Pengalaman Komunitas Tekken Indonesia Mengikuti Last Chance Qualifiers TWT Finals 2019

Tekken World Tour 2019 Finals (TWT Finals 2019) telah usai digelar. Kini, semua perjuangan dan pertarungan hanya tinggal cerita saja. Selain dari cerita manis kemenangan Chikurin dan Jepang di kompetisi Tekken 7 paling bergengsi ini, ada juga cerita lain yang datang dari komunitas Tekken Indonesia.

Berhubung lokasi acara Tekken World Tour 2019 Finals di Thailand, alhasil beberapa pemain komunitas Tekken Indonesia memutuskan untuk bertandang untuk menghadiri, juga menjajal kemampuan di Last Chance Qualifier TWT Finals 2019. Total ada 15 orang yang turut hadir dan meramaikan gelaran TWT Finals 2019. Sebanyak 11 pemain mengikuti Last Chance Qualifier, sementara 4 sisanya hadir untuk menyaksikan keseruan pertarungan jago Tekken dari berbagai belahan dunia, berikut daftarnya:

Pemain Indonesia Peserta LCQ:

  • Alter Ego | R-tech
  • MYTH | Jinrei aka MrV
  • DRivals | Retardo
  • UwU | Clice
  • UwU | Arfear
  • UwU | nafilo
  • Advance Guard | buramu
  • M45T4Z
  • ManggaDuaPlayer
  • Rakun Ratrickz
  • Sableng-sama

Komunitas Tekken Indonesia yang turut hadir di TWT Finals 2019

  • Abuget Gaming | Kontoru
  • Arcade Stick Indonesia | Wazwuz
  • Lee_yo
  • Sbyrazor

Last Chance Qualifier (LCQ), seperti namanya, adalah kesempatan terakhir bagi jago Tekken berbagai belahan dunia untuk dapat bertarung di panggung utama TWT Finals 2019. Berhubung ini adalah kesempatan terakhir, tentu saja fase ini diikuti oleh pemain-pemain berpengalaman tinggi. Diikuti oleh 256 pemain, hanya ada satu pemain saja yang bisa lolos ke TWT Finals 2019. Kalau bisa dibilang, pertarungan LCQ TWT Finals 2019 mungkin lebih terasa seperti Battle Royale dibanding dengan PUBG itu sendiri. Semua pemain hanya akan bergantung pada dirinya sendiri. Setiap lawan adalah lawan yang mengerikan.

Sumber: Instagram UWU Gaming
Sumber: Facebook Advanced Guard

Banyak nama besar juga bertanding dari fase ini. Pemain-pemain Korea seperti Jeondding dan EyeMusician contohnya, pemain Jepang seperti Pekos dan Kagemaru, bahkan juga diikuti oleh kontingen SEA Games dari Filipina dan Thailand, yaitu AK, Doujin, dan Book. Tak lupa, para pemain Pakistan seperti Atiff Butt dan Bilal juga turut berpartisipasi. Segitu banyak peserta yang mengikuti kualifikasi dibagi jadi dua gelombang pertandingan, dengan masing-masing gelombang berisikan 128 pemain yang dibagi menjadi 8 grup.

Pemain-pemain Indonesia, secara realistis sebenarnya cukup sulit untuk mengejar ini, bahkan untuk setidaknya mendapat 8 besar saja. Maka dari itu, gelaran LCQ ini dijadikan sebagai ajang jajal kemampuan sambil mencari pengalaman.

Tak lengkap rasanya jika bicara fighting game tanpa menyertakan pengalaman personal dari sosok “sepuh” di komunitas FGC Indonesia, yaitu Bramanto Arman. Mengikuti kompetisi dengan menggunakan nama AdvanceGuard.Buramu, ia mengakui bahwa memang ada jurang perbedaan kemampuan yang jauh antara dirinya dengan lawan yang dihadapi.

“Saya ketika itu melawan dua pemain Jepang, yaitu Gen dan SHUDY. Ketika itu saya merasa memang ada perbedaan kemampuan yang cukup jauh, terutama saat lawan Gen. Kalau lawan SHUDY, saya masih bisa memberi sedikit perlawanan, walau akhirnya kalah juga.” Bram menceritakan pengalamannya kepada saya.

“Soal perbedaan kemampuan atau skill gap, saya merasa permainan yang dilakukan Gen memang sangat solid. Maksudnya solid adalah dari pressure yang dilakukan hampir tidak pernah terlalu sembrono. Dia juga bisa whiff punish atau membalas gerakan yang tidak kena dengan tepat sasaran. Gambaran awamnya mungkin begini, dia sudah bisa menebak apa yang akan saya lakukan dan selalu punya jawaban atas gerakan saya yang berisiko. Sementara di sisi saya, saya kehabisan akal atas apa yang dilakukan Shaheen dari Gen.” ujar Bram.

Sorotan cerita yang tak kalah menarik dalam kisah percobaan Indonesia di LCQ TWT Finals 2019 ini adalah keberanian para newcomers dari tim UWU menjajal kemampuan senior-senior kelas dunia. Penasaran dengan pengalamannya, saya menanyakan salah satu pemain UWU, Olifan Okto “Nafilo” Pradana .

Sumber: Instagram UWU Gaming
Sumber: Instagram @UWU.Gaming

“Jujur gue sih dapat banyak sekali pelajaran selama perjalanan gue bertanding di sana.” jawab Olifan membuka pembahasan. Dalam ceritanya dia menyoroti soal dua hal, yang pertama soal kemampuan jago-jago Tekken Pakistan. Belakangan pemain-pemain Tekken asal Pakistan sedang menjadi sorotan setelah beberapa kali memberi perlawan berarti kepada jago Tekken Korea Selatan, bahkan sempat memenangkan beberapa kompetisi.

Walau komunitas menganggap ini sebagai kebenaran, namun tak lengkap sepertinya jika tidak menjajal sendiri kemampuan para pemain Paksitan. “Gue sempat mengikuti sesi latih tanding pada H-1 LCQ dan melawan pemain Pakistan. Ketika melawan mereka, kesan pertamanya adalah mereka main seperti robot! Whiff punish selalu tepat sasaran, block punish atau serangan balasan setelah bertahan juga selalu tepat sasaran. Jadi, permainan mereka itu betul-betul next level sih, setidaknya buat gue.” ujar Olifan.

Cerita berikutnya adalah soal perjalanannya selama LCQ. Ketika itu ia sempat menghadapi peman asal Jepang, Jyotaro, yang dikenal jago memainkan Noctis. “Kesan pertama gue adalah, gue langsung merasa bahwa ada yang salah dengan metode bermain gue selama ini.” Jawabnya.

“Misal, waktu akan melakukan whiff punish, gue biasanya memilih melakukan gerakan lebih berisiko demi damage besar ketimbang memberi sedikit damage dengan gerakan yang sudah pasti kena. Pelajaran itu berasa banget buat gue. Walau cuma main selama sekitar 6 menit, tapi gue dapat pengalaman berharga yang bisa mengubah cara pandang gue terhadap cara main Tekken.” Olifan menjelaskan lebih lanjut.

Pengalaman bermain mungkin hanya satu dari banyak pengalaman berharga yang dinikmati oleh komunitas Tekken Indonesia selama gelaran TWT Finals 2019 di Thailand kemarin. Tak lupa, momen foto-foto, meet and greet dengan Katsuhiro Harada sang kreator Tekken, ajang kumpul dengan para jago Tekken dari berbagai belahan dunia jadi pengalaman lain yang tak kalah berharga.

Semoga segala pengalaman tersebut bisa menambah kemampuan para pemain dari komunitas Tekken Indonesia. Semoga juga, pengalaman ini bisa membawa Indonesia menunjukkan taringnya di peta kekuatan pertarungan Tekken internasional masa depan!

Cabang Esports SEA Games 2019: MEAT Tergelincir di Peringkat 5 Cabang Tekken

Tanggal 10 Desember 2019 adalah penghujung pertandingan cabang esports SEA Games 2019. Hari terakhir ajang adu gengsi kemampuan gaming di festival olahraga antar negara Asia Tenggara ini mempertandingkan StarCraft II dan juga Tekken 7.

Pertandingan StarCraft II menyisakan babak penentuan medali saja, sementara Tekken 7 jadi santapan utama para penonton di hari tersebut. Untuk cabang Tekken 7 di cabang esports SEA Games 2019, Indonesia diwakili oleh Muhammad Adriyansyah Jusuf (MEAT).

MEAT sebenarnya menunjukkan permainan yang cukup menjanjikan, namun tetap saja pemain-pemain berpengalaman tinggi jadi masalah bagi dirinya. Mereka adalah dua wakil Thailand, Nopparut Hempamorn (BOOK), Rachawin Tanasoontorngoon (ShinAkuma), dan dua wakil Filipina yaitu Alexandre Gabrielle Lavarez (AK) serta Andreij Hosea Albar (Doujin).

Pemain-pemain tersebut memang punya jam terbang yang jauh lebih tinggi daripada MEAT. Namun demikian, Jusuf tetap memberikan usaha terbaiknya. Pada fase grup, ia menunjukkan hasil yang konsisten. Ia berhasil menang Vietnam dan Malaysia, walau akhirnya tetap takluk melawan wakil Thailand dan Filipina.

Sumber: Liquidpedia
BOOK, wakil Thailand untuk cabang esports SEA Games 2019 Tekken 7. Sumber: Liquidpedia

Masuk babak top 8, lawan pertamanya adalah wakil Malaysia, Abdul Shukor (Fate-Q). Dengan menggunakan Marduk, MEAT menunjukkan permainan yang mendominasi terhadap Akuma dari Abdul Shukor. Karakter Akuma memang masih jadi momok di dunia kompetitif Tekken 7, namun dia adalah jenis karakter dengan tingkat kesulitan eksekusi yang tinggi. Abdul Shukor terlihat tidak dapat memaksimalkan Akuma pada pertandingan tersebut. Celah tersebut segera dimanfaatkan MEAT, ia menang 3 set berturut-turut, dan melaju ke lower-bracket ronde 2.

MEAT kembali harus menghadapi karakter Akuma, namun kali ini lawannya bukan pemain sembarangan, wakil Thailand ShinAkuma. Wakil Thailand yang satu ini, seperti namanya, menggunakan Akuma sebagai karakter utamanya. Eksekusi dari ShinAkuma jelas jauh lebih baik jika dibanding dengan lawan MEAT sebelumnya. Alhasil MEAT kewalahan di pertandingan ini.

Set pertama, MEAT mencoba melawan dengan Marduk. Secara eksekusi, Marduk dari Jusuf sebenarnya sudah cukup baik, namun sayang ia kerap tidak sabar dan kurang cermat menghadapi gerakan-gerakan mematikan dari ShinAkuma. Celah ini segera dimanfaatkan wakil Thailand untuk memenangkan set pertama.

Set kedua MEAT mencoba peruntungan dengan menggunakan King. Lagi-lagi kesabaran dan kecermatan jadi masalah bagi Jusuf di pertandingan ini. Beberapa kali MEAT terlihat terlalu tergesa-gesa untuk terus menyerang, yang segera dimanfaatkan oleh ShinAkuma. Alhasil, MEAT lagi-lagi harus tunduk untuk kedua kalinya. Dragunov jadi peruntungan terakhir MEAT di set ketiga. Pergantian karakter ternyata tidak menyelesaikan masalah apapun bagi wakil Indonesia, akhirnya Jusuf dilibas 3-0 dengan cukup cepat.

Jika Anda tidak sempat menonton perjuangan Indonesia di cabang esports SEA Games 2019 Tekken 7, Anda dapat menyaksikan rekaman pertandingan Indonesia pada video di bawah ini.

Perjuangan MEAT harus usai setelah kalah melawan ShinAkuma di lower-bracket ronde 2. Alhasil, Muhammad Adriyansyah Jusuf harus puas pulang tanpa medali dan mendapat peringkat 5 saja.

Cabang esports Tekken 7 di SEA Games 2019 ini lagi-lagi menjadi ladang medali bagi Filipina. Walau tidak mendapat emas, namun mereka berhasil mengirimkan dua wakilnya bertengger di peringkat 2 dan 3. Berikut hasil lengkap dari cabang esports SEA Games Tekken 7.

  1. Thailand – N. Hempamorn (Book) – Medali Emas
  2. Filipina – A. Lavarez (AK) – Medali Perak
  3. FIlipina – A. Albar (Doujin) – Medali Perunggu

Dengan ini, maka selesai sudah gelaran cabang esports SEA Games 2019. Indonesia berhasil mengamankan dua medali perak lewat pertandingan MLBB dan Arena of Valor. Terima kasih kepada kontingen esports Indonesia atas perjuangan terbaik yang sudah diberikan dalam gelaran SEA Games 2019! Perjuangan belum usai, doakan yang terbaik kepada mereka agar dapat menorehkan prestasi di kompetisi-kompetisi esports internasional lainnya.

 

[OPINI] 4 Alasan Kenapa Anda Perlu Main Fighting Game

Fighting game merupakan salah satu genre game tertua yang masih lestari sampai kini, bahkan belakangan sedang hangat-hangatnya berkembang. Saking hangatnya perkembangan fighting game, jumlah judul yang dimainkan dan dipertandingkan sebagai esports bahkan jadi terbilang terlalu banyak; membuat para developer jadi berebut pasar yang sama.

Namun demikian, di luar dari geliat perkembangan fighting game yang sedang hebat-hebatnya, genre ini masih punya masalah yang sama, yaitu soal persepsi orang-orang terhadap entry barrier fighting game. Pemain cenderung enggan mencoba fighting game, karena merasa genre ini punya mekanik permainan yang lebih sulit dibanding genre game lainnya.

Mungkin kebanyakan gamers terlanjur segan gara-gara melihat command list satu petarung yang bisa mencapai ratusan macam kombinasi tombol? Atau mungkin segan karena melihat kombo atau respon ajaib pro player yang bermain? Atau mungkin karena dalam fighting game, kita tidak bisa menyalahkan siapapun ketika kalah kecuali diri kita sendiri… Ups.

Walakin, genre yang satu ini tetap punya nilai tersendiri, baik nilai hiburan secara tontonan atau permainan, bahkan dalam beberapa aspek punya nilai kehidupan yang bisa dipelajari. Maka dari itu ada beberapa alasan mengapa, siapapun Anda, baik seorang gamers atau mungkin pacarnya gamers harus mencoba bermain fighting game.

Karena fighting game bersifat 1-on-1

Dalam game kompetitif berbasis tim seperti MOBA atau First-Person Shooter, skill individu tidak selalu bisa membawa kepada kemenangan. Mengapa? Alasannya jelas, dua game tersebut memang dirancang sebagai game berbasis tim. Jadi 5 pemain biasa saja dengan kerja sama yang kompak bisa jadi punya kemungkinan menang yang lebih besar daripada seorang Faker atau Sumail dibantu 4 pemain kelas teri yang tidak mengerti caranya main ataupun kerja sama.

Maka dari itu jika Anda kesulitan mencari teman mabar yang rutin di dalam game berbasis tim seperti MOBA atau FPS, fighting game bisa jadi pilihan untuk dimainkan. Ini juga jadi salah satu alasan kenapa saya mulai, sedikit demi sedikit, mendalami fighting game lewat Tekken 7. Daripada kelimpungan dengan segala toxic yang ada dalam solo matchmaking game MOBA, fighting game menawarkan sebuah pengalaman pengembangan diri secara lebih personal. Ini membuat setiap kemajuan yang Anda alami terasa lebih manis, daripada sekadar push rank yang hanya mengejar statistik tanpa merasakan perkembangan kemampuan diri.

Sumber: Bandai Namco Official Media
Sumber: Bandai Namco Official Media

Ini yang membuat fighting game punya nilai jual lebih, dibanding permainan kompetitif lain yang berbasis tim. Dalam pertandingan satu lawan satu, hanya ada pikiran dan jempol Anda sendiri untuk menggerakkan karakter yang Anda mainkan. Tanggung jawab menang atau kalah benar-benar bergantung kepada pada Anda sendiri.

Memang, kekalahan jadi terasa lebih pahit dalam fighting game, karena Anda harus menerima kenyataan pahit bahwa kemampuan bermain Anda belum seberapa dibanding musuh yang dilawan. Tapi mengecap kemenangan akan terasa jauh lebih manis, apalagi jika Anda bisa menang dari keadaan yang sulit atau menang setelah berkali-kali kalah melawan rekan latih tanding Anda.

Memberi perasaan proses perkembangan diri yang menyenangkan

Banyak orang beranggapan bahwa fighting game itu sulit. Jujur, saya juga setuju dengan anggapan tersebut. Memang kenyataannya fighting game itu sulit, terlepas dari judul game yang Anda mainkan. Sebagai gambaran seberapa sulit fighting game, lagi-lagi saya meminjam genre MOBA sebagai perbandingan.

Dalam MOBA setiap karakter biasanya dibatasi hanya punya 4 “jurus” saja. Anda cukup tekan satu tombol (Dota 2 atau LoL biasanya menggunakan tombol Q,W,E,R) untuk setiap jurus. Dalam fighting game, walau serangan dasar hanya terdiri dari 4 sampai 6 tombol saja, namun mengeluarkan jurus mengharuskan Anda menekan kombinasi tombol. Jurus paling dasar, Hadouken milik karakter Ryu dari Street Fighter misalnya, mengharuskan Anda menekan tombol arah bawah, serong bawah maju, dan maju, ditambah tombol pukul. Itu baru satu gerakan dari satu karakter. Bayangkan jika Anda ingin bisa lebih dari satu karakter, yang berarti harus hapal banyak gerakan dan cara main dari masing-masing karakter.

Jumlah jurus atau gerakan-per-karakter pada game seperti Street Fighter mungkin lebih sedikit, hanya ada pada angka puluhan saja. Sementara gerakan-per-karakter pada fighting game tiga dimensi seperti Tekken 7 kadang bisa mencapai seratus lebih, walau tidak semuanya terpakai.

Tetapi ini juga yang menurut saya membuat fighting game jadi menyenangkan dan menjadi alasan kenapa Anda harus mencobanya. Dengan ragam kombinasi gerakan yang bisa dipelajari, Anda bisa merasakan sendiri proses perkembangan personal. Saya jadi teringat pengalaman saya pribadi mempelajari Bryan, karakter Tekken 7 pertama yang saya pelajari.

Berawal dari hanya button mashing, perlahan-lahan saya mulai mempelajari satu-per-satu gerakan. Selanjutnya saya mulai sedikit demi sedikit belajar melakukan satu rangkaian gerakan Combo paling dasar. Saya ingat menghabiskan seharian penuh berkutat di Infinite Azure hanya untuk mengulang satu jenis gerakan Combo saja. Dengan jari jemari yang masih kaku, saya berusaha keras menekan tombol demi tombol, sambil memperhatikan efek visual yang terjadi di layar. Beberapa kali Combo-nya terjatuh, tapi ketika berhasil, saya begitu kegirangan, karena perasaaan sense-of-accomplishment yang saya rasakan setelah berjam-jam dan berhari-hari berlatih.

Proses belajar ini yang menurut saya membuat fighting game jadi menyenangkan untuk dimainkan. Pada beberapa aspek saya bahkan merasa proses mempelajari gerakan Combo dalam fighting game seperti mempelajari alat musik. Seperti bermain gitar, berawal dari mempelajari kunci dasar, yang dilanjut mempelajari kombinasi kunci-demi-kunci untuk memainkan satu lagu penuh.

Walau belajar Combo mungkin tidak disarankan bagi pemula Tekken 7 (atau fighting game lainnya), tapi tetap saja hal tersebut menyenangkan untuk dipelajari. Apalagi prosesnya yang bisa membuat Anda yang awalnya hanya pemain biasa-biasa jadi merasa sangat jago.

Itu hanya baru sebatas melakukan Combo saja. Nyatanya masih ada banyak hal lagi yang bisa Anda pelajari di dalam fighting game. Mulai dari yang paling mendasar seperti cara menangkis atau membalas serangan, sampai kepada hal yang paling geeky seperti frame data. Belum lagi seiring proses belajarnya, Anda akan mendapat hadiah berupa momen-momen kemenangan atau naik ranking di pertandingan online. Di antara momen, bisa jadi terselip di antaranya adalah momen ketika Anda bisa mengalahkan orang yang mainnya berkali lipat lebih jago dari Anda, yang akan memberi perasaan seperti memenangkan kompetisi tingkat dunia.

Lebih lanjutnya, Anda juga bisa baca tulisan pengalaman Patrick Miller atau paththeflip, salah satu sosok yang cukup dikenal di dunia FGC sebagai seorang pemain dan pembuat konten.

Mengajarkan nilai hidup, mengasah ragam soft-skill

Ini mungkin terdengar seperti romantisasi atas fighting game, namun inilah pengalaman yang saya rasakan sendiri dari perjalanan saya mencoba bermain fighting game selama beberapa tahun belakangan. Selain menekan tombol demi tombol dengan irama untuk mengeluarkan serangan Combo, saya juga belajar beberapa hal dengan bermain fighting game. Beberapa hal tersebut termasuk beberapa soft-skill dan sedikit nilai hidup yang bisa Anda gunakan untuk kehidupan sehari-hari. Saya merasa bahwa lewat genre ini, Anda dapat belajar mengelola serta mengenal emosi, belajar soal arti kekalahan, dan juga nilai-nilai ketekunan.

Nilai ketekunan sedikit banyak sudah saya jelaskan pada poin sebelumnya, yang mana genre ini menuntut Anda untuk tekun dalam banyak hal. Mulai dari tekun mempelajari gerakan demi gerakan, Combo, ataupun mengantisipasi gerakan lawan. Namun selain itu hal menarik yang akan Anda pelajari dari bermain fighting game adalah soal kemampuan mengelola dan mengenal emosi.

Mengelola emosi adalah sesuatu yang penting dalam bermain fighting game, apalagi jika sudah turun sampai ke tingkat kompetitif. Secara ilmiah, hal ini disebut juga dengan istilah Mental Block; keadaan ketika pikiran Anda menahan kemampuan Anda yang sesungguhnya. Walau Anda sudah berlatih, berhari-hari, berminggu-minggu atau mungkin bertahun-tahun, namun Anda masih merasa belum cukup atau bahkan masih merasa takut kalah ketika menghadapi kompetisi. Ini juga jadi hal yang dilatih jika Anda bermain Fighting Game

Perasaan seperti ini sebenarnya bukan monopoli genre fighting game saja, bermain game lain juga bisa memberi Anda perasaan ini. Tetapi menurut saya, satu yang istimewa dari fighting game adalah, perasaan ini bahkan bisa Anda rasakan ketika bermain secara online melawan musuh berat yang Anda bahkan tidak tahu wujudnya seperti apa. Rasa ragu bisa muncul kapan saja, perasaan lebih lemah dari musuh yang dihadapi juga kerap muncul. Satu-satunya yang bisa membawa Anda menang adalah dengan mengatasi dan mengenal emosi-emosi negatif tersebut dan menggunakannya sebagai kekuatan untuk memenangkan permainan.

Aspek terakhir yang juga terlatih dengan bermain fighting game menurut saya adalah belajar bertanggung jawab atas pahitnya kekalahan. Penolakan, kekalahan, kegagalan, bisa dibilang sebagai beberapa emosi negatif yang sulit untuk diterima oleh kita manusia. Pada game yang sifatnya beregu seperti MOBA atau FPS, Anda bisa dengan mudah kabur dari emosi-emosi tersebut. Kalah main rank di MLBB sebagai carry? Ini pasti salah support yang tidak melindungi saya. Main PUBG lalu mendapat Too Soon? Ini pasti salah kawan saya yang terlalu lama looting.

Namun jangan harap Anda bisa kabur dari perasaan tersebut di dalam fighting game. Kalah berarti kalah, dan Anda dipaksa menelan pil pahit tersebut. Anda tidak bisa mendadak beralasan Heihachi tidak pakai sandal membuat gerakan Anda jadi lebih lambat, atau jaket Jin Kazama membuat jangkauan serangannya jadi lebih pendek; walau masih bisa alasan Joystick Anda tidak enak ditekan. Dalam fighting game, Anda dipaksa menerima kegagalan atas diri Anda sendiri. Kalah artinya Anda harus lebih cermat. Kalah artinya Anda harus belajar lagi, belajar mengoptimasi gerakan yang Anda gunakan atau mempelajari gerakan yang digunakan musuh.

Lebih menyenangkan saat bermain dengan teman

Walau fighting game pada dasarnya adalah permainan individu, namun bukan berarti tidak ada interaksi antar manusia di dalam permainan ini. Pada titik tertentu, Anda mungkin akan jemu hanya berlatih sendirian atau main online melawan musuh yang Anda tidak tahu bentuknya apa. Maka dari itu berkomunitas tetap menjadi salah satu bagian penting dari Fighting.

Selain menambah teman, bertemu dengan komunitas juga akan membantu meningkatkan kemampuan Anda secara lebih cepat lebih . Pastinya akan ada lawan-lawan yang lebih berat ketika Anda mencoba hadir ke acara kumpul dan saling tarung seperti Hybrid Dojo. Tetapi di sana Anda dapat belajar lebih banyak seputar fighting game yang Anda mainkan. Anda mungkin bisa menemukan celah dari gerakan Anda yang selama ini tak pernah bisa ditebak oleh musuh. Anda mungkin jadi menemukan cara bermain baru dari karakter Anda, karena didesak oleh cara main musuh yang tidak biasa.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Komunitas Hybrid Dojo. Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Belum lagi jika Anda sudah menemukan rival yang tepat untuk dilawan, yang mungkin akan membuat Anda semakin terpacu untuk belajar fighting game yang dimainkan secara lebih dalam. Komunitas Fighting Game di Indonesia juga terbilang punya sejarah yang panjang. Bramanto Arman, Co-Founder Advanced Guard, jadi salah satu yang terus berusaha mengembangkan komunitasnya di Indonesia. Jika Anda mulai penasaran dengan fighting game, dan ingin tahu tentang perjuangan komunitasnya, Anda mungkin bisa mulai dari cerita Bram soal perkembangan esports fighting game di Indonesia.

Hal tersebut juga, menurut saya, jadi nilai lebih dari bermain fighting game. Bahkan terkadang saya merasa bahwa jalinan pertemanan komunitas fighting game terasa lebih kuat dibanding dengan jenis game lainnya. Memang, bukan berarti pada jenis game lain, Anda tidak bisa merasakan jalinan persahabatan yang erat. Beberapa game lain malah bisa menciptakan jalinan percintaan. Namun demikian, pertemanan di dalam komunitas fighting game sebenarnya terbilang unik, karena tercipta dari momen baku hantam dan rivalitas digital.

Cabang Esports SEA Games 2019: Rangkuman Perjuangan Indonesia Sejauh Ini

Cabang esports SEA Games 2019 jadi salah satu helatan yang menarik untuk disaksikan. Selain karena tren esports yang sedang menanjak naik di Indonesia, ditambah juga ini menjadi momen bagi gamers untuk membanggakan Indonesia lewat esports.

Beberapa pertandingan telah selesai digelar. Pada cabang MLBB, Indonesia harus puas mendapatkan perak, meski statusnya sebagai kontingen yang paling dijagokan. Lalu bagaimana dengan cabang-cabang lainnya? Berikut rangkuman hasil cabang esports lain di SEA Games 2019.

Dota 2

Sumber: IESPA - Edit: Akbar Priono
Kontingen Dota 2 Indonesia bersama sang pelatih/manajer tim (pojok kanan) untuk cabang esports SEA Games 2019. Sumber: IESPA – Edit: Akbar Priono

Kontingen Dota 2 Indonesia untuk cabang esports SEA Games 2019 diwakili oleh tim PG.Barracx. Menghadapi SEA Games, tim ini sudah melakukan beberapa persiapan, termasuk bootcamp di Singapura untuk berlatih dengan Evil Geniuses.

Sayang, pada gelaran SEA Games, kontingen Dota 2 belum bisa mendapat hasil yang maksimal. Format pertandingan esports Dota 2 di SEA Games 2019 sendiri terdiri dari dua babak, yaitu fase grup dan fase playoff. Indonesia berada di grup B bersama dengan Filipina, Laos, dan Myanmar.

Bertanding dalam format best-of-2 single round robin, Indonesia harus puas berada di peringkat bontot dengan perolehan berupa satu kali seri dan dua kali kalah. Indonesia berhasil menahan imbang Myanmar, namun kalah melawan Filipina dan Laos, masing-masing dengan skor 0-2. Akhirnya tim Indonesia terpaksa harus pulang lebih awal, di hari ketiga rangkaian pertandingan cabang esports SEA Games 2019, tanggal 7 Desember 2019.

Hearthstone

Jothree (kiri) bersama DouAhou (kanan). Sumber: Unipin Esports
Jothree (kiri) bersama DouAhou (kanan). Sumber: Unipin Esports

Cabang esports Hearthstone Indonesia diwakili oleh Hendry Koenarto Handisurya (Jothree). Menjadi salah satu jawara Hearthstone terkuat dari Indonesia, Jothree mendapat medali perak saat gelaran eksibisi esports di Asian Games 2018 lalu.

Pada SEA Games 2019, permainan Jothree sebenarnya cukup menjanjikan setelah berhasil lolos dari babak grup. Masuk di upper bracket Jothree harus menghadapi Werit Popan (Disdai), pemain asal Thailand. Merupakan lawan berat bagi Jothree, ia terpaksa menerima kekalahan 1-3 dan terpukul ke lower bracket. Takluk dengan skor tipis 2-3, Jothree dipaksa mengakhiri perjalanannya di SEA Games 2019 setelah kalah melawan Nguyen Hoang Long dari Vietnam.

Hari ini (9 Desember 2019), rangkaian pertandingan HearthStone untuk SEA Games 2019 sendiri telah usai dengan Malaysia sebagai peraih medali emas. Wakil Malaysia Yew Weng Kean (Wkyew) keluar menjadi juara setelah mengalahkan Werit Popan di babak final.

StarCraft II

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Cabang yang satu ini memang terbilang susah-susah-gampang bagi Indonesia, mengingat komunitas game ini yang tidak sebegitu besar di Indonesia. Namun demikian, Indonesia tetap mempersiapkan yang terbaik untuk cabang yang satu ini, salah satunya lewat tangan AKG Games yang memberangkatkan kontingen StarCraft II Indonesia ke Korea Selatan untuk berlatih.

Persiapan tersebut ternyata berbuah cukup manis, Emmanuel Enrique (QuanTel) berhasil lolos grup, walau kawannya Bondan Lukman (Deruziel) harus puas dengan perolehan 0-5. Lolos ke babak Playoff, Quantel harus berhadapan dengan wakil Malaysia, Kien Khun Yap (Ranger). Bertarung dengan format best-of-5 Quantel hanya berhasil merebut satu angka saja dari Ranger. Akhirnya cabang esports StarCraft harus pulang dengan tangan hampa setelah semua kontingennya tumbang.

Perebutan medali emas StarCraft II di SEA Games 2019 akan dilakukan esok hari, 10 Desember 2019, mempertemukan Filipina dengan Singapura di babak Grand Final dengan format best-of-7.

Arena of Valor

Sumber: IESPA - Edit: Akbar Priono
Kontingen AOV Indonesia untuk cabang esports SEA Games 2019. bersama sang pelatih (pojok kanan). Sumber: IESPA – Edit: Akbar Priono

Selain MLBB, potensi Indonesia mendapat medali di cabang esports SEA Games 2019 ini sebenarnya adalah lewat cabang Arena of Valor. Salah satu penyebabnya adalah karena cabang ini diwakili oleh EVOS AOV. Menjadi tim terkuat di Indonesia selama tiga kali berturut-turut, reputasi tim ini jadi semakin baik setelah melihat perolehan positif yang mereka dapatkan selama gelaran AIC 2019.

Benar saja, EVOS AOV memberikan hasil yang cukup positif saat berada di fase grup. Berada di grup B bersama dengan Laos, Malaysia, dan Singapore, Indonesia dipaksa melalui babak Tiebreaker setelah perolehan poin Indonesia, Malaysia, dan Laos sama-sama 5 poin.

Setelah berhasil lolos, Indonesia sebenarnya sudah tampil cukup menjanjikan dari babak upper bracket. Satria Adi Wiratama (Wiraww) dan kawan-kawan berhasil maju ke babak Grand Final setelah mengalahkan salah satu regional terkuat di peta dunia kompetitif AOV, Thailand.

Pada babak Grand Final, Indonesia harus mengulang pertemuannya dengan Thailand. Sayangnya, satu yang tidak terulang di sana adalah kemenangan Indonesia. Bertanding dalam format best-of-5, Indonesia ditundukkan oleh Thailand dengan skor sapu bersih 0-3. Dengan ini maka Indonesia harus puas menerima medali perak di cabang esports AOV SEA Games 2019.


Sejauh ini, Indonesia sudah mengumpulkan dua medali perak di cabang esports SEA Games 2019. Masih ada satu cabang lagi yang belum bertanding, yaitu Tekken 7. Mari kita doakan agar Indonesia yang diwakili oleh Muhammad Andriansyah (Meat) bisa mendapatkan hasil yang terbaik.

Chikurin Juarai TWT Finals 2019 Setelah Pukul Rata Pemain Korea Selatan

Tekken World Tour 2019 Finals (TWT Finals 2019) sudah selesai digelar. Digelar pada tanggal 7 dan 8 Desember 2019 kemarin, para petarung dari berbagai belahan dunia diuji kemampuan dan ketahanannya di sini. Setelah beberapa pertarungan sengit antar pemain, Yuta “Chikurin” Take akhirnya keluar sebagai juara, setelah mengalahkan Soo-Hoon “Ulsan” Lim 3-0 di babak Grand Final.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, gelaran TWT Finals 2019 menyajikan baku hantam digital kelas tinggi yang selalu sengit nan indah untuk dilihat. Pergulatan sengit ini bahkan sudah terjadi sedari babak grup TWT Finals 2019. Menariknya, pemain-pemain Pakistan yang belakangan kerap menjadi sorotan mata komunitas Tekken 7 internasional, malah tak ada yang berhasil lolos ke babak Top 8. Pemain seperti Arslan Ash atau Awais Honey yang terbilang sebagai Dewa Tekken baru asal Pakistan, tumbang pada fase grup. Momen tumbangnya Awais Honey jadi satu pertarungan yang wajib disimak. Ketika itu, Awais “Awais Honey” Ifthikhar harus menghadapi Sun-woong “LowHigh” Yoon di Bracket 4.

LowHigh bermain dengan sabar nan cerdik dalam pertandingan ini. Menggunakan Shaheen, ia berusaha sebisa mungkin menjaga jarak dari gerakan-gerakan berbahaya milik Akuma dari Awais Honey. Tapi bukan berarti LowHigh tak pernah ceroboh. Ia sempat beberapa kali salah langkah, yang membuat set pertandingan ini jadi 1-1. Sampai akhirnya pada pertarungan penentuan, LowHigh melakukan Rage Art seraya mengkalkukasi damage serangan Awais secara presisi. Tak lagi berdaya, Awais Honey akhirnya harus terima kekalahan lawan LowHigh di Bracket 4.

Kembali ke babak Grand Final, pertarungan antara Chikurin melawan Ulsan sebetulnya tak kalah sengit, walau Chikurin berhasil melakukan sapu bersih 3-0. Chikurin, dengan menggunakan Akuma, sebenarnya cukup kewalahan menghadapi Kazumi dari Ulsan. Ulsan memang bisa mendapatkan ronde pertama set pertama, tapi sayangnya dia jadi tidak konsisten setelahnya.

Padahal, Ulsan harus melakukan bracket reset terlebih dahulu, karena datang dari lower bracket. Setelah Chikurin memenangkan 2 set, momentum malah berbalik ke arah Ulsan. Dia berhasil menangkan dua ronde, dengan satu momen menegangkan ketika Ulsan melakukan whiff punish terhadap Gokuhado dari Chikurin dengan menggunakan Rage Drive. Kemenangan ini harusnya jadi kesempatan bagi Ulsan untuk mencuri satu set, tapi sayangnya Chikurin bangkit lagi setelah momen tersebut dan mendapatkan dua ronde berikutnya.

Kini tersisa ronde 5 pada set kedua, momen yang disebut oleh para caster sebagai the final, final round. Menjadi penentuan bagi keduanya, Chikurin segera melakukan tekanan. Mendapat satu celah, Chikurin segera melakukan satu gerakan combo yang membuat Ulsan jadi sekarang. Setelah Chikurin berhasil menebak serangan bawah milik Ulsan, ia segera melakukan punish yang langsung membuat Chikurin menjadi juara dunia Tekken 7 tahun 2019 ini.

Dengan ini, berikut hasil Top 4 TWT Finals 2019:

  • 1st Chikurin – $75,000 (sekitar Rp1 miliar)
  • 2nd Ulsan – $50,000 (sekitar Rp700 juta)
  • 3rd Knee – $37,500 (sekitar Rp525 juta)
  • 4th Anakin – $25,000 (sekitar Rp350 juta)

Kemenangan ini kembali mengukir cerita unik di dalam dunia kompetitif Tekken 7. Hal ini mengingat posisi Chikurin yang terbilang sebagai kuda hitam di TWT Finals 2019. Sepanjang musim kompetisi 2019, Chikurin cukup jarang mendapat prestasi yang cemerlang. Sempat jadi juara di gelaran ROXnRoll Korea 2019, dan Summer Jam 13, namun sisanya ia hanya berhasil mendapatkan posisi top 8 saja.

https://twitter.com/BNEesports/status/1203705068177874944

Momen kemenangan Chikurin ini juga jadi momen yang berarti bagi komunitas Tekken 7 Jepang di ajang internasional. Seakan jadi kebanggaan bagi komunitas Tekken 7 Jepang, Chikurin disambut dengan pelukan dan ucapan selamat dari berbagai pemain asal Jepang yang sontak maju ke atas panggung setelah momen kemenangannya melawan Ulsan.

Selesainya TWT Finals 2019 berarti juga jadi akhir dari musim kompetisi Tekken 7 tahun 2019. Akankah muncul kejutan baru di tahun mendatang? Akankah para komunitas Tekken 7 Jepang mendominasi di tahun mendatang?

 

Jadwal Esports SEA Games 2019 Dibuka Dengan Pertandingan Cabang MLBB

Cabang Esports SEA Games 2019 sudah akan dimulai. Sebelumnya kita sudah sempat membahas bersama soal potensi timnas esports Indonesia untuk SEA Games 2019. Dari semua yang harus dihadapi, Filipina selaku tuan rumah memang masih jadi salah satu yang terberat.

Tetapi selain dari itu, dari cabang Tekken 7 kita juga bisa melihat bahwa Thailand punya pemain dengan jam terbang yang cukup tinggi. Nopparut “Book” Hempamorn salah satunya, pemain yang sudah malang melintang di dunia Tekken, bahkan sempat mengalahkan jago Tekken Korea Selatan, Knee, di gelaran Thaiger Uppercut 2018.

Kendati demikian, harapan untuk kontingen Indonesia tetaplah agar bisa mendapatkan hasil yang terbaik. Beban moral terberat mungkin ada di kontingen MLBB. Setelah tim EVOS Esports menjadi juara dunia lewat gelaran M1, semua mata memandang Donkey dan kawan-kawan yang mewakili Indonesia di esports MLBB SEA Games 2019. “Saya pribadi juga percaya diri akan dapat medali dari MLBB. Tapi saya dan kontingen berusaha untuk tetap fokus pada tujuan, membawa nama baik Indonesia, dan tidak overconfident.” Ucap Jeremy “Tibold” Yulianto pelatih kontingen MLBB tempo hari.

Pertandingan esports SEA Games 2019 akan berlangsung mulai tanggal 5 sampai 10 Desember 2019 mendatang. Berikut jadwal esports SEA Games 2019:

Mobile Legends: Bang Bang akan menjadi gelaran pembuka untuk hari pertama ini, dilanjut dengan StarCraft, dan HearthStone. Selain tiga cabang tersebut, Esports SEA Games 2019 juga mempertandingkan 3 cabang game lainnya, yaitu Dota 2, AOV, dan Tekken 7.

Selain cabang MLBB dan Tekken 7, potensi Indonesia dalam gelaran ini sebenernya terbilang cukup besar. Pada cabang StarCraft II, AKG Games bahkan memberangkatkan kontingennya ke Korea Selatan dengan salah satu jagoan StarCraft II, Jack “NoRegreT” Umpleby. Dari cabang AOV, tren performa EVOS juga sedang terbilang positif belakangan. Walau tidak jadi juara di gelaran AIC, tetapi hasil yang mereka dapatkan terbilang meningkat dari waktu ke waktu.

Dari sisi Dota, timnas Garuda Muda juga dibawa bootcamp selama dua hari di Filipina untuk berlatih dengan tim Evil Geniuses. Lalu dari sisi Hearthstone, Hendry “Jothree’ Handisurya sudah mempersiapkan diri dengan cukup maksimal, bahkan latihan sampai dengan 14 jam sehari. Tak hanya itu, Jothree juga sempat menorehkan hasil berupa medali perak saat mengikuti eksibisi esports ASIAN Games 2018.

Selain ditayangkan secara live-streaming, gelaran esports SEA Games 2019 juga tayang di televisi nasional, GTV. Jangan lupa saksikan dan dukung semua kontingen Indonesia di esports SEA Games 2019.

Melihat Potensi Indonesia Jelang Esports SEA Games 2019

Tinggal menghitung hari menuju pertandingan cabang Esports SEA Games 2019. Dipertandingkan mulai tanggal 5 sampai 10 Desember 2019 di Filoil Flying V Centre, San Juan, Metro Manila, cabang ini memperebutkan 6 medali dari 6 cabang yang dipertandingkan, yaitu Dota 2, StarCraft II, Hearthstone, Tekken 7, Arena of Valor, dan Mobile Legends: Bang Bang.

Persiapan Indonesia menghadapi SEA Games terbilang sudah cukup maksimal. Dari sisi Tekken 7, kontingen Indonesia sempat diberangkatkan ke gelaran REV Major Filipina untuk bertanding dengan jago Tekken dunia, seperti LowHigh, Knee, dan Awais Honey. Dari sisi Dota 2, tim Garuda Muda sempat bootcamp di Singapura selama dua hari untuk berlatih dengan tim Evil Geniuses. Kontingen StarCraft II juga tak mau kalah, diberangkatkan ke Korea Selatan oleh AKG Games untuk berlatih dengan Jake “NoRegreT” Umpleby.

Jika Indonesia sudah melakukan persiapan semaksimal mungkin, bagaimana dengan negara lain yang akan jadi penantang Indonesia di cabang Esports SEA Games 2019? Hampir semua negara peserta lain sudah mengumpulkan kontingen mereka masing-masing. Dari total 11 negara peserta SEA Games, hanya 9 negara saja yang mengirimkan kontingen mereka untuk esports SEA Games 2019, yaitu: Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Sementara itu, Brunei dan Timor Timur jadi dua negara yang tidak mengirimkan kontingen ke cabang esports SEA Games 2019.

Lebih lanjut, berikut daftar nama kontingen cabang esports dari 9 negara peserta SEA Games 2019:

 

Melihat daftar ini, Indonesia terbilang jadi salah satu negara dengan talenta esports paling lengkap bersama dengan Malaysia, Filipina, Vietnam, dan Singapura. Sementara tiga negara lain yaitu Kamboja, Laos, dan Myanmar, menjadi negara yang hanya mengirimkan kontingen untuk beberapa cabang esports saja.

Terkait potensi medali, Eddy Lim Ketua IESPA, turut memberikan komentarnya. “Potensi medali kita besar di Mobile Legends dan Hearthstone.” ucapnya. “Lawan berat tetap Filipina sang tuan rumah, tapi kemenangan kita di gelaran M1 kemarin membuat kita jadi lebih percaya diri mendapatkan medali di esports SEA Games 2019 lewat cabang MLBB.” lanjut Eddy Lim.

Jeremy “Tibold” Yulianto selaku pelatih kontingen MLBB juga turut memberikan komentarnya. “Jujur saya pribadi juga percaya diri akan dapat medali untuk MLBB. Tapi saya dan kontingan berusaha untuk tetap fokus pada tujuan, yaitu membawa nama baik Indonesia dan tidak overconfident.” ucapnya.

Selain dari itu, potensi medali lain di esports SEA Games 2019 sebenarnya juga datang dari cabang Tekken 7. Pada gelaran Test Event Esports SEA Games 2019, Muhammad “MEAT” Andriansyah berhasil mendapatkan medali perak setelah kalah di babak final oleh wakil Filipina.

Terkait ini saya juga menanyakan pendapat Bram Arman sebagai wakil dari komunitas, soal kompetisi yang akan dihadapi oleh MEAT di cabang esports SEA Games 2019 . “Memang Filipina dan Thailand masih jadi dua negara penantang terberat sih. Filipina punya Doujin dan AK, sementara Thailand punya Book dan ShinAkuma.” ucapnya.

Sumber: Liquidpedia
Book, wakil Thailand untuk cabang Tekken 7 di SEA Games esports 2019, merupakan pemain yang sudah punya jam terbang cukup tinggi di dunia kompetitif Tekken 7. Sumber: Liquidpedia

Doujin memang bisa dibilang penantang berat MEAT dalam kompetisi ini. Ia sempat membuat MEAT turun ke lower-bracket dalam pertandingan REV Major 2019 di Filipina. Nopparut “Book” Hempamorn dari Thailand juga tak bisa diremehkan. Namanya mungkin tidak sebesar seperti Knee atau JDCR, namun Book kerap berhasil membuktikan dirinya di kancah lokal atau regional SEA. Tercatat ia pernah menjadi juara Thaiger Uppercut 2018, bahkan mengalahkan Knee di babak Final gelaran tersebut. Ia juga pernah mendapat posisi top 8 di EVO Championship Series 2018 di Las Vegas, Amerika Serikat.

Cabang esports SEA Games 2019 akan mulai bertanding pada tanggal 5 sampai 10 Desember 2019 mendatang. Terlepas dari semua hal tersebut, mari kita doakan agar semua kontingen Indonesia di bisa mendapatkan hasil terbaik di cabang esports SEA Games 2019.

DRivals on Air Jadi Juara Hybrid Cup Series – Play on PC Tekken 7 Team Fight

Hybrid Cup Series – Play on PC edisi Tekken 7 Team Fight telah rampung dilaksanakan. Sabtu, 30 November 2019 kemarin jadi momen pembuktian tim-tim petarung King of Iron Fist Tournament daerah Jakarta dan sekitarnya. Setelah kompetisi antar-dojo yang sangatlah sengit, tim DRivals On Air akhirnya keluar sebagai juara.

Tak heran, DRivals On Air berisikan petarung terbaik dari salah satu komunitas Tekken 7 yang sedang berkembang pesat, DRivals. Tim ini berisikan Jovian “Cobus”, Javier “Ayase, Anthony “TJ” Jiang dan . Dua dari tiga pemain pada tim tersebut bahkan mengisi posisi 4 besar saat gelaran Tokopedia IENC 2019 Road to SEA Games 2019 yang diselenggarakan Juli 2019 lalu.

Namun demikian bukan hanya DRivals On Air saja yang merajai pertandingan. Sepanjang kompetisi, tim-tim dari komunitas DRivals bikin tim komunitas lain jadi kelimpungan. DRivals mengirimkan dua perwakilan lainnya dalam kompetisi ini yang bernama, DRivals Retard Brothers, dan DRivals NightCook.

Komunitas MYTH menjadi kontestan terberat DRivals. Memasuki babak top 4, MYTH Bitchy, yang adalah harapan terakhir tim MYTH, berusaha keras menundukkan menghadapi DRivals NightCook di lower bracket. Sayang, permainan Marduk dari DRivals.RTM ditambah Kazumi dari DRivals.Pricefield masih terlalu solid.

Akhirnya babak final menjadi ajang perkelahian antar-saudara, mempertemukan DRivals NightCook dengan DRivals On Air. Bertanding dalam seri best-of-5 DRivals NightCook sebenarnya beberapa kali berhasil menundukkan pemain dari DRivals On Air. Sayang, mereka hanya dapat menangkan 1 set pertandingan saja, sementara sisa 3 pertandingan lainnya langsung dilibas habis oleh TJ dan kawan-kawan.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Dengan ini, berikut top 3 dari Hybrid Cup Series  – Play on PC Tekken 7 Team Fight:

  1. DRivals On Air – TJ, Cobus, Ayase (Champion)
  2. DRivals NightCook – RTM, PriceField, Zwei (Runner-up)
  3. DRivals | Retard Brothers – Jackbosstin, NoDrop, Retardo (3rd Place)

Terkait kemenangannya, Jovian selaku anggota dari DRivals On Air yang juga merupakan ketua komunitas DRivals memberikan komentarnya. “Perasaan kita pastinya senang dan bangga dengan kemenangan kali ini, karena Hybrid Cup kali ini persaingannya sangat ketat. Menurut saya, 16 tim yang bertanding ini merupakan tim-tim yang terbaik di Jakarta dan sekitarnya.”

Ia juga memberikan sorotan terhadap format tim yang digunakan dalam Hybrid Cup Series kali ini. “Feeling-nya beda banget dengan turnamen format solo” ujar Jovian. “Dengan format tim, kita nggak cuma bermain, tapi  juga mengutamakan kerja sama lewat counter-pick character lawan dan juga harus mempersiapkan strategi urutan bertanding. Saya berharap, format ini bisa memunculkan tim-tim baru yang membuat persaingan Tekken jadi makin sengit. Semoga turnamen format seperti ini juga bisa rutin diadakan seperti MASTERCUP di Jepang.” tutup Jovian.

Dengan format baru ini, Wiku Baskoro Co-Founder Hybrid.co.id merasa cukup puas jika melihat jumlah peserat yang ikut bertanding. “Format ini juga membuat pertandingan jadi lebih sengit. Apalagi di babak awal, tim yang beranggotakan satu juara IENC harus berjuang cukup ketat.” Ujarnya.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Para peserta Hybrid Cup Series – Play on PC Tekken 7 Team Fight. Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

“Meski babak final berisikan tim yang sama, namun pertandingan antar tim tetap berjalan dengan sangat sengit dan kompetitif. Harapannya format tim seperti ini bisa membuat tim yang sudah ada jadi berlatih lebih giat, dan memicu kawan-kawan yang belum punya tim untuk hadir acara-acara gathering lalu membuat tim. Semoga dengan kehadiran Hybrid Cup Team Fight, komunitas Tekken terutama di Jabodetabek, bisa lebih ramai dan berkembang.” Wiku menutup komentarnya soal Hybrid Cup Series – Play on PC Tekken 7 Team Fight.

Selamat bagi tim DRivals on Air yang telah memenangkan pertandingan! Hybrid Cup Series – Play on PC terselenggara berkat para sponsor AMD dan Corsair, dengan didukung oleh Aerocool, ThunderX3, Tecware, Rapoo VPRO, ViewSonic, dan ASRock. Terima kasih juga kepada Advanced Guard dan DRivals selaku partner dalam gelaran Hybrid Cup Series – Play on PC Tekken 7 Team Fight.

Daftar Peserta Hybrid Cup Series – Play on PC Tekken 7 Team Fight

Sabtu, 30 November 2019 mendatang, Hybrid Cup Series – Play on PC akan kembali hadir. Kali ini, Tekken 7 kembali menjadi game yang dipilih untuk dipertandingkan, namun dengan sedikit perbedaan format. Mengusung tema Team Fight, Hybrid Cup Series – Play on PC ini mengharuskan peserta tergabung ke dalam satu tim yang berisikan 3 orang jika ingin turut bertanding.

“Harapannya format seperti ini bisa mewadahi tim-tim Tekken 7 yang ada di sekitar jabodetabek untuk saling bertanding, ketramplian, dan latihan mereka. Mudah-mudahan model ini bisa terus dijalankan dan siapa yang tahu, semoga saja ini nantinya bisa mengikuti model liga seperti yang dilakukan oleh Capcom untuk Street Fighter 5.” Ucap Wiku Baskoro Co-Founder Hybrid.co.id.

Bertempatkan di Hybrid Dojo, Kemang, Jakarta Selatan, Hybrid Cup Series – Play on PC Tekken 7 Team Fight mempertandingkan 16 tim yang berisikan pemain-pemain Tekken 7 ternama di Jakarta dan sekitarnya. Berikut mereka-mereka yang akan bertanding:

Sumber: Hybrid - Ajie Zata
Sumber: Hybrid – Ajie Zata
  1. Binomo – ShiiniChan, Ryphon, Aldoge
  2. D’BIJI’S – RipeDog, Zenex, Gazhilla
  3. UwU Sunflower – Ar’Fear, nafilo, JUST_FRS
  4. UwU Melancholy – Davai, Astha, Dipicu.ikan
  5. DRivals on Air – Antony, Javier, Jovian
  6. DRivals | Retard Brothers – DRivals | Jackbosstin.Hybrid, DRivals | NoDrop.Hybrid, DRivals | Retardo.Hybrid
  7. MYTH | Bitchy – RTG, CLAMP, K4NO
  8. MYTH | 3-some – Goro-Chan, Teddy, Z-Blay
  9. MYTH | SaltySquad – MYTH | Derulands , MYTH | Al-Fath , MYTH | Jinrei
  10. VALKYRIE – Adnairoon, Enkaanto , Arma
  11. CK – samsamsam, nEUtrAl, Steffan
  12. The Fallen Moon – Mr. Nice guy, Z4, Monly
  13. DRivals NightCook – RTM, PriceField, Zwei
  14. Styx – Vendread, yujinmitsu, sour
  15. BESOK REVISI – ZEONET, ARRANCAR, JUAN
  16. Hybrid Super Fun – Uncanny, Lotus, Yuhuuuw

Jangan khawatir jika Anda tidak sempat mendaftar, atau mungkin belum terlalu berani terjun berkompetisi, karena gelaran Hybrid Cup Series – Play on PC Tekken 7 Team Fight bersifat terbuka. Anda bisa mampir untuk menonton aksi penuh skill para petarung Tekken 7 . Selain itu, ada juga pameran kecil produk-produk dari Corsair, Techware, dan Elgato, serta diskon khusus gelaran Hybrid Cup.

Hybrid Cup Series – Play on PC terselenggara berkat dukungna sponsor AMD dan Corsair, dengan didukung oleh Aerocool, ThunderX3, Tecware, Rapoo VPRO, ViewSonic, dan ASRock. Apakah Anda sudah siap unjuk kemampuan tim Tekken 7 terbaik di Hybrid Cup Series – Play on PC Tekken 7 Team Fight?

Hybrid Cup Series – Play on PC Edisi Kedua Hadirkan Tekken 7 Team Fight

Setelah Hybrid Cup Series – Play on PC edisi pertama berjalan dengan sukses, kini kompetisi berlanjut masuk edisi kedua. Pada edisi pertama yang mempertandingkan FIFA 20, Kenny Prasetyo keluar menjadi pemenang setelah pertarungan sengit melawan jagoan-jagoan FIFA 20 Jakarta dan sekitarnya.

Edisi kedua Hybrid Cup Series – Play on PC mencoba mengulang kesuksesan Hybrid Cup perdana. Maka dari itu, Hybrid Cup Series – Play on PC kali ini hadir dengan kembali mempertandingkan Tekken 7, namun dengan sedikit perbedaan format.

“Hybrid Cup Tekken 7 Team Fight kali ini masih bagian dari kampanye Play on PC, yang menghadirkan turnamen komunitas dari berbagai game, salah satunya adalah Tekken 7. Tapi model yang dijalankan kali ini agak beda yaitu dengan format team.” Ucap Wiku Baskoro Co-Founder Hybrid.co.id.

Menggunakan format team fight

Format team fight terbilang cukup jarang dilakukan di dalam kompetisi fighting games, mengingat game ini punya kecenderungan untuk dikompetisikan secara individual. Namun, belakangan penyelenggara juga mulai mencoba menggunakan format ini di dalam kompetisi. Salah satu contohnya ada Street Fighter League, yang mempertandingkan Street Fighter 5 dengan menggunakan format team battle 3-on-3.

Wiku juga menyampaikan alasannya soal penggunaan format ini untuk Hybrid Cup Series – Play on PC. “Ide format tim sebenarnya sudah cukup lama terpikirkan. Idenya muncul karena Hybrid melihat pertumbuhan berbagai tim Tekken 7 di ranah lokal yang semakin pesat. Ide yang awalnya hanya ada di kepala saja akhirnya bisa terlaksana karena ide yang sama juga  muncul dari tim DRivals, tim Tekken 7 yang cukup aktif ikut kompetisi yang juga bekerja sama dengan Hybrid Dojo. Berangkat dari hal tersebut, ide akhirnya dihadirkan lewat kompetisi Tekken 7 Team Fight ini. Tentunya hal ini juga bisa terlaksana berkat dukungan sponsor AMD dan Corsair, dengan didukung oleh Aerocool, ThunderX3, Tecware, Rapoo VPRO, ViewSonic, dan ASRock.”.

Sumber: Hybrid - Ajie Zata
Sumber: Hybrid – Ajie Zata

Mengingat format yang cukup baru, bahkan di antara para komunitas sekalipun, format team fight Tekken 7 di Hybrid Cup Series – Play on PC hadir dengan cukup sederhana. Pertama, satu tim hanya boleh mengirimkan maksimal 3 kontingen. Setiap kontingen diisi oleh 3 pemain. Masing-masing tim lalu ditandingkan, dan tim yang bisa mengalahkan seluruh pemain tim lawan akan menjadi pemenang.

Pertandingan antar tim akan berjalan dengan format best-of-3, yang mana tim baru bisa dianggap menang jika mereka bisa mengalahkan setidaknya 2 dari 3 pemain tim yang dilawan. Sementara itu masing-masing pemain akan bertanding dengan format best-of-1. Babak Semifinal dan Final akan hadir sedikit beda, dengan format best-of-5 untuk pertandingan tim.

“Harapannya format seperti ini bisa mewadahi tim-tim Tekken 7 yang ada di sekitar jabodetabek untuk saling bertanding, ketramplian, dan latihan mereka. Mudah-mudahan model ini bisa terus dijalankan dan siapa yang tahu, semoga saja ini nantinya bisa mengikuti model liga seperti yang dilakukan oleh Capcom untuk Street Fighter 5.” Ujar Wiku.

Keseruan Hybrid Cup hari pertama. Myth | Link (kanan) salah satu peserta asal Bogor yang tampil menjanjikan di kompetisi ini. Dokumentasi Hybrid - Ajie Zata
Keseruan hari pertama Hybrid Cup edisi perdana. Myth | Link (kanan) salah satu peserta asal Bogor yang tampil menjanjikan dalam kompetisi ini. Dokumentasi Hybrid – Ajie Zata

“Format ini juga diharapkan bisa mendorong para pemain Tekken 7 untuk membentuk tim dan bergabung dengan komunitas di area masing-masing. Tujuannya tentu saja agar bisa semakin mengembangkan komunitas, agar Tekken 7 bisa semakin populer dan dilirik oleh pelaku esports, baik EO, brand atau media. Semoga saja dengan Hybrid Cup untuk game Tekken 7 yang diadakan secara rutin, bisa menjadi salah satu dukungan untuk menghadirkan lebih banyak atlit Tekken 7 berkualitas di Indonesia.” Wiku melanjutkan pandangannya soal format tim untuk Hybrid Cup Series – Play on PC Tekken 7 Team Fight.

Hybrid Cup Series – Play on PC Tekken 7 akan diselenggarakan Sabtu, 30 November 2019 mendatang di Hybrid Dojo, Kemang, Jakarta Selatan. Jangan bagi Anda penggemar game fighting untuk hadir dan menonton keseruan pertarungan Tekken 7 dengan format tim. Memperebutkan total Rp3 juta, hadiah akan dibagikan mulai dari peringkat 1 sampai peringkat 8 Hybrid Cup  – Play on PC Tekken 7. Daftarkan tim Anda pada tautan berikut ini, dan unjukkan kemampuan terbaik tim Tekken 7 Anda!