Hands-on Vivo X21 UD, Smartphone dengan Fingerprint Sensor di Dalam Layar

Selain Vivo V9, perusahaan asal China ini masih menyimpan smartphone mid-range desain notch atau layar berponi seperti iPhone X dengan spesifikasi lebih baik dibanding V9 yakni Vivo seri X21.

Sebagai pembanding, V9 di Indonesia hanya ditenagai chipset Snapdragon 450. Sedangkan X21 dibekali dapur pacu yang jauh lebih mumpuni yakni Snapdragon 660.

Ada dua varian yang tersedia yakni X21 reguler dan X21 Under Display (UD) dengan inovasi pemindai sidik jari di dalam layar bekerjasama dengan Synaptics.

Beruntung saya berkesempatan untuk mencoba Vivo X21 UD secara langsung, meski singkat inilah hands-on Vivo X21 UD dan kesan pertama yang saya dapatkan.

Menjajal In-Display Fingerprint Scanner
Hands-on-Vivo-X21-UD-8
Vivo pertama kali memperkenalkan konsep pemindai sidik jari di dalam layar atau In-Display Fingerprint Scanner pada MWC tahun 2017 lalu. Kemudian Vivo mewujudkannya dalam smartphone yang dijual di pasaran yakni seri X20 Plus Under Display dan X21 Under Display.

Berbeda yang diterapkan di Apex Concept yang mencapai setengah layar dan ekspektasi saya yang bahkan di seluruh layar.

Ternyata pemindai sidik jari yang digunakan dalam X21 Under Display hanya di lokasi tertentu yakni di layar bagian bawah. Sedangkan X21 reguler, fingerprint sensor terletak di bagian belakang.

Saat mencobanya, proses pendaftaran sidik jari sama seperti biasa, tekan sensor yang berupa ikon sidik jari pada bagian depan smartphone. Setelah merasa sedikit getaran, ikon tersebut akan bersinar lebih terang, lalu angkat dan kemudian tekan jari Anda ke ikon itu lagi.

Harus diakui memang terasa sangat keren dan memberi pengalaman pengguna yang lebih baik. Namun dari segi kenyamanan, sekali lagi Anda harus beradaptasi bagi yang sudah terbiasa dengan pemindai sidik jari di bagian belakang.

Hands-on Vivo X21 UD


Dari sisi desain, secara garis besar Vivo seri X21 UD berbagi desain yang identik dengan V9. Hanya saja lebih tipis dengan ketebalan 7,4mm, bingkai aluminum, dan bagian punggung punya build quality yang lebih baik – terasa lebih kaca tapi material dasar sebenarnya ialah plastik.

Beralih ke spesifikasinya, X21 UD jauh lebih baik dibanding V9, mengusung layar FullView berjenis Super AMOLED, ukuran 6,28 inci Full HD+, aspek rasio 19:9, dan notch yang menempel di dahi smartphone.

Di sektor fotografi, kamera X21 lebih bisa diandalkan dibanding V9. Dengan konfigurasi dual camera, lensa utama 12MP (f/1.8, 1/2.5″, 1.4µm, Dual Pixel PDAF) dan lensa sekunder 5MP (f/2.4), didukung teknologi phase detection autofocus dan LED flash. Sementara, kamera depannya 12 MP dengan aperture f/2.0.

Dapur pacunya juga lebih bertenaga, smartphone Android 8.0 Oreo dengan sentuhan Funtouch OS 4.0 menggunakan Snapdragon 660 ditopang RAM 6GB, memori internal 128GB, dan baterai 3.200 mAh.

Snapdragon 660 merupakan SoC yang menonjolkan kinerja CPU dan berada dalam posisi teratas di anggota high-tier Snapdragon 600 series. Seperti Snapdragon 636 yang ada pada hati Asus Zenfone Max Pro M1, Asus Zenfone 5, dan Xiaomi Redmi Note 5, Snapdragon 660 menggunakan arsitektur core Kyro 260, namun dengan clock lebih kencang hingga 2,2 GHz.

Estimasi Harga Vivo X21 UD di Indonesia


Pihak Vivo memang belum memastikan kehadiran seri X21 di Tanah Air, mereka mengatakan bahwa dibanding Apex, X21 punya peluang lebih besar masuk Indonesia. Namun tentu saja, harus melalui riset konsumen terlebih dahulu dan bila masuk pun akan menjadi ‘limited edition‘ dengan stok terbatas.

Melihat sengitnya persaingan pasar smartphone di Indonesia dan harga dari para kompetitornya, menurut saya harga yang pantas untuk Vivo X21 reguler tak lebih dari Rp5 juta. Sementara, Vivo X21 Under Display pantas berkisar Rp5-6 juta.

Sebagai smartphone dengan spesifikasi kelas menengah, batasan sampai 6,5 juta, karena di harga tersebut sudah ada Nokia 8 dengan chipset Snapdragon 835 bahkan Asus Zenfone 5Z dengan chipset Snapdragon 845 paling mutakhir saat ini dari Qualcomm.

Hands-on Smartphone Vivo Apex Concept, Bezel-less yang Sebenarnya dengan In-Display Fingerprint

Beberapa waktu lalu Vivo Indonesia mengundang para awak media untuk buka puasa bersama di Sulawesi Restaurant – Mega Kuningan Jakarta.

Nah yang membuat saya begitu antusias adalah karena acara tersebut tak hanya ajang untuk memperkuat silaturahmi saja tapi Vivo juga memamerkan inovasi teknologi terbaru pada smartphone miliknya.

Ya, apalagi kalau bukan smartphone dengan pemindai sidik jari di dalam layar – Vivo X21 Under Display dan smartphone konsep Vivo Apex yang benar-benar nyaris tanpa bezel.

hands-on-smartphone-vivo-apex-concept-15

Perlu saya garis bawahi, Vivo hanya ‘mempertunjukkan’ dan keduanya belum tentu dipasarkan ke Indonesia. Pihak Vivo telah mengatakan bahwa kemungkinannya kecil, terutama Vivo Apex.

Meski begitu, bisa menjajal inovasi teknologi canggih rasanya begitu menyenangkan. Saya memutuskan untuk datang ke kantor Vivo keesokan harinya untuk mengulik lebih jauh.

Baiklah, saya akan memulai dari hands-on Apex concept smartphone. Hands-on Vivo X21 Under Display akan saya buat terpisah.

Desain Vivo Apex

Pandangan pertama melihat tampilan layar penuh Vivo Apex memang sangat mengesankan. Bagaimana tidak, bezel samping kanan dan kiri, serta dahinya sangat tipis, ukurannya hanya 1,8mm. Sementara, bagian dagunya berukuran 4,3mm.

Vivo pun mengklaim bahwa rasio screen-to-body Apex mencapai 98 persen. Layarnya sendiri berjenis OLED dengan ukuran 5,99 inci, resolusi full HD+, dan aspek rasio 18:9.

Hasilnya dimensi Vivo Apex terlihat begitu compact, tidak terasa penuh di tangan. Desainnya sendiri terbuat dari material kaca depan belakang dan bingkai logam.

Namun desain yang terkesan sangat kotak tanpa lekukan di tiap-tiap sudutnya memang sangat tidak ergonomis saat digenggam.

hands-on-smartphone-vivo-apex-concept-14

Lalu, kemana beberapa sensor dan kamera depan yang biasa menghiasi bagian atas? Sensor jarak dan cahaya tertanam di bawah layar, sementara kamera selfie tersembunyi dan akan muncul bila saat Anda mengambil foto selfie.

Kamera depannya masih 8-megapixel dan ketika pop up hanya butuh waktu 0,8 detik tapi bunyinya masih terasa agak kasar.

Fitur dan Spesifikasi Vivo Apex

Prototype smartphone Vivo Apex ini telah menggunakan chipset Qualcomm teranyar Snapdragon 845 dengan RAM 6GB dan menggunakan port USB Type-C, spesifikasinya memang sudah seharusnya begitu.

Selain itu, salah satu fitur yang paling futuristik adalah ‘half-screen in-display fingerprint scanning technology‘, di mana kita dapat menyentuh area manapun di separuh bawah layar untuk pemindaian sidik jari, memungkinkan pengalaman yang lebih fleksibel dan intuitif.

Saya sudah mencobanya, proses unlock-nya sangat cepat tapi keamanan masih dipertanyakan. Karena ketika saya mendaftarkan sidik jari saya dan dilanjutkan sidik jari orang lain, keduanya terbaca padahal hanya satu yang didaaftarkan. Tapi hal itu bisa dimaklumi, mengingat unit tersebut masih berupa prototype.

Ada juga fitur pemindaian dual-fingerprint yang membawa level keamanan terbaru, di mana membutuhkan dua orang untuk melakukan otentikasi secara bersamaan. Baik itu teman, pasangan, atau keluarga – fitur ini membantu melindungi data milik kedua pengguna.

hands-on-smartphone-vivo-apex-concept-10

Kabarnya Vivo Apex bakal diproduksi massal pada bulan Juni 2018, spesifikasi dan desainnya tentu bisa saja mengalami perubahan. Tapi yang pasti, sangat kecil kemungkinannya masuk Indonesia.

Namun bila Vivo Apex masuk ke tanah air, maka saya yakin perhatian masyarakat pada brand Vivo semakin tinggi, naik kelas yang mungkin sebanding dengan Samsung, LG, ataupun Apple bahkan Nokia – mereka semua punya perangkat flagship yang ditawarkan dan kapan Vivo?

Vivo Memperkenalkan Teknologi Super HDR dengan Kecerdasan Buatan

Belakangan ini Vivo tampak makin gencar memamerkan sejumlah inovasi teknologi pada smartphone. Sebelumnya mereka telah memperkenalkan Vivo X20 Plus UD dengan pemindai sidik jari di bawah layar. Kemudian konsep smartphone Vivo Apex yang benar-benar nyaris tanpa bezel dengan kamera depan tersembunyi.

Kini pabrikan ponsel asal Tiongkok tersebut kembali unjuk gigi, mereka memperkenalkan teknologi ‘Super HDR’ untuk menghasilkan foto HDR yang natural dan tidak ‘lebay’. Serta, dapat menangkap lebih banyak detail dalam kondisi apapun.

Tidak seperti HDR biasa yang menggabungkan hanya 3 sampai 5 foto, Super HDR menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam prosesnya dengan menangkap 12 foto yang diambil sekali jepret dan menyatukannya.

Ada 6 keunggulan Super HDR dibandingkan dengan teknologi HDR yang sudah ada, yaitu:

  • Highly adaptable. Super HDR dapat memastikan foto sempurna dengan kondisi pencahayan yang luas (nilai exposure value hingga 14). Detil seperti bebatuan, rumput, pegunungan, dan awan terlihat jelas dengan hasil kontras tinggi.
  • Accurate and smart exposure selection:  Dengan 12 frame, Super HDR memiliki lebih banyak pilihan pencahayaan untuk mengekspos seluruh bagian foto dengan benar.
  • Intelligent identification: Setiap bagian foto dapat diidentifikasi dan diisolasi untuk diproses guna memastikan foto kompleks sekalipun disempurnakan. AI dapat sempurna mengindetifikasi dan mengekspor bentuk unik dari batuan, lumut, ombak, dan awan.
  • Natural: Foto terlihat natural dengan mengatur dan mengoptimalkan bagian highlight dan bayangan dari tangkapan. Keindahannya dibuat senatural mungkin sesuai dengan pemandangan aslinya yang terlihat oleh mata manusia.
  • Perfectly lit portraits: Super HDR juga akan membantu menghasilkan foto dengan efek bokeh yang lebih baik dengan memprioritaskan penerangan terbaik untuk subjek yang berada di dalam foto.

Teknologi Super HDR ini kemungkinan akan memulai debutnya di Vivo Apex yang diperkirakan menjalani produksi massal mulai pertengahan tahun ini.

Sumber: PhoneArena

Nyaris Tidak Ber-Bezel, Smartphone Konsep Vivo Apex Pamerkan Sejumlah Teknologi Inovatif

Di event CES bulan lalu, Vivo sempat mencuri perhatian lewat sebuah smartphone yang mengemas sensor sidik jari di dalam layar. Tidak lama setelahnya, Vivo langsung melepasnya ke pasar Tiongkok sebagai X20 Plus UD. Spesifikasinya memang bukan yang terbaik, tapi setidaknya ponsel ini berhasil mewujudkan visi industri yang terbentuk sejak beberapa tahun silam.

Dari situ Vivo terus mengembangkan ide-idenya, sampai akhirnya lahir sebuah smartphone konsep bernama Vivo Apex, yang dipamerkan baru-baru ini pada ajang MWC 2018. Fitur andalan Apex dideskripsikan Vivo sebagai “Half-Screen In-Display Fingerprint Scanning Technology”.

Ini merupakan kelanjutan dari teknologi sensor sidik jari dalam layar yang diperkenalkan X20 Plus UD. Kalau di X20 Plus UD pengguna harus menempatkan jarinya di atas satu titik pada layar, di Apex areanya jauh lebih besar. Tidak benar-benar separuh layar seperti klaim Vivo, tapi mungkin sepertiga kalau menurut reporter The Verge yang mencobanya.

Terlepas dari itu, area yang lebih besar jelas bakal lebih memudahkan bagi pengguna. Yang tadinya hanya berupa satu penampang kecil di bawah layar, di tombol power, atau di belakang kini telah berevolusi menjadi sepertiga area bawah layar. Andai diperlukan proteksi ekstra, pengguna juga bisa membuka ponsel menggunakan dua jari sekaligus.

Vivo Apex

Daya tarik Apex rupanya belum berhenti sampai di situ saja. Penampilannya sungguh menawan dengan bezel bagian atas, kiri dan kanan yang nyaris tidak terlihat, dan hanya menyisakan secuil bezel saja di bagian bawah. Sepintas desainnya tampak mirip seperti Xiaomi Mi Mix, dan insting kita bakal berpikir bahwa kamera depannya juga diposisikan di bezel bagian bawah tersebut.

Dugaan kita salah. Vivo dengan cerdiknya menyembunyikan kamera depan ini di belakang layar, yang akan muncul dari bagian atas layaknya periskop ketika dibutuhkan – kurang lebih mirip seperti yang diterapkan pada laptop Huawei MateBook X Pro yang juga diumumkan baru-baru ini. Langkah yang diambil Vivo ini sejatinya bisa menjadi solusi atas notch kontroversial milik iPhone X dan angle kamera yang jelek semisal posisinya di bawah layar.

Vivo Apex

Kamera depan bukan satu-satunya komponen yang ‘hilang’ dari wajah Apex, earpiece speaker pun juga. Sebagai gantinya, Apex bakal menggetarkan seluruh layarnya agar bisa bertindak seperti speaker. Cara ini berbeda dari Xiaomi Mi Mix yang mengandalkan teknik piezoelektrik, yang cara kerjanya kurang lebih sama seperti teknologi bone conduction.

Semua ini terdengar begitu menarik, tapi sayangnya Vivo tidak punya rencana untuk memasarkan Apex. Mereka menegaskan bahwa Apex murni sebatas konsep saja. Kendati demikian, ini tidak menutup kemungkinan bagi mereka untuk menerapkan setidaknya satu ide yang diusung Apex ke salah satu produk mereka selanjutnya, utamanya sensor sidik jari pada sepertiga area layar itu tadi.

Sumber: The Verge.