When UX Fails: The Multiply Case

Last year, when Multiply decided to leave the social world by closing down its social network platform, I wrote an article outlining what I observed about Multiply. I was actually a casual user, and since I began with UX it’s one of my favorite destinations for observing Indonesian Web 2.0 users.

Continue reading When UX Fails: The Multiply Case

Everybody Wants To Fix Email But It’s Not Really Broken

Do you use email? If you do, how often do you use email and what for? These days, emails act primarily as an identity provider to sign up to online services, a bit like having mobile phone numbers. Millions of people still communicate via email, and in fact it has become accepted as a formal communication method in lieu of printed methods but there are those who want email changed or want to skip emails entirely. There is a race to inbox zero and people proudly declare when their email inboxes are empty as if it’s an achievement.
Continue reading Everybody Wants To Fix Email But It’s Not Really Broken

UX Design is Not a One Man Show

In the last few months, I saw heaps of job vacancies with “UX” on their titles, both in Indonesia and abroad. Surely I am glad to see more and more companies are interested in UX and aware about potentials of UX to their businesses. However, I was astonished to find out how companies regard UX as the work of one person, not a team.

Continue reading UX Design is Not a One Man Show

UX Advice For Startups

I totally understand startup founders usually take steps too fast because of the excitement during the initiation phase. Let’s take it slow, take a deep breath, and focus yourself and evaluate every single aspect of your project. You don’t need to have any knowledge about user experience (UX) or usability to understand this article. Here I’m just trying to remind you on some basic things about UX that are pretty crucial for your project. So here are the things that you should pay attention to for your startup project.

Continue reading UX Advice For Startups

[Guest Post] Apakah Multiply Meninggalkan Unsur Sosial?

Hanya terpaut satu tahun ketika saya menuliskan tentang dua faktor yang membuat aplikasi berbasis internet bisa sukses di Indonesia: mobile dan sosial. Multiply, sebuah layanan jejaring sosial, mendirikan kantor Asia Tenggara (SEA) di Jakarta tahun lalu, setelah mengubah arahan perusahaan mereka ke bisnis e-commerce. Langkah ini menjadikan Multiply sebagai situs jejaring sosial yang unik: “Sharing & Shopping with your Friends” (seperti yang tertulis di halaman muka situsnya).

Continue reading [Guest Post] Apakah Multiply Meninggalkan Unsur Sosial?

[Guest Post] Is Multiply Leaving the Social?

It was only last year that I wrote here about two factors for successful internet-based applications in Indonesia: mobile and social. Multiply, a social networking service, established its South East Asia office in Jakarta last year, after their move towards e-commerce business. This move caused Multiply to be a unique social networking site: “Sharing & Shopping with your Friends” (as written on its homepage).

Continue reading [Guest Post] Is Multiply Leaving the Social?

Information Architecture: Perkenalan

Definisi IA oleh Peter Morville, Louis Rosenfeld dari buku Information Architecture for the WWW

Artikel tentang UX ini berdasarkan pertanyaan seorang pembaca di artikel terdahulu tentang bedanya UX pada website statis dan website interaktif. Jawabannya terletak pada IA (Information Architecture).

IA tumbuh karena keberadaan World Wide Web (WWW), terutama sejak Web 2.0 mulai marak. Saat ini, banyak situs web yang merupakan Web 2.0, di mana pengguna ikut menciptakan isi dari situs tersebut, misalnya situs blog, video sharing, dan media sosial. IA yang baik tentu saja meningkatkan usability sebuah situs web.

Selanjutnya, IA menjadi salah satu dari komponen UX yang penting dalam produk situs web. Sebuah situs web hendaknya memprioritaskan bagaimana pengguna mencari informasi yang dibutuhkannya, berupa jawaban atas pertanyaan pengguna, bukan sekedar data.

Continue reading Information Architecture: Perkenalan

Meng-UX-kan Diri Kita

Anda seorang pengembang teknologi yang ingin mempelajari UX? Tidak tahu mulai dari mana, sementara Anda harus terjun langsung menghadapi produk-produk teknologi yang sedang Anda kembangkan? Berikut ini sedikit tips dari pengalaman saya.

1. Mulai dari Empati

Sebagai penggemar gadget, ada kalanya kita cukup canggih dalam mengoperasikan produk-produk teknologi, sehingga tidak sadar kalau pengguna lain tidak sebaik kita. Dengan mudah muncul kata “gaptek” yang mengesankan bahwa mereka yang kesulitan mengoperasikan produk-produk teknologi adalah orang-orang bodoh. Padahal, bisa jadi mereka merupakan mayoritas.

Kita bisa memulai dari pertanyaan-pertanyaan sederhana terhadap mereka yang mengaku gaptek terhadap produk tertentu. Mintalah mereka menggunakan produk itu di depan Anda sambil menunjukkan apa yang menjadi kesulitannya atau apa salah persepsi mereka terhadap suatu fungsi / moda interaksi.

Continue reading Meng-UX-kan Diri Kita

UX dalam Situs Berita: Detik dan Kompas

Ketika mengakses suatu situs online, pada awalnya pengguna akan dihadapkan pada tampilan awal “above the fold” sebelum melakukan scrolling ke bawah. Tampilan awal inilah tempat di mana sebaiknya pembuat situs meletakkan bagian-bagian yang dianggap penting oleh para pengguna.

Mari kita lihat contoh dengan melihat tampilan awal (untuk resolusi layar 1680×1050) dua situs berita: Detik dan Kompas. Penggunaan warna keduanya sudah cukup baik, karena tidak menggunakan terlalu banyak jenis warna untuk membedakan komponen-komponennya (dominan biru dan putih saja).

Continue reading UX dalam Situs Berita: Detik dan Kompas

Yang Terlewat: Bahasa

Menakjubkan. Sebuah video di Youtube yang sudah beredar di Facebook tahun lalu, tiba-tiba tahun ini beredar lagi dan sampai membanjiri tiga situs media sosial yang saya ikuti. Video itu tampaknya diunduh oleh seseorang atau institusi di Indonesia yang kemudian menambah subtitle bahasa Indonesia. Hasilnya? Viral.

Mengapa? Karena pemahaman. Tanpa bahasa yang sesuai, tak mungkin suatu informasi menjadi menarik. Apalagi informasi yang mengandung unsur emosi seperti video tersebut. Di sini emosi menciptakan pengalaman dalam penggunaan produk: User eXperience.

Saat ini, pengguna internet di Indonesia bukan lagi orang-orang berpendidikan tinggi saja. Akses internet yang mudah tanpa perlu kepemilikan komputer pun memungkinkan siapapun mengaksesnya. Apalagi di era Web 2.0 ini, di mana pengguna ikut menciptakan pengalaman bagi pengguna lain, situs-situs berbahasa Indonesialah yang populer. Detik contohnya, adalah situs berita pertama yang memungkinkan pembaca berkomentar di situ. Lalu Kompasiana, menyediakan wadah bagi pembaca untuk menayangkan beritanya sendiri.

Continue reading Yang Terlewat: Bahasa