Dibanderol $100, HyperX Cloud Core Wireless Unggulkan Teknologi Spatial Audio DTS Headphone:X

Belum lama ini, HyperX mengumumkan bahwa mereka telah menjual lebih dari 20 juta headset gaming. Tanpa perlu menunggu lama, produsen periferal yang kini merupakan anak perusahaan HP tersebut kembali meluncurkan headset gaming anyar, yakni Cloud Core Wireless.

Headset ini pada dasarnya merupakan jawaban HyperX terhadap tren spatial audio yang sedang naik daun belakangan ini. Jadi ketimbang sebatas memotong kabel dan menambahkan konektivitas nirkabel dengan jangkauan 20 meter, HyperX turut menyematkan teknologi spatial audio DTS Headphone:X pada Cloud Core Wireless.

Spatial audio atau 3D audio akhir-akhir ini terus menjadi bahan pembicaraan berkat kemampuannya meningkatkan sensasi immersive selama sesi bermain atau menonton. DTS pun bukan satu-satunya perusahaan yang menawarkan teknologi ini; yang mungkin lebih dikenal oleh banyak orang adalah Dolby Atmos, yang bisa kita temukan di Corsair HS80. Alternatifnya, konsumen juga bisa memanfaatkan solusi berbasis software seperti THX Spatial Audio.

Kembali ke Cloud Core Wireless, headset ini mempertahankan beberapa keunggulan yang selama ini membuat nama HyperX dipuji-puji, mulai dari konstruksi aluminium yang kokoh, sampai unit driver besar dengan diameter 53 mm. Tidak kalah penting adalah mikrofon noise cancelling yang dapat dilepas-pasang, serta yang sudah memenuhi sertifikasi dari Discord dan TeamSpeak.

Secara desain, headset ini mungkin kelihatan agak kuno jika dibandingkan dengan penawaran sekelas dari pabrikan-pabrikan lain, akan tetapi setidaknya ia sudah mengadopsi USB-C sebagai colokan untuk charging-nya. Baterainya sendiri diyakini mampu bertahan hingga 20 jam pemakaian dalam sekali pengisian.

Di Amerika Serikat, HyperX Cloud Core Wireless saat ini telah dipasarkan dengan banderol $100, cukup terjangkau untuk ukuran headset gaming nirkabel. Bagi yang menginginkan opsi headset gaming wireless lain, Anda bisa melihat beberapa rekomendasinya di artikel ini.

Sumber: Business Wire.

SteelSeries Arctis 7+ dan Arctis 7P+ Unggulkan Baterai yang Lebih Awet dan USB-C

SteelSeries meluncurkan versi baru dari salah satu headset gaming wireless paling populernya, Arctis 7. Versi anyar ini hadir dalam dua model yang berbeda, yakni Arctis 7+ dan Arctis 7P+.

Perbedaan di antara keduanya tidak banyak. Yang paling utama, 7P+ datang membawa dukungan penuh atas teknologi Tempest 3D Audio milik PlayStation 5. Ia juga tersedia dalam pilihan warna hitam atau putih, sementara 7+ cuma warna hitam saja.

Selebihnya, keduanya merupakan perangkat yang identik, dengan pembaruan yang sama pula. Baik Arctis 7+ maupun Arctis 7P+ sama-sama datang bersama dongle USB-C sebagai pemancar sinyal wireless-nya. Alhasil, keduanya pun kompatibel dengan lebih banyak perangkat; mulai dari PC, PlayStation, Mac, Nintendo Switch, perangkat Android, iPad yang dibekali port USB-C, sampai VR headset Oculus Quest 2.

SteelSeries bilang dongle USB-C ini adalah yang pertama di pasar headset gaming, tapi kita tahu Razer sebelumnya sudah menerapkan hal serupa pada Barracuda X. Meski begitu, daftar perangkat yang kompatibel memang lebih panjang milik duo Arctis 7+ ini.

Selain pada dongle-nya, USB-C juga bisa kita temui pada headset-nya itu sendiri, menggantikan port Micro USB yang sudah termakan zaman. Tak hanya lebih praktis, USB-C turut mendatangkan fitur fast charging ke kedua headset ini; charging selama 15 menit saja sudah cukup untuk menenagai keduanya selama 3 jam pemakaian.

Kalau dalam posisi terisi penuh, baterai milik Arctis 7+ dan 7P+ diyakini mampu bertahan sampai 30 jam nonstop, lebih lama sekitar enam jam dari yang ditawarkan oleh masing-masing pendahulunya.

Di luar baterai dan colokan, kedua headset ini tidak jauh berbeda dari pendahulunya. Desainnya pun tampak identik, dengan karet suspensi pada headband dan mikrofon yang dapat didorong masuk ke dalam ketika sedang tidak diperlukan. SteelSeries sama sekali tidak menyinggung soal kinerja audionya, jadi bisa diasumsikan kualitas suara yang dihasilkan oleh driver 40 mm miliknya sama seperti di generasi sebelumnya.

Di Amerika Serikat, SteelSeries Arctis 7+ dan Arctis 7P+ saat ini telah dipasarkan seharga $170, atau kurang lebih sekitar 2,4 jutaan rupiah.

Sumber: The Verge.

Master & Dynamic MG20 Adalah Headset Nirkabel untuk Gamer Sekaligus Audiophile

Pasar gaming merupakan bisnis yang amat menjanjikan. Begitu menjanjikannya, sampai-sampai produsen perangkat audio premium seperti Master & Dynamic (M&D) pun juga tidak ingin ketinggalan. Gambar di atas adalah MG20, headset gaming pertama dari pabrikan yang lebih terbiasa menggarap headphone kelas audiophile tersebut.

Penampilannya sepintas tidak terkesan gaming sama sekali, dan ini sejalan dengan gaya estetika yang M&D adopsi selama ini; industrial sekaligus elegan. Juga dipertahankan adalah sentuhan mewah di sana-sini; mulai dari kerangka yang terbuat dari bahan aluminium dan magnesium, bantalan kepala yang dilapisi Alcantara, sampai bantalan telinga berbalut kulit domba asli. MG20 bahkan punya kenop volume yang juga terbuat dari aluminium.

Satu-satunya penanda kalau ini merupakan headset gaming adalah boom mic-nya. Bagian ini tentu dapat dilepas-pasang dengan mudah. Yang agak berbeda dari biasanya adalah, selagi boom mic-nya kita lepas, MG20 masih bisa menangkap suara pengguna berkat mikrofon yang tertanam langsung di bagian earcup.

Jadi kalau mau, MG20 bisa kita gunakan sebagai headset nirkabel biasa, apalagi mengingat ia turut mengemas konektivitas Bluetooth di samping wireless 2,4 GHz (via dongle USB). Lebih penting lagi, MG20 sepenuhnya mendukung codec aptX HD dan aptX Low Latency. Jadi tidak peduli Anda menggunakannya untuk mendengarkan musik atau bermain game di ponsel, MG20 siap mengerjakan tugasnya tanpa problem seputar transmisi data.

Terkait kinerja audionya, MG20 mengandalkan sepasang driver 50 mm berbahan Beryllium yang sudah menjadi khas M&D selama ini. Bedanya, berhubung perangkatnya ditujukan untuk gaming, driver tersebut sudah dimodifikasi agar dapat mendukung konfigurasi suara surround 7.1.

Dalam sekali charge, MG20 diyakini mampu beroperasi selama 22 jam nonstop. Kalau terpaksa, perangkat tetap bisa digunakan selagi tersambung via kabel USB maupun kabel 3,5 mm standar.

Master & Dynamic MG20 bukan barang murah. Dengan banderol $450, ia bahkan lebih mahal ketimbang headset gaming bikinan Bose yang dilengkapi noise cancelling. Pemasarannya dijadwalkan berlangsung pada pertengahan November, dan perangkat bakal tersedia dalam dua pilihan warna: hitam atau putih.

Sumber: Pocket-lint.

Headset Nirkabel Razer Barracuda X Kompatibel dengan PC, PS5, Nintendo Switch, dan Perangkat Android

Semuanya akan lebih mudah dengan USB-C. Laptop, smartphone, tablet, drone, dan banyak perangkat elektronik lain kini dapat di-charge menggunakan satu kabel yang sama. Monitor kini dapat menerima output display dari bermacam perangkat via satu kabel yang sama. Namun ternyata bukan cuma dunia perkabelan yang diuntungkan oleh USB-C, dunia wireless pun juga.

Dongle wireless yang tadinya mengandalkan konektor USB-A perlahan telah digantikan oleh dongle USB-C, dan ini membuka potensinya untuk digunakan bersama lebih banyak perangkat. Kalau perlu contoh, coba tengok headset gaming nirkabel terbaru dari Razer yang bernama Barracuda X berikut ini.

Berbekal dongle USB-C, Barracuda X dapat disambungkan ke PC, PlayStation 5, Nintendo Switch, maupun perangkat Android secara seamless. Tidak ada proses pairing yang perlu dijalani, dan perangkat juga tidak memerlukan software atau driver tambahan. Cukup tancapkan dongle-nya ke port USB-C milik perangkat, maka headset dapat langsung menerima dan menyalurkan sinyal audio.

Seandainya PC yang digunakan tidak punya port USB-C, atau Nintendo Switch sedang berada pada dock-nya, pengguna bisa memanfaatkan bantuan kabel adaptor USB-C ke USB-A yang termasuk dalam paket pembelian Barracuda X. Alternatif yang terakhir, Barracuda X juga dapat disambungkan menggunakan kabel audio standar 3,5 mm.

Secara estetika, Barracuda X lebih kelihatan seperti headphone biasa ketimbang headset gaming. Ini wajar kalau melihat sifatnya yang platform-agnostic. Razer menjanjikan pengalaman penggunaan yang nyaman, terutama berkat bobot Barracuda X yang tergolong ringan di angka 250 gram. Kinerja audionya sendiri disokong oleh driver Razer TriForce berdiameter 40 mm.

Untuk memudahkan pengoperasian, tombol power milik Barracuda X merangkap peran sebagai tombol pengaturan playback: klik satu kali untuk play/pause, dua kali untuk skip track, dan tiga kali untuk kembali ke track sebelumnya. Melengkapi aspek kontrolnya adalah kenop untuk mengatur volume dan tuas mute mikrofon. Alternatifnya, mikrofon tersebut juga bisa dilepas jika perlu.

Razer Barracuda X saat ini telah dipasarkan seharga $100. Di Indonesia, rencananya ia akan dijual dengan banderol resmi Rp1.699.000.

Sumber: Razer.

Bang & Olufsen Luncurkan Gaming Headset Pertamanya, Harganya Setara Xbox Series X

Apa jadinya ketika brand audiophile sekelas Bang & Olufsen memberanikan diri untuk terjun ke ranah gaming headset? Jawabannya adalah sebuah headset nirkabel bernama Beoplay Portal. Ya, ini merupakan gaming headset perdana B&O sejak perusahaan tersebut didirikan oleh Camillo Bang dan Svend Olufsen di tahun 1925.

Kalau saya tidak bilang, saya yakin Anda tidak akan menyangka bahwa perangkat ini merupakan sebuah headset yang ditujukan untuk kalangan gamer. Desainnya sama sekali tidak ada kesan gaming-nya, dan sepintas memang langsung kelihatan sama mewahnya seperti deretan headphone lain besutan B&O.

Mulai dari konstruksi berbahan aluminium sampai kulit domba asli yang membalut bantalan memory foam-nya, hampir semua bagian dari perangkat ini tampak sekaligus terkesan premium. Di saat yang sama, B&O juga tetap memperhatikan faktor kenyamanan; bagian headband-nya dilapisi kain yang terbuat dari serat bambu, dan bobot keseluruhan perangkat juga tidak lebih dari 282 gram — termasuk ringan untuk ukuran gaming headset.

Beoplay Portal dikembangkan sebagai bagian dari program “Designed for Xbox”. Itu berarti ia harus bisa disambungkan ke console Xbox secara seamless menggunakan protokol Xbox Wireless (2,4 GHz). Kalau punya adaptor Xbox Wireless, headset ini juga dapat dihubungkan secara nirkabel ke PC.

Alternatifnya, Beoplay Portal juga menawarkan konektivitas Bluetooth 5.1, lengkap dengan dukungan codec aptX Adaptive. Koneksi via kabel pun juga didukung, baik menggunakan kabel audio 3,5 mm maupun kabel USB-C. Kalau disambungkan ke PC via USB-C, otomatis baterainya juga akan terisi.

Di balik masing-masing earcup-nya, bernaung dynamic driver dengan diameter sebesar 40 mm. Headset ini juga mengunggulkan teknologi active noise cancellation (ANC) yang bersifat adaptif, tidak ketinggalan juga dukungan Dolby Atmos demi menyajikan efek suara surround secara virtual. Untuk mengoperasikan headset ini, pengguna bisa memanfaatkan perpaduan panel sentuh di sisi luar earcup beserta sejumlah tombol dan tuas.

Satu hal yang cukup unik dari Beoplay Portal adalah fitur bernama Own Voice, yang menurut B&O memungkinkan pengguna untuk mendengar suaranya sendiri dengan jelas ketika sedang berbicara. Yang mungkin terkesan agak aneh adalah fakta bahwa headset ini mengandalkan mikrofon beam-forming yang terintegrasi ketimbang boom mic.

Dalam sekali pengecasan, baterai Beoplay Portal diperkirakan bisa bertahan selama 12 jam pemakaian kalau terhubung via Xbox Wireless dan ANC-nya menyala terus. Kalau cuma terhubung via Bluetooth, daya tahan baterainya bisa dilipatgandakan menjadi 24 jam, setara dengan yang ditawarkan kebanyakan headphone noise-cancelling — kecuali bikinan B&O yang berada di kelas tersendiri soal ini.

Di Amerika Serikat, Beoplay Portal rencananya akan dijual dengan harga $499 — ya, harga yang sama persis seperti banderol Xbox Series X itu sendiri. Gaming headset mungkin tidak seharusnya semahal ini. Namun dengan desain semewah ini, ditambah lagi konektivitas Bluetooth, mungkin Beoplay Portal lebih pantas dikelompokkan sebagai headphone noise-cancelling berkonektivitas wireless yang kebetulan juga sangat kapabel untuk keperluan gaming.

Sumber: What Hi-Fi.

Logitech Pro X Wireless Padukan Koneksi Rendah Latency dan Kinerja Mic yang Andal

Logitech punya banyak headset gaming, tapi salah satu yang paling unggul baru hadir tahun lalu, yakni Pro X yang dibekali teknologi pengolahan input audio mutakhir besutan Blue, perusahaan yang sudah malang-melintang di industri mikrofon sejak tahun 1995, dan yang sekarang sudah menjadi anak perusahaan Logitech.

Kalau ditanya apa kekurangan Pro X, mungkin sebagian besar konsumennya akan menjawab absennya konektivitas wireless. Keluhan mereka akhirnya terjawab hari ini. Logitech baru saja meluncurkan versi wireless dari Pro X, dan kalau Anda mengikuti perkembangan Logitech dalam satu atau dua tahun terakhir, tentu saja Anda tahu Pro X Wireless ini datang membawa embel-embel Lightspeed.

Sekadar mengingatkan, Lightspeed merujuk pada teknologi wireless racikan Logitech yang diyakini punya latency sangat rendah sekaligus koneksi yang amat stabil – ya asalkan Anda tidak berada lebih jauh dari 13 meter dari PC atau laptop tempat dongle USB-nya menancap – dibanding koneksi wireless 2.4 GHz pada umumnya. Lightspeed selama ini baru tersedia di keyboard dan mouse saja, dan Pro X menjadi debut perdananya di kategori headset.

Logitech tak lupa menjelaskan bagaimana Lightspeed juga berpengaruh positif terhadap efisiensi daya. Dalam sekali pengisian, baterai milik Pro X Wireless diyakini mampu bertahan sampai 20 jam pemakaian. Tentunya angka itu bisa berubah kalau pengguna juga aktif mengubah-ubah volumenya.

Bicara soal mengubah volume, Pro X Wireless dilengkapi kenop volume di earcup sebelah kirinya, di dekat port USB-C dan colokan 3,5 mm tempat mikrofonnya bernaung. Mikrofonnya ini bisa dilepas seandainya pengguna sedang ingin memakai headset hanya untuk mendengarkan musik saja, dan seperti yang saya bilang di awal, kompatibel dengan teknologi Blue VO!CE yang menjadi bagian dari software Logitech G Hub.

Selebihnya, Pro X Wireless tetap mempertahankan semua keunggulan versi berkabelnya, mulai dari konstruksi aluminium dan stainless steel yang premium sekaligus kokoh, serta driver 50 mm yang mendukung fitur surround 7.1 channel DTS Headphone:X 2.0 untuk menyajikan positioning secara presisi.

Terkait ergonomi, Pro X Wireless tetap hadir membawa dua set bantalan telinga yang bisa digonta-ganti seperti versi standarnya; satu yang berbalut kulit sintetis, dan satu lagi berlapis velour. Bobotnya secara keseluruhan cuma berkisar 370 gram.

Logitech Pro X Wireless rencananya akan dipasarkan mulai bulan Agustus. Di Amerika Serikat, harganya dipatok $200, cukup mahal dan terpaut $70 dari Pro X biasa yang sejatinya berfitur sama minus koneksi wireless.

Sumber: Logitech.

Audeze Luncurkan Headset Gaming Wireless Baru, Kali Ini Tanpa Gimmick Head Tracking

Produsen headphone yang populer di kalangan audiophile, Audeze, kembali meluncurkan sebuah headset gaming anyar bernama Penrose. Ini merupakan headset gaming ketiga Audeze setelah Mobius di tahun 2018 dan LCD-GX di tahun 2019.

Secara fisik, Penrose kelihatan mirip seperti Mobius, akan tetapi ada satu faktor pembeda yang sangat signifikan: Penrose tidak mewarisi teknologi head tracking yang dimiliki Mobius. Sebagai gantinya, Penrose lebih berfokus menyajikan performa wireless terbaik dengan latency yang rendah.

Meski kesannya Penrose kalah canggih atau kalah inovatif dibanding Mobius, sebagian konsumen mungkin justru menilai head tracking terlalu gimmicky. Penrose sepertinya juga tidak dimaksudkan untuk menggantikan Mobius, sebab Mobius sampai sekarang masih terpampang di situs Audeze dengan banderol $399, $100 lebih mahal ketimbang Penrose.

Penrose dengan aksen biru, Penrose X dengan aksen hijau / Audeze
Penrose dengan aksen biru, Penrose X dengan aksen hijau / Audeze

Penrose hadir dalam dua varian: Penrose untuk PS4, PS5, PC dan Mac; Penrose X untuk Xbox One, Xbox Series X dan PC. Kedua varian menawarkan fitur dan spesifikasi yang sama persis, dengan perbedaan hanya pada dongle wireless 2,4 GHz-nya, serta aksen warna yang mengitari bagian earcup-nya.

Varian manapun yang konsumen pilih dipastikan kompatibel dengan Nintendo Switch, dan keduanya turut mengemas Bluetooth 5.0 yang mendukung codec SBC maupun AAC sebagai pelengkap. Istimewanya, koneksi 2,4 GHz dan Bluetooth ini bisa berjalan secara bersamaan, yang artinya pengguna bisa mendengarkan audio dari console sekaligus dari smartphone, sangat cocok buat yang rutin berbincang di Discord selama sedang bermain, atau buat yang ingin menyambi mendengarkan podcast.

Audeze Penrose

Sesuai dengan tradisi Audeze selama ini, Penrose hadir mengusung driver planar magnetic berdiameter 100 mm. Mikrofonnya berwujud fleksibel dan bisa dilepas-pasang, serta dilengkapi filter terintegrasi yang diyakini mampu mengeliminasi suara di sekitar pengguna sampai 20 dB. Secara keseluruhan, bobot Penrose tercatat di angka 320 gram.

Dalam sekali pengisian, baterainya diklaim bisa bertahan sampai sekitar 15 jam pemakaian. Charging-nya sudah mengandalkan sambungan USB-C, dan Penrose rupanya tetap bisa dipakai seperti headset biasa menggunakan kabel 3,5 mm.

Audeze Penrose rencananya akan dipasarkan pada bulan September mendatang dengan harga $299. Namun Audeze sudah membuka gerbang pre-order mulai sekarang, dan para pemesan dapat menerima potongan harga senilai $50.

Sumber: Trusted Reviews.

Headset Gaming Wireless Sennheiser GSP 370 Unggulkan Daya Tahan Baterai Hingga 100 Jam

Saya yakin semua setuju bahwa headset wireless jauh lebih praktis ketimbang yang berkabel. Namun sering kali kelemahannya ada pada daya tahan baterai. Jadi setelah belasan atau puluhan jam, sesi gaming terpaksa harus terinterupsi oleh sesi charging.

Kalau ketahanan baterai selama ini menjadi faktor yang membuat Anda urung membeli headset gaming wireless, mungkin penawaran terbaru dari Sennheiser berikut ini bisa membuat Anda berubah pikiran. Dinamai Sennheiser GSP 370, keunggulan utamanya terletak pada daya tahan baterainya yang diklaim mencapai angka 100 jam.

Sennheiser GSP 370

Anggap sehari Anda menghabiskan waktu sekitar 10 jam untuk bermain, maka headset ini masih bisa digunakan setelah seminggu nonstop, dan ia pun masih bisa digunakan selagi dalam posisi di-charge. Sayang sekali charging-nya masih mengandalkan kabel micro USB, meski itu tidak terlalu menjadi masalah kalau memang perangkat jarang perlu diisi ulang.

GSP 370 mengandalkan bantuan dongle USB untuk menyambung secara wireless ke PC, Mac maupun PlayStation 4. Selain irit daya, koneksinya ini juga disebut minim latency, sehingga transmisi audio yang keluar maupun masuk bisa berjalan hampir tanpa delay.

Sennheiser GSP 370

GSP 370 mengemas earcup tipe over-ear yang berukuran besar. Bantalan memory foam-nya dibalut dua jenis material yang berbeda; kulit sintetis di luar, semacam suede di dalam. Di baliknya, bernaung dynamic driver dengan respon frekuensi 20 – 20.000 Hz.

Menyambung ke earcup sebelah kirinya adalah mikrofon unidirectional dengan respon frekuensi 100 – 6.300 Hz dan teknologi noise cancelling. Saat dibutuhkan, mic ini bisa di-mute secara instan dengan melipat lengannya ke atas. Di sisi kanan earcup, ada kenop besar untuk mengatur volume headset.

Terkait desainnya, Sennheiser bilang bahwa headband tipe split milik GSP 370 dirancang untuk mengurangi tekanan pada kepala. Juga menarik adalah engsel ball-joint yang secara otomatis memosisikan earcup agar sudutnya sesuai dengan bentuk kepala masing-masing pengguna.

Bagi yang tertarik, Sennheiser GSP 370 saat ini sudah dipasarkan seharga $200.

Sumber: SlashGear dan Business Wire.

Corsair Virtuoso Buktikan Bahwa Gaming Headset Tidak Harus Terlihat Norak

Gaming gear tidak selamanya harus kelihatan norak, apalagi dengan pencahayaan warna-warni yang sudah dianggap sebagai standar. Buktinya bisa kita lihat dari gaming headset terbaru Corsair yang bernama Virtuoso berikut ini.

Tanpa ada mikrofon yang menancap, sepintas Virtuoso kelihatan seperti headphone pada umumnya berkat konstruksi aluminium yang elegan. Kebetulan mikrofonnya memang bisa dilepas-pasang, sehingga ia juga dapat menemani keseharian pengguna di luar sesi gaming. Sayangnya ia tidak dibekali Bluetooth, yang berarti pengguna hanya punya pilihan jack 3,5 mm di luar sesi gaming.

Corsair Virtuoso

Masing-masing earcup berukuran besar itu dilengkapi bantalan memory foam yang cukup tebal, demikian pula di bagian headband-nya. Di balik earcup-nya, bernaung driver neodymium berdiameter 50 mm yang menawarkan respon frekuensi 20 – 40.000 Hz, dua kali lebih luas dibanding mayoritas gaming headset kalau kata Corsair.

Untuk mikrofonnya, selain bersifat omni-directional, ia juga mendukung respon frekuensi hingga 10.000 Hz, sekali lagi hampir dua kali lipat yang ditawarkan gaming headset wireless pada umumnya.

Corsair Virtuoso

Wireless? Ya, Virtuoso memanfaatkan dongle 2,4 GHz untuk menyambung ke PC secara wireless hingga sejauh 12 meter. Namun kalau yang dicari adalah kualitas suara terbaik, pengguna bisa memanfaatkan sambungan kabel USB untuk mendapatkan dukungan suara surround 7.1 dan kapabilitas pengolahan Hi-Res audio (24-bit/96kHz).

Satu kali pengisian baterai cukup untuk menenagai Virtuoso hingga 20 jam pemakaian. Agar lebih efisien, Corsair tak lupa menyematkan sejenis fitur auto-standby; headset akan ‘tidur’ saat Anda meletakkannya, kemudian menyala kembali secara otomatis saat Anda mengenakannya.

Bagaimana dengan sistem pencahayaan RGB yang dapat dikustomisasi? Well, di titik ini saya rasa tidak ada yang perlu dibahas. Yang perlu ditekankan adalah justru ketika suatu gaming gear datang tanpa pencahayaan RGB sama sekali.

Corsair Virtuoso SE diapit oleh dua pilihan warna Virtuoso standar / Corsair
Corsair Virtuoso SE diapit oleh dua pilihan warna Virtuoso standar / Corsair

Di samping Virtuoso, tersedia pula Virtuoso SE yang lebih unggul perihal estetika sekaligus kualitas mikrofon. Ini dikarenakan Virtuoso SE mengemas modul mikrofon 9,5 mm, yang diyakini bisa menangkap suara secara lebih baik dan lebih jernih.

Corsair Virtuoso saat ini sudah dijual seharga $180. Corsair juga menawarkan varian Virtuoso SE yang lebih unggul perihal estetika sekaligus kualitas mikrofon berkat modul berdiameter 9,5 mm. Virtuoso SE sedikit lebih mahal di angka $210.

Sumber: Corsair.