StickEarn Rilis StickTron, Layanan Iklan Video yang Ditempatkan pada Truk

Startup teknologi periklanan StickEarn mengumumkan layanan baru yang diberi nama StickTron. Ini merupakan videotron berjalan, LED-tron di atas truk yang dikemudikan di rute-rute penting Jakarta. Fitur baru ini diklam mampu menghasilkan impresi hingga lebih dari 600.000 per hari. Mulai beroperasi per Oktober 2019.

“Di saat banyak orang terpaku pada social media advertising, platform beriklan luar ruang juga berevolusi. StickEarn menghadirkan StickTorn untuk menjadi solusi terkini bagi para pengiklan. Lewat StickTron, video iklan pasti mencuri perhatian banyak orang, terukur, serta ada di mana-mana,” ujar Co-founder StickEarn Archie Carlson.

Tiga rute yang akan dilalui StickTron adalah Monas–Sudirman–Blok M–Senayan, Basura City–Kota Kasablanka–Karet–Slipi dan Gandaria–Pondok Indah–Lebak Bulus–Cilandak–Kemang.

StickEarn sendiri menargetkan untuk mengoperasikan 10 StickTron pada awal 2020. StickTron akan menampilkan konten video yang dapat dilihat melalui 3 sisi, yang efektif untuk menambah tingkat impresi yang dihasilkan. StickEarn juga menyematkan teknologi computer visionĀ di setiap unit StickEarn sehingga mampu menyajikan data impresi yang akurat.

“Dalam upaya StickEarn untuk merevolusi dunia periklanan, kami menjadikan media iklan luar ruang mampu menghasilkan data yang akurat lewat teknologi yang ditanamkan di dalam setiap layanan kami. Ini merupakan nilai tambah yang telah diterima oleh lebih dari 300 perusahaan yang menjadi mitra StickEarn dalam 2,5 tahun ini,” jelas Archie.

SejakĀ diperkenalkan pada tahun 2017, StickEarn sudah memiliki beberapa layanan, di antaranya StickMob yang mengandalkan mobil sebagai media iklan, StickMotor untuk sepeda motor, StickAngkot untuk angkutan perkotaan, StickPlane untuk pesawat terbang, dan StickMart untuk in-car retail.

Application Information Will Show Up Here

Pendekatan Berbeda Startup “Car Advertising” PayRide Jangkau Pengiklan dan Pemilik Kendaraan

Meski startup yang bergerak di bidang “car advertising” sudah banyak, tak lantas membuat peluangnya jadi sempit. Justru ada celah di dalamnya yang dimanfaatkan startup PayRide untuk mulai meramaikan segmen ini.

PayRide didirikan di Surabaya oleh Agus Widjaja selaku Founder dan CEO bersama temannya, terinspirasi dari kemacetan yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia. Yang berbeda dengan pemain lainnya, menurut Agus adalah PayRide memanfaatkan pembayaran jasa iklan berdasarkan jumlah impresi yang dihasilkan, bukan dari jarak per kilometernya.

Dalam proses bisnisnya, pemilik kendaraan diberi kebebasan untuk memilih iklan yang ditawarkan PayRide beserta desain stiker iklannya. Dari sisi pengiklan, mereka berhak memilih jenis wrapping untuk materi promosi.

Kemudian kendaraan akan diberi pelacak GPS khusus sehingga tidak bergantung pada GPS dari smartphone pengemudi. Di dalam GPS tersebut, memanfaatkan algoritma untuk mengalkulasikan jumlah impresi dari berbagai unsur, seperti klasifikasi jalan, kapan pengemudi ada di jalan, jenis wrapping untuk materi promosi, asal kota dan lainnya.

Kemudian diperkuat dengan analisis yang berisi penjelasan lebih mendalam mengenai impresi, heat map, pengemudi terbaik, dan demografi masyarakat di daerah tersebut. Seluruh gambaran ini diyakini dapat memberikan proyeksi yang lebih jelas bagi target sasaran.

“Dengan cara itu menurut kami adalah solusi win-win, pengiklan dapat melakukan pendekatan unik dan pemilik kendaraan bisa memperoleh penghasilan tambahan dari waktu yang mereka habiskan di jalan,” kata Agus kepada DailySocial.

Sejauh ini, lanjut Agus, PayRide baru menyediakan layanan iklan untuk pemilik kendaraan roda empat saja. Telah bekerja sama dengan lebih dari 1000 pemilik mobil namun hanya sekitar 300 di antaranya yang terdaftar dalam campaign PayRide. Lokasinya tersebar di Surabaya dan Jakarta. Setiap pemilik mobil, secara rerata mendapat imbal jasa iklan sekitar Rp1,5 juta per bulannya.

Meski baru beroperasi di dua kota, rencananya PayRide akan ekspansi ke kota besar lainnya seperti Bandung, Bali, dan Semarang, ditambah kota tingkat dua dan tiga. Di samping itu, PayRide juga akan bekerja sama dengan pihak ketiga untuk pemberian update demografi untuk kelancaran pelaporan kepada pengiklan dan penambahan medium iklan di luar stiker.

Agus juga mengungkapkan pada tahun ini rencana untuk mencari pendanaan baru agar dapat mendukung eskalasi bisnis. Hanya saja, pihaknya masih mengejar target tertentu dengan tujuan ingin memperkuat fondasi bisnis sekaligus mendapatkan kepercayaan investor di masa mendatang.

“Kami masih bootstrapping untuk operasional PayRide. Memang ada rencana untuk cari investor dari pihak eksternal, tapi kami ingin capai target dulu agar fondasi bisnis bisa lebih kuat di mata investor,” pungkas Agus.

Di Indonesia, selain PayRide ada pemain sejenis lainnya yang sudah lebih dahulu beroperasi, di antaranya Promogo, DoQar, Stickearn, Wrapmobil, Sticar, Inmobi, dan Klana.

Application Information Will Show Up Here