Keyboard Gaming Corsair K100 Unggulkan Optical Switch dan Kenop Multifungsi yang Programmable

Diluncurkan pada tahun 2018, Razer Huntsman boleh dibilang belum punya pesaing di ranah keyboard gaming. Alasannya simpel: switch yang digunakannya sangatlah unik, bukan mechanical melainkan optical switch yang menjanjikan responsivitas sekaligus ketahanan yang lebih baik.

Namun status eksklusif itu berhenti hari ini, sebab Corsair baru saja mengumumkan keyboard anyar yang juga mengunggulkan optical switch hasil rancangan mereka sendiri. Pemakaian switch baru ini menarik karena Corsair selama ini memang merupakan satu dari segelintir produsen periferal yang setia dengan Cherry MX.

Dinamai Corsair K100, jelas sekali kastanya ada di atas K95 (yang sendirinya sudah masuk kategori premium). Optical switch-nya sendiri Corsair juluki dengan istilah OPX, dan switch ini memiliki sifat yang linear dengan aktuasi hanya 1 mm. Ini berarti masing-masing tombolnya hanya perlu ditekan sedikit saja supaya input-nya terbaca. Meski begitu, key travel hingga sedalam 3,2 mm mengindikasikan bahwa ia masih nyaman dipakai mengetik.

Janji performa yang lebih responsif itu semakin disempurnakan lebih lanjut oleh polling rate 4.000 Hz, alias empat kali lebih cepat daripada biasanya. Soal ketahanan, Corsair mengklaim optical switch-nya bisa tahan sampai 150 juta klik. Sebagai perbandingan, Razer mengklaim optical switch buatan mereka tahan sampai 100 juta klik.

Seandainya konsumen tetap tidak bisa move on dari mechanical switch, K100 juga ditawarkan dalam varian dengan switch Cherry MX Speed yang juga bersifat linear. Namun variasi switch baru sebagian dari cerita utuh seputar K100.

Juga unik dari keyboard ini adalah kehadiran satu kenop ekstra di sisi kiri atas. Fungsinya banyak sekali, dan semua pada dasarnya tergantung bagaimana masing-masing pengguna memprogramnya. Konsepnya kurang lebih sama seperti yang ditawarkan oleh keyboard Logitech Craft yang ditujukan buat kreator konten.

Seperti halnya K95, K100 juga dilengkapi enam tombol macro di sisi kiri, dan rangkanya juga terbuat dari bahan aluminium yang kokoh. Deretan tombol multimedia beserta kenop untuk mengatur volume di ujung kanan atas yang sudah menjadi ciri khas Corsair selama ini tetap dipertahankan pada K100.

Tanpa perlu terkejut, keyboard gaming sepremium K100 ini tentu juga hadir bersama wrist rest yang bisa dilepas-pasang secara magnetis. Semua ini tentu tidak murah; konsumen yang tertarik sudah bisa meminangnya sekarang juga dengan harga $230.

Sumber: Corsair.

Tipis dan Ringkas, Logitech G915 TKL Juga Siap Manjakan Gamer dengan Konektivitas Wireless

Logitech G915 yang dirilis tahun lalu merupakan sebuah keyboard mekanis yang cukup unik. Unik karena semua tutsnya jauh lebih tipis dari biasanya, dan tebal perangkat secara keseluruhan hanya berkisar 22 mm saja.

Dipadukan dengan konektivitas wireless, G915 merupakan solusi portable yang sangat menarik bagi penggemar keyboard mekanis. Sayang sekali keberadaan deretan numpad di sebelah kanan mungkin membuat sejumlah konsumen jadi enggan membelinya, dan ini secara langsung juga berpengaruh pada portabilitasnya.

Buat mereka yang enggan, Logitech sudah punya jawabannya. Mereka baru saja menyingkap G915 TKL. TKL, bagi yang tidak tahu, merupakan singkatan dari istilah “tenkeyless“, dan semua keyboard yang mengusung embel-embel TKL di belakangnya sudah pasti tidak memiliki numpad.

Tebal dan lebar sasis aluminiumnya sama persis seperti G915 versi standar, akan tetapi panjangnya menyusut drastis menjadi 36,8 cm sehingga jauh lebih mudah dimasukkan ke dalam tas. Satu hal yang perlu dicatat, selain kehilangan numpad, G915 TKL juga tidak memiliki 5 tombol makro di bagian kiri seperti versi standarnya.

Logitech G915 TKL

Selebihnya, kedua keyboard cukup identik. G915 TKL tetap mengemas sederet tombol multimedia sekaligus kenop volume. Keunggulannya pun tetap dipertahankan, yakni switch mekanis jenis low profile yang menawarkan aktuasi 25% lebih cepat. Logitech lagi-lagi menghadirkan tiga pilihan switch dengan karakteristik yang berbeda: Clicky, Tactile, dan Linear.

Menariknya, daya tahan baterai G915 TKL justru lebih awet, sampai 40 jam pemakaian meski backlight RGB-nya menyala dengan tingkat kecerahan maksimum. G915 standar di sisi lain cuma bisa bertahan sampai 30 jam dengan skenario yang sama.

Di Amerika Serikat, Logitech G915 TKL saat ini telah dipasarkan seharga $230, alias $20 lebih murah daripada versi standarnya, dan $30 lebih mahal ketimbang G815, yang pada dasarnya merupakan G915 standar versi non-wireless.

Sumber: Logitech.

Logitech G915 dan G815 Usung Switch Mekanis Berukuran 2x Lebih Tipis dari Biasanya

Logitech punya sepasang keyboard mekanis baru untuk para gamer: Logitech G915 dan G815. Keduanya merupakan keyboard pertama Logitech yang mengusung switch baru bertipe low profile, dengan dimensi jauh lebih tipis daripada switch mekanis pada umumnya.

Logitech bilang bahwa tebal switch low profile ini hanya separuh switch mekanis standar. Karena tipis, masing-masing tuts-nya juga bisa ikut dibuat tipis, dan tebal keseluruhan perangkatnya pun tercatat hanya 22 mm. Bukan sebatas memberikan kenyamanan ekstra, kombinasi ini juga berdampak pada performa; dengan klaim 25 persen aktuasi yang lebih cepat, mengingat kita tak perlu menekan tombol sedalam biasanya.

Switch dengan kode GL ini tersedia dalam tiga varian: GL Clicky, GL Tactile, dan GL Linear. Masing-masing memiliki karakteristik yang serupa dengan trio switch Cherry MX yang paling umum: GL Clicky mirip Cherry MX Blue, GL Tactile mirip Cherry MX Brown, dan GL Linear mirip Cherry MX Red.

Logitech G915

Baik G915 maupun G815 sama-sama mengadopsi layout full-size, dengan tambahan sederet tombol makro di kiri dan tombol preset profil di atas, serta tombol multimedia dan kenop volume di ujung kanan atas. Semuanya tentu sudah dibekali RGB backlight, dan nyala warna-warninya ini dapat disinkronisasikan dengan jalannya game atau film yang sedang diputar.

Kedua keyboard ini sama-sama mengemas sasis aluminium. Yang membedakan di antara keduanya hanyalah soal konektivitas: G915 itu wireless, sedangkan G815 bukan. Wireless dalam kamus Logitech dikenal dengan istilah Lightspeed, yang pada dasarnya mengandalkan dongle yang menyambung ke komputer demi menyajikan koneksi wireless yang amat stabil dan rendah latency.

Logitech G815 / Logitech
Logitech G815 / Logitech

Soal baterai, G915 juga amat efisien. Dalam satu kali pengisian, baterainya bisa tahan sampai 12 hari, atau bahkan sampai 135 hari apabila semua backlight-nya dimatikan. Proses charging-nya juga tergolong singkat, cuma 3 jam dari kosong hingga penuh, dan tentu saja perangkat tetap bisa digunakan selagi tersambung ke PC via kabel.

Logitech G915 saat ini telah dipasarkan seharga $250. Kalau konektivitas wireless bukan prioritas dan Anda ingin berhemat, Logitech G815 yang dihargai $200 bisa menjadi alternatif.

Sumber: Logitech.

HyperX Luncurkan Keyboard Mekanis dengan Switch Bikinan Mereka Sendiri, Alloy Origins

Bicara soal keyboard mekanis, sebagian besar pasti mengandalkan switch Cherry MX. Namun belakangan mulai banyak pabrikan yang memberanikan diri merancang switch bikinannya sendiri, contohnya Logitech dan Razer. Sekarang, giliran Kingston yang menyusul lewat divisi gaming-nya, HyperX.

Di ajang Computex 2019, mereka mengumumkan HyperX Alloy Origins, keyboard mekanis pertama yang mengemas switch rancangan mereka sendiri. Switch berwarna merah ini memiliki karakter yang mirip seperti Cherry MX Red yang sangat populer: linear dan non-taktil, dengan aktuasi yang lebih ringan ketimbang Cherry MX Black.

Yang membuat switch bikinan HyperX ini berbeda adalah jarak travel dan titik aktuasi yang lebih rendah, spesifiknya 3,8 mm dan 1,8 mm. Secara teori ini, ini berarti pengguna Alloy Origins bisa lebih lincah dalam memberdayakan jari-jemarinya selama sesi gaming berlangsung. Lebih lanjut, HyperX juga mengklaim daya tahan switch bikinannya mencapai angka 80 juta klik.

Layout-nya sendiri mengadopsi jenis full-size, yang berarti masih ada deretan tombol numpad di sisi kanan. Pencahayaan RGB sudah pasti ada demi mendapat pengakuan di ranah gaming, dan secara keseluruhan Alloy Origins tampak kokoh berkat sasis aluminiumnya.

Rencananya, HyperX Alloy Origins bakal dipasarkan mulai kuartal ketiga tahun ini seharga $110. HyperX juga berniat menambah variasi switch-nya dalam waktu dekat, sehingga konsumen bisa mempunyai lebih banyak pilihan untuk disesuaikan dengan selera dan kebutuhan masing-masing.

Sumber: The Verge dan TechCritter.

Razer Luncurkan Koleksi Periferal Bertema Stormtrooper

Ketika mendengar nama Razer, saya yakin yang terbayangkan di benak Anda adalah kumpulan periferal gaming dengan warna serba hitam dan hijau. Di satu sisi, hal ini terkesan konsisten, tapi di sisi lain juga cukup membosankan. Itulah mengapa Razer dari waktu ke waktu juga menyuguhkan koleksi periferal bertema khusus, macam Destiny 2 dan Overwatch.

Yang terbaru, suguhan periferal bertema khusus mereka ditujukan bagi para penggemar Star Wars. Seperti yang bisa Anda lihat pada gambar di atas, yang diangkat secara spesifik adalah Stormtrooper dengan warna khas putih beraksen hitamnya. Dalam koleksi ini, total ada tiga perangkat yang ditawarkan: keyboard BlackWidow Lite, mouse wireless Atheris dan mousepad Goliathus Extended.

Razer BlackWidow Lite - Stormtrooper Edition

BlackWidow Lite, seperti yang kita tahu, dirancang untuk memenuhi kebutuhan produktif sekaligus gaming. Arahan itu tersirat dari penggunaan switch mekanis Razer Orange yang bersifat taktil sekaligus senyap ketika diklik. Supaya tidak kelewat norak di atas meja kerja, sekaligus agar senada dengan tema Stormtrooper, backlight LED di balik masing-masing tombolnya menyala putih ketimbang RGB.

Untuk edisi khusus ini, Razer rupanya cukup perhatian terhadap detail-detail kecil yang mungkin tak kelihatan secara kasat mata. Contohnya adalah kabel braided dengan corak hitam-putih, serta lambang kubu Imperial pada tombol Esc.

Razer Atheris - Stormtrooper Edition

Beralih ke mouse-nya, Atheris sebelumnya juga Razer siapkan untuk dipakai bekerja sekaligus bermain. Wajah Stormtrooper terpampang jelas di tubuh ambidextrous-nya, dan performanya masih sama seperti Atheris standar berkat sensor optik 7.200 DPI yang diusungnya.

Terkait konektivitas wireless-nya, pengguna dibebaskan menggunakan sambungan Bluetooth atau dengan bantuan dongle 2,4 GHz-nya. Berbekal sepasang baterai AA saja, Atheris dapat digunakan selama lebih dari 300 jam.

Razer Stormtrooper Edition

Tiga periferal edisi Stormtrooper ini sekarang sudah dipasarkan dengan harga sebagai berikut:

Sumber: Razer.

Blackmagic Luncurkan Keyboard Mekanis Khusus untuk Video Editor

Di luar Adobe Premiere dan Final Cut Pro, masih ada software lain yang tak kalah populer di kalangan video editor, yakni DaVinci Resolve garapan Blackmagic Design. Versi barunya, DaVinci Resolve 16, baru saja dirilis belum lama ini, namun ternyata pabrikan asal Australia itu tidak puas hanya dengan software baru saja.

Mereka turut memperkenalkan perangkat bernama DaVinci Resolve Editor Keyboard. Meski sepintas kelihatan seperti keyboard biasa, ia dirancang untuk mempermudah tugas para video editor sekaligus mempercepat kinerja mereka, dan itu diwujudkan lewat penambahan sejumlah tombol di sisi kiri dan kanan.

DaVinci Resolve Editor Keyboard

Di bagian tengah pun bisa kita lihat tombol warna-warni yang berjejer, dimaksudkan sebagai shortcut atas beragam fungsi yang terdapat di software DaVinci Resolve. Kemudian di ujung kanan sendiri, ada kenop putar berukuran besar yang dapat dipakai untuk memantau timeline video dengan mudah sekaligus presisi.

Berbekal keyboard ini, Blackmagic yakin para video editor bisa lebih cepat bekerja karena kedua tangannya dapat terfokus pada keyboard dan mengabaikan mouse. Tentunya mereka tidak melupakan aspek kenyamanan dan durabilitas, terbukti dari penggunaan switch mekanis di tiap-tiap tombol keyboard.

Sasis keyboard-nya pun juga terbuat dari logam demi ketahanan ekstra. Terdapat tiga buah port pada bagian belakangnya; satu port USB-C untuk disambungkan ke komputer, dan dua port USB-A 3.0 untuk menambahkan periferal lain.

DaVinci Resolve Editor Keyboard

Sebelum ini sebenarnya sudah ada periferal niche yang juga didedikasikan bagi para video maupun photo editor. Salah satunya adalah Loupedeck, akan tetapi penawaran dari Blackmagic ini terkesan lebih fleksibel karena masih bisa dipakai untuk mengetik seperti biasa.

Sayang sekali harganya tidak murah. Blackmagic berencana melepas DaVinci Resolve Editor Keyboard ke pasaran mulai bulan Agustus mendatang dengan banderol $995.

Sumber: DPReview dan Blackmagic.

Razer Luncurkan Keyboard, Headset dan Mouse Baru dengan Harga Lebih Bersahabat

Saya kira tidak ada satu pun gamer yang tidak mengenal Razer. Cukup banyak teman-teman saya yang fanatik terhadap brand berlambang mirip minuman larutan penyegar itu, tapi tidak sedikit juga yang kurang menyukainya. Salah satu alasan terpopuler dari mereka yang tak menyukai Razer adalah, produk-produknya sering kali kelewat mahal.

Untuk tahun 2019 ini, Razer sepertinya ingin sedikit mengubah citranya sebagai merek mahal dengan meluncurkan tiga periferal baru: keyboard BlackWidow, mouse Basilisk Essential, dan headset Kraken. Ketiganya meneruskan jejak pendahulunya masing-masing yang bernama sama.

Razer BlackWidow

Razer BlackWidow 2019

BlackWidow bukanlah nama yang asing di telinga para pengguna keyboard mekanis, dan selama ini ia selalu masuk dalam kategori premium. Edisi 2019-nya ini memang masih bisa dikategorikan premium, tapi setidaknya banderol harga $120 masih jauh lebih bersahabat ketimbang BlackWidow Elite yang dipatok $170.

Kendati demikian, sejumlah fitur BlackWidow Elite masih eksis di sini, utamanya memory internal untuk menyimpan hingga 5 profil sekaligus. Yang berbeda, pilihan switch mekanisnya cuma ada satu, yakni Razer Green, yang memiliki karakter taktil, dengan suara klik yang mencolok.

Pencahayaan RGB sejatinya sudah tidak perlu dibahas lagi di titik ini, sebab itu sudah bisa dicap sebagai nyawa produk-produk Razer. Sayangnya di ujung kanan atas tidak ada tombol multimedia khusus, namun setidaknya semua tombol pada BlackWidow masih bisa diprogram sesuai kebutuhan masing-masing pengguna.

Razer Kraken

Razer Kraken 2019

Beralih ke Kraken, ia merupakan suksesor langsung dari Kraken Pro V2, dengan sejumlah perbaikan desain yang banyak terinspirasi oleh Kraken Tournament Edition. Perubahan desain ini tentunya ditujukan demi menyuguhkan kenyamanan ekstra, seperti bisa kita lihat dari bantalan kepala yang lebih tebal, serta bantalan telinga yang dilengkapi gel pendingin.

Terkait performa, Kraken mengusung driver berdiameter 50 mm. Mikrofon retractable-nya diklaim lebih mumpuni dalam hal memblokir suara luar, sehingga komunikasi antar pemain bisa berjalan lebih lancar. Harganya? $80, sama persis seperti harga Kraken Pro V2 ketika pertama dirilis.

Razer Basilisk Essential

Razer Basilisk Essential

Terakhir ada Basilisk Essential bagi penggemar mouse berdesain ergonomis, bukan ambidextrous. Total ada tujuh tombol yang dapat diprogram pada mouse ini, dan switch-nya semua sudah memakai tipe mekanis yang lebih kokoh ketimbang tipe membran biasa.

Namun yang menjadi nilai jual utamanya tidak berubah dari Basilisk orisinal, yakni kehadiran satu tombol clutch yang cara kerjanya mirip kopling kendaraan bermotor. Turut menunjang performanya adalah sensor optik dengan sesntivitas 6.400 DPI.

Ya, sensornya memang tidak sesensitif milik Basilisk orisinal, tapi kabar baiknya, harganya pun juga lebih terjangkau: $50, dibandingkan $70 yang merupakan banderol Basilisk orisinal.

Sumber: Razer.

Spire Ergo Diklaim Sebagai Keyboard Mekanis Ergonomis Tenkeyless Pertama

Ukurannya kadang memakan tempat, namun hingga sekarang peran keyboard sebagai alat pendukung kerja (dan sistem kendali bermain game) sulit digantikan. Dalam memperingkas periferal tersebut, produsen mencoba membuat varian yang lebih kecil seperti tenkeyless atau model padat 60 persen, serta memperkenalkan opsi papan ketik tipe lipat serta gulung.

Namun dengan mengecilnya ukuran keyboard, biasanya aspek ergonomis jadi dikorbankan. Selain harus membiasakan diri atas berkurangnya jumlah tombol, padatnya desain secara signifikan mengurangi keyamanan pemakaian. Di sinilah Spire mencoba memberikan solusi lewat produk bernama Ergo. Spire Ergo diklaim sebagai papan ketik mekanis ergonomis berdesain tenkeyless pertama di dunia.

Spire sendiri memang bukan merupakan brand familier di telinga saya. Berdasarkan laman profilnya, perusahaan ini didirikan di Belanda pada tahun 1998 dan ketika itu, fokus bisnis mereka adalah penyediaan solusi pendingin komputer, casing dan power supply. Saya belum tahu kapan mereka memperluas bisnisnya ke bidang aksesori, namun di situsnya, Spire menawarkan banyak sekali opsi mouse dan keyboard.

Spire Ergo 1

Namun berbeda dari produk-produk sebelumnya, Spire Ergo memiliki penampilan yang kental dengan tema gaming. Tersaji tanpa numpad, warna hitam mendominasi permukaan tubuh Ergo. Susunan tombolnya juga tidak biasa. Penempatan tuts QWERTY dibuat melengkung ke depan, dibagi oleh area berisi LED, tombol backspace, enter, Ctrl dan Shift. Tidak ada pengurangan pada ukuran tuts dan Spire tetap menyertakan tombol cursor arah dedicated.

Spire Ergo.

Rancangan melengkung tersebut dimaksudkan agar sesuai dengan postur tubuh, karena ketika mengetik, posisi natural kedua tangan dan keyboard tidak benar-benar tegak lurus. Kemudian tombol spasi diletakkan di kedua area tangan, sehingga jempol mudah menjangkaunya. Spire juga memindahkan sejumlah tuts penting, namun mereka memastikan agar penempatannya tidak membuat pemakaian Ergo jadi canggung.

Spire Ergo 2

Selain mengetik, Spire Ergo kabarnya siap mendukung gaming. Papan ketik ini dibekali LED RGB, tapi saya belum bisa memastikan apakah ia mengusung sistem pencahayaan berbasis zona atau per-key. Lalu sebagai jantungnya, Spire memilih switch Cherry MX, meski produsen belum secara spesifik menjelaskan variannya.

Spire Ergo 3

Spire Ergo sudah mulai dipasarkan, dan produk dijajakan di harga kompetitif, yaitu US$ 80.

Saat menulis artikel ini, saya merasa seperti pernah melihat produk ini sebelumnya, hingga akhirnya saya menyadari bahwa penampilan Ergo sangat menyerupaiX-Bows yang sempat dijajakan di Indie Gogo dan dibanderol dua kali lipat lebih mahal. Saya rasa ini bukan suatu kebetulan…

Via PC Gamer.

Razer BlackWidow Lite Adalah Keyboard Mekanis untuk Bekerja Sekaligus Bermain, Bukan Sebaliknya

Kalau ditanya keyboard mekanis apa yang paling dikenal oleh para gamer, mungkin banyak yang bakal menjawab Razer BlackWidow. Namun seperti yang saya sudah berkali-kali bilang, tidak selamanya keyboard mekanis harus dipakai semata untuk bermain game saja.

Mengetik email, dokumen, maupun kegiatan produktivitas lain bakal sangat terbantu oleh kehadiran keyboard mekanis. Masalahnya, mayoritas keyboard mekanis yang ada di pasaran juga merupakan keyboard gaming, yang sering kali dilengkapi pencahayaan warna-warni yang kelewat norak jika ditempatkan di atas meja kerja.

Razer BlackWidow Lite

Kembali membahas mengenai BlackWidow, Razer baru saja merilis model anyar demi mengatasi problem tadi. Namanya BlackWidow Lite, dan kalau dari penampilannya, ia sama sekali tidak kelihatan seperti keyboard gaming. Utamanya berkat backlight putih sebagai pengganti backlight RGB, yang bisa diatur tingkat kecerahannya atau dimatikan sepenuhnya.

Bukan sebatas estetikanya saja, fungsionalitas BlackWidow Lite juga telah dioptimalkan untuk konteks bekerja. Ia dibekali dengan switch Razer Orange yang diklaim nyaris tidak menimbulkan suara ketika ditekan, tapi di saat yang sama masih bisa memberikan sensasi taktil yang begitu sedap dipakai mengetik berlama-lama.

Razer BlackWidow Lite

Tiap-tiap switch ini diyakini tetap oke hingga 80 juta kali klik. Meski difokuskan untuk menunjang produktivitas, BlackWidow Lite tetap tidak lupa terhadap akarnya di sektor gaming; kompatibilitas dengan software Razer Synapse 3 berarti pengguna bebas melakukan kustomisasi secara lengkap, termasuk halnya menetapkan sejumlah tombol macro.

Razer BlackWidow Lite saat ini telah dipasarkan seharga $90. Ia bukan satu-satunya keyboard mekanis yang menawarkan keseimbangan antara keperluan bekerja dan gaming. Sebelumnya sudah ada Corsair K70 Low Profile yang menganut filosofi serupa, meski keyboard tersebut masih kental sekali aura gaming-nya, serta dihargai jauh lebih mahal.

Sumber: Razer.

Keyboard Mekanis Terbaru Corsair Punya Tombol dan Switch Lebih Tipis dari Biasanya

Keyboard mekanis hampir selalu diasosiasikan dengan keyboard gaming. Namun pada kenyataannya banyak juga yang menggunakannya untuk mengetik secara rutin, termasuk saya sendiri. Bagi orang-orang seperti saya, Corsair punya penawaran baru yang cukup menarik.

Mereka belum lama ini mengumumkan Corsair K70 RGB MK.2 Low Profile. Keunggulannya dibandingkan K70 standar bisa dilihat dari namanya. Embel-embel “Low Profile” menandakan bahwa ia mengemas tombol-tombol yang lebih tipis dari biasanya. Otomatis tebalnya secara keseluruhan menyusut dari 40 mm pada versi standarnya menjadi 29 mm saja.

K70 Low Profile (kiri) vs. K70 standar (kanan) / Corsair
K70 Low Profile (kiri) vs. K70 standar (kanan) / Corsair

Namun yang menipis rupanya bukan cuma tombolnya saja, melainkan juga tiap-tiap switch mekanis yang ada di baliknya. Alhasil, pengguna tidak perlu menekan terlalu dalam pada K70 Low Profile, dan Corsair percaya ini bisa membantu pengguna jadi tidak cepat lelah saat mengetik atau bermain.

Switch-nya sendiri ditawarkan dalam dua varian: Cherry MX Low Profile RGB Speed dengan actuation 1 mm, dan Cherry MX Low Profile RGB Red dengan actuation 1,2 mm yang linear pada model RapidFire. Sayang sekali tidak ada varian yang bersifat tactile (Brown atau Blue), yang menurut saya pribadi paling pas untuk mengetik.

Berhubung switch-nya lebih tipis, jaraknya dengan LED backlight di bawahnya jadi makin dekat. Dampaknya, pencahayaan RGB pada K70 Low Profile diklaim lebih terang, dan tentu saja pengguna masih dapat mengatur pola beserta efeknya melalui software Corsair iCUE.

Corsair K70 RGB MK.2 Low Profile

Rangka aluminium khas seri K70 tetap hadir, namun sedikit direvisi di sini demi mengakomodasi tombol dan switch yang lebih tipis. Corsair bilang bahwa desain baru ini dapat membantu mengurangi beban tekanan pada telapak dan pergelangan tangan pengguna.

Selebihnya, K70 Low Profile menawarkan fitur-fitur pemanis yang sama seperti versi standarnya, yang mencakup tombol multimedia, kenop volume, dan palm rest bertekstur yang dapat dilepas-pasang. Tombol WASD dan QWERDF cadangan yang memiliki warna dan tekstur berbeda juga tersedia buat yang gemar bermain game FPS maupun MOBA.

Baik K70 Low Profile maupun K70 Low Profile RapidFire saat ini sudah dipasarkan seharga $170.

Sumber: Corsair.