Krafton Kembali Menggugat Garena Terkait Kemiripan Free Fire dengan PUBG

Tidak bisa dimungkiri, Free Fire punya banyak kemiripan dengan PUBG Mobile. Saking banyaknya, Krafton berniat untuk memerkarakan hal itu di meja hijau. Dilansir dari Bloomberg Law, perusahaan induk PUBG Studios itu baru saja melayangkan surat gugatan terhadap Garena.

Ini bukan pertama kalinya Krafton menuntut Garena. Di tahun 2017, Krafton sebenarnya sempat mengajukan gugatan terhadap Garena di pengadilan Singapura terkait penjualan Free Fire. Sengketa tersebut akhirnya selesai, namun Krafton rupanya masih tidak terima. Gugatan serupa pun kembali dilayangkan, namun kali ini melalui pengadilan Amerika Serikat.

Krafton mengklaim bahwa setelah perkaranya selesai di tahun 2017, Garena masih lanjut memublikasikan Free Fire di Apple App Store dan Google Play Store tanpa mendapat izin maupun perjanjian lisensi dari Krafton. Garena bahkan juga sempat merilis game yang berbeda di bulan September 2021 (Free Fire Max), dan itu pun juga mencontek banyak aspek dari PUBG Mobile.

“Free Fire dan Free Fire Max secara ekstensif menjiplak beragam aspek dari Battlegrounds, baik secara individu maupun gabungan, termasuk adegan pembuka permainan “air drop“, struktur dan mekanisme permainan, kombinasi dan pilihan senjata, armor, objek-objek unik, lokasi, dan keseluruhan pemilihan skema warna, material, dan tekstur,” tulis Krafton di surat gugatannya.

Krafton tidak lupa menyertakan sejumlah screenshot yang menunjukkan kemiripan antara PUBG Mobile dan Free Fire. Mereka bahkan juga sempat menyinggung soal bagaimana Free Fire turut mencontek ekspresi kemenangan “chicken dinner” yang sudah sangat lekat asosiasinya dengan PUBG.

Tidak puas sampai di situ saja, Krafton juga ikut menyeret Apple dan Google, menggugat keduanya dengan alasan mereka menolak memenuhi permintaan Krafton untuk menyetop distribusi Free Fire di platform milik masing-masing perusahaan. Bahkan YouTube pun juga ikut diperkarakan karena menolak menghapus video-video gameplay Free Fire dari platformnya.

“Tindakan Apple dan Google memperjelas bahwa mereka memilih untuk melindungi hak cipta hanya jika mereka tidak diberi kompensasi oleh pelanggar yang berkantong tebal,” tulis Krafton. Ya, meskipun penghasilan Free Fire masih kalah jauh dari PUBG Mobile, Garena tetap kaya raya berkat pendapatan dari Free Fire.

Sumber: Games Industry. Gambar header: Onur Binay via Unsplash.

Tahun Depan, PUBG: Battlegrounds Jadi Game Free-to-Play

Sebagian besar orang mungkin mengenal PUBG sebagai game free-to-play (F2P). Mereka tidak salah, kalau yang dimaksud adalah PUBG Mobile. Lain cerita untuk PUBG: Battlegrounds yang tersedia di PC, PlayStation dan Xbox, sebab versi ini dari awal dan hingga sekarang masih merupakan game premium.

Semua itu bakal berubah mulai tahun depan. Lewat acara The Game Awards 2021, PUBG Studios mengumumkan bahwa PUBG: Battlegrounds bakal bertransisi menjadi game F2P mulai 12 Januari 2022. Versi F2P-nya ini bakal tersedia di PC via Steam, PS5, PS4, Xbox Series X/S, dan Xbox One.

Pasca transisinya menjadi game F2P, PUBG: Battlegrounds bakal menawarkan upgrade akun bersifat opsional yang diberi nama Battlegrounds Plus. Upgrade ini wajib dimiliki apabila pemain ingin berpartisipasi dalam Ranked Mode maupun Custom Match. Kabar baiknya, Battlegrounds Plus hanya perlu dibeli satu kali seharga $13, dan para pembelinya juga bakal mendapat bonus sejumlah in-game item.

Bagaimana nasib mereka yang sudah membeli PUBG: Battlegrounds dari jauh-jauh hari? Well, mereka secara otomatis bakal mendapatkan PUBG – Special Commemorative Pack yang mencakup sejumlah item kosmetik, plus upgrade Battleground Plus itu tadi. Jadi tidak perlu menyesal seandainya Anda baru membeli game-nya kemarin.

PUBG Studios memang tidak menyebutkan alasan mereka mengubah karya pertamanya ini menjadi game F2P. Namun kalau kita amati, sebagian besar game di kategori battle royale memang banyak yang berstatus F2P, mulai dari Fortnite, Apex Legends, sampai Call of Duty: Warzone. Jadi wajar kalau PUBG sekarang ingin ikut menyesuaikan.l

Perubahan PUBG: Battlegrounds menjadi game F2P secara langsung bakal mendatangkan banyak pemain baru, dan itu berarti peluang adanya cheater pun semakin besar. Tim PUBG Studios sadar betul akan hal itu, dan mereka sudah punya rencana besar untuk mengantisipasinya.

Yang paling utama adalah dengan menyempurnakan solusi anti-cheat rancangan mereka sendiri, Zakynthos. Mulai tahun depan, Zakynthos bakal menerima sejumlah fungsionalitas baru, di antaranya analisis otomatis berbasis machine learning, serta monitoring selama 24 jam untuk Ranked match di kalangan upper rank.

Zakynthos juga bakal menerapkan algoritma hardware ban baru yang lebih efektif dan mampu mencegah celah-celah yang sebelumnya masih bisa dibobol. Singkat cerita, tim PUBG Studios bakal lebih serius lagi memerangi cheater pasca transisi ini.

Sumber: PUBG Studios.

Jelang Akhir Tahun, Sausage Man Championship Akan Digelar dengan Prize Pool $50.000

Sausage Man memang jauh dari kata serius dan lebih terkesan konyol ketimbang game lain di genre-nya, tapi itu bukan berarti ia tidak punya peluang untuk ikut meramaikan kancah mobile esport. Menjelang akhir tahun 2021 ini, XD selaku pengembangnya bakal menggelar turnamen bertajuk Sausage Man Championship.

Turnamen ini merupakan kelanjutan dari All Star Royale yang berlangsung di bulan Oktober ini. Bedanya, kalau All Star Royale hanya bisa diikuti oleh kalangan streamer, Sausage Man Championship terbuka untuk umum. Dalam event berskala besar ini, tim-tim dari Singapura, Malaysia, Indonesia, Filipina, dan Thailand bakal bertarung untuk memperebutkan total hadiah uang tunai sebesar $50.000.

Sausage Man Championship akan dibuka dengan Regional Tournament pada tanggal 8 November 2021 sebagai ajang kualifikasi para tim dari tiap-tiap negara. Dalam kualifikasi regional ini, ada prize pool sebesar $3.500 yang akan dibagi untuk empat tim pemenang (juara 1-4) dari masing-masing negara (Singapura/Malaysia, Indonesia, Filipina, dan Thailand).

Setelahnya, empat tim juara dari tiap-tiap negara tersebut (total 16 tim) akan bersiap untuk bertanding di babak Championship Tournament, yang bakal digelar selama dua hari mulai 17 Desember 2021. Total prize pool yang diperebutkan mencapai $36.000, dan juara pertamanya berhak membawa pulang $18.000 sendiri, sekaligus dikukuhkan sebagai Sausage Man Champion yang pertama dalam sejarah.

Buat yang tertarik mengikuti turnamen ini, Anda bisa langsung mendaftarkan tim Anda melalui tautan ini, paling lambat sampai 5 November 2021. Peraturan dan regulasi lengkap Sausage Man Championship 2021 juga dapat dibaca di sini.

Sejak diluncurkan secara resmi pada 29 Juni 2021, Sausage Man terbilang cukup berhasil memadukan gaya permainan battle royale yang familier dengan berbagai macam hal nyentrik. Sausage Man telah menarik lebih dari 20 juta pemain sejauh ini, dan tagar #SausageMan di TikTok juga sudah meraup 8,7 miliar view.

Pada tanggal 28 Oktober nanti, Sausage Man akan kedatangan update baru bertemakan Amarah Dewa Dewi yang akan menyajikan banyak Kartu ID Legenda baru, lengkap beserta mode game anyar seperti Hide & Seek, Sniper Showdown, dan masih banyak lagi.

Battle Royale Naraka: Bladepoint Dikabarkan Akan Tuju Mobile

Kesuksesan perilisan Naraka: Bladepoint memang membawa angin segar pada genre battle-royale — bukan hanya bagi NetEase yang membutuhkan gebrakan baru, namun juga para gamer yang menginginkan variasi baru dari battle-royale yang mereka kenal selama ini.

Setelah mendulang sukses besarnya di platform PC, ternyata tidak butuh waktu lama bagi NetEase untuk segera melebarkan sayap dari game yang menjadi tren baru ini. Android dan iOS kelihatannya akan menjadi platform yang akan dikunjungi oleh game ini selanjutnya.

NetEase memang belum secara resmi mengumumkan keberadaan versi mobile-nya, namun hal tersebut dikonfirmasi lewat laporan pendapatan kuartal kedua 2021 NetEase. Sayangnya meskipun telah disebutkan, tidak ada detail apapun yang dijelaskan tentang versi mobile dari Naraka: Bladepoint ini.

Untuk sekarang, NetEase memang tengah menikmati kesuksesan Naraka: Bladepoint di seluruh dunia. Bahkan game ini mampu naik ke dalam Top 10 game pemain terbanyak di Steam dengan menempati posisi 6 mengalahkan Destiny 2 hingga Battlefield V, dan menempel sengit dengan Grand Theft Auto V di posisi 5.

Game yang baru dirilis pada pada 12 Agustus lalu ini memang mendapatkan respon sangat positif yang mampu menarik minat hingga 60 juta pemain dari seluruh dunia. Aspek paling menarik bagi para pemain tentu ada pada sistem pertarungan jarak dekat bergaya hack and slash yang menggantikan pertarungan senjata api yang sudah umum di battle royale lainnya.

Dengan tema oriental kuno yang kental, pemain akan bertarung melawan 59 pemain lain dengan menggunakan beragam senjata, mulai dari senjata jarak dekat seperti pedang, tombak, hingga greatsword serta senjata jarak jauh seperti panah, crossbow, hingga cannon.

Game ini punya mekanisme gerakan yang memungkinkan para pemain bergerak lincah dan bahkan melakukan aksi parkour di saentaro map Morus Island. Karakter-karakter yang ada juga memiliki kemampuan unik masing-masing yang membuat para pemain terus bereksperimen untuk mengkombinasikan karakter, taktik, dan juga senjata dalam pertempurannya.

Naraka: Bladepoint menyediakan mode co-op, multiplayer dan juga single-player yang dapat dimainkan secara gratis di PC lewat Steam dan juga website resminya. Sedangkan untuk para pemain di platform konsol maupun mobile sepertinya harus berharap agar NetEase segera merilis game ini di platform lainnya.

Inilah Role Pemain PUBG Mobile dalam Sebuah Tim Esports

PlayerUnknown’s Battlegrounds Mobile (PUBG Mobile) adalah salah satu game paling populer di Indonesia. Game bergenre battle royale tersebut dapat dimainkan sendirian alias solo ataupun squad bersama 1 anggota tim.

Sebagai game yang dimainkan secara tim, tentu saja kerjasama dan kekompakan antar anggota sangat berpengaruh. Setiap pemain juga mempunyai role atau peran tersendiri dalam setiap permainan. Untuk mendapatkan kemenangan “Winner Winner Chicken Dinner” tentunya setiap pemain harus memerankan perannya tersebut dengan baik.

Namun tahukah Anda apa saja role atau peran para pemain dalam 1 tim PUBG Mobile? Berikut ini role para pemain PUBG Mobile (PUBGM) dalam 1 tim esports:

In-Game Leader / Shoutcaller

In-Game Leader merupakan pemimpin atau ketua dalam setiap tim PUBG Mobile. Tugas utama mereka adalah memberikan komando dan pengambil keputusan terakhir setiap tim. Seorang In-Game Leader harus mempunyai kemampuan mengambil keputusan yang baik dan tepat. Karena hal tersebut yang dapat membuat tim memenangkan permainan atau malah berakhir dengan kekalahan.

Selain itu seorang In-Game Leader juga harus mempunyai kepemimpinan yang tinggi dan dipatuhi oleh anggota tim lainnya. Biasanya In-Game Leader dalam tim esports profesional juga mempunyai peran ganda sebagai role lainnya di dalam permainan. Pemain profesional PUBG Mobile yang mempunyai role sebagai In-Game Leader adalah Luxxy di Bigetron Red Aliens dan Microboy untuk tim EVOS Reborn.

Rusher

Rusher adalah salah satu role pemain PUBGM dalam tim esports yang sangat penting. Tugas utama mereka adalah berdiri di depan dan menerobos pertahanan lawan. Seorang Rusher harus mempunyai kemampuan menembak dan bertarung melawan tim musuh dari jarak dengan baik. Selain itu seorang Rusher juga harus mempunyai kecepatan yang tinggi dan mampu membidik musuhnya sambil bergerak.

1 tim esports biasanya mempunyai 1 atau 2 pemain Rusher. Salah satu pemain Rusher berperan ganda sebagai Scout atau Support. Potensi seorang Rusher akan sangat terlihat pada pertengahan hingga akhir permainan. Di saat safe zone sudah semakin mengecil maka tim harus mendobrak maju. Di sinilah seorang Rusher harus berusaha melangkah maju dan mengambil alih tempat yang aman.

Seorang Rusher biasanya mempunyai kill yang paling banyak di dalam tim. Namun pemain dengan role Rusher juga biasanya mati terlebih dahulu di dalama permainan. Pemain esports profesional yang mempunyai role sebagai Rusher adalah Ryzen di tim Bigetron Red Aliens serta NiKK dan Cleon di tim ONIC Esports.

Scout

Pemain scout mempunyai peran besar bagi tim. Tugas utama dari Scout adalah mencari tempat aman dan memberikan segala jenis informasi kepada anggota tim lainnya. Mulai dari tempat item yang bagus hingga posisi tim lawan berada.

Seorang Scout juga bisa berperan ganda dalam permainan. Mereka biasanya juga bermain sebagai Rusher kedua tim maupun Flanker. Perbedaan dengan Rusher utama adalah Scout berusaha mendobrak pertahanan tim lawan dari arah yang berbeda. Pemain profesional yang biasanya mempunyai posisi sebagai Scout adalah Zuxxy dalam tim Bigetron Red Aliens, Hzlnuts di tim Alter Ego LIMAX, dan RedFace di tim EVOS Reborn.

Sniper

Sniper adalah role di PUBGM yang jarang diperhatikan oleh para pemain PUBG Mobile. Hal ini karena perannya tidak begitu terlihat saat permainan. Namun jangan salah, seorang Sniper dapat menjadi sosok penentu dalam kemenangan sebuah tim esports.

Tugas utama dari seorang Sniper adalah membunuh pemain lawan dari jarak jauh. Oleh karena itu dia harus mempunyai kemampuan membidik dengan baik dan mencari lokasi strategis. Di saat tim mengalami jalan buntu dan tidak bisa menerobos pertahanan tim lawan, seorang Sniper dapat menjadi MVP tim. Dengan kemampuan membunuh dari jarak jauh, mereka bisa mengeliminasi pemain musuh satu per satu.

Pemain dengan role sebagai Sniper biasanya mendapatkan kill yang sedikit dan cenderung berdiam diri ditempat yang aman dan mengamati sekitar. Pemain yang mempunyai role sebagai Sniper di tim esports profesional adalah Luxxy di tim Bigetron Red Aliens dan NoMrcy pada tim Aura Esports.

Support

Support adalah role pemain PUBG Mobile yang tidak kalah pentingnya. Seorang Support mempunyai tugas yang berat bagi sebuah tim esports. Seorang Support harus mempunyai kemampuan ganda mulai dari menembak musuh dari jarak dekat hingga jarak jauh, bergerak dengan cepat dan tidak terlihat, hingga membaca jalannya permainan.

Seorang Support juga harus menyesuaikan komposisi timnya. Mereka dapat menjadi Rusher kedua tim. Pemain Support punya banyak tugas utam. Ia harus memberikan perlengkapan mulai dari medic kit hingga ammo kepada para pemain yang membutuhkan. Ia juga harus mendatangi anggota tim yang tengah terdesak serangan tim lawan. Ataupun Support juga bisa mengambil alih peran pemain lain apabila anggota tim tersebut ada yang terbunuh.

Pemain profesional yang mempunyai role sebagai Support di dalam tim profesional adalah LiQuiD di tim Bigetron Red Aliens, WarunK di tim RRQ RYU, serta IkyAr di tim BOOM Esports.


Itulah tadi beberapa role pemain PUBG Mobile atau PUBGM dalam sebuah tim. Meskipun begitu, peran pemain tersebut bukanlah sesuatu yang tetap atau baku. Setiap tim esports biasanya menyesuaikan role para pemainnya dengan gaya bermain masing-masing anggota dan keadaan saat permainan berlangsung.

Mode PUBG Labs Terbaru Ubah Gamenya Menjadi ‘Death Race’

Selain berkolaborasi dengan berbagai pihak, PUBG ternyata juga terus bereksperimen untuk membuat game-nya semakin variatif bagi para pemainnya. Dan lewat mode yang mereka namai “PUBG Labs”, kini game battle royale ini berubah menjadi sebuah game balap.

Dalam blog resminya, mode baru ini disebut sebagai “Racing Mode” karena para pemain diminta untuk beradu kecepatan melewati lintasan di map Miramar layaknya sebuah balapan pada umumnya. Namun tidak hanya sekadar balapan, para pemain nantinya juga bisa memilih jenis kendaraan yang mereka sukai.

Pilihan kendaraan dalam mode balapan. Image credit: PUBG

Ada 5 kendaraan yang terdiri dari 3 mobil dan 2 motor yang bisa dipilih para pemain yaitu Buggy, Coupe RB, dan Mirado untuk mobil. Serta Motorcycle dan Dirt Bike untuk motor.

Selain itu, selama balapan berlangsung para pemain bisa menabrak peti yang tersebar sepanjang lintasan untuk mendapatkan peningkat berupa booster ataupun mengaktifkan senjata.

Peti booster (kiri) dan peti pengaktifan senjata (kanan). Image credit: PUBG

Booster akan diwakilkan oleh peti berwarna merah yang akan memberikan akselerasi instan. Sayangnya booster tidak dapat digunakan oleh motor karena alasan keseimbangan.

Booster yang kedua adalah mengaktifkan senjata yang berwarna biru yang mengizinkan Anda mendapat senjata untuk menyerang pemain lain layaknya di game karting ataupun Death Race. Tiap kendaraan akan memiliki senjata yang berbeda-beda.

Lintasan balap yang tersedia. Image credit: PUBG

Dalam uji cobanya, hanya akan tersedia 2 lintasan yaitu di pulau Prison berada. Titik mulainya ada di dekat jembatan dan akan mengitari pulau melewati Prison dan juga Los Higos dengan garis finish kembali ke dekat jembatan.

Sedangkan lintasan kedua berada di sekitaran Pecado, berjalan ke arah barat menuju Chumacera, dan akan berjalan memutar untuk kembali lagi ke Pecado. Selama balapan pemain tidak diijinkan untuk memotong jalan karena terdapat beberapa checkpoint sepanjang lintasan yang harus dilalui.

Memenangkan mode balap. Image credit: PUBG

Mode baru ini sebenarnya telah diumumkan oleh PUBG pada akhir Mei lalu, namun Krafton baru membuka tes untuk “Racing Mode” ini pada 7 Juni dan baru bisa dimainkan di PUBG versi PC saja. Mode ini juga hanya berlangsung seminggu saja hingga tanggal 14 Juni mendatang.

Berita baiknya, para pemain PUBG di konsol juga berkesempatan menjajal mode ini mulai tanggal 10 Juni, sedangkan platform mobile sayangnya masih belum mendapatkan informasi apa-apa terkait mode ini.

Fortnite Berhasil Raup Rp129 Triliun di Dua Tahun Pertama

Popularitas Fortnite beberapa tahun lalu sempat menjadikan Fortnite meraih penghargaan The Game Award untuk game multiplayer terbaik di tahun 2018. Di tahun yang sama, Epic Games diketahui sukses meraup penghasilan sebesar US$5 miliar dari game battle royale-nya.

Pada tahun selanjutnya, Epic Games mengantongi pendapatan kotor sebesar US$3,7 miliar yang menjadikan Fortnite salah satu game free-to-play tersukses. Perlu diingat kembali bahwa angka-angka tersebut merupakan pendapatan kotor yang diperoleh dari Fortnite saja, belum termasuk unit bisnis lainnya seperti Rocket League, Unreal Engine, Epic Games Store, serta Fall Guys yang baru diakuisisi di bulan Maret lalu.

Anda dapat membaca laporan keuangan Epic Games di tahun 2018-19 secara lengkap di sini. Laporan keuangan Epic Games ini adalah kali pertama yang diungkap ke publik mengingat Epic Games bukanlah perusahaan publik.

Image Credit: Geo TV

Laporan keuangan internal Epic Games ini dipublikasikan untuk melengkapi berkas gugatan Epic Games di pengadilan Oakland, AS. Epic Games maju ke meja hijau untuk menggugat perusahaan manufaktur smartphone terkemuka asal California, AS, yaitu Apple.

Kasus ini bermula setelah Epic Games meluncurkan token digital sebagai cara pembayaran in-game dengan harga 10-20% lebih murah dibanding melalui platform Apple Store (yang memotong keuntungan Epic Games 30% dari setiap transaksi).

Akibatnya, Apple memutuskan untuk menghapus game Fortnite dari App Store. Tidak terima, Epic Games langsung menggugat Apple di pengadilan setempat. Hal ini menjadi fokus Epic Games lantaran perangkat iOS menyumbang 20% dari total 350 juta pemain Fortnite di seluruh dunia.

Lepasnya kontrol terhadap 20% pemainnya yang bermain di perangkat iOS akan berdampak besar terhadap penghasilan dari game battle royale terbesar di dunia ini. Dikutip dari dokumen resmi pengadilan, Fortnite mengantongi US$700 juta dari pemain ekosistem iOS di dua tahun terakhir.

Besarnya Fortnite di ekosistem gaming dan esports tercermin dari gelaran Fortnite World Cup 2019, yang menawarkan total hadiah sebesar US$100 juta (sekitar Rp1,4 triliun). Kyle “Bugha” Giersdorf adalah pemain yang berhasil jadi juara cabang solo, dan membawa pulang uang tunai sebesar US$3 juta. Bugha berhasil menjadi sorotan internasional, diundang di berbagai acara televisi, dan menjalin kerjasama dengan merek-merek besar di AS.

PUBG Mobile vs Free Fire: Data & Fakta, Ekosistem Esports, Serta Masa Depan

PUBG Mobile dan Free Fire adalah dua game yang kerap diperdebatkan soal siapa yang lebih baik atau keren. Namun konotasi “baik” atau “keren” sebenarnya relatif dan subjektif. Maka dari itu mari kita mencoba lebih objektif dalam membandingkan dua game tersebut. Dalam artikel ini kita akan bicara data dan fakta, serta membahas bagaimana perkembangan ekosistem esports-nya, sampai memprediksi nasib masa depan yang mungkin terjadi bagi kedua game tersebut.

Tanpa berlama-lama lagi, mari kita mulai membahas dua game Battle Royale terpanas di mobile tersebut, dimulai dari kulit terluarnya.

 

Mengupas Kulit Luar PUBG Mobile dan Free Fire

Sebelum membahas ke aspek yang lebih “dewasa”, mari kita bahas kulit terluar dari dua game tersebut terlebih dahulu yaitu gameplay. Dua game tersebut sama-sama Battle Royale. Apa itu Battle Royale? Bagaimana cara bermainnya?

Battle Royale adalah genre yang cukup unik, bahkan bagi para gamers sekalipun. Ketika konsep permainan tersebut pertama kali diperkenalkan 2017 lalu, konsep ini segera menjadi tren baru yang diadaptasi ke dalam berbagai bentuk oleh berbagai developer. Dalam ranah mobile, dua yang paling besar dan gencar persaingannya adalah PUBG Mobile dan Free Fire.

Apa bedanya Battle Royale dengan genre game lain? Game kompetitif pada umumnya menggunakan konsep permainan tim vs tim beranggotakan 5 orang. Pertandingan bisa dilakukan dalam permainan MOBA (Mobile Legends contohnya) atau First-Person Shooter (Point Blank atau Counter-Strike). Battle Royale sedikit berbeda.

Mode kompetitif Battle Royale mempertandingkan 14 tim sekaligus. Masing-masing tim berisikan 4 pemain. Tujuan yang harus dicapai masing-masing tim adalah menjadi tim yang bertahan hidup paling terakhir. Cara bertahan hidup bisa bervariasi, bisa dengan bersembunyi, ataupun secara agresif mengalahkan tim lain. Dalam PUBG Mobile dan Free Fire, cara mengalahkan tim lain adalah menembaki musuh-musuhnya dengan menggunakan senjata.

Lalu apa yang jadi perbedaan utama antara PUBG Mobile dengan Free Fire? Perbedaan tersebut datang dari sisi cara memainkan game-nya (disebut juga mekanik permainan). Sebagai game tembak-tembakkan, kemampuan pemain untuk mengarahkan lalu menembakkan senapan ke arah musuh sangatlah diutamakan.

Dalam Free Fire, proses mengarahkan dan menembak musuh banyak dibantu oleh sistem game-nya sendiri. Beberapa contoh bantuannya sendiri adalah: bidikan (crosshair) senjata yang akan berubah warna saat mengarah tepat ke musuh dan bantuan untuk mengarahkan kembali bidikan ke arah musuh apabila melenceng terlalu jauh (disebut juga aim-assist). Hentakan senjata (disebut juga weapon recoil) juga sengaja dibuat lebih bisa diprediksi agar pemain bisa menembaki musuhnya dengan lebih mudah.

Lalu bagaimana dengan PUBG Mobile? Mekanisme menembak di PUBG Mobile cenderung lebih sulit. Mekanismenya jadi lebih sulit karena minimnya bantuan dari sistem game. Bantuan yang seperti apa? Warna bidikan di PUBG Mobile akan tetap sama ke manapun arahnya, walau tetap memberi timbal balik visual apabila tembakan Anda mengenai orang lain atau objek-objek yang bisa dihancurkan (kendaraan misalnya). PUBG Mobile sebenarnya juga punya aim-assist, tetapi bantuan dari sistem game untuk mengarahkan kembali bidikan yang melenceng tergolong minim. Selain itu, fitur aim-assist di dalam PUBG Mobile juga bisa dimatikan, tidak seperti di Free Fire yang bersifat permanen. Hentakan senjata di PUBG Mobile juga dibuat layaknya senjata di dunia nyata sehingga pemain cenderung lebih sulit untuk menembaki musuh.

Karena perbedaan mekanisme perrmainan tersebut, PUBG Mobile dan Free Fire cenderung menciptakan segmentasi yang berbeda. PUBG Mobile cenderung lebih digandrungi oleh pemain yang kompetitif, suka tantangan, dan cenderung lebih dewasa. Pada sisi lain, Free Fire lebih digandrungi oleh pemain tipe casual yang cenderung lebih muda, walau tetap bisa dinikmati secara kompetitif juga.

Di luar dari gameplay, PUBG Mobile dan Free Fire juga punya beberapa perbedaan aspek visual. Tema visual dan perlengkapan persenjataan di dalam PUBG Mobile cenderung lebih realistis dan militaristik. PUBG Mobile tetap menyajikan skin warna-warni, tapi persenjataan di PUBG Mobile tetaplah persenjataan yang lazim digunakan di dunia milier (seperti granat, flashbang, dan berbagai jenis senjata api yang memang ada di dunia nyata).

Free Fire punya tema visual yang lebih berwarna-warni dan dilengkapi dengan beberapa perlengkapan yang bersifat futuristik dan fantasi. Free Fire sebenarnya tetap memiliki senjata yang berasal di dunia nyata, tetapi beberapa persenjataan lain adalah sesuatu yang bersifat fantasi. Beberapa contohnya seperti: Gloo Wall yang memungkinkan pemain memunculkan tembok es untuk bertahan, karakter yang punya berbagai macam kemampuan, ataupun kendaraan-kendaraan yang terlihat futuristik.

Setelah membahas kulit luarnya, mari kita menyelam ke dalam pembahasan “dewasa” yang tadi saya janjikan, yaitu aspek ekosistem esports, perkembangan jumlah pemain, dan pemasukan dari kedua game tersebut.

 

Ekosistem Esports PUBG Mobile vs Free Fire

Skema ekosisstem esports PUBG Mobile sudah sempat kita bahas pada kesempatan sebelumnya. Lalu bagaimana dengan ekosistem esports Free Fire? Ada turnamen apa saja? Bagaimana skema dari sisi kompetitifnya? Free Fire punya empat kompetisi di Indonesia. Ada Free Fire Masters League dan Free Fire Indonesia Masters sebagai dua kompetisi kasta utama yang dibuat oleh pihak pertama yaitu Garena Indonesia selaku publisher game. Free Fire Masters League bisa dikatakan sebagai babak Regular Season dari satu musim kompetisi, sementara Free Fire Indonesia Masters adalah babak Playoff-nya.

Selain dua kompetisi utama tersebut, Garena Indonesia juga punya dua jenis kompetisi lain. Ada Free Fire The One yang menjadi wadah kompetisi bagi solo player dan Free Fire Royale Combat sebagai wadah kompetisi tim-tim amatir. Sistem kompetisi esports yang diadopsi oleh skena Free Fire sendiri sebenarnya bisa dibilang sebagai sistem campuran.

Garena Indonesia menerapkan sistem tertutup untuk Free Fire Masters League. Liga FFML tergolong sebagai sistem tertutup karena seleksi dilakukan secara terbatas. Selain itu, tim yang ingin ikut serta juga tidak bisa cuma modal jago saja. Christian Wihananto selaku Produser Free Fire dari Garena Indonesia sempat menjelaskan proses masuk ke dalam FFML pada konfrensi pers peluncuran FFML Season 1 yang dilakukan pada awal Januari 2020 lalu. Chris menjelaskan adanya seleksi administratif dan keharusan buy-in slot seharga Rp50 juta bagi tim yang ingin masuk ke dalam liga FFML.

Skema Esports Free Fire Masters League.
Skema Esports Free Fire Masters League.

Tetapi ada sedikit perbedaan antara sistem tertutup yang diterapkan di Free Fire Masters League dengan Franchise League yang diterapkan Mobile Legends: Bang-Bang pada liga MPL. Model franchise dalam liga MPL menetapkan 8 tim yang bertanding di dalamnya sebagai peserta tetap, tanpa adanya sistem promosi ataupun relegasi.

Sementara investasi ke dalam Free Fire Masters League hanya berlaku untuk satu musim saja. Seiring perkembangannya, Free Fire Masters League di musim ke-3 bahkan memperkenalkan FFML Divisi 2 dan menyertakan sistem promosi-relegasi. Karenanya peserta FFML Divisi 2 yang memiliki performa baik akan punya kesempatan untuk naik ke divisi 1 dan sebaliknya (Tim divisi 1 yang berperforma buruk akan turun ke divisi 2 pada musim berikutnya). Maka dari itu liga FFML sendiri memang tidak bisa dibilang sebagai franchise league murni.

Dalam wawancara yang saya lakukan, Christian Wihananto mengatakan bahwa dirinya lebih suka menyebut liga FFML sebagai buy-in model. Selain itu, skena esports Free Fire juga menyertakan sistem terbuka lewat kompetisi Free Fire Indonesia Masters (FFIM). Kompetisi FFIM mempertandingkan 12 tim terbaik se-Indonesia. 12 tim yang bertanding terdiri dari 6 tim yang datang dari Free Fire Masters League dan 6 tim sisanya dari babak Play-Ins.

 

Skema Esports Free Fire Indonesia Masters bagi peserta umum.
Skema Esports Free Fire Indonesia Masters bagi peserta umum.

Bagaimana dengan ekosistem bisnis esports Free Fire? Model bisnis ekosistem esports Free Fire sebenarnya bisa dikatakan masih mirip dengan PUBG Mobile ataupun Mobile Legends: Bang-Bang. Kemiripannya terlihat dari besarnya peran publisher (yaitu Garena Indonesia) di dalam bisnis esports Free Fire. FFML, FFIM, sampai turnamen-turnamen tingkat grassroot seperti FFRC dan FF The One, semuanya diselenggarakan oleh Garena Indonesia sendiri.

Namun demikian, salah satu perbedaan cukup terlihat ketika kita membicarakan turnamen tingkat pelajar/mahasiswa di dalam skena PUBG Mobile dan Free Fire. Dalam ekosistem PUBG Mobile, kompetisi tingkat pelajar/mahasiswa juga diselenggarakan oleh Tencent Games selaku publisher game tersebut di Indonesia. Turnamen tersebut adalah PUBG Mobile Campus Championship atau PMCC.

Sementara pada sisi lain, kebanyakan turnamen pelajar di ekosistem Free Fire diselenggarakan oleh pihak ketiga, bahkan beberapa di antaranya melibatkan badan pemerintah. Beberapa contohnya adalah seperti Dunia Games Campus League (2019) dan IEL University Series (2020).

Selain itu, segmentasi dua game tersebut sebenarnya juga cukup terlihat dari penyelenggaraan kompetisi tingkat pelajar/mahasiswa. Seperti yang sebelumnya saya sebut, PUBG Mobile cenderung menyasar anak kuliahan lewat penyelenggaraan turnamen seperti PMCC.

Sementara itu kompetisi Free Fire cenderung menyasar anak sekolah. Selain dua contoh yang saya sebut di atas, Free Fire juga punya turnamen-turnamen yang diikuti oleh anak sekolah. Beberapa contohnya seperti Piala Pelajar (khusus pelajar setingkat SMA) atau Piala Menpora Esports (terbuka untuk pelajar setingkat SMA dan mahasiswa). Sama seperti sebelumnya, dua turnamen tersebut juga diselenggarakan oleh pihak ketiga.

Sumber Gambar - Piala Menpora Esports Official Website.
Sumber Gambar – Piala Menpora Esports Official Website.

Kelanjutan soal segmentasi akan saya bahas pada sub-pembahasan berikutnya. Sekarang mari kita melihat presensi global kedua game tersebut dari segi esports.

Tahun 2020 lalu dua game tersebut sama-sama menyelenggarakan turnamen internasional secara online. PUBG Mobile menyelenggarakan PUBG Mobile World League pada bulan Juli hingga Agustus 2020 lalu, sementara Free Fire mengadakan FF Continental Series di bulan November.

Dua turnamen tersebut sama-sama membagi pesertanya berdasarkan regional agar memudahkan teknis penyelenggaraan turnamen internasional secara online. PMWL membagi turnamennya menjadi dua bagian: East Region (negara-negara Asia dan sekitarnya) dan West Region (negara-negara barat dan sekitarnya). FFCS membagi turnamennya menjadi tiga bagian: EMEA (Timur tengah dan sekitarnya), Americas (Amerika Latin dan sekitarnya), dan Asia (SEA dan sekitarnya).

Walaupun Free Fire punya lebih banyak region pertandingan, tetapi PUBG Mobile ternyata punya lebih banyak perwakilan negara. Mengutip dari data Liquidpedia, tercatat ada 31 negara yang terwakilkan melalui pemain-pemain yang tergabung dalam PWML: West Region dan 13 negara untuk PMWL East Region. Maka dari itu, total ada 44 negara negara terwakili di dalam gelaran PMWL.

Masih mengutip dari Liquidpedia jumlah negara yang terwakilkan di FFCS lebih sedikit. Tercatat ada 12 negara terwakilkan melalui pemain-pemain yang jadi peserta di FFCS: Americas, 13 negara di FFCS: EMEA, dan 7 negara di FFCS Asia. Maka dari itu total ada 32 negara terwakilkan di dalam gelaran FFCS.

Presensi global esports kedua game tersebut juga bisa kita lihat salah satunya melalui jumlah tayangan bahasa lokal yang disajikan kedua turnamen tersebut. Mengambil data menggunakan fitur pro dari Esports Charts, PMWL memiliki total 16 tayangan bahasa lokal (tidak termasuk bahasa Inggris) dengan 9 bahasa untuk PMWL East dan 7 bahasa untuk PMWL West.

Beralih ke Free Fire, FFCS memiliki total 10 tayangan bahasa lokal (tidak menyertakan bahasa Inggris) dari 3 region yang dipertandingkan tersebut. Dari total 10 tayangan bahasa lokal tersebut, pembagiannya adalah 2 bahasa untuk FFCS: EMEA, 6 bahasa untuk FFCS: Asia, dan 2 bahasa untuk FFCS: Americas.

Sumber: Esports Charts
Data viewership FFCS: Asia. Sumber: Esports Charts
Sumber: Esports Charts
Data viewership PMWL: East Region. Sumber: Esports Charts

Lalu bagaimana jika bicara dari viewership secara internasional? Untuk bagian ini saya kembali menggunakan data dari Esports Charts. Secara angka, Free Fire memang punya jumlah viewers yang lebih banyak ketimbang PUBG Mobile. Namun keduanya memiliki kesamaan yaitu sama-sama memiliki basis penggemar terbesar di Asia. Menurut catatan Esports Charts, PMWL: East berhasil mebukukan 1,1 juta lebih peak viewers sementara FFCS: Asia membukukan 2,5 juta lebih peak viewers. Data lebih lengkapnya bisa Anda lihat pada gambar yang saya sajikan di atas.

 

Data Jumlah Pemain dan Pemasukan PUBG Mobile vs Free Fire

Dua game tersebut sedari awal memang sudah membedakan segmentasinya. Hal itu dapat kita lihat buktinya melalui laman Google Play. Dari laman Google Play, kita bisa melihat PUBG Mobile memiliki rating 16+ sementara Free Fire memiliki rating 12+. Karenanya jadi tidak heran juga kenapa Free Fire menyajikan gameplay yang lebih sederhana yang dilengkapi dengan aspek visual yang warna-warni, futuristik, juga bersifat fantasi.

Walaupun punya dua segmentasi yang berbeda, kedua game tersebut menjalani persaingan yang ketat dari segi angka. Mari kita lihat dulu dari segi jumlah pemain. Mengutip dari Invenglobal yang merujuk ke Business of Apps, jumlah pengguna harian PUBG Mobile sempat mencapai angka 65 juta pemain (peak Daily Active Users) pada tahun 2020 lalu.

Sumber: Google Play
Free Fire dipatok dengan rating 12+. Sumber: Google Play
Sumber: Google Play
PUBG Mobile dipatok dengan rating 16+. Sumber: Google Play

Untuk Free Fire, SEA (perusahaan induk Garena) sempat mempublikasikan laporan keuangan perusahaan mereka pada bulan Agustus 2020 lalu. Dalam laporan tersebut dituliskan bahwa Free Fire sempat mencapai 100 juta pengguna harian (peak Daily Active Users). Masih mengutip dari laporan keuangan tersebut, dikatakan juga bahwa Free Fire berhasil masuk daftar Top Grossing di Amerika Latin dan Asia Tenggara. Free Fire juga masuk peringkat 3 most downloaded dalam kategori mobile games secara global.

Setelah membahas jumlah pemainnya, sekarang mari melanjutkan pembahasan dari segi pendapatan dari kedua game. Walaupun PUBG Mobile kalah jumlah pemain, tapi game yang dikembangkan oleh Lightspeed & Quantum tersebut ternyata lebih menguntungkan ketimbang Free Fire, mengutip dari data pemasukan terakhir kedua game tersebut.

Sumber Data - Sensor Tower.
Sumber Data – Sensor Tower.

Sensor Tower melaporkan pada bulan Desember 2020 lalu bahwa PUBG Mobile berhasil mencetak US$2,6 miliar. Catatan pendapatan tersebut merupakan gabungan dari game PUBG Mobile yang dirilis secara global dan pendapatan dari Peacekeeper Elite yang merupakan versi lokal Tiongkok atas game tersebut. Dengan total pendapatan tersebut, PUBG Mobile pun menjadi game dengan pendapatan tertinggi di atas Honor of Kings (AOV versi Tiongkok), Pokemon GO, dan 3 game casual lainnya (Coin Master, Roblox, dan Monster Strike).

Sementara itu, Free Fire sempat berhasil membukukan pendapatan sebesar US$2,13 miliar berdasarkan dari data yang dikeluarkan oleh SuperData. Karenanya Free Fire digolongkan sebagai game free-to-play paling menguntungkan di tahun 2020 bersama dengan Pokemon GO, Roblox, League of Legends, dan lain sebagainya.

Dari kedua data tersebut, kita bisa melihat bahwa Free Fire dan PUBG Mobile tergolong punya kesuksesannya masing-masing di ranah genre Battle Royale untuk mobile. Free Fire berhasil menggaet banyak pemain berkat gameplay yang lebih casual dan beragam skin serta kolaborasi yang dilakukan. Pada sisi lain, walaupun punya jumlah pemain yang lebih sedikit, pemain PUBG Mobile cenderung lebih mudah untuk dikonversi menjadi paid-user yang mungkin terjadi berkat segmentasi pemainnya yang lebih dewasa.

Dengan berbagai kesuksesan yang mereka dapatkan di tahun 2020 lalu, bagaimana iklim perkembangannya di masa depan? Mari kita berlanjut ke sub-topik berikutnya untuk mendiskusikan masa depan kedua game tersebut dari sisi esports ataupun daya tarik masyarakat.

 

Menatap Masa Depan Battle Royale dan Iklim Perkembangan PUBG Mobile vs Free Fire.

Dari sisi iklim perkembangannya, game PUBG Mobile sebenarnya bisa dikatakan kurang beruntung. Game PUBG Mobile sempat mengalami banyak kontroversi secara internasional ataupun lokal.

Secara internasional, PUBG Mobile kerap kali dianggap sebagai game yang memberikan “dampak negatif.” PUBG Mobile sempat diblokir di Pakistan gara-gara hal tersebut. Selain itu, PUBG Mobile juga diblokir di India walau karena perkara yang berbeda. Lalu dari tingkat lokal, PUBG Mobile juga dicap haram oleh Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh sejak bulan Juni 2019 lalu.

Dalam kasus lokal, mengutip dari Kompas.com, PUBG Mobile diblokir karena dianggap menyebabkan kecanduan. Dalam kasus internasional, masalahnya juga sama. Mengutip India.com, dikatakan bahwa salah satu alasan Pakistan memblokir PUBG Mobile adalah karena masyarakat menganggap game tersebut bersifat adikfif dan berpotensi memberi dampak buruk terhadap kesehatan fisik dan psikis anak.

Pandangan negatif tersebut memang sering tercetus di masyarakat, terutama apabila membahas soal game online. Walaupun sering dicetuskan, namun pandangan negatif itu sebenarnya lemah argumentasinya. Pembahasan lebih panjangnya bisa Anda lihat pada artikel Hybrid.co.id yang satu ini.

Di luar dari itu, menurut opini saya pribadi, konten game yang cenderung realistis dan bersifat militaristik mungkin jadi alasan munculnya rasa paranoid atas PUBG Mobile. Apabila Anda memainkan PUBG Mobile tanpa skin, kosmetik, atau konten tambahan yang disajikan Lightspeed & Quantum, Anda bisa lihat sendiri bagaimana PUBG Mobile menyajikan dunia yang kelam, berisi peperangan, dan penuh kekerasan.

Gara-gara konten perang dan kekerasan tersebut, PUBG Mobile sendiri sebenarnya sempat diblokir di negara asal pengembangnya yaitu Tiongkok. Karena hal tersebut, PUBG Mobile pun kini berganti nama menjadi Peacekeeper Elite di Tiongkok dan meminimalisir konten kekerasan di dalamnya.

Tencent selaku publisher dan Lightspeed & Quantum selaku developer mungkin sadar bahwa salah satu alasan banyaknya kontroversi terhadap PUBG Mobile adalah karena konten peperangan yang disajikan. Maka dari itu, seiring perkembangannya, PUBG Mobile pun berusaha untuk memberi lebih banyak warna ke dalam game PUBG Mobile. Salah satu usaha untuk memberli lebih banyak warna ke dalam game adalah dengan menghiasi PUBG Mobile menggunakan berbagai skin bertema futuristik. Salah satu contohnya mungkin bisa Anda lihat dari konten Royale Pass Season 18 yang baru saja dirilis.

pubgm royale pass 18

Bagaimana dengan Free Fire? Walaupun sama-sama Battle Royale, Free Fire cenderung lebih minim kontroversi. Dari sisi konten, game Free Fire memang terlihat realistis pada awalnya. Namun seiring waktu, Free Fire juga terus berusaha mengembangkan kontennya ke arah game fantasi yang bersifat futuristik. Selain itu, Garena selaku publisher juga giat melakukan kolaborasi konten untuk semakin mengedepankan unsur fantasi ke dalam game tersebut.

Free Fire sempat berkolaborasi dengan serial Money Heist dari Netflix, pesepak bola Christiano Ronaldo untuk menghadirkan karakter Chronos, sampai anime Attack on Titan untuk menampilkan karakter Eren Jaeger ke dalam game. Free Fire sebenarnya juga sempat diblokir pemerintah India, namun pemblokiran tersebut lebih ke arah bentuk pemboikotan India terhadap produk-produk besutan Tiongkok yang terjadi karena masalah konflik perbatasan India-Tiongkok.

Sebagai pembahasan terakhir, hal yang menjadi pertanyaan mungkin adalah bagiamana nasib genre Battle Royale dan esports atas game tersebut ke depannya? Dari sisi esports, walaupun genre Battle Royale memang sempat mendapat kritik ketika saat dikompetisikan, namun perkembangan pesat Free Fire dan PUBG Mobile sebagai esports sebenarnya sudah jadi bentuk bukti minat pasar ke esports Battle Royale.

Namun demikian, seiring perkembangannya, baik PUBG Mobile ataupun Free Fire kerap kali melakukan perubahan format. Tetapi perubahan dan evolusi tersebut sebenarnya bisa dianggap positif mengingat posisi genre Battle Royale sebagai esports yang masih belia sehingga terus butuh perubahan untuk menemukan format terbaiknya.

Dalam kasus PUBG Mobile misalnya, saya sempat membuka diskusi membahas kemungkinan penggunaan mode First-Person Perspective untuk pertandingan esports-nya. Dari pembahasan tersebut, kita bisa melihat bahwa memang masih ada ruang untuk membuat esports genre Battle Royale jadi lebih baik lagi. Pembahasan tersebut masih baru satu aspek saja. Masih ada aspek lain yang sebenarnya juga bisa dipertanyakan seperti format turnamen yang tepat ataupun format pemberian poin yang adil baik untuk Free Fire ataupun PUBG Mobile.

Lalu bagaimana dengan genre Battle Royale sendiri? Apakah game dengan genre tersebut akan pudar popularitasnya di masa depan? Sebenarnya agak sulit untuk memprediksi hal tersebut.

Untuk menjawab perkara ini, sepertinya saya akan kembali mengutip pembahasan saya soal kausalitas antara game gratis dengan esportsDari pembahasan tersebut kita bisa menyadari bahwa memang kehadiran ekosistem esports bisa membuat sebuah game (atau genre game) jadi lebih panjang hajat hidupnya. Selama esports game Battle Royale masih ada, maka pemain baru untuk genre tersebut mungkin akan terus muncul, entah karena ingin menjadi pemain esports atau sekadar ingin menjajal gara-gara menonton pertandingannya.

Mengingat gameplay genre Battle Royale yang penuh aksi dan punya durasi yang pas, sepertinya dua game tersebut punya potensi untuk terus bertahan di dalam ekosistem esports sampai bertahun-tahun ke depan.

Final Fantasy VII Remake Intergrade Resmi Diumumkan untuk PlayStation 5

Sekitar setahun setelah dirilis, Final Fantasy VII Remake akhirnya bakal mendapat upgrade next-gen pada tanggal 10 Juni 2021. Versi yang ditujukan untuk PlayStation 5 ini dinamai Final Fantasy VII Remake Intergrade, dan pemilik game aslinya di PS4 bisa menerima upgrade ini secara cuma-cuma.

Seperti yang sudah bisa ditebak, tentu saja ada penyempurnaan dari sisi performa maupun kualitas grafis di FF VII Remake Intergrade. Pemain nantinya dapat memilih antara “Graphics Mode” yang memprioritaskan resolusi 4K, atau “Performance Mode” kalau lebih mementingkan gameplay yang mulus di 60 fps.

Haptic feedback maupun adaptive trigger milik controller DualSense juga akan diintegrasikan, dan tentu saja pemain bakal mendapati waktu loading yang jauh lebih singkat. Namun Square Enix rupanya belum selesai.

Intergrade nantinya juga bakal menawarkan episode baru untuk dimainkan, sekaligus kembalinya salah satu lakon lawas favorit, yakni Yuffie Kisaragi sebagai playable character dalam episode tersebut. Episode Yuffie ini nantinya harus dibeli secara terpisah sebagai paid DLC dari PlayStation Store.

Tentunya ini merupakan kabar yang sangat menggembirakan bagi para penggemar FF VII, akan tetapi Square Enix rupanya masih punya kejutan lain buat mereka.

Final Fantasy VII The First Soldier

Judul di atas adalah judul dari game battle royale baru yang sedang Square Enix kerjakan untuk perangkat Android dan iOS. Battle royale? Ya, Anda tidak salah baca. Jujur saya sendiri masih kesulitan mencerna konsep gabungan dari dua hal yang semestinya sangat bertolak belakang tersebut. Namun rupanya itulah yang Square Enix lakukan saat menggarap game spin-off ini.

Secara lore, The First Soldier bakal berperan sebagai prekuel dari FF VII, menceritakan asal usul dari pasukan elit Soldier sekitar tiga dekade sebelum peristiwa yang terjadi di FF VII. Kalau melihat trailer-nya, gameplay The First Soldier sepertinya bakal menggabungkan aksi tembak-menembak dari perspektif third-person dengan combat ala Final Fantasy.

Menariknya, The First Soldier nantinya juga akan menyisipkan sejumlah elemen RPG ke dalam formula battle royale yang diangkat, seperti misalnya sistem level yang melibatkan sejumlah monster untuk dibasmi. Selain mode solo, The First Soldier juga akan menawarkan mode tim berisikan tiga pemain.

Final Fantasy VII Ever Crisis

Selain The First Soldier, Square Enix juga punya spin-off lain berjudul Final Fantasy VII Ever Crisis yang juga ditujukan untuk perangkat mobile. Ever Crisis pada dasarnya merupakan kompilasi dari seluruh cerita yang pernah diangkat, mulai dari FF VII orisinal, Before Crisis, Dirge of Cerberus, Crisis Core, sampai film Advent Children, tidak ketinggalan pula sejumlah elemen narasi baru yang berfokus pada asal usul Soldier.

Gameplay akan disajikan per chapter, dengan combat yang tentunya sudah kelihatan sangat familier. Tidak seperti The First Soldier yang akan dirilis di tahun ini juga, Ever Crisis rencananya baru akan tersedia tahun depan di Android sekaligus iOS.

Sumber: Square Enix via Eurogamer.

PUBG: New State Adalah Game Mobile Battle Royale Baru dengan Setting Futuristis

Tahukah Anda kalau PUBG punya situs khusus untuk lore dalam game-nya? Buat sebagian besar orang, pelopor genre battle royale ini memang tidak perlu memiliki narasi khusus maupun deretan karakter yang menarik untuk ditelusuri riwayat hidupnya masing-masing, tapi pengembangnya rupanya berpendapat berbeda.

Pada kenyataannya, PUBG Studio selaku pihak pengembangnya sedang sibuk menyiapkan game baru yang akan mendalami lore tersebut lebih jauh lagi. Game baru ini mereka beri judul PUBG: New State, dan dijadwalkan bakal tersedia di platform Android sekaligus iOS pada tahun 2021 ini juga.

Secara lore, PUBG: New State mengambil setting di tahun 2051 pada sebuah map baru bernama Troi. Pada video trailer-nya, kita bisa melihat bagaimana suasana perang di PUBG universe di masa depan bakal melibatkan beragam perlengkapan canggih, mulai dari drone sampai combat shield.

Variasi senjatanya pun juga terkesan lebih modern daripada yang ada sekarang. Menariknya, kita juga akan mendapati sejumlah elemen gameplay baru pada PUBG: New State, salah satunya adalah kebebasan untuk memodifikasi senjata selama match sedang berlangsung, mirip seperti fitur weapon attachment yang ditawarkan Apex Legends.

Meski cuma dibuat untuk platform mobile, PUBG: New State menjanjikan kualitas grafik yang cukup superior jika melihat sejumlah screenshot gameplay-nya. Kebetulan developer-nya memang adalah PUBG Studio sendiri, bukan LightSpeed & Quantum Studios, anak perusahaan Tencent Games yang selama ini bertanggung jawab atas pengembangan PUBG Mobile.

Belum diketahui kapan pastinya PUBG: New State akan dirilis, namun sebelumnya pengembangnya bakal mengadakan fase alpha testing terlebih dulu. Buat pengguna perangkat Android, Anda sudah bisa melakukan pra-registrasi mulai sekarang untuk mendapatkan skin kendaraan edisi terbatas yang akan masuk ke akun Anda secara permanen.

Sumber: The Verge.