Fossil Hybrid HR Sembunyikan Layar E-Ink di Balik Tampang Tradisionalnya

Fossil bukanlah nama yang asing di kategori smartwatch hybrid, dan baru-baru ini mereka kembali menunjukkan bahwa pengalaman panjangnya berhasil membuahkan inovasi yang cukup menarik. Inovasi tersebut datang dalam wujud Fossil Hybrid HR.

Tidak seperti smartwatch hybrid pada umumnya, ada sesuatu yang berbeda di balik sepasang jarum penunjuk Hybrid HR. Bagian membulat tersebut rupanya merupakan panel layar e-ink yang bersifat always-on, dirancang untuk menampilkan sejumlah informasi esensial tanpa menguras baterai secara berlebihan.

Fossil Hybrid HR

Berhubung ini e-ink, wajar apabila tampilannya monokrom. Informasi penting yang dapat disajikan cukup beragam, mulai dari data activity tracking, informasi cuaca, sampai notifikasi dari berbagai aplikasi. Jika dilihat sepintas dari jauh, sebagian besar orang mungkin bakal mengira perangkat ini sebagai jam tangan tradisional.

Fitur pintarnya jelas kalah lengkap apabila kita bandingkan dengan smartwatch Wear OS. Pun demikian, konsumen masih dipersilakan melakukan kustomisasi sesuai kebutuhan dan seleranya masing-masing. Satu pembeda yang paling utama antara Hybrid HR dan smartwatch Wear OS adalah tidak adanya app store di perangkat ini.

Fossil Hybrid HR

Kabar baiknya, keterbatasan seperti itu bisa dibayar dengan daya tahan baterai yang sangat lama, sampai sekitar dua minggu kalau kata Fossil, namun angka pastinya tentu sangat bergantung pada pola pemakaian masing-masing konsumen. Proses pengisian ulang baterainya juga tidak memerlukan waktu yang lama, cukup satu jam dari kosong sampai penuh.

Fossil Hybrid HR bakal tersedia dalam lima varian gaya yang berbeda, tiga untuk kaum adam, dan dua untuk kaum hawa. Fossil mematok harga $195 untuk varian yang dilengkapi strap berbahan silikon atau kulit, sedangkan varian yang mengemas strap stainless steel dihargai $215.

Sumber: Wareable.

Pintar, Tipis dan Stylish, Smartwatch Hybrid Nowa Superbe Bisa Aktif Hingga 8 Bulan

Berakhirnya demam smartwatch yang ditawarkan oleh produsen-produsen elektronik dibuntuti oleh kelahiran arloji pintar berkonsep hybrid. Dikembangkan baik oleh watchmaker terkemuka hingga startup, smartwatch hybrid pada dasarnya menawarkan satu hal serupa: desain timeless layaknya jam tangan tradisional dipadu dengan konektivitas modern dan sistem notifikasi.

Smartwatch hybrid juga memberikan solusi atas kendala rendahnya daya tahan baterai di model standar. Beberapa varian hybrid menggunakan dua sumber tenaga, fungsinya agar fitur pintar perangkat bisa bekerja serta untuk menopang sistem pergerakan penunjuk waktu quartz. Namun produk Superbe buatan tim Nowa asal Paris punya keunggulan unik di aspek ini: seluruh fungsinya bisa beroperasi penuh selama delapan bulan berbekal sekeping baterai.

Ketika sebagian besar jam tangan hybrid mengusung case bundar, Nowa Superbe menggunakan rancangan ‘cushion‘ minimalis yang sedikit mengotak. Nowa mengklaim perangkat barunya ini sebagai smartwatch tertipis di dunia dengan ketebalan cuma 10mm. Tubuhnya terbuat dari stainless steel 316L dan mempunyai diameter 36mm. Ukuran tersebut memastikannya cukup fleksibel untuk dikenakan baik oleh laki-laki ataupun perempuan. Selain itu, produsen juga menyiapkan pilihan warna case dan tipe strap berbeda.

Melihatnya sekilas, kemungkinan besar Anda tidak akan menyadari bahwa Superbe merupakan smartwatch. Kacanya terbuat dari material mineral plus coating safir, dan strap-nya mudah digonta-ganti berkat pemakaian sistem quick release. Beragam fungsi Superbe dapat diakses dengan satu tombol yang menyamar jadi crown. Di tengah-tengah dial utama, Nowa mencantumkan lingkaran LED mungil sebagai indikator, akan menyala ketika ada panggilan masuk.

Nowa Superbe 1

Layaknya smartwatch, Nowa Superbe dibekali segala kemampuan activity tracking (minus GPS), misalnya menghitung jumlah langkah, jarak tempuh dan pembakaran kalori, plus mampu menakar kualitas tidur. Data-data yang ditangkap serta pencapaian Anda ditampilkan lewat app mobile – tersambung via Bluetooth. Melalui app pula, kita dapat mengatur serta menentukan zona waktu, kemudian ia juga kompatibel ke Apple Health dan Google Fit.

Nowa Superbe 2

Superbe punya daya tahan sekelas jam fashion di 3ATM (tetap aman saat terkena percikan air), dan ia dapat berfungsi jadi remote control buat ber-selfie. Menariknya lagi, sambungan Bluetooth di smartwatch hybrid ini bisa membantu Anda menemukan smartphone. Nowa Superbe ditenagai oleh baterai CR2025. Jika Anda sama sekali tidak menggunakan fitur pintarnya, perangkat bisa aktif hingga dua tahun.

Nowa Superbe 3

Nowa Superbe sudah bisa Anda pesan via Indie Gogo. Harganya sangat kompetitif, dijajakan mulai dari € 110 (kisaran US$ 122) di masa crowdfunding ini. Alternatifnya, Nowa juga punya koleksi smartwatch hybrid Shaper dengan desain bundar berdiameter 40mm.

Nowa Superbe 4

Citizen dan Fossil Berkolaborasi Untuk Mengembangkan Smartwatch Hybrid

Ikut menciptakan smartwatch merupakan respons umum para perusahaan watchmaking tradisional dalam menanggapi meledaknya kepopuleran produk-produk buatan raksasa elektronik. Beberapa dari mereka menciptakan perangkat bertema serupa, dan sebagian lain mencoba memadukan konsep pintar dengan desain timeless arloji sehingga terlahirlah smartwatch hybrid.

Konsep ini belakangan menjadi cukup populer, diadopsi baik oleh watchmaker seperti Mondaine dan Skagen, serta diusung pula oleh nama-nama semisal Misfit serta Lenovo. Mungkin melihat kesempatan besar menanti di segmen itu, perusahaan arloji raksasa asal Jepang mengumumkan dimulainya kerja sama strategis dengan Fossil Group dalam upaya mengembangkan produk smartwatch hybrid lebih jauh.

Ada tiga poin yang menjadi misi dari kolaborasi ini. Pertama, Citizen berencana untuk memproduksi sistem pergerakan smartwatch hybrid yang ditunjang oleh teknologi milik Fossil. Kedua, brand Jepang itu bermaksud buat memasarkan teknologi movement ciptaannya secara lebih luas. Dan ketiga, Fossil akan membantu Citizen menciptakan terobosan-terobosan terbaru di ranah smartwatch.

Citizen Fossil

Fossil bukanlah nama asing di bidang produksi smartwatch. Dan di tahun 2016, mereka mulai memperkenalkan perangkat wearable pintar berkonsep hybrid. Produk-produk tersebut tetap mempertahankan penampilan klasik khas arloji analog namun mampu menyampaikan notifikasi (baik panggilan atau update aplikasi) secara tersembunyi serta bisa pula menakar aktivitas fisik yang Anda lakukan.

Citizen sendiri memang bukan nama yang muncul di benak kita saat membahas smartwatch, namun jauh sebelum Apple dan Samsung memperkenalkan jam pintar pertamanya, Citizen telah lebih dulu mencoba mengintegrasikan konektivitas Bluetooth di arloji mereka. Kemudian di tahun 2016, kemampuan tersebut produsen integrasikan pada lini jam bertenaga surya Eco-Drive. Inkarnasi terbarunya belum lama ini diperkenalkan, mengusung desain yang lebih kecil dan tipis lagi.

Tokura selaku CEO Citizen menyampaikan bagaimana perusahaannya akan benar-benar menyeriusi pasar smartwatch. Kerja sama tersebut merupakan cara bagi kedua perusahaan untuk menggabungkan kekuatan mereka dalam langkah ‘menjadi pemimpin di segmen smartwatch‘. Buat Citizen sendiri, langkah ini diharapkan dapat mempercepat proses adopsi perangkat bertema hybrid serta membuat proses produksinya lebih efisien.

Berdasarkan riset yang dilakukan Juniper Research, smartwatch hybrid diprediksi akan mendominasi pasar jam pintar di tahun 2022 nanti dengan persentase mencapai 50 persen. Angkanya berpeluang melonjak 460 persen dari jumlah di tahun 2017, dengan perkiraan pengapalan menyentuh 80 juta unit.

Sumber: Citizen.

LG Watch W7 Adalah Smartwatch Wear OS dengan Elemen Mekanis Jam Tangan Tradisional

Salah satu alasan klise yang dilontarkan konsumen yang enggan membeli smartwatch adalah, mereka menginginkan smartwatch yang tampak seperti jam tangan normal. Mereka memang punya banyak pilihan smartwatch analog, tapi tanpa adanya layar, tentu saja fitur dan informasi yang dapat disajikan sangatlah terbatas.

Solusinya, menurut LG, adalah mengadopsi sistem hybrid. Hybrid di sini maksudnya adalah perpaduan elemen mekanis jam tangan tradisional dengan layar sentuh. Dari situ lahirlah LG Watch W7, smartwatch pertama LG sejak LG Watch Sport dan Watch Style yang dirilis di awal tahun 2017, yang diungkap berbarengan dengan LG V40 ThinQ.

Elemen mekanis itu diwakilkan oleh sistem pergerakan buatan pemasok komponen horologi asal Swiss, Soprod SA, serta jarum jam dan menit fisik yang semuanya bergerak secara mandiri tanpa bergantung sistem elektronik milik W7. Persis di bawah jarum jam dan menit itu ada panel OLED 1,2 inci beresolusi 360 x 360 pixel.

LG Watch W7

Sebelum LG, sebenarnya sudah ada startup asal Swiss yang mengimplementasikan sistem hybrid serupa, yakni MyKronoz. Bedanya, LG Watch W7 merupakan smartwatch Wear OS, dan itu berarti fitur-fitur yang ditawarkan sama persis seperti smartwatch Wear OS lain, termasuk desain baru yang Google ungkap belum lama ini.

Adanya jarum penunjuk waktu fisik berarti W7 bakal kelihatan sangat mirip seperti jam tangan tradisional. Namun di saat yang sama, jarum tersebut bisa mengganggu visibilitas, terutama ketika perangkat sedang menampilkan notifikasi.

LG sudah menyiapkan solusinya, meski kesannya kurang elegan: saat tombol atasnya ditekan, jarum jam dan menitnya akan bergeser ke posisi angka 3 dan 9, diikuti oleh tampilan display yang bergerak naik sedikit. Harapannya, teks yang tengah ditampilkan bisa terbaca lebih jelas.

LG Watch W7

Namun hal yang paling menyebalkan dari W7 adalah spesifikasinya. LG masih menggunakan chipset Snapdragon Wear 2100, bukan Snapdragon Wear 3100 yang baru saja dirilis dan menjanjikan peningkatan efisiensi baterai yang cukup signifikan.

Alhasil, W7 hanya bisa digunakan selama 2 hari sebelum perlu diisi ulang baterainya. Kehadiran elemen mekanis itu tidak banyak membantu kecuali pengguna menonaktifkan mode smartwatch (layarnya mati total), di mana baterainya diperkirakan bisa bertahan sampai 100 hari dalam mode jam tangan biasa ini.

LG Watch W7

Yang lebih mengejutkan lagi, fitur fitness tracking yang ditawarkan W7 jauh dari kata komplet. Tidak ada heart-rate sensor di sini, demikian pula GPS. LG juga tidak menyematkan NFC maupun konektivitas LTE pada W7.

Dengan begitu, bisa disimpulkan bahwa nilai jual utama LG Watch W7 adalah aspek estetikanya. Itu juga yang menjadi alasan mengapa harganya tergolong mahal: $450, ketika dipasarkan mulai 14 Oktober nanti.

Sumber: CNET dan SlashGear.

MyKronoz ZeTime 2 Teruskan Jejak Pendahulunya Mendefinisikan Ulang Istilah Smartwatch Hybrid

Dunia mengenal istilah smartwatch hybrid sebagai jam tangan analog yang dilengkapi kapabilitas activity tracking. Namun startup asal Swiss bernama MyKronoz punya anggapan berbeda. Buat mereka, smartwatch hybrid adalah smartwatch yang berhasil mengawinkan elemen mekanis dengan kecanggihan layar sentuh, dan itu sudah mereka wujudkan tahun lalu melalui perangkat bernama ZeTime.

Untuk tahun ini, MyKronoz telah menyiapkan ZeTime 2 sebagai suksesornya. Tentu saja perpaduan jarum jam mekanis dan touchscreen masih menjadi nilai jual utama di sini, akan tetapi MyKronoz telah menyempurnakan sejumlah aspek lainnya. Dari segi opsi, konsumen kini bisa memilih antara varian berdiameter 44 mm (Regular) atau 39 mm (Petite).

Layar sentuh yang dikitari case stainless steel itu sekarang menggunakan panel AMOLED; diameternya 1,3 inci pada varian Regular, 1,05 inci pada varian Petite. UI-nya diklaim juga telah disempurnakan, dan yang lebih menarik, ZeTime 2 kini dibekali mikrofon sehingga dapat dioperasikan via perintah suara.

Sensor laju jantung tentu masih dipertahankan, demikian pula integrasi NFC dan konstruksi tahan air, meski sekarang cuma 3ATM (turun dari 5ATM). Yang meningkat cukup drastis adalah ketahanan baterainya, kini mampu bertahan sampai 60 hari dalam mode analog (ZeTime orisinil hanya 30 hari), atau hingga 4 hari dalam mode smartwatch sepenuhnya.

MyKronoz ZeTime 2

Dalam kesempatan yang sama, MyKronoz turut memperkenalkan ZePop, varian lebih terjangkau dari ZeTime 2. ZePop juga dibekali sistem hybrid yang dibanggakan seri ZeTime, akan tetapi case-nya cuma terbuat dari plastik polycarbonate, dan layar sentuhnya juga bukan panel AMOLED.

Jeroan yang diusungnya mirip seperti ZeTime 2, kecuali gyroscope, mikrofon dan NFC yang semuanya absen pada ZePop. Soal baterai, ZePop mirip seperti ZeTime orisinil: 30 hari dalam mode analog, 3 hari dalam mode smartwatch.

MyKronoz ZeTime 2 rencananya akan dipasarkan seharga 200 euro, sedangkan ZePop seharga 130 euro. Sayang sejauh ini belum ada informasi terkait kapan pastinya kedua smartwatch unik ini bakal dipasarkan.

Sumber: Wareable.

Berbekal E-Ink, Fitur Pintar Smartwatch Hybrid Gligo Bisa Aktif Sampai 180 Hari

Penggunaan jenis layar berbead di perangkat wearable bergantung dari siapa konsumen target sebuah brand. Samsung dan Apple mengusung OLED di smartwatch mereka agar konten tampil atraktif, sedangkan Garmin menjagokan transflective display karena panel ini efektif menyam-paikan info terlepas dari kondisi cahaya saat itu. Dan satu produsen baru memilih teknologi e-ink.

Perusahaan yang dicetus oleh dua inventor lulusan Maastricht University Belanda dan Hong Kong School of Design (hanya nama depannya yang diketahui, yaitu Johan dan Antony) memperkenal-kan Gligo. Gligo ialah smartwatch berkonsep hybrid, memadukan mekanisme time-keeping tradisional dengan elemen digital. Display e-ink digunakan karena produsen fokus pada daya tahan baterai serta bermaksud mengendepankan desain minimalis.

Sesuai komitmen itu, penampilan Gligo memang terlihat sederhana. Tak ada UI berlebihan dan notifikasi tanpa akhir yang berpeluang mengalihkan perhatian Anda. Smartwatch ini mempunyai tubuh hitam bundar seperti arloji klasik dengan diameter 41mm dan ketebalan 12mm. Case-nya terbuat dari baja anti-karat 316L, lalu layarnya dilindungi oleh kaca mineral. Kemudian, produsen menyematkan strap 20mm pada lug-nya.

Gligo 1

Anda mungkin penasaran apakah display e-ink merupakan pilihan tepat. Faktanya, ia mempunyai sejumlah keunggulan dibanding LCD: konsumsi energinya sangat efisien, lalu jenis layar ini juga memiliki tingkat pantulan yang rendah sehingga konten mudah dibaca walaupun panel berada di bawah sinar matahari langsung. Sensasinya hampir sama seperti membaca teks di kertas. Selanjutnya, Anda dipersilakan mengganti warna latar belakangnya – hitam atau putih.

Gligo 2

Dan sebagaimana smarwatch sejati, tentu Gligo dilengkapi sejumlah kemampuan pintar. Smartwatch ini dapat menyampaikan notifikasi email, pesan, dan panggilan masuk, serta update pada app. Selain itu, Gligo turut menyimpan kapabilitas fitness tracking. Ia mampu menghitung detak jantung, banyaknya langkah, jarak tempuh, melacak pola tidur, hingga mengingatkan pengguna untuk beristirahat.

Gligo 3

Pada dasarnya, mekanisme Gligo terbagi dua. Fungsi pelacak waktunya memanfaatkan sistem quartz dengan daya tahan baterai hingga dua tahun. Lalu display e-ink-nya ditenagai secara terpisah. Durasinya memang tidak selama fungsi time-keeping, tetapi tetap jauh lebih lama dibanding produk smartwatch populer: sampai 180 hari tanpa charging. Gligo juga sudah memiliki sertifikasi IP65 – tetap aman meski terkena tumpahan air.

Aspek terbaik lain dari Gligo adalah harganya. Selama kampanye crowdfunding-nya masih belangsung di Indie Gogo, smartwatch e-ink ini bisa Anda miliki cukup dengan mengeluarkan uang US$ 100 saja. Pengiriman rencananya akan dilakukan mulai bulan September 2018.

Smartwatch Hybrid Mim X Suguhkan Layar yang ‘Tersembunyi’

Munculnya banyak smartwatch hybrid menunjukkan pada kita bahwa meski konsumen menginginkan perangkat berfitur canggih, desain timeless tetap jadi pertimbangan penting dalam memilih produk. Di Beselworld 2018, Anda mungkin telah menyaksikan kelahiran sejumlah jam pintar hybrid dari Skagen, Kronaby, Mondaine, hingga a.b.art; masing-masing menawarkan kemampuan istimewa.

Dalam penyajiannya, akses ke fitur-fitur pintar di sana adalah aspek yang jadi perhatian para desainernya. Mayoritas produsen masih mengandalkan tombol fisik, sedangkan a.b.art Touch X mencoba mengusung sistem navigasi berbasis gesture. Dan dalam meracik smartwatch-nya, tim Mim Watches memanfaatkan teknologi yang jarang kita dengar, yaitu ‘invisible display‘ atau layar tersembunyi.

Layaknya device sekelas, Mim X adalah perpaduan antara smartwatch dengan arloji analog. Jika melihatnya hanya sekilas, mungkin Anda tidak sadar ia mempunyai kemampuan pintar. Di sana Anda akan disuguhkan pernak-pernik familier: ada dua jarum di dalam dial-nya yang simpel, lalu produsen menempatkan tiga tombol di sisi samping. Bagian case-nya berukuran 42×12,6mm, terbuat dari bahan stainless steel 316L, dengan ‘kristal’ kaca mineral.

Mim X 2

Fungsi penunjuk waktu di Mim X bekerja layaknya arloji standar, menggunakan pergerakan quartz kaliber 930m. Selanjutnya, Mim Watches menawarkan dua jenis finishing pada case, yaitu PVD atau brushed, lalu mempersilakan Anda memilih jenis strap-nya – ada kulit, karet berwarna-warni, serta stainless steel. Smartwatch juga sudah memperoleh sertifikasi anti-air dan debu IP68.

Aspek terunik di Mim X terletak pada kacanya. Bagian tersebut menyimpan teknologi transparent levitation display atau TLD untuk menampilkan informasi dan notifikasi di smartphone – misalnya jika Anda pesan teks, email, update sosial media atau penggilan masuk. Setelah beres menunaikan tugasnya, layar TLD segera non-aktif dan Mim X kembali menyamar menjadi jam tangan tradisional.

Mim X 1

Selain jadi ekstensi fungsi smartphone, Mim X dibekali kemampuan activity tracking dan sensor detak jantung. Melalui aplikasi companion di perangkat mobile, Anda bisa mengetahui segala informasi terkait kegiatan olah tubuh, misalnya jumlah pembakaran kalori, jarak tempuh, serta waktu aktif. Via app, Anda juga dapat mengutak-atik fitur smartwatch lebih jauh lagi.

Sebagai sumber tenaga, Mim X menyimpan baterai non-removable 55mAh, dapat diisi ulang dengan menyambungkannya ke unit charger magnetis.

Mim X 3

Mim X sudah bisa Anda pesan sekarang di Kickstarter. Di platform crowdfunding tersebut, produk dijajakan di harga yang sangat kompetitif, yaitu mulai dari US$ 90 – hampir separuh dari harga retail-nya.

Dibanding Touch X, Skagen Hybrid Holst, dan smartwatch Kronaby, penawaran Mim Watches ini jelas jauh lebih terjangkau. Kini Anda tinggal menentukan, rancangan seperti apa yang jadi favorit Anda. Saya pribadi tetap lebih memilih Touch X karena saya ialah penggemar berat desain Bauhaus.

Smartwatch Hybrid Misfit Path Mengemas Fitur yang Lengkap Terlepas dari Tampang Minimalnya

Dalam dua tahun terakhir, Misfit telah menelurkan dua smartwatch hybrid bertampang menawan: Phase dan Command. Tahun ini, anak perusahaan Fossil Group itu kembali meluncurkan smartwatch hybrid baru bernama Misfit Path, yang sempat mereka pamerkan sewaktu event CES Januari lalu.

Path merupakan yang terkecil dalam lini smartwatch hybrid Misfit. Diameter case berbahan stainless steel-nya cuma 36 mm, sedangkan lebar strap interchangeable-nya 16 mm. Ini membuatnya sangat pas di tangan kaum hawa, dan tiga dari empat kombinasi warna yang ditawarkan memang terkesan chic.

Misfit Path

Tidak seperti Command, Path mengadopsi desain minimalis ala Phase. Kendati demikian, wajah minimalnya tidak bisa menjadi indikasi bahwa fiturnya juga sedikit. Aktivitas fisik maupun pola tidur pengguna dapat ia monitor secara otomatis, dan pengguna pun juga bisa membawanya berenang, mengingat bodi perangkat tahan air hingga kedalaman 50 meter – Misfit bilang bahwa ke depannya Path bakal bisa memonitor aktivitas berenang.

Perihal notifikasi, Path tentu saja cukup terbatas mengingat tidak ada secuil pun layar di wajahnya. Meski begitu, lewat aplikasi pendampingnya pengguna bisa merancang pola getaran unik yang mewakili masing-masing jenis notifikasi (alarm, telepon dan teks, serta email dan app).

Misfit Path

Path turut mengemas tombol multi-fungsi yang dapat dipakai untuk mengontrol jalannya musik, menjadi remote control kamera ponsel maupun mengaktifkan fitur find my phone. Soal baterai, pengguna hanya perlu menggantinya setiap enam bulan sekali.

Misfit Path saat ini sudah bisa dibeli seharga Rp 2.055.500. Strap ekstranya dapat dibeli secara terpisah seharga Rp 273.900 (bahan silikon) atau Rp 548.000 (kulit).

Sumber: Misfit.

Smartwatch Hybrid Touch X Punya Kaca yang Mendukung Sistem Kendali Gesture

Salah satu tren populer di Beselworld 2018 adalah upaya para produsen mengusung rancangan yang kian minimalis, sehingga smartwatch hybrid semakin sulit dibedakan dari arloji klasik. Tapi walaupun mereka dibekali sejumlah fitur pintar, produk-produk baru dari Skagen, Kronaby dan Mondaine tetap menggunakan metode input tradisional via tombol fisik.

Ingin mengubah tradisi ini sekaligus membuat smartwatch hybrid jadi seintuitif varian berlayar sentuh, perusahaan arloji a.b.art mencoba mengajukan solusi inovatif: bagaimana jika kita bisa berinteraksi dengan ‘smartwatch analog’ menggunakan gerakan tangan? Kapabilitas ini ternyata dimiliki oleh perangkat wearable pintar baru kreasi sang perusahaan asal Swiss yang mereka namai Touch X.

Saat kita mengira penampilan Skagen Holst dan Kronaby Nord sudah ‘sangat hemat’, wujud Touch X jauh lebih minimalis lagi, mengadopsi desain Bauhaus. Beberapa varian bahkan tidak mempunyai angka penunjuk waktu, hanya titik-titik atau garis. Dan seperti jam bertema Bauhaus lain, Touch X juga mengusung tubuh yang ramping dan ringan, terpasang ke tangan Anda dengan strap nilon removable.

abart1

Touch X memiliki tubuh berdiameter 40-milimeter dengan ketebalan 8-milimeter yang terbuat dari baja anti-karat berlapis PVD. Sebagai alternatifnya, a.b.art juga sedang menggodok varian berdiameter 37mm. Bagian kristal di Touch X juga tidak menggunakan kaca mineral biasa, melainkan kaca safir, membuatnya lebih tangguh dan lebih tahan terhadap baretan.

Daya tarik utama Touch X tentu saja terletak pada sistem kendali gesture-nya. Bagian kacanya menyimpan sensor sentuh, dan gerakan tangan Anda di sana bisa mengaktifkan fungsi berbeda. Sebagai contohnya: swipe dua kali ke kanan untuk melakukan panggilan ke individu penting atau kontak yang terakhir menelepon Anda, lalu buat gerakan berputar di kaca buat mengirimkan pesan darurat ke orang-orang terdekat.

abart2

Berdasarkan pengakuan DigitalTrends, Touch X juga ditopang koneksi ke smartphone yang kuat berkat pemanfaatan antena di bagian kristal. Lalu dengan mengutak-atik aplikasi mobile-nya, Anda dapat mengonfigurasi setting lebih jauh serta mengubah fungsi dari gesture tertentu.

Touch X II rencananya akan mulai dipasarkan secara online di situs a.b.art ‘dalam waktu dekat’, ditawarkan seharga € 280 (kisaran US$ 346).

Sistem kendali gesture di a.b.art Touch X tentu saja membuatnya distingtif dari smartwatch hybrid kompetitor, namun minimnya petunjuk visual serta notifikasi mungkin bisa jadi masalah buat Anda yang telah terbiasa memakai smartwatch berlayar sentuh normal. Dan tanpa smartphone, kita tidak dapat mengetahui fungsi/mode apa yang tengah dioperasikan olehnya.

Sumber: ABNewsWire. Gambar tambahan: TechRadar & DigitalTrends.

Smartwatch Hybrid Terbaru Mondaine Tawarkan Sistem Notifikasi yang Cukup Unik

Smartwatch perdana Hublot boleh mencuri perhatian di Baselworld 2018, akan tetapi event tersebut sejatinya juga dibanjiri dengan deretan smartwatch hybrid yang menawan. Setelah Skagen dan Kronaby, kini giliran Mondaine yang unjuk gigi lewat smartwatch hybrid terbarunya, Helvetica Regular.

Perangkat ini merupakan penerus langsung Helvetica 1 yang dirilis di tahun 2015. Kekurangan utama Helvetica 1 adalah absennya fitur notifikasi, dan ini akhirnya sudah dibenahi oleh suksesornya. Kendati demikian, notifikasinya tentu hanya sebatas indikator saja, mengingat perangkat masih tetap tidak dilengkapi LCD.

Kalau Anda amati baik-baik, ada empat angka yang hilang dari wajah smartwatch ini (2, 4, 8, 10), yang rupanya telah digantikan oleh huruf “T”, “S”, “A” dan “M”. Masing-masing huruf tersebut merupakan indikator atas fungsi yang berbeda.

Sumber gambar: Wareable
Sumber gambar: Wareable

“T” merujuk pada “Telephone”, di mana jarum pendek akan menunjuk ke sana ketika ada panggilan telepon yang masuk ke smartphone. Di sisi lain, “M” merujuk pada “Message”, yang akan menjadi titik berhenti jarum pendek ketika ada notifikasi yang masuk dari sejumlah aplikasi seperti WhatsApp, Facebook, Instagram, serta untuk email dan SMS.

“A” adalah singkatan dari “Activity”. Jadi ketika Anda tekan tombol sampingnya, jarum pendek akan menunjuk ke huruf ini, dan jarum panjangnya menunjuk ke angka pada lingkaran kecil di tengah (0 – 100), menandakan sudah sejauh mana progress aktivitas fisik Anda hari itu.

Terakhir, jarum pendek akan menunjuk ke huruf “S” ketika mode sleep tracking diaktifkan. Sayang mode ini tidak bisa aktif dengan sendirinya, melainkan dengan menekan tombol samping dan menahannya selama tiga detik.

Secara fisik, Mondaine masih mempertahankan desain minimalis nan elegannya, dan tentu saja font Helvetica masih menghiasi smartwatch secara menyeluruh. Diameter casing stainless steel-nya sedikit menciut menjadi diameter 40 mm, akan tetapi perangkat masih tahan air hingga kedalaman 30 meter.

Mondaine Helvetica Regular saat ini sudah dipasarkan seharga $660, dengan strap kulit yang tersedia dalam warna hitam, cokelat atau biru. Seperti halnya smartwatch hybrid lain, konsumen sama sekali tidak perlu bingung soal charging, sebab baterainya diklaim bisa bertahan sampai dua tahun.

Sumber: Pocket-lint dan Wareable.