beradu dengan satu sama lain di 2 lintasan. Balapan pertama akan diadakan di Barcelona, sementara balapan kedua di Mount Panorama. Juara pertama dari babak final The Real Race akan mendapatkan scale model dari mobil Lamborghini yang mereka gunakan dengan skala 1:18, lapor Dupont Registry.

Tak hanya itu, 3 orang yang menjadi juara dari The Real Race juga akan mendapatkan tur VIP ke markas Lamborghini, menurut situs resmi Lamborghini. Tur tersebut akan berlangsung selama 3 hari dan Lamborghini akan menanggung seluruh biaya bagi para juara.

Dalam tur tersebut, 3 sim racer yang memenangkan babak final The Real Race akan mengunjungi departemen riset dan pengembangan Lamborghini. Di sana, mereka akan dapat menguji mobil terbaru buatan perusahaan Italia tersebut. Mereka juga akan mendapatkan kesempatan untuk bertemu dan berlatih bersama pembalap resmi Lamborghini di lintasan balap sebenarnya menggunakan mobil Lamborghini.

Saat ini, posisi nomor satu dari The Real Race diduduki oleh Nils Naujoks. Dia dikenal sebagai esports racer sejak 2003, meski saat ini, dia lebih fokus untuk menjadi manajer dari tim racing G2 Esports. Dia berhasil menjuarai babak kualifikasi pertama yang diadakan di Monza. Sementara posisi ke-2 dan ke-3 diisi oleh Arnaud Lacombe dan Matthias Egger.

Aston Martin Ciptakan Mesin Sim Racing Seharga Satu Miliar Rupiah

Aston Martin, produsen mobil mewah asal Inggris kini turut terjun ke ranah gaming. Wujud keterlibatan Aston Martin ke ranah gaming adalah AMR-C01, simulator racing yang dikatakan menawarkan “pengalaman esports yang mewah”. Dalam rilis, Aston Martin mengatakan bahwa AMR-C01 sebagai “ultimate luxury home simulator”, diperuntukkan bagi para pembalap yang ingin berkompetisi di dalam balap virtual atau nyata, dengan balutan kemewahan khas Aston Martin.

Untuk membangun simulator racing ini, Aston Martin menggandeng perusahaan teknologi asal Inggris, Curv Racing Simulator. Menunjukkan kemewahan, rig AMR-C01 menggunakan bahan karbon fiber yang ringan, dan juga teknologi terkini untuk dapat memberikan pengalaman balapan yang imersif kepada para pengguna.

“Membuat mesin simulator racing adalah sebuah tantangan bagi tim perancang. Terlepas dari itu, walaupun mesin simulator bukanlah mobil, tapi rancangannya terinspirasi dari mobil balap Aston Martin. Dalam merancang ini, kami mencoba menyajikan rancangan elegan dengan garis yang dinamis serta proporsi yang seimbang, seperti rancangan mobil balap Aston Martin lainnya. Saya membayangkan AMR-C01 sebagai sebuah pahatan seni yang ada di rumah-rumah mewah yang indah.” tuis Marek Reichman selaku Chief Creative Officer Aston Martin lewat rilis resmi.

Perancangan AMR-C01 sebagai mesin simulator sendiri tidak main-main. Salah satu penyebabnya karena Curv Racing Simulators selaku rekan Aston Martin dalam membuat mesin ini. Curv Racing Simulators dimpimpin oleh Darren Turner, mantan driver di Aston Martin, yang merupakan spesialis simulator dengan pengalaman lebih dari 20 tahun membuat mesin simulasi Formula 1.

Terkait AMR-C01, Turner mengatakan. “AMR-C01 adalah tentang kecintaan terhadap balap. Kami membuat sebuah simulator dengan tingkat imersivitas tinggi, yang menawarkan penggunanya mendapatkan pengalaman balap yang menyenangkan dari kenyamanan rumah. Tujuan kami adalah membuat sebuah simulator yang memberi kenyamanan balap virtual layaknya balapan di dunia nyata. Posisi mengemudi di AMR-C01 mengikuti dari posisi mengemudi di mobil Aston Martin Valkyrie, agar pengguna bisa mendapatkan pengalaman layaknya mengemudikan sebuah hypercar. Kami bangga sekali dengan apa yang sudah kami capai ini, dengan teknik, dan perancangan yang saya percaya sebagai home simulator paling cantik yang pernah ada.”

Sumber: carmagazine.co.uk
Interior Aston Martin Valkyrie, yang merupakan inspirasi bagi mesin simulator balap Aston Martin AMR-C01 | Sumber: carmagazine.co.uk

Selama situasi pandemi, pasar balap simulasi memang jadi tampil menjanjikan, apalagi mengingat banyaknya balapan resmi yang ditunda. Beberapa waktu kita bisa melihat sendiri bagaimana balapan seperti Nascar, MotoGP, dan Formula 1 berubah format jadi balap simulasi, mengingat keadaan pandemi. Di Indonesia sendiri, bentuk ketertarikan pasar mobil mewah terhadap sim racing terjadi pada awal September lalu, dalam bentuk kolaborasi GT-Sim.ID dengan penjual mobil mewah impor kenamaan, Prestige Image Motorcars.

Mesin balap simulasi dari Aston Martin ini dijual terbatas sebanyak 150 buah saja, dan dijual dengan harga 57.500 poundsterling atau sekitar 1,1 miliar rupiah. Bagaimana? Apakah Anda berminat untuk memilikinya?

Logitech G923 Siap Sajikan Pengalaman Sim Racing yang Lebih Realistis dari Sebelumnya

Penggemar sejati game balap tentu paham mengapa gamepad saja tidak cukup untuk memenuhi hasrat kebut-kebutan virtual mereka. Dalam menekuni hobi sim racing, mereka biasanya memulai dengan membeli racing wheel beserta pedalnya, dan sering kali pilihannya jatuh pada bikinan Logitech (atau Thrustmaster).

Logitech sendiri baru saja meluncurkan racing wheel dan pedal baru, yakni G923. Secara fisik, bagian setir maupun pedalnya kelihatan identik dengan Logitech G29 maupun G920 dari beberapa tahun sebelumnya. Tentu saja G923 hadir dalam dua versi yang berbeda; satu untuk Xbox, satu untuk PlayStation, tapi keduanya sama-sama bisa digunakan di PC.

Yang baru dari G923 justru tersembunyi di dalam, yakni sistem force feedback generasi anyar yang Logitech juluki dengan istilah “TrueForce”. Secara garis besar, TrueForce dirancang untuk menyajikan sensasi yang lebih realistis sekaligus pengalaman keseluruhan yang lebih immersive.

Dibandingkan dengan sistem generasi sebelumnya, yang Logitech bilang tidak bisa berbuat banyak karena harus terbatasi oleh kapabilitas USB generasi lawas beserta prosesor single-core, TrueForce membawa banyak perubahan. Yang paling utama adalah kemampuannya untuk mengakses langsung physics engine sekaligus audio engine milik masing-masing game balap, melakukan kalkulasi secara real-time hingga sebanyak 4.000 kali per detik, sebelum akhirnya diterjemahkan menjadi feedback yang realistis.

Singkat cerita, G923 bukan sekadar bergetar atau diam begitu saja. Dari getaran halus yang ditimbulkan oleh mesin, sampai sensasi ban mobil yang kehilangan cengkeramannya, semuanya bisa dirasakan oleh para pengguna G923. Logitech bahkan tidak segan menyamakan perpindahan dari teknologi force feedback lama ke TrueForce seperti beralih dari TV lawas ke TV beresolusi HD.

Berhubung TrueForce berhubungan langsung dengan engine game, itu berarti setiap game harus di-update terlebih dulu oleh masing-masing pengembangnya agar kompatibel. Sejauh ini, game yang sudah siap memanfaatkan TrueForce adalah GRID, Assetto Corsa Competizione, dan Gran Turismo Sport. Judul lain seperti iRacing, F1 2020, dan Dirt Rally 2.0 baru akan menyusul pada bulan September.

Di Amerika Serikat, Logitech G923 saat ini telah dipasarkan seharga $400, cukup terjangkau bila dibandingkan dengan racing wheel bikinan brand seperti Fanatec atau AccuForce.

Sumber: Logitech dan The Verge.

James Baldwin, Pemenang GT Championship yang Memulai Karirnya dari Sim Racing

Mengendarai mobil McLaren, James Baldwin berhasil memenangkan British GT Championship pada minggu lalu. Salah satu hal yang menarik tentang Baldwin adalah karena dia sukses menjadi pembalap setelah sukses sebagai sim racer. Dia berhasil masuk dalam tim Jenson Button setelah dia memenangkan kompetisi balapan virtual World’s Fastest Gamer pada tahun lalu.

Baldwin mulai tertarik dengan dunia balapan ketika dia berumur empat tahun. Sama seperti kebanyakan pembalap profesional lainnya, dia mulai berlatih dengan balapan go-cart. Sayangnya, latihan balapan go-cart memakan biaya besar. Dia memutuskan untuk berhenti ketika dia berumur 16 tahun karena keterbatasan dana.

“Saya masuk ke jurusan engineering dan tak lagi ikut aktif dalam semua jenis balapan,” kata Baldwin pada Radio 1 NewsBeat. “Dua tahun setelah saya berhenti balapan, saya masuk ke PC World bersama kekasih saya. Saya masih ingat dengan jelas. Kami melihat sebuah simulator balapan seharga sekitar 250 poundsterling dan saya berpikir, ‘Menarik!’ Jadi saya membelinya.”

Lebih lanjut, dia menjelaskan, “Ketika itu, esports balapan belum terlalu populer, jadi saya tidak tahu apa-apa. Saya hanya menjadi pemain kasual.” Memang, dalam beberapa bulan belakangan, esports balapan semakin populer. Pasalnya, pandemi virus corona membuat berbagai kompetisi balapan digantikan oleh kompetisi simulasi balapan.

James baldwin
James Baldwin berhasil memenangkan GT Championship. | Sumber: BBC

Setelah menjadi pemain kasual selama satu tahun, Baldwin berhasil masuk dalam 10 besar di sebuah kompetisi sim racing. Dari sana, dia melaju ke pertandingan di Austria. Semua biaya perjalanan ditanggung oleh penyelenggara. Dia keluar sebagai juara dua dan memenangkan empat ribu poundsterling. Sejak saat itu, dia aktif ikut serta dalam berbagai kompetisi esports balapan. Sampai pada akhirnya, dia memenangkan The World’s Fastest Gamer pada tahun lalu.

“Diadakan di Pesisir Barat California, kompetisi itu melibatkan balapan sebenarnya, balapan simulasi, tes kesehatan, dan latihan media. Semua itu dilakukan dalam waktu dua minggu,” ujar Baldwin. “Para juri dalam kompetisi itu hebat. Salah satunya adalah Juan Pablo Montoya. Sementara Rubens Barrichello menjadi pelatih kami. Kompetisi itu sangat unik.”

Baldwin berhasil keluar sebagai juara dalam kompetisi The World’s Fastest Gamer. Dengan begitu, dia berhak untuk masuk dalam tim Button, yang merupakan pemenang Formula 1 pada 2009 dan pembalap Inggris legendaris. Cerita Baldwin menunjukkan bagaimana kompetisi sim racing bisa membantu seseorang untuk menjadi pembalap di dunia nyata. Memang, Indra Feryanto, Ketua Komisi Digital Motorsport dari Ikatan Motor Indonesia juga mengatakan bahwa keberadaan simulator balapan dapat menjadi alat latihan bagi orang-orang yang tertarik untuk menjadi pembalap sebenarnya.

Adakan Ferrari Hublot Esports Series, Ferrari Cari Talenta Muda

Ferrari mengumumkan bahwa mereka akan membuat turnamen esports sendiri, yaitu Ferrari Hublot Esports Series. Pada awalnya, turnamen simulasi balapan ini hanya terbuka untuk warga Eropa yang berumur 18 tahun ke atas. Namun, ke depan, Ferrari berencana untuk mengadakan kompetisi tersebut di kawasan lain. Pendaftaran untuk Ferrari Hublot Esports Series akan dibuka pada 7 Agustus 2020. Pemenang dari turnamen tersebut akan bisa bergabung dengan tim akademi Ferrari.

Ferrari Hublot Esports Series terbagi dalam dua kategori, yaitu AM Series untuk sim racer amatir dan Pro Series untuk sim racer profesional. Balapan pertama untuk kategori amatir dan profesional akan diadakan pada September 2020. Sebanyak 12 pemain tercepat dari masing-masing kategori akan ikut serta dalam 4 balapan yang diadakan pada Oktober 2020. Sementara itu, babak final akan diadakan pada November 2020. Dalam babak final, para finalis harus mengikuti tiga balapan.

Ferrari Hublot Esports Series
Ferrari memutuskan untuk mengadakan turnamen esports sendiri. | Sumber: Ferrari

Dalam Ferrari Hublot Esports Series, para peserta akan beradu menggunakan platform simulasi racing Assetto Corsa. Sementara mobil yang harus mereka gunakan adalah Ferrari 488 Challenge Evo. Perusahaan pembuat jam asal Swiss, Hublot, menjadi title sponsor dari turnamen esports ini. Selain itu, Ferrari juga akan bekerja sama dengan perusahaan aksesori gaming, Thrustmaster, yang menjadi rekan teknis Ferrari dalam kompetisi simulasi balapan ini.

Ferrari cukup lambat untuk memasuki dunia esports. Mereka menjadi tim F1 terakhir yang memutuskan untuk mengikuti F1 Esports Series pada 2019. Meskipun begitu, mereka berhasil memenangkan turnamen tersebut berkat sim racer David Tonizza, menurut laporan ESPN.

“Setelah ikut serta dalam F1 Esports Series, masuk akal jika kami maju ke langkah berikutnya dan menyelenggarakan turnamen esports sendiri, yaitu Ferrari Hublot Esports Series,” kata Nicola Boari, Chief Brand Diversification Officer, Ferrari, seperti dikutip dari Esports Insider. “Turnamen ini ditujukan untuk para penonton muda. Kompetisi tersebut juga membuka kesempatan bagi para sim racer untuk menjadi pembalap simulasi profesional.”

Ferrari bukanlah perusahaan otomotif pertama yang memutuskan untuk membuat turnamen esports sendiri. Pada Juni 2020, Lamborghini bekerja sama dengan Assetto Corsa Competizione untuk mengadakan kompetisi simulasi balapan The Real Race. Memang, selama pandemi virus corona, esports balapan tumbuh dengan pesat. Semakin banyak turnamen simulasi balapan yang diadakan. Sebagian dari kompetisi itu juga disiarkan di televisi.

World Touring Car Cup 2020 berlangsung di Platform RaceRoom secara Virtual

Akhir pekan yang lalu menandai paruh pertama dari seri balapan Esports World Touring Car Cup musim 2020. Dengan tertundanya gelaran langsung WTCR, FIA dan Eurosports, menggelar event pre-season WTCR secara virtual. Dengan dilangsungkannya balapan ke ranah virtual, kian hari, cabang olah raga otomotif memandang balapan menggunakan simulator adalah hal yang serius.

Pre-season Esports WTCR akan berlangsung selama enam minggu, dimulai di tanggal 14 Juni 2020 yang lalu hingga balapan terakhir di sirkuit Sepang, Malaysia, di tanggal 19 Juli 2020 mendatang.

Situasi balapan | via: YouTube
Situasi balapan | via: YouTube

Di gelaran pekan empat, Norbert Michelisz, pembalap asal Hunggaria akhirnya mendapatkan kesempatan untuk naik ke puncak podium di Ningbo International Circuit. Sekalipun sudah pernah meraih takhta juara dunia di musim 2019, Norbert akan mencoba kembali menunjukkan ketajamannya di ranah sim racing.

Adapun WTCR digelar dengan menggunakan platform RaceRoom. RaceRoom sendiri adalah salah satu platform yang cukup sering digunakan pembalap profesional untuk berlatih di sirkuit pilihan mereka secara virtual. RaceRoom dapat mereplikasi pengalaman mengemudi dan balapan yang mendekati nyata.

Selama balapan, masing-masing pembalap akan menggunakan webcam dan mic. Dengan adanya webcam dan mic, pembalap dapat berinteraksi langsung dengan sesama pembalap dan juga dengan host.

Usai balapan para penggemar juga akan memiliki waktu untuk berinteraksi dengan pembalap favorit meraka secara langsung melalu media sosial. Seluruh peserta yang berkompetisi gelaran Esports WTCR hanya dibatasi pada pembalap yang mendaftarkan diri di musim balapan 2020.

kalender | via: fiawtrc.com
kalender | via: fiawtcr.com

Eurosports dan FIA selaku race organizer melalui gelaran Esports WTCR jugamenjalankan campaign dengan tagar #RaceAtHome sebagai bentuk kepatuhan pada protokol kesehatan selama masa pandemi. Di sela waktu balapan, pembalap akan memperlihatkan setup simulator meraka dan keadaan di sekeliling rumahnya sebagai konten hiburan.

Tidak sampai di situ saja Esports WTCR juga tetap dipandu oleh host dan komentator profesional. Gelaran Esports WTCR disiarkan secara langsung dan tersedia di channel olah raga di 54 negara berbeda. Dengan dukungan dari beberapa brand besar seperti DHL, Goodyear, dan Tag Heuer sebagai sponsor balapan Esports WTCR bisa digelar.

via: YouTube
via: YouTube

Beberapa seri sebelumnya sudah berlangsung di Salzburgring, Hungaroring, dan Slovakia Ring. Dengan posisi klasemen terbaru, Norbert Michelisz hanya terpaut 6 poin dari pemuncak klasemen. Saat ini, masih ada 2 race lagi untuk menentukan siapakah pemenang dari rangkaian balapan pre-season Esports WTCR. Race berikutnya akan berlangsung di Circuito de Guia, Makau 12 Juli mendatang. Akankah Norbert Michelisz bisa mengulang kembalai jaura dunia seperti di waktu sebelumnya?

 

The Role of IMI in Indonesian Sim Racing Ecosystem Development

For the past few months, the world is taken aback by the coronavirus pandemic. One by one, non-essential activities faced temporary halt, including sports. Numerous soccer leagues have to be stopped, as well as the NBA and races. Amidst this condition, esports showed promising sign as a beacon of hope, for sports fans or tournament organizers alike. Different from most sports competitions that have to be held offline, esports matches can be held fully online, enabling people to keep competing without leaving their homes and risking exposure to coronavirus.

A lot of races also had their format changed into a virtual race, from Formula 1, NASCAR, to Formula E. The interesting part is, these virtual races did not pique the interest of only the professional racers, but also gamers and influencers. Even athletes from other sports are interested to join in, such as Manchester City striker, Sergio Aguero. Upon its broadcast in television, these virtual races also garnered hundreds of thousands of viewers. This made sim racing regained its hype, not just internationally, but also in Indonesia.

So, how is the potential of sim racing in Indonesia?

 

The Beginning of IMI Getting into Sim Racing

In Indonesia, sim racing or virtual races are under the jurisdiction of IMI (Ikatan Motor Indonesia/Indonesian Motorsports League). It is true that IMI is the association that handles all kinds of automotive competitions in Indonesia. IMI started to show its interest to join in the sim racing or digital motorsport in the year 2018, when FIA (Federation Internationale de l’Automobile) also regained its interest and started paying attention to sim racing.

Indra Feryanto, Head of Digital Motorsport Comission, IMI explained, “in 2018, FIA has started getting stronger on sim racing. Coincidentally, some of our organizing committee members at that time were into sim racing.” That year, IMI proposed an idea of forming a special commission on sim racing. The idea was agreed on by most members, marking the birth of Komisi Digital Motorsport (Digital Motorsport Commission) of IMI. “In Indonesia, sim racing started growing in 2017. In 2018-2019, the growth has been very rapid. We want to catch the momentum, regulate it, so that we can put it in a more focused direction,” said Indra on our telephone interview.

Indra Feryanto (kanan) bersama Anes Budiman, Channel Manager untuk AMD Indonesia Anes Budiman. | Sumber: AMD
Indra Feryanto (kanan) bersama Anes Budiman, Channel Manager untuk AMD Indonesia Anes Budiman. | Sumber: AMD

Since its formation, the digital motorsport commission has done a few activities, such as an expo and even a national championship. In March 2019, IMI held a Racing Simulator Festival with various racing sim ecosystem players, from Techno Solution, the official distributor of Thrustmaster, race organizer GT-Sim.ID, Alien Needs, Harris Muhammad Engineering, and Indonesian Sim Racing Community. Aside from announcing the existence of a national championship, the festival was also aimed to introduce virtual racing to the public, as well as the gamer and IT communities. The introduction included explanations on the game, competition, and the supporting tools needed for sim racing.

In 2019, IMI also held a national championship, named the Indonesia Digital Motorsport Championship (IDMC). Indra said, the number of participants in the IDMC was “not bad”. The most important thing, he said, they managed to discover a person worthy of the title “national champion”. Ended in December 2019, IDMC was won by Andika Rama Maulana, who represented GT-Sim.ID team.

The plan for this year, IMI will hold another IDMC. “We also try to see this pandemic as a blessing, because a lot of people have to stay home, sim racing can be a time-killing activity,” said Indra. The fact is, he said, national racers have the initiative to make a virtual race activity, Ramadhan Balap Indonesia.

 

What is the Goal of IMI Entering the Field of Sim Racing?

When asked about the goals of IMI participating in developing the ecosystem of sim racing, Indra said, “racers are not separable from the simulators. They need to practice, to find ways of cutting their time, and making their drives safer,” he said. Using simulators has been proved to be the easiest and most economical way to practice racing. Indra’s opinion is similar to what Rama has to say. In Hybrid Talk – video available below – Rama said that sim racing can be the way-opener for people who want to be a racer.

“As we know, the world of motorsports, regardless of the sport, be it car, motorbike, or bicycle, is very budget-heavy. Not even buying a car, buying the gasoline for it is already a huge price to pay,” said Rama. “Not to mention the tires, the brakes, etc. With sim racing, which has been legitimized by having its own commission, now we can have a whole new race category. This can also be a solution for people who want to be in the world of professional racing with limited budget.”

Indra continued, one of the agenda for IMI Digital Motorsport Division is to provide education. “In the future, we can help the development of individuals or athletes with talents, so that their growth can be directed to the right goals,” added Indra. “To become a racer, it takes a lot of money. That’s why we start with a simulator.” The problem is, to be a racer, you need to practice, and it means you have to have access to race cars and circuits. “That’s a luxury not everyone can have. Simulator can be a practice facility, without having to go the distance (to a circuit). Regarding the investment, the cost is relatively low. And in terms of skill, it can be developed until you are ready to be a real racer,” Indra explained.
Another goal for IMI to grow the digital motorsport ecosystem is to further develop the sport. The hope is so that the other motorsports can be as popular. True, a lot of non-endemic companies are entering the esports ecosystem -as investors or sponsors- to get closer with the younger generation. This is nothing new, considering a lot of viewers and players themselves are millennials or even gen Z.

This far, one of the goals that IMI has managed to realize is holding the national championship. They managed to achieve it when holding last year’s IDMC. This year, IMI has the plan to hold it yet another time. Aside from the championship, IMI also plans to hold other activities in their national calendar.

 

The Potential of Sim Racing in Indonesia, and the Obstacles IMI Has to Face

According to Indra, from a business perspective, the potential of sim racing is highly promising. This can be seen from the fact that a lot of people interested in sim racing are not always coming from the island of Java. “Nowadays, sim racing is no longer focused in Java,” stated Indra. “Kalimantan and Sulawesi are also racing to get in digital motorsport.” Meanwhile, in terms of competitiveness, he added, Indonesian racers are starting to get the recognition in the global level. “There are some sim racers who have been racing overseas,” said Indra.

Pembalap tak pernah lepas dari simulasi. | Sumber: Automobilsport
Pembalap tak pernah lepas dari simulasi. | Sumber: Automobilsport

The hype of sum racing in Indonesia is also quite high. While laughing, Indra added, “Last year, a lot of people regretted not participating. Until now, there are still a lot of people showing interest to buy simulators, but all are sold out. Distributors ran out of items. People have never really searched for these items, but suddenly everyone wants one.”

Meanwhile, about the software used, Indra said, IMI wants to use rFactor 2 as the standard. “For IMI use, the platform we choose is rFactor 2, that can fulfill our criteria,” he answered.

Of course, IMI’s effort in growing the ecosystem of sim racing in Indonesia will not be a smooth paved way. For Indra, the number one problem is the limited number of equipments. “There are not a lot of locally produced sim racing equipments,” he said. “The price varies, from the cheap ones to the expensive ones, and it is all up to your choice.” The other problem is that most people interested in digital motorsport are oly interested to become racers. It is of no surprise, considering how even in sim racing world, the racers always take the spotlight. Unfortunately, it means not a lot people are interested in the positions behind the screen, the judges who resolve dispute.

In the future, Indra said, IMI hopes that they will be capable of growing young talents to become racers. “If there are any potential drivers, with good achievements, we can offer them to become racers overseas,” he stated. To make this real, IMI is preparing to form the Digital Motorsport Academy. With the existence of this academy, it is hoped that people who aim to be racers can have a proper route to reach their goal and dream.

 

Conclusion

In the middle of pandemic, all sports activities have to stop. This makes it the right time for esports to win the hearts of mainstream community. Meanwhile in the racing world, virtual races can be an alternative to watch for the racing fans who are missing the euphoria due to the cancellation and halt of several racing competitions.

Fortunately, in Indonesia, sim racing has been taken care of by IMI, which is an ASN (Aparatur Sipil Negara / State Civil Apparatus). With IMI going into the developmet of sim racing ecosystem, it means that the government has entered the arena. The hope, of course, is so that IMI can make the ecosystem of sim racing to grow, opening ways for kids who dream to one day become a racer, to achieve their dreams.

Feat Image: Steam. Original article is in Indonesian, translated by @dwikaputra

George Russell: Balapan Virtual Buat Saya Tetap Kompetitif

Pandemi virus corona menyebabkan berbagai kompetisi olahraga dibatalkan, termasuk Formula 1. Sebagai ganti balapan yang dibatalkan, Formula 1 memutuskan untuk mengadakan seri F1 Esports Virtual Grand Prix. Seri balapan virtual itu dimenangkan oleh pembalap rookie Williams asal Inggris, George Russell.

Menariknya, saat seri F1 Esports Virtual Grand Prix baru diadakan, Russell bahkan belum memiliki simulator. Namun, setelah memutuskan untuk ikut serta dalam kompetisi balapan virtual tersebut, Russel berlatih dengan serius. Dia bahkan meminta saran pada para pembalap esports di Williams. Dalam balapan pertamanya, Russell tampil kurang memuaskan. Tidak menyerah, dia memutuskan untuk berlatih lebih keras. Latihannya berbuah manis, sepanjang seri F1 Esports Virtual Grand Prix, dia berhasil memenangkan 4 balapan, menurut laporan Formula1.

George Russell menjadi pembalap Mercedes pada tahun lalu. | Sumber: Formula1
George Russell menjadi pembalap Mercedes pada tahun lalu. | Sumber: Formula1

Russell berkata, pertandingan balapan virtual memiliki tekanan mental yang sama dengan balapan sebenarnya. Dia mengaku, ketika dia memutuskan untuk ikut serta dalam F1 Esports Virtual Grand Prix, dia hanya ingin beradu dengan para pembalap lainnya. Namun, dia kemudian sadar bahwa balapan virtual tidak kalah kompetitif dengan balapan F1 di dunia nyata.

“Dalam balapan F1 sebenarnya, saya masuk dalam bagian paling belakang, saya tidak ingin kalah bersaing di esports juga. Jadi saya berusaha sedikit lebih keras. Beradu dengan para pembalap lain, hal ini membantu saya untuk tetap kompetitif. Dalam balapan virtual, ada beberapa hal yang sangat mirip dengan balapan sebenarnya,” kata Russel, dikutip dari Motorsport.

“Anda tetap harus bisa lolos babak kualifikasi dan untuk itu, Anda harus menyelesaikan 3 putaran. Dan jika Anda gagal, maka Anda akan ada di posisi paling belakang. Anda juga tetap merasakan tekanan mental yang sama,” ujar Russell. “Anda mungkin bisa menyelesaikan putaran dengan waktu cepat di latihan. Tapi, ketika Anda ikut serta dalam babak kualifikasi, Anda harus menghadapi tekanan mental yang berbeda.”

Russell bercerita, bahkan dalam balapan virtual, suasana sebelum balapan sangat mirip dengan balapan di dunia nyata. Dia mengatakan, dia tetap merasa berdebar-debar sebelum balapan, seperti saat dia menunggu lampu aba-aba menjelang balapan dimulai. Dia berkata, “Detail seperti inilah yang membuat balapan virtual seperti balapan sebenarnya.”

Selama pandemi, balapan esports berkembang pesat, termasuk di Indonesia. Selain Formula 1, ada beberapa balapan lain yang juga mengadakan balapan virtual, seperti Formula E, NASCAR, dan W Series.

Sumber header: Formula1

ONE Esports Kerja Sama dengan Toyota, Gelar GR Supra GT Cup Asia 2020.

ONE Esports mengumumkan kerja samanya dengan Toyota Motor Asia Pacific. Lewat kerja sama ini, ONE Esports bersama dengan Toyota akan gelar sebuah turnamen GR Supra GT Cup Asia 2020. Turnamen tersebut merupakan ajang balap sim-racing dengan menggunakan Gran Turismo (PS4) sebagai platform.

Gelaran GR Supra GT Cup di tahun 2020 ini merupakan iterasi kedua dari kompetisi tersebut. Mengutip dari rilis turnamen ini diikuti oleh 30.000 pemain, pada tahun 2019 lalu. Berkat turnamen tersebut juga, jadi ada 800.000 pemain membeli dan menggunakan Toyota GR Supra RZ di dalam game. “Mengumpulkan feedback dari 120 ribu pemain, termasuk dari pembalap top, Toyota menggunakan data tersebut untuk membantu proses pengembangan GR Supra di dunia nyata.” tulis Gran Turismo dalam rilis.

Sumber: Gran Turismo
Sumber: Gran Turismo

Untuk regional Asia, ONE Esports akan melakukannya bersama-sama dengan dukungan Toyota Gazoo Rasing (TGR), yang merupakan merupakan perpanjangan tangan Toyota di bidang motorsports yang memiliki tanggung jawab untuk melakukan riset dan pengembangan lewat beberapa cara termasuk esports racing events.

Mengutip dari ONE Esports, kerja sama dengan Toyota Motor Asia Pacific akan dilakukan untuk “memberikan pengalaman balapan esports yang unik”. Balapan ini nantinya juga akan menampilkan pembalap motorsport Gran Turismo Asia terbaik, yang turut bertanding di dalam seri turnamen ini.

Terkait kerja sama ini, Carlos Alimurung CEO ONE Esports mengatakan. “GR Supra GT Cup Asia 2020 adalah kesempatan menampilkan kekuatan mesin GR Supra dan kemampuan balap dari pemain Gran Turismo Sport terbaik di Asia. ONE Esports merasa terhormat karena dapat mempersembahkan gelaran ini dan kami tak sabar untuk bisa memahkotai pembalap terbaik di Asia.”

Kompetisi akan dimulai dari babak kualifikasi nasional yang diselenggarakan mulai Juli sampai September. Kualifikasi nasional diselenggarakan di 5 negara, yaitu Singapura, Malaysia, Thailand, India, dan Filipina. Untuk mengikuti kompetisi, pemain harus berusia minimal 18 tahun, dan harus memiliki mobile GR Supra di dalam game Gran Turismo Sport. Nantinya tiga pembalap teratas dari masing-masing negara yang disebut akan melanjutkan balapan ke tingkat regional.

Cukup disayangkan, tidak ada Indonesia dari daftar kualifikasi nasional yang akan diadakan untuk GR Supra GT Cup Asia 2020. Padahal Indonesia punya Andika Rama Maulana, salah satu pembalap sim racing lokal yang sudah malang melintang di berbagai skena sim racing, mulai dari tingkat regional, sampai internasional.

Tak hanya itu, Indonesia juga sebenarnya memiliki skena sim racing yang cukup kuat. Terakhir, Ikatan Motor Indonesia bahkan menggandeng komunitas sim racing lokal. Tak hanya itu, bahkan perusahaan minyak nasional, Pertamina, berani untuk melakukan investasi ke dalam ekosistem lewat kerja sama sponsorship dengan tim sim racing lokal, GT-Sim.ID.

BBC Bakal Siarkan W Series Esports League

Banyak pertandingan olahraga yang harus dibatalkan akibat pandemi virus corona. Untungnya, pertandingan esports masih bisa diadakan. Jadi, cukup banyak pertandingan olahraga tradisional yang akhirnya digantikan dengan pertandingan esports, termasuk balapan. Faktanya, selama pandemi, balapan virtual berkembang pesat. Salah satu balapan yang akhirnya digantikan oleh pertandingan esports adalah W Series, balapan khusus perempuan.

Baru-baru ini, W Series mengumumkan bahwa BBC kini menjadi rekan siaran mereka. Melalui kerja sama ini, BBC akan menyiarkan 10 balapan dari W Series Esports League di BBC iPlayer, BBC Red Button, dan situs BBC Sports. Balapan pertama dari W Series Esports League akan diadakan di lintasan Monza, Italia pada 11 Juni 2020. Sementara balapan terakhir akan diadakan di sirkuit Silverstone, Inggris, pada 13 Agustus 2020. Tentu saja, semua balapan ini akan diadakan secara virtual.

“Kami ingin agar W Series Esports League menjadi pertandingan yang serius, otentik, dan kompetitif,” kata CEO W Series, Catherine Bond Muir, seperti dikutip dari Esports Insider. “Kerja sama kami dengan Logitech G, Beyond Entertainment, dan iRacing akan sangat membantu kami dalam merealisasikan misi tersebut. Begitu juga dengan kolaborasi kami bersama dengan BBC. W Series Esports League bisa menjaring lebih banyak penonton, baik untuk W Series maupun esports itu sendiri. Dengan pengalaman dan keberagaman platform-nya, BBC adalah rekan yang tepat untuk merealisasikan harapan tersebut.”

W Series Esports League
W Series Esports League akan diikuti oleh 18 pembalap yang lolos kualifikasi W Series.

W Series menyelenggarakan W Series Esports League dengan dukungan Logitech G dan iRacing. Platform iRacing sendiri juga digunakan dalam balapan virtual lainnya, seperti eNASCAR dan balapan esports Indycar.

Berbeda dengan kebanyakan balapan virtual yang telah diadakan selama ini, W Series Esports League ditujukan khusus untuk para pembalap profesional perempuan. Menurut laporan The Telegraph, W Series Esports League akan diikuti oleh Jamie Chadwick, pembalap asal Inggris yang memenangkan W Series Championship pada tahun lalu. Selain itu, akan ada 17 pembalap profesional lain yang ikut serta dalam turnamen ini.

BBC bukan stasiun TV pertama yang memutuskan untuk menayangkan kompetisi esports balapan. Sebelum ini, FOX Sports juga telah menyiarkan eNASCAR. Balapan virtual itu terbukti digemari, jadi, FOX Sports memutuskan untuk menayangkan balapan virtual lainnya.