Xiaomi Ungkap Virtual Reality Headset Perdananya, Mi VR Play

Setelah Huawei memperkenalkan virtual reality headset untuk pasar Tiongkok di bulan April kemarin, kini giliran Xiaomi yang mengungkap garapannya. VR headset perdana dari Xiaomi tersebut dijuluki Mi VR Play, dan ada yang patut disorot mengenai desainnya.

Utamanya adalah kehadiran sepasang retsleting di bagian depan untuk mengamankan ponsel. Mi VR Play pun tidak pilih-pilih soal kompatibilitas; smartphone apa saja dengan ukuran layar 4,7 sampai 5,7 inci bisa dijejalkan ke dalamnya.

Beragam varian desain Mi VR Play yang cukup mencolok / Xiaomi
Beragam varian desain Mi VR Play yang cukup mencolok / Xiaomi

Masih seputar desain, Xiaomi juga akan menawarkan VR headset-nya dalam banyak varian, mulai dari yang bercorak militer, macan tutul sampai denim. Xiaomi akan terus menambah variasinya dengan karya-karya dari komunitas ke depannya.

Soal fungsi, Mi VR Play tidak jauh berbeda dari perangkat Google Cardboard lain. Xiaomi sendiri mengaku telah merancang interface aplikasinya juga dalam wujud VR, dengan alasan supaya kesan immersive tidak hilang begitu saja setelah pengguna selesai menikmati suatu konten.

Selama masa beta testing, Mi VR Play bisa didapat seharga 1 yuan saja / Xiaomi
Selama masa beta testing, Mi VR Play bisa didapat seharga 1 yuan saja / Xiaomi

Namun tentu saja yang selalu menjadi nilai jual utama dari produk besutan Xiaomi adalah harga. Mi VR Play tidak masuk pengecualian; selama tahap beta testing, penguji yang tertarik bisa meminangnya seharga 1 yuan saja. Pastinya harga retail-nya tidak semurah ini.

Menurut Xiaomi, sejauh ini sudah ada lebih dari 1 juta pengguna yang tertarik dan mendaftar menjadi beta tester sejak perangkat diumumkan pada tanggal 1 Agustus kemarin. Tujuan akhir Xiaomi adalah menyuguhkan pengalaman VR ke lebih banyak konsumen di Tiongkok – semoga saja mereka juga punya niat yang sama untuk kawasan lain.

Sumber: The Verge dan Xiaomi.

Samsung Gear VR 2016 Hadir Mengusung USB-C dan Desain Baru yang Lebih Apik Sekaligus Fungsional

Samsung Galaxy Note 7 telah resmi diperkenalkan. Kalau melihat infografis perbandingan antara Note 5 dan Note 7, terpampang jelas bahwa phablet terbaru Samsung tersebut hadir mengusung port USB-C ketimbang micro USB. Hal ini pun menjadikannya sebagai perangkat pertama Samsung yang mengemas port USB-C, tapi kemudian apa artinya ini buat Gear VR?

Well, mengingat Gear VR mengandalkan konektor micro USB, maka diperlukan model baru untuk bisa mengakomodasi Note 7. Dan persis seperti itulah yang Samsung lakukan; Note 7 datang didampingi oleh headset Gear VR versi baru yang mengemas konektor USB-C.

Namun tentu saja Gear VR 2016 tidak sekadar mengemas konektor baru saja. Desainnya telah disempurnakan, dimana warna gelapnya kini dapat membantu mencegah pantulan cahaya sehingga pengalaman sinematik yang disuguhkan bisa lebih terasa ketimbang versi sebelumnya.

Touchpad milik Gear VR 2016 kini mulus tanpa garis-garis pembatas model D-pad / Samsung
Touchpad milik Gear VR 2016 kini mulus tanpa garis-garis pembatas model D-pad / Samsung

Di atas touchpad, kini terdapat tombol Home untuk memberikan akses cepat kembali ke Oculus Home. Sebelumnya, pengguna harus menahan tombol Back untuk kembali ke menu utama ini. Desain touchpad-nya sendiri pun juga diperbarui, dimana tidak ada lagi garis pembatas yang membuatnya menyerupai D-pad pada controller milik console.

Kembali ke konektor, Samsung telah melakukan inovasi menarik dimana konektornya bisa dilepas-pasang. Paket penjualan Gear VR 2016 mencakup konektor USB-C dan micro USB, membuatnya tidak cuma kompatibel dengan Note 7 saja, tetapi juga handset lawas macam Note 5, seri Galaxy S6 maupun S7.

Samsung tidak lupa menyematkan port USB eksternal yang memungkinkan perangkat untuk di-charge selagi digunakan. Di samping itu, port ini juga membuka potensi Gear VR untuk disambungkan dengan beragam sensor eksternal, motion controller, memory USB OTG serta “4D experience tool“.

Konektor Gear VR 2016 bisa dilepas-pasang, baik USB-C maupun micro USB / Samsung
Konektor Gear VR 2016 bisa dilepas-pasang, baik USB-C maupun micro USB / Samsung

Gear VR 2016 turut mengusung sepasang lensa baru yang berukuran lebih besar, tepatnya berdiameter 42 milimeter. Sudut pandangnya juga ikut meluas menjadi 101 derajat sehingga display bisa terasa lebih alami di pandangan pengguna.

Gear VR versi baru ini rencananya juga akan mulai dipasarkan bersamaan dengan Note 7, yakni pada tanggal 19 Agustus mendatang. Berdasarkan laporan CNET, banderol harganya tidak berubah dari pendahulunya, masih di angka $99.

Sumber: Samsung dan CNET.

Kini Tanpa DRM, Game untuk Oculus Rift Bisa Dimainkan di HTC Vive dengan Bantuan Software Revive

Seperti yang kita tahu, VR gaming sejauh ini terbagi menjadi dua kubu, yaitu Oculus Rift dan HTC Vive – paling tidak sampai PlayStation VR dirilis di bulan Oktober nanti. Persaingan antara kedua virtual reality headset kelas kakap tersebut tidak cuma di bidang hardware, tetapi juga merembet ke ranah software alias konten.

Soal konten, sepertinya Rift masih di atas angin dibanding Vive dengan jumlah game yang lebih banyak dan bervariasi. Akan tetapi komunitas pengguna HTC Vive tidak kehabisan akal. Dengan bantuan software bernama Revive yang dirancang oleh tim developer LibreVR, mereka bisa membeli game di Oculus Store, lalu memainkannya menggunakan HTC Vive.

Namun tidak lama setelah Revive dirilis, tim Oculus meluncurkan update krusial yang menerapkan sistem DRM (Digital Rights Management) berbasis hardware. Gampangnya, DRM ini akan lebih dulu mengecek headset yang pengguna pakai apa; kalau bukan Rift, maka game tidak bisa dijalankan.

Kucing-kucingan terus berlanjut; tim LibreVR lalu merilis update untuk Revive yang dapat menonaktifkan DRM tersebut sehingga pengguna Vive tetap dapat memainkan game yang mereka beli dari Oculus Store.

Keputusan tim Oculus yang menerapkan DRM tersebut menuai protes dan dinilai banyak orang sebagai bentuk arogansi, hingga akhirnya mereka merasa tidak enak sendiri. Mulai tanggal 25 Juni kemarin, DRM kontroversial tersebut secara resmi dicabut lewat sebuah update, dan tim LibreVR sendiri juga telah menghapuskan fitur ‘pembunuh’ DRM pada Revive.

Berakhirnya ‘konflik’ ini setidaknya bisa membuat persaingan antara kedua VR headset menjadi lebih sehat. Revive sendiri bukanlah software untuk membajak game dan mendapatkannya secara cuma-cuma; pengguna tetap harus membeli game dari Oculus Store secara resmi, hanya saja Revive memungkinkan mereka untuk memainkannya di HTC Vive.

Sumber: Ars Technica.

V3 VR Headset Tidak Butuh Smartphone atau PC untuk Beroperasi

Di saat VR headset terbagi menjadi dua kubu, yakni kubu high-end yang diwakili oleh Oculus Rift dan HTC Vive, serta kubu mobile oleh Gear VR dan Google Cardboard, Tiongkok sedang menyiapkan solusi jalan tengahnya. Allwinner, pabrikan chipset asal Negeri Bambu tersebut, belum lama ini memperkenalkan chipset H8vr yang dirancang secara khusus untuk menenagai VR headset, dan kini sudah ada VR headset yang mengemas chipset tersebut.

Bernama V3, headset ini merupakan salah satu yang pertama mengusung chipset Allwinner H8vr tadi. Meski sepintas wujudnya mirip seperti Gear VR – sampai ke penempatan touchpad di sisi kanannya – ia sama sekali tak perlu disambungkan ke PC atau diselipi smartphone untuk berfungsi. Dengan kata lain, ia merupakan all-in-one VR headset.

Spesifikasinya bisa disetarakan dengan kebanyakan smartphone, meliputi prosesor octa-core, GPU PowerVR SGX544, RAM 2 GB dan storage 16 GB plus slot microSD. Konten akan ditampilkan pada panel layar 5,5 inci beresolusi 1920 x 1080 pixel yang bernaung di dalamnya, dengan sudut pandang 100 derajat.

V3 VR Headset turut dibekali touchpad seperti milik Gear VR / Geekbuying
V3 VR Headset turut dibekali touchpad seperti milik Gear VR / Geekbuying

V3 turut dibekali baterai internal dengan kapasitas 4.000 mAh, atau setara 3,5 jam waktu pemutaran video. Bicara soal video, Allwinner mengklaim chipset buatannya sanggup mengatasi pemutaran video 4K dalam kecepatan 60 fps dengan mulus.

Akan tetapi perangkat semacam ini tidak akan terdengar menarik tanpa didampingi harga yang terjangkau. Well, V3 VR Headset ini cuma dibanderol seharga $130 saja di Geekbuying. Bandingkan dengan Gear VR yang berharga $99 tapi Anda masih harus menyediakan smartphone-nya sendiri.

Sumber: Liliputing.

Versi Publik OSVR Makin Dekat dengan Jadwal Rilis, Diawali di Tiongkok

Ketika mengumumkan inisiatif OSVR di ajang CES 2015, Razer mungkin dinilai terlalu ambisius dalam mengawali kiprahnya di ranah virtual reality. Setahun berselang, mulai banyak pabrikan dan developer yang tertarik dengan ide Razer, hingga akhirnya OSVR Hacker Dev Kit pun dirilis.

Akan tetapi tentu saja Dev Kit bukanlah versi publik. Jadi bagaimana kelanjutannya? Well, belum lama ini CEO Razer, Min-Liang Tan, buka suara dan menyatakan harapannya untuk bisa mendominasi pasar VR, paling tidak di Tiongkok. Razer pada dasarnya ingin menjadikan OSVR sebagai standar platform virtual reality di Negeri Bambu tersebut.

Untuk itu Razer pun telah bersiap untuk mengungkap lini perangkat VR-nya buat pasar Tiongkok bulan depan. Dengan kata lain, Razer sepertinya sudah siap untuk merilis versi publik OSVR ke tangan konsumen, diawali oleh Tiongkok terlebih dahulu, dan semoga bisa berlanjut ke kawasan lain ke depannya.

Kemungkinan akan ada hardware OSVR baru beserta solusi software yang menarik di ajang E3 2016 / RoadToVR
Kemungkinan akan ada hardware OSVR baru beserta solusi software yang menarik di ajang E3 2016 / RoadToVR

Di samping itu, ada kemungkinan bahwa hardware baru OSVR akan disingkap di ajang E3 2016 pekan depan. Merujuk pada konsep open-source, mungkin juga akan diumumkan inisiatif berbasis software yang dapat menjadi solusi atas terbatasnya akses konten VR, dimana pengguna HTC Vive tidak bisa mengakses konten milik Oculus Rift dan juga sebaliknya.

Penasaran seperti apa kira-kira hardware baru OSVR? Kita tunggu saja kabar selanjutnya pada tanggal 14 – 16 Juni mendatang.

Sumber: RoadToVR.

Tidak Hanya Murah, Kacamata VR Ini Juga Canggih dan Punya Desain Menarik

Perlahan namun pasti keberadaan kacamata VR (virtual reality) semakin banyak diminati pengguna. Kehadiran teknologi smartphone yang dipadukan dengan perangkat kacamata VR ini telah memunculkan tren teknologi baru yang disebut sebagai ‘Mobile VR’.

Berbeda dengan kacamata 3D yang hanya menyuguhkan tampilan menjadi lebih dekat, kacamata VR telah memberikan pengalaman seolah-olah pengguna berada dalam lingkungan maya (virtual) dan terlibat lebih jauh di dalamnya karena tampilan visual yang disajikan akan mengikuti gerakan kepala penggunanya.

Keberadaan teknologi Mobile VR semakin booming ketika sejumlah produsen telah merilis produk perangkat kacamata VR ini. Dan kini beberapa pabrikan smartphone bahkan telah memaket produknya dengan perangkat kacamata VR mereka masing-masing.

Jika kacamata VR besutan Oculust Rift, HTC Vive dan Samsung Gear VR dirasa terlalu mahal buat Anda, maka kini ada sejumlah produk alternatif yang mungkin bisa digunakan, salah satunya adalah Eny EVR01.

Kendati ia ditawarkan dengan harga hanya $80 per unitnya, namun produk kacamata VR besutan perusahaan EnyBox ini mampu menjanjikan pengalaman yang tak kalah menarik. Salah satunya karena kacamata VR ini dapat dioperasikan secara mandiri tanpa membutuhkan perangkat smartphone ataupun tablet untuk bisa menayangkan kontennya.

Diotaki dengan prosesor quad-core Rockchip RK3126 yang dapat berlari hingga kecepatan 1.3GHz, perangkat ini juga telah didukung dengan modul grafis Mali-400MP2. Selain mampu menayangkan tampilan 5 inci dengan resolusi 1280 x 720 piksel, ia juga memiliki RAM 1 GB dengan media penyimpanan sebesar 8 GB atau 16 GB, serta tersedia slot micro SD sebagai opsi memory tambahannya.

Eny EVR01-diagram

Untuk mendukung proses kerjanya, kacamata VR Eny EVR01 yang berjalan dengan platform Android 5.1 Lollipop ini juga ditenagai dengan baterai berkapasitas 2,200 mAh yang akan memberikan catudaya untuk bisa dioperasikan selama kurang lebih 3,5 jam secara terus menerus.

Info produk: Sennheiser MX170 Earphone. Diskon 21%, jadi hanya 199.000. 

Sayangnya, tidak tersedia fitur audio terintegrasi sehingga penggunanya harus menambahkan sendiri perangkat audio headset yang dapat disambungkan melalui port audio ataupun koneksi bluetooth ke perangkat ini.

Namun dengan banderol harga yang relatif sangat bersahabat, serta desain yang sangat menawan, perangkat kacamata VR Eny EVR01 ini bisa menjadi perangkat kacamata VR alternatif yang bisa dipilih oleh pengguna.

Eny EVR01-image

Sumber: Liliputing | Gambar Header: EnyBox

Sambut OnePlus 3, OnePlus Kembali Bagi-Bagi VR Headset Gratis

Setahun yang lalu, OnePlus membuat gebrakan dengan meluncurkan OnePlus 2 dalam event virtual reality. Tidak tanggung-tanggung, sebanyak 30.000 VR headset berbasis Cardboard mereka bagi-bagikan secara cuma-cuma kepada para penggemar supaya mereka bisa berjumpa dengan smartphone yang sudah dinanti-nanti lebih dulu ketimbang yang lain.

Tahun ini bisa dipastikan kita akan bertemu dengan OnePlus 3. Berkaca dari pengalaman yang lalu, OnePlus pun kembali meramu event peluncuran dalam VR. Namun lokasi virtual yang akan menjadi venue kali ini jauh lebih kompleks daripada sebelumnya.

OnePlus 3 nantinya akan diungkap di The Loop, sebuah stasiun antariksa yang merupakan markas OnePlus di masa yang akan datang, demikian imajinasi yang akan disuguhkan dalam VR nantinya.

Peluncuran OnePlus 3 nantinya akan diadakan di lokasi virtual di antariksa bernama The Loop / OnePlus
Peluncuran OnePlus 3 nantinya akan diadakan di lokasi virtual di antariksa bernama The Loop / OnePlus

OnePlus pun akan kembali membagi-bagikan VR headset secara gratis. Akan tetapi headset yang dibagikan kali ini tidak sembarangan. Dijuluki OnePlus Loop VR Headset, ia diyakini sanggup menyuguhkan pengalaman VR yang lebih sempurna ketimbang tahun lalu.

Headset ini dikembangkan bersama sebuah perusahaan yang sudah cukup ahli di bidang VR, yaitu AntVR. Desainnya bisa dibilang terinspirasi oleh Samsung Gear VR, lengkap hingga tali pengikat kepalanya.

Sebanyak 30.000 unit akan didistribusikan secara cuma-cuma oleh OnePlus – pengguna hanya perlu menebus biaya pengirimannya. Sayangnya antusiasme para fans OnePlus begitu besar; stoknya sudah habis jika Anda mengunjungi tautan berikut.

OnePlus sendiri belum menyebutkan tanggal pasti peluncuran OnePlus 3. Namun mereka menjelaskan bahwa nantinya para pengunjung The Loop, alias mereka yang menonton acara peluncuran dalam VR, bisa memesan OnePlus 3 lebih dulu daripada yang lain.

Sumber: OnePlus Forum.

EyeSight Technologies Kembangkan Sistem Kontrol Gesture untuk Gear VR dan Google Cardboard

Tidak seperti Oculus Rift dan HTC Vive, VR headset berbasis smartphone macam Samsung Gear VR dan Google Cardboard sejauh ini masih belum mendukung navigasi gesture. Buat pengguna Gear VR, navigasi bisa dilakukan via touchpad yang berada di sisi kanan headset, sedangkan pengguna Cardboard malah hanya terbatas pada satu tombol saja.

Bukankah akan jauh lebih menarik kalau kita bisa menavigasikan VR headset tanpa perlu menyentuh apa-apa? Tentu saja, tapi bagaimana caranya? Well, itulah misi yang tengah dituju oleh EyeSight Technologies. Mereka tengah mengembangkan sistem kontrol gesture untuk VR headset berbasis smartphone.

Berkat sistem ini, pengguna pada dasarnya hanya perlu menggerakkan tangan atau jari-jarinya di udara untuk menavigasi. Sistem rancangan EyeSight memanfaatkan kamera belakang smartphone untuk mendeteksi pergerakan tangan dan jari, sehingga tanpa perlu menyentuh apa-apa, input kontrol pun bisa terlaksana.

Menurut EyeSight, sistem ini kompatibel dengan Gear VR maupun Cardboard. Namun tentu saja kamera milik smartphone tidak boleh terblokir aksesnya, dan pengguna Cardboard yang tidak memiliki strap untuk kepala sepertinya bakal sedikit kesulitan.

Sayangnya hingga kini masih belum ada kepastian kapan EyeSight akan meluncurkan sistem kontrol gesture ini ke publik. Di sisi lain, developer aplikasi VR juga harus lebih dulu mengintegrasikan sistem ini sebelum konsumen bisa menikmatinya di VR headset-nya masing-masing.

Sumber: Engadget.

Starbreeze Gandeng Acer untuk Kembangkan StarVR Headset

Siap-siap HTC Vive, bakal ada pesaing baru yang juga berasal dari kolaborasi antara developer game dan pabrikan elektronik ternama. Mereka adalah Starbreeze dan Acer. Keduanya baru saja menanda tangani kerja sama untuk mengembangkan dan memproduksi VR headset StarVR.

Prototipe StarVR sendiri pertama dipamerkan oleh Starbreeze pada ajang E3 tahun kemarin. Headset tersebut merupakan kelanjutan dari proyek InfinitEye milik sebuah perusahaan asal Perancis, sebelum akhirnya diakuisisi oleh Starbreeze.

StarVR dilengkapi sepasang panel Quad HD berukuran 5,5 inci / Starbreeze
StarVR dilengkapi sepasang panel Quad HD berukuran 5,5 inci / Starbreeze

Keistimewaan StarVR terletak pada sudut pandangnya yang begitu luas, mencapai 210 derajat secara horizontal – jauh melebihi apa yang ditawarkan Oculus Rift maupun HTC Vive. Hal ini dimungkinkan berkat penggunaan sepasang layar Quad HD 5,5 inci, yang jika digabungkan menciptakan resolusi 5120 x 1440 pixel.

StarVR juga menawarkan fitur tracking posisi seperti HTC Vive. Tak kalah penting adalah perihal konten, dimana sebagai developer Starbreeze telah menyiapkan sejumlah game VR istimewa, seperti salah satunya yang didasari oleh game besutannya sendiri, Overkill’s The Walking Dead.

StarVR juga menawarkan fitur tracking posisi kepala maupun peripheral yang tersambung / Starbreeze
StarVR juga menawarkan fitur tracking posisi kepala maupun peripheral yang tersambung / Starbreeze

Melihat spesifikasinya yang istimewa, tak heran apabila Acer dan Starbreeze nantinya bakal menarget kalangan enterprise ketimbang konsumen secara umum. Dari situ juga bisa diprediksi bahwa banderol harga StarVR akan melebihi angka $1.000. Selebihnya, kedua pihak masih belum mengungkapkan jadwal perilisan StarVR.

Buat Acer sendiri, kerja sama ini bisa dilihat sebagai langkah yang alami untuk ikut meramaikan pasar virtual reality, apalagi mengingat baru bulan kemarin mereka meluncurkan gaming notebook Predator 17 X yang didapuk VR-ready.

Sumber: RoadToVR.

VR Headset Pico Neo Tak Perlu Ponsel atau PC, Sambungkan Saja Controller-nya

Tren virtual reality benar-benar membeludak tahun ini. Maka dari itu, wajar apabila ada begitu banyak pihak yang menawarkan ide-ide menariknya masing-masing kepada konsumen, seperti salah satunya startup asal Tiongkok bernama Pico ini.

Mereka memperkenalkan sebuah virtual reality headset yang cukup unik. Namanya Pico Neo. Headset-nya tak dilengkapi slot untuk menyelipkan smartphone, dan ia pun juga tidak dibekali komponen lain selain display.

Lalu bagaimana Neo bisa menyajikan pengalaman VR pada penggunanya? Rahasianya terletak pada unit controller-nya yang sepintas terlihat seperti milik Super Nintendo. Di dalamnya bernaung spesifikasi ala smartphone flagship, utamanya adalah chipset Qualcomm Snapdragon 820.

Yup, controller ini mengemas prosesor quad-core 2,2 GHz, GPU Adreno 530, RAM 4 GB, storage 32 GB – plus slot microSD untuk ekspansi – dan sistem operasi Android 6.0. Ia turut dibekali baterai berkapasitas 5.000 mAh, yang diklaim bisa dipakai untuk bermain selama 3 jam nonstop.

Untuk memakainya, pengguna tinggal menghubungkan controller ke headset via sambungan kabel. Headset-nya sendiri dibekali panel layar dengan resolusi 1200 x 1080 pixel untuk masing-masing mata, dengan refresh rate 90 Hz dan sudut pandang 102 derajat. Karena hanya mengemas panel layar, tentunya ia tidak akan terasa berat ketika dipasangkan di kepala.

Aksesori opsional berupa Tracking Camera dan Tracking Beacon / Pico
Aksesori opsional berupa Tracking Camera dan Tracking Beacon / Pico

Pico tidak lupa menyertakan aksesori opsional berupa Tracking Camera dan Tracking Beacon, yang bisa dibilang terinspirasi oleh PlayStation Camera dan Move Controller.

Meski kedengarannya menjanjikan, masalah yang mungkin dijumpai Pico Neo adalah perihal konten, mengingat ia berbasis Android. Pun begitu, Pico menjelaskan bahwa headset-nya juga kompatibel dengan PC, meski tidak ada keterangan apakah ia mendukung platform SteamVR atau yang lainnya.

Pico Neo rencananya bakal dirilis pada musim panas mendatang seharga 3.399 yuan, atau sekitar Rp 7 juta, sudah mencakup controller dan headset. Headset-nya sendiri akan dijual terpisah seharga 1.899 yuan, atau sekitar Rp 3,9 juta.

Sumber: Engadget dan Pico.