[Hands-on] Vivo APEX 2019, Smartphone Konseptual Tanpa Tombol Fisik dan Lubang

Masih ingat dengan Vivo APEX pertama? Produk konseptual tersebut memamerkan cikal bakal fitur Pop Up Camera dan Screen Touch ID yang akhirnya berhasil diimplementasikan ke V series dan NEX series.

Saat ini Vivo sudah memiliki APEX generasi kedua yang disebut APEX 2019. Berbeda dengan APEX pertama, APEX 2019 berfokus pada ‘display‘ dan ‘design‘ yang sekaligus merepresentasikan akan seperti ini smartphone di masa mendatang berdasarkan riset dari R&D Vivo.

Vivo-APEX-2019-4

APEX sendiri adalah singkatan dari All Prototype Experience, bukan produk massal dan tidak dijual. Ada tiga kunci pada APEX 2019, yaitu Super Unibody Design, Full-Display Fingerprint Scanning, dan 5G Mobile Networking. Ayo bahas satu per satu.

Super Unibody Design

Vivo-APEX-2019-9

Vivo melucuti semua tombol-tombol fisik dan menambal lubang-lubang yang ada pada smartphone. Tombol power dan volume yang biasanya tersemat di sisi samping smartphone hilang. Bukan berarti Vivo melenyapkan fungsi penting tersebut, Vivo mengganti tombol fisik tersebut dengan menyisipkan sensor, teknologi ini disebut Touch Sense.

Lalu, bagaimana caranya Vivo mengakali absennya lubang-lubang pada speaker? Body Soundcasting Technology adalah jawabannya, singkatnya untuk memantulkan suara lewat body belakang ke layar – baik saat telepon maupun saat mendengarkan musik lewat speaker.

Selain itu, tanpa port microUSB maupun Type-C – harusnya bisa diatasi dengan wireless charging technology yang lebih praktis. Namun Vivo mengambil pendekatan yang berbeda, mereka justru menyematkan teknologi baru yang disebut MagPort. Jadi, menggunakan pin yang ada di belakang smartphone dan dock untuk proses charging.

Vivo-APEX-2019-2

Seluruh bagian APEX 2019 terbuat dari material kaca yang telah melalui proses yang kompleks dengan lengkungan yang ergonomis. Tanpa tombol fisik dan lubang-lubang, APEX 2019 seolah tanpa celah, tampil minimalis, dan terlihat futuristik. Perangkat ini tersedia dalam warna Titan Silver, Quartz White, dan Meteor Gray.

Full-Display Fingerprint Scanning

Vivo-APEX-2019-1

Screen Touch ID atau in-display fingerprint sensor menjadi elemen penting pada APEX 2019. Pada Vivo V11 Pro dan V15 Pro, hanya ada satu area saja yang bisa digunakan untuk autentikasi sidik jari pengguna.

Pada APEX 2019, seluruh penampang layar dapat digunakan untuk membuka kunci smartphone. Sayangnya, teknologi yang digunakan masih berbasis optikal dan bukan ultrasonik.

5G Mobile Networking

Vivo-APEX-2019-3

Gembar-gembor konektivitas 5G sedang menjadi topik hangat di ranah global. Vivo ingin menegaskan bahwa mereka telah siap menyongsong era 5G.

APEX 2019 memiliki 5G capability dan menggunakan teknologi eSIM. Karena baseband 5G yang besar, tetapi ruang motherboard (PCB) terbatas. Vivo menggunakan metode penumpukan 3D pada dual-motherboard.

Sebagai informasi, APEX 2019 tidak memiliki kamera depan dan sah-sah saja mengingat ini adalah produk konseptual yang tidak dijual. Setidaknya kita tahu, sebagian langkah Vivo di masa depan nanti.

Respawn Jaring 355 Ribu Cheater Apex Legends, Fitur Pelaporan Praktis Segera Hadir

Apex Legends tampaknya tidak berhenti membuat kita terpana. Dalam periode hanya sebulan setelah dirlis, game shooter battle royale itu sukses menyentuh batasan 50 juta pemain. Pertumbuhan ini melampaui rekor Fortnite yang membutuhkan beberapa bulan untuk menghimpun 45 juta gamer. Namun dengan pesatnya perkembangan komunitas, meningkat pula usaha-usaha ilegal dari sejumlah oknum agar mereka bisa unggul di tiap match.

Kabar baiknya, tim Respawn Entertainment sudah mengantisipasi hal ini. Lewat Reddit, tim mengabarkan keberhasilannya memblokir lebih dari 355 ribu cheater Apex Legends di PC berbekal Easy Anti-Cheat. Developer mengabarkan bahwa layanan tersebut terbukti efektif menanggulangi upaya-upaya bermain curang, namun Respawn juga menyadari, mengatasi cheater adalah sebuah ‘perang tanpa henti’ dan berjanji untuk terus waspada.

Respawn menjelaskan bagaimana mereka sangat serius dalam membasmi praktek cheating demi menjaga kesehatan ekosistem game. Developer tentu tidak mau mengumbar seperti apa metode yang telah dan akan diimplementasikan untuk mengejutkan para cheater, tetapi ada tiga poin yang saat ini Respawn lakukan:

  1. Berkolaborasi bersama para ahli, baik di dalam ataupun di luar ruang lingkup Electronic Arts. Banyak hal baru bisa dipelajari lewat kerja sama dengan tim lain.
  2. Menambah jumlah tim anti-cheat sehingga ke depannya ada lebih banyak sumber daya buat menangkis metode-metode bermain curang.
  3. Membubuhkan fitur pelaporan in-game di Apex Legends versi PC, sehingga pemain bisa lebih mudah mengadukan gamer-gamer mencurigakan.

Fitur report merupakan salah satu fungsi paling krusial di game multiplayer kompetitif, dan ketidakhadirannya di Apex Legends memang sedikit membingungkan. ‘Report‘ sudah menjadi fitur native di Titanfall 1 dan 2 yang dijajakan sebagai game berbayar, meskipun kondisi ini tidak menghentikan sejumlah oknum untuk mencoba bermain curang. Tak mengherankan jika praktek cheating jadi lebih masif di game free-to-play.

Selain cheating, tim mengabarkan tengah mencari jalan keluar terhadap aktivitas spamming yang dilakukan sejumlah pemain. Mereka biasanya melakukan spamming di sesi pemilihan karakter, kemudian segera keluar dari pertandingan dan memutuskan koneksi. Sekali lagi, Respawn tak mau mengungkap strategi yang mereka ambil, dan solusinya kemungkinan tidak diluncurkan dalam waktu satu dua minggu.

Respawn juga mengakui ada sejumlah kendala teknis yang perlu ditangani. Mereka sedang menggodok patch baru untuk mengatasi crash serta mendongkrak performa permainan di PC. Developer masih berdiskusi soal penambahan fitur reconnect, tetapi mereka melihat bahwa kehadiran fungsi ini membuka peluang eksploitasi. Lagi pula, timnya saat ini tengah fokus buat meningkatkan kestabilan permainan.

Apex Concept Resmi Menyandang Nama Baru, Vivo NEX

Beberapa waktu lalu, saya berkesempatan mencicip kecanggihan smartphone Apex concept. Sesuai yang dijanjikan, Vivo akhirnya memproduksi secara massal dan kini Apex concept resmi menyandang nama baru yakni Vivo NEX.

Bila smartphone bezel-less macam Apple iPhone X, Samsung Galaxy S9, LG G7 ThinQ, Asus Zenfone 5Z, dan lainnya punya rasio screen-to-body sekitar 80 persen. Vivo NEX punya rasio screen-to-body lebih tinggi 91,24 persen, di mana layar hampir mengambil semua ruang di bagian muka.

Vivo-NEX-2

Vivo NEX ini mengusung Ultra FullView Display 6,59 inci, menggunakan panel Super AMOLED dengan resolusi Full HD+ (2316×1080 piksel), dan rasio layar 19.3:9. Tanpa notch di pucuk layar dan dagu yang tipis di bawah layar.

Seperti Apex concept, sensor proximity dan earpiece tertanam di bawah layar. Vivo menggantikan earpiece dengan vibrating screen menggunakan teknologi Screen SoundCasting yang diklaim menyuguhkan suara bass lebih baik dan treble yang lebih lembut.

Vivo-NEX-1

Pemindai sidik jari juga tetap di dalam layar. Di mana kita bisa menggunakan separuh layar sebagai autentikasi keamanan smartphone.

Selain itu, kamera depan 8-megapixel dengan bukaan f/2.0 disembunyikan dan akan muncul bila diperlukan. Sedangkan kamera utamanya menggunakan lensa 12-megapixel f/1.8 + 5-megapixel f/2.4

Vivo-NEX-4

Aplikasi kamera Vivo NEX telah dilengkapi fitur-fitur berbasis artificial intelligence. Sebut saja AI Scene Recogtintion, AI HDR, AI Filters, dan AI Photo Composition. Vivo NEX sendiri berjalan di sistem operasi Android 8.0 Oreo dengan dukungan antarmuka pengguna FunTouch versi 4.0 dan baterai berkapasitas 4.000 mAh.

Bagian yang tak kalah menarik ialah Vivo menyematkan smart assistant buatan sendiri yang dipanggil Jovi yang siap mendengarkan perintah suara Anda. Jovi bisa diakses melalui tombol khusus yang telah disediakan.

Vivo-NEX-5

Vivo-NEX-3

Menyoal kekuatan dapur pacunya, Vivo menyediakan dua pilihan. Pertama versi premium yang disebut Vivo NEX S dengan Snapdragon 845, RAM 8GB, dan ruang penyimpanan 128GB atau 256GB.

Vivo NEX S tersedia di pasar Tiongkok, pemesanan pre-order di buka tanggal 13 Juni dan tersedia di toko offline mulai tanggal 23 Juni. Dengan harga CNY 4.498 atau sekitar Rp9,7 jutaan untuk versi RAM 8GB dan ROM 128GB, sementara versi RAM 8GB dan ROM 256GB dibanderol seharga CNY 4.998 atau Rp10,8 jutaan.

Sementara, yang kedua ialah versi ekonomis disebut Vivo NEX A dengan Snapdragon 710 ditopang RAM 6GB dan memori internal 128GB. Perbedan lainnya dengan Vivo NEX S dan Vivo NEX A ialah letak pemindai sidik jari di punggung smartphone – bukan di bawah layar, sisa spesifikasinya hampir identik. Harga Vivo NEX A dibanderol CNY 3.898 atau sekitar Rp8,4 jutaan.

Belum ada informasi mengenai ketersediaan di pasar global maupun di Indonesia. Mengingat salah satu fokus Vivo Indonesia ialah membangun brand, menurut saya memasukkan Vivo NEX adalah langkah yang tepat agar masyarakat merasakan sendiri inovasi dan kehebatan Vivo, pengalaman penggunaan yang diberikan tentu akan melambungkan brand Vivo – bukan cuma Vivo V9 versi downgrade.

Sumber: PhoneArena dan GSMArena

Hands-on Vivo X21 UD, Smartphone dengan Fingerprint Sensor di Dalam Layar

Selain Vivo V9, perusahaan asal China ini masih menyimpan smartphone mid-range desain notch atau layar berponi seperti iPhone X dengan spesifikasi lebih baik dibanding V9 yakni Vivo seri X21.

Sebagai pembanding, V9 di Indonesia hanya ditenagai chipset Snapdragon 450. Sedangkan X21 dibekali dapur pacu yang jauh lebih mumpuni yakni Snapdragon 660.

Ada dua varian yang tersedia yakni X21 reguler dan X21 Under Display (UD) dengan inovasi pemindai sidik jari di dalam layar bekerjasama dengan Synaptics.

Beruntung saya berkesempatan untuk mencoba Vivo X21 UD secara langsung, meski singkat inilah hands-on Vivo X21 UD dan kesan pertama yang saya dapatkan.

Menjajal In-Display Fingerprint Scanner
Hands-on-Vivo-X21-UD-8
Vivo pertama kali memperkenalkan konsep pemindai sidik jari di dalam layar atau In-Display Fingerprint Scanner pada MWC tahun 2017 lalu. Kemudian Vivo mewujudkannya dalam smartphone yang dijual di pasaran yakni seri X20 Plus Under Display dan X21 Under Display.

Berbeda yang diterapkan di Apex Concept yang mencapai setengah layar dan ekspektasi saya yang bahkan di seluruh layar.

Ternyata pemindai sidik jari yang digunakan dalam X21 Under Display hanya di lokasi tertentu yakni di layar bagian bawah. Sedangkan X21 reguler, fingerprint sensor terletak di bagian belakang.

Saat mencobanya, proses pendaftaran sidik jari sama seperti biasa, tekan sensor yang berupa ikon sidik jari pada bagian depan smartphone. Setelah merasa sedikit getaran, ikon tersebut akan bersinar lebih terang, lalu angkat dan kemudian tekan jari Anda ke ikon itu lagi.

Harus diakui memang terasa sangat keren dan memberi pengalaman pengguna yang lebih baik. Namun dari segi kenyamanan, sekali lagi Anda harus beradaptasi bagi yang sudah terbiasa dengan pemindai sidik jari di bagian belakang.

Hands-on Vivo X21 UD


Dari sisi desain, secara garis besar Vivo seri X21 UD berbagi desain yang identik dengan V9. Hanya saja lebih tipis dengan ketebalan 7,4mm, bingkai aluminum, dan bagian punggung punya build quality yang lebih baik – terasa lebih kaca tapi material dasar sebenarnya ialah plastik.

Beralih ke spesifikasinya, X21 UD jauh lebih baik dibanding V9, mengusung layar FullView berjenis Super AMOLED, ukuran 6,28 inci Full HD+, aspek rasio 19:9, dan notch yang menempel di dahi smartphone.

Di sektor fotografi, kamera X21 lebih bisa diandalkan dibanding V9. Dengan konfigurasi dual camera, lensa utama 12MP (f/1.8, 1/2.5″, 1.4µm, Dual Pixel PDAF) dan lensa sekunder 5MP (f/2.4), didukung teknologi phase detection autofocus dan LED flash. Sementara, kamera depannya 12 MP dengan aperture f/2.0.

Dapur pacunya juga lebih bertenaga, smartphone Android 8.0 Oreo dengan sentuhan Funtouch OS 4.0 menggunakan Snapdragon 660 ditopang RAM 6GB, memori internal 128GB, dan baterai 3.200 mAh.

Snapdragon 660 merupakan SoC yang menonjolkan kinerja CPU dan berada dalam posisi teratas di anggota high-tier Snapdragon 600 series. Seperti Snapdragon 636 yang ada pada hati Asus Zenfone Max Pro M1, Asus Zenfone 5, dan Xiaomi Redmi Note 5, Snapdragon 660 menggunakan arsitektur core Kyro 260, namun dengan clock lebih kencang hingga 2,2 GHz.

Estimasi Harga Vivo X21 UD di Indonesia


Pihak Vivo memang belum memastikan kehadiran seri X21 di Tanah Air, mereka mengatakan bahwa dibanding Apex, X21 punya peluang lebih besar masuk Indonesia. Namun tentu saja, harus melalui riset konsumen terlebih dahulu dan bila masuk pun akan menjadi ‘limited edition‘ dengan stok terbatas.

Melihat sengitnya persaingan pasar smartphone di Indonesia dan harga dari para kompetitornya, menurut saya harga yang pantas untuk Vivo X21 reguler tak lebih dari Rp5 juta. Sementara, Vivo X21 Under Display pantas berkisar Rp5-6 juta.

Sebagai smartphone dengan spesifikasi kelas menengah, batasan sampai 6,5 juta, karena di harga tersebut sudah ada Nokia 8 dengan chipset Snapdragon 835 bahkan Asus Zenfone 5Z dengan chipset Snapdragon 845 paling mutakhir saat ini dari Qualcomm.

Hands-on Smartphone Vivo Apex Concept, Bezel-less yang Sebenarnya dengan In-Display Fingerprint

Beberapa waktu lalu Vivo Indonesia mengundang para awak media untuk buka puasa bersama di Sulawesi Restaurant – Mega Kuningan Jakarta.

Nah yang membuat saya begitu antusias adalah karena acara tersebut tak hanya ajang untuk memperkuat silaturahmi saja tapi Vivo juga memamerkan inovasi teknologi terbaru pada smartphone miliknya.

Ya, apalagi kalau bukan smartphone dengan pemindai sidik jari di dalam layar – Vivo X21 Under Display dan smartphone konsep Vivo Apex yang benar-benar nyaris tanpa bezel.

hands-on-smartphone-vivo-apex-concept-15

Perlu saya garis bawahi, Vivo hanya ‘mempertunjukkan’ dan keduanya belum tentu dipasarkan ke Indonesia. Pihak Vivo telah mengatakan bahwa kemungkinannya kecil, terutama Vivo Apex.

Meski begitu, bisa menjajal inovasi teknologi canggih rasanya begitu menyenangkan. Saya memutuskan untuk datang ke kantor Vivo keesokan harinya untuk mengulik lebih jauh.

Baiklah, saya akan memulai dari hands-on Apex concept smartphone. Hands-on Vivo X21 Under Display akan saya buat terpisah.

Desain Vivo Apex

Pandangan pertama melihat tampilan layar penuh Vivo Apex memang sangat mengesankan. Bagaimana tidak, bezel samping kanan dan kiri, serta dahinya sangat tipis, ukurannya hanya 1,8mm. Sementara, bagian dagunya berukuran 4,3mm.

Vivo pun mengklaim bahwa rasio screen-to-body Apex mencapai 98 persen. Layarnya sendiri berjenis OLED dengan ukuran 5,99 inci, resolusi full HD+, dan aspek rasio 18:9.

Hasilnya dimensi Vivo Apex terlihat begitu compact, tidak terasa penuh di tangan. Desainnya sendiri terbuat dari material kaca depan belakang dan bingkai logam.

Namun desain yang terkesan sangat kotak tanpa lekukan di tiap-tiap sudutnya memang sangat tidak ergonomis saat digenggam.

hands-on-smartphone-vivo-apex-concept-14

Lalu, kemana beberapa sensor dan kamera depan yang biasa menghiasi bagian atas? Sensor jarak dan cahaya tertanam di bawah layar, sementara kamera selfie tersembunyi dan akan muncul bila saat Anda mengambil foto selfie.

Kamera depannya masih 8-megapixel dan ketika pop up hanya butuh waktu 0,8 detik tapi bunyinya masih terasa agak kasar.

Fitur dan Spesifikasi Vivo Apex

Prototype smartphone Vivo Apex ini telah menggunakan chipset Qualcomm teranyar Snapdragon 845 dengan RAM 6GB dan menggunakan port USB Type-C, spesifikasinya memang sudah seharusnya begitu.

Selain itu, salah satu fitur yang paling futuristik adalah ‘half-screen in-display fingerprint scanning technology‘, di mana kita dapat menyentuh area manapun di separuh bawah layar untuk pemindaian sidik jari, memungkinkan pengalaman yang lebih fleksibel dan intuitif.

Saya sudah mencobanya, proses unlock-nya sangat cepat tapi keamanan masih dipertanyakan. Karena ketika saya mendaftarkan sidik jari saya dan dilanjutkan sidik jari orang lain, keduanya terbaca padahal hanya satu yang didaaftarkan. Tapi hal itu bisa dimaklumi, mengingat unit tersebut masih berupa prototype.

Ada juga fitur pemindaian dual-fingerprint yang membawa level keamanan terbaru, di mana membutuhkan dua orang untuk melakukan otentikasi secara bersamaan. Baik itu teman, pasangan, atau keluarga – fitur ini membantu melindungi data milik kedua pengguna.

hands-on-smartphone-vivo-apex-concept-10

Kabarnya Vivo Apex bakal diproduksi massal pada bulan Juni 2018, spesifikasi dan desainnya tentu bisa saja mengalami perubahan. Tapi yang pasti, sangat kecil kemungkinannya masuk Indonesia.

Namun bila Vivo Apex masuk ke tanah air, maka saya yakin perhatian masyarakat pada brand Vivo semakin tinggi, naik kelas yang mungkin sebanding dengan Samsung, LG, ataupun Apple bahkan Nokia – mereka semua punya perangkat flagship yang ditawarkan dan kapan Vivo?

Desain 3 Smartwatch Baru Kronaby Juga Sulit Dibedakan dari Jam Tangan Klasik

Penggunaan LCD memungkinkan arloji mengungkap informasi lebih banyak, namun ada keindahan yang membuat sistem analog tak tergantikan. Hal ini dirasakan pula oleh pencipta smartwatch. Meski pemanfaatan touchscreen sangat populer, produk hybrid juga jadi andalan sejumlah produsen. Di antara mereka bahkan mengimplementasikan arahan desain yang super-sederhana.

Tak lama setelah Skagen menyingkap arloji pintar berkonsep dress watch, kali ini giliran watchmaker Swedia Kronaby memperkenalkan koleksi baru ‘jam terkoneksi’ berkonsep minimalis. Produk-produk ini merupakan revisi dari perangkat wearable mereka sebelumnya. Gagasan desainnya Kronaby namai ‘Technology made Human’, memastikan penggunanya tetap terhubung tanpa membuat perhatian mereka jadi mudah terpecah.

Ada tiga model yang memperoleh refresh, yaitu Apex, Sekel, dan Nord. Semua versi ini dibekali kemampuan layaknya jam pintar: menyampaikan notifikasi via alarm ‘sunyi’, menyesuaikan waktu secara otomatis, mengingatkan pengguna untuk bergerak, hingga mempersilakan kita buat mengendalikan kamera serta musik. Dan tentu saja, fungsi ketiga smartwatch Kronaby ini dapat diakses lewat aplikasi mobile.

 

Apex 43mm

Kronaby menjelaskan bahwa Apex 43mm mengadopsi desain speedometer di mobil balap, tertuang lewat rancangan ala chronograph. Watch face barunya dibekali dua sub-dial untuk menampilkan informasi, di antaranya zona waktu sekunder, target olahraga/langkah harian/mingguan, serta tanggal. Case berbahan stainless steel-nya dipadu bersama strap kulit Itali, lalu bagian ‘kristalnya’ memanfaatkan bahan kaca safir. Hebatnya lagi, perangkat berwujud sporty ini bisa tahan air hingga 10-bar atau 100-meter.

Harga: € 595

 

Sekel 41mm

Model ini sempurna untuk Anda yang menginginkan arloji pintar bertema ‘lebih serius’. Sekel 41mm mengusung strap baja anti-karat 316L yang serasi dengan bagian case-nya. Selanjutnya, watch face menyuguhkan dial berlatar belakang biru plus satu sub-dial buat menampilkan zona waktu kedua, dan semua itu dilindungi oleh kaca safir kubah. Ia turut dibekali kapabilitas anti-air serupa Apex 43mm, tersambung via Bluetooth 5.0 LE ke smartphone Anda, serta mengambil tenaga dari baterai koin CR3032 – kabarnya bisa tetap aktif hingga dua tahun.

Harga: € 575

 

Nord 41mm

Nord 41mm mempunyai rancangan yang paling ‘dressy‘ di antara ketiga varian anyar ini, sangat cocok digunakan saat menghadiri acara-acara formal. Presentasinya sangat simpel, tanpa kehadiran sub-dial atau bahkan jendela kecil penunjuk tanggal. Saya tidak tahu bagaimana caranya Nord 41mm menyampaikan notifikasi secara visual, tapi saya menebak boleh jadi ia memanfaatkan gerakan jarum. Faktor ketahanan air dan durasi baterai Nord 41mm sama seperti dua model sebelumnya, juga memanfaatkan case stainless steel dan strap kulit suede.

Harga: € 295

Produk-produk ini akan dipasarkan mulai bulan April 2018.

Dari tiga versi ini, favorit pribadi saya adalah Nord 41mm dengan alasan kesederhanaan desain. Dan karena complication-nya lebih sedikit, saya menerka penggunaan baterainya akan jadi lebih hemat. Lalu melihat dari penampilannya, ada kemungkinan kita juga bisa menggonta-ganti strap-nya, berbekal spring bar remover standar.

Sumber: Kronaby.

Lebih Ringkas, SteelSeries Apex M750 TKL Juga Bisa Menyampaikan Notifikasi via LED RGB

Dalam penyajian gaming gear, aspek piranti lunak tak kalah penting dari hardware. Produsen bisa saja menjejalkan komponen berkualitas, tapi tanpa dukungan software yang memadai, pengguna akan kesulitan mengakses fitur-fitur penting penunjang gaming. SteelSeries ialah salah satu nama yang dipercaya dapat menghidangkan keduanya secara seimbang.

Contoh kesimbangan antara dua faktor itu bisa Anda lihat pada Apex M750, yang SteelSeries umumkan di bulan Agustus kemarin. Ia adalah keyboard gaming bersenjata switch mekanis baru buatan SteelSeries sendiri, QX2, dan terintegrasi ke aplikasi Discord via SteelSeries Engine. Perangkat tersebut menyuguhkan rancangan full-size, ideal buat ber-gaming sehari-hari, tapi mungkin kurang ringkas untuk menemani Anda turnamen atau ber-LAN party.

Apex M750 TKL 3

Itulah alasan mengapa sang perusahaan gaming gear asal Denmark memperkenalkan adik kecil dari M750, Apex M750 TKL. Anda mungkin tak kesulitan menerka, TKL adalah kependekan dari kata tenkeyless, mengindikasikan absennya numeric keypad di area kanan papan ketik. Arahan desain ini umumnya diambil karena produsen menitikberatkan portabilitas tanpa mengorbankan faktor kelengkapan tombol terlalu jauh.

Apex M750 TKL 4

Keyboard tenkeyless juga berguna untuk menghemat tempat di meja gaming – sempurna buat para pro gamer karena menyajikan ruang gerak mouse yang lebih luas. Apex M750 memiliki panjang 454-milimeter, sedangkan Apex M750 TKL hanya memakan tempat 370-milimeter. Itu berarti keyboard baru ini memberikan Anda area gerak mouse selebar 8,4-sentimeter lebih banyak.

Apex M750 TKL 2

Spesifikasi dan fiturnya sendiri tak berbeda dari Apex M750. Bingkai tubuhnya terbuat dari logam aluminium ‘Series 5000’ yang kuat serta ringan, dan sebagai jantungnya, SteelSeries memanfaatkan switch mekanis QX2. Ia merupakan switch tipe linier, menyuguhkan key travel sejauh 4mm, titik actuation di 2mm, dengan resistensi 45cN, serta menjanjikan daya tahan hingga 50 juta kali tekan. Apex M750 TKL tersambung ke PC lewat kabel sepanjang 2m.

Apex M750 TKL 1

Apex M750 TKL turut dibekali sistem lighting LED RGB. Ia bisa mengeluarkan berbagai macam warna (dari palet red-green-blue) dan beragam efek pencahayaan. Tentu saja SteelSeries juga tak melupakan satu fitur eksklusif di sana: keyboard mampu menyampaikan notifikasi Discord lewat LED. Beberapa zona akan menyala saat ada panggilan masuk di app, atau menampilkan warna merah sewaktu fungsi mute diaktifkan. Selain itu, LED RGB dapat dimanfaatkan sebagai visualizer audio dan bahkan bisa memvisualisasi animasi GIF.

Keyboard gaming Apex M750 TKL sudah dapat Anda pesan lewat situs resmi SteelSeries. Produk dijual seharga US$ 130.

Keyboard Gaming Apex M750 Dipersenjatai Switch Mekanik Terbaru SteelSeries dan Integrasi Discord

Begitu andalnya switch-switch kreasi Cherry, Anda bisa menemukannya di banyak model keyboard mekanik, termasuk SteelSeries. Namun banyak orang tidak menyadari, SteelSeries sebetulnya juga telah cukup lama mengembangkan switch mereka sendiri. Contohnya, di produk papan ketik Apex M800, perusahaan gaming gear asal Denmark itu memanfaatkan QX1.

Pengembangan switch oleh SteelSeries tidak berhenti di sana. Minggu ini, SteelSeries memperkenalkan Apex M750, keyboard gaming bersenjata switch mekanik terbaru mereka, QX2. Melengkapi fungsi dan fitur yang biasa Anda temui di produk SteelSeries, Apex M750 turut dibekali integrasi Discord – aplikasi VoIP populer di kalangan gamer dengan 45 juta pengguna.

SteelSeries Apex M750 1

SteelSeries Apex M750 merupakan keyboard dengan layout full-size. Komponen-komponen penting di dalam diamankan oleh frame aluminium kelas pesawat terbang (series 5000), didesain ramping (dimensinya 153,5x454x46,7-milimeter) dan mempunyai bobot hanya 1-kilogram. Apex M750 tersambung ke PC melalui kabel USB sepanjang 2m, dihias oleh sistem pencahayaan RGB per-key sehingga tiap tombol mampu menyajikan warna berbeda secara mandiri.

SteelSeries Apex M750 2

Selain mempersilakan kita memilih warna dan pola pencahayaan (tersedia efek bergelombang hingga ‘bernapas’), Apex M750 juga ditunjang PrismSync. Fitur ini memungkinkan sinkonisasi warna antara keyboard dengan gaming gear SteelSeries ber-RGB lainnya (mouse Rival 700, Rival 500, Rival 300; headset Arctis 5, Siberia 650, Siberia 350; mouse mat QcK Prism).

SteelSeries Apex M750 3

Aspek yang paling SteelSeries banggakan di Apex M750 tentu saja adalah penggunaan switch QX2 sebagai jantungnya. QX2 adalah switch mekanik linier (tak ada efek clicky) yang memilikikarakteristik menyerupai Cerry MX RGB, dengan casing bening agar warna-warni LED tidak terhalang serta stem Duracon, menyajikan resistensi 45cN dan titik actuation 2-milimeter. Produsen menjanjikan waktu respons super-cepat dan menjamin tombol-tombol di sana tetap bekerja hingga 50 juta kali tekan.

SteelSeries Apex M750 4

Fitur menarik lainnya ialah integrasi Discord. Notifikasi seperti pesan masuk, status mute, serta siapa yang sedang berbicara dari app tersebut dapat dimunculkan di keyboard secara real-time; ditunjukkan lewat LED.

Apex M750 juga didukung CloudSync untuk menerapkan setting personal Anda di manapun berada serta GameSense, yaitu fitur notifikasi via LED (buat menunjukkan tingkat health atau waktu cooldown) saat bermain CS:GO, Dota 2, Utopia, hingga Gigantic. Seluruh proses kustomisasi dapat dilakukan melalui software SteelSeries Engine.

Keyboard gaming mekanik Apex M750 saat ini sudah bisa dipesan di situs SteelSeries, ditawarkan di harga US$ 150.

Sumber: SteelSeries.