Ubisoft Ingin Hadirkan Fitur Cross-Platform Play di Seluruh Game Multiplayer PvP Miliknya

Penghujung 2019 merupakan momen yang kurang menyenangkan untuk Ubisoft. Beberapa hari lalu, CEO Yves Guillemot mengakui kekeliruan arahan yang mereka lakukan dalam mengembangkan ‘live game‘ seperti Ghost Recon Breakpoint. Efeknya, permainan gagal mencapai target penjualan dan perusahaan gaming Perancis itu terpaksa menunda pelepasan Watch Dogs Legion, Rainbow Six Quarantin serta Gods and Monsters.

Namun kegagalan tidak menghentikan Ubisoft untuk terus mengeksekusi agenda mereka. Di awal bulan Oktober ini, perusahaan meluncurkan fitur cross-platform play ke seluruh versi permainan Brawlhalla (dikembangkan oleh Blue Mamoth Games, dipublikasikan Ubisoft). Ke depannya, Ubisoft punya rencana buat menerapkan cross-play ke hampir seluruh permainan yang mereka miliki atau distribusikan.

Hal ini diungkapkan langsung oleh Yves Guillemot dalam teleconference finansial triwulan kedua baru-baru ini. Sang CEO menyampaikan bahwa perusahaan berkeinginan untuk menerapkan fitur cross-platform play ke seluruh permainan PvP secara berangsur-angsur. PvP, atau dikenal pula sebagai player versus player, mengacu pada jenis game multiplayer kompetitif. Arahan tersebut sangat menarik karena permainan-permainan Ubisoft tak hanya menyuguhkan elemen PvP, tapi juga kooperatif.

Bagi Anda yang kurang familier, cross-platform play memperkenankan pengguna di layanan gaming berbeda buat bermain bersama. Fungsi ini bisa ditemukan di sejumlah judul blockbuster dan free-to-play, dari mulai Fortnite, Rocket League, Paladins, Dauntless serta game shooter bertema militer yang belum lama ini Activision luncurkan – Call of Duty: Modern Warfare 2019. Berbicara soal fitur ini, Sony sempat mencoba menghalangi penetrasi cross-play di layanannya, namun akhirnya mereka luluh.

Untuk sekarang, Brawlhalla merupakan satu dari dua permainan Ubisoft yang menghidangkan cross-platform play secara penuh (maksudnya tanpa restriksi dalam bentuk apapun). Satu judul lagi adalah Just Dance via mode World Dance Floor.

Mari kita analisis pernyataan Guillemot soal ‘cross-play akan hadir di semua permainan PvP yang kami miliki’. Hampir seluruh game Ubisoft mempunyai mode kompetitif (kecuali judul single-player murni seperti Assassin’s Creed Odyssey atau Origins): Rainbow Six Siege, For Honor, bahkan Ghost Recon dan The Division yang sebetulnya mengedepankan co-op juga menyuguhkan opsi player versus player.

Kehadiran cross-play akan memberikan pengalaman baru dalam bermain dan berinteraksi, namun ada banyak aspek yang harus Ubisoft siapkan, terutama dari sisi balancing. Pertanyaanya, seberapa siapkah Ubisoft?

Sebagai komparasi: demi memastikan permainan tetap seimbang, Infinity Ward membubuhkan dukungan keyboard dan mouse secara penuh di Call of Duty: Modern Warfare. Di sana, cross-play sendiri bersifat opsional dan tidak tersedia di mode Ranked Play.

Via GamesIndustry.

 

Terlepas dari Protes Co-Founder, Vivendi Akuisisi Gameloft ‘Secara Paksa’

Dengan puluhan anak perusahaan tersebar di seluruh dunia, Gameloft ialah salah satu publisher game mobile tersukses. Sejak 2008, mereka memenangkan banyak penghargaan dari media, dan ada 69 judul sudah Gameloft lepas ke iOS. Mungkin melihat keberhasilannya itu, satu raksasa media massa memutuskan untuk mengakuisisi Gameloft lewat cara yang agresif.

Wall Street Journal melaporkan bahwa Vivendi kini memegang 56 persen saham Gameloft, terlepas dari protes para co-founder-nya. Michel dan Yves Guillemot mengaku menjualnya dengan terpaksa, setelah gagal menghalangi upaya akusisi yang dilakukan Vivendi secara hukum. Kemungkinan besar, Vivendi akan mengambil mayoritas dari 21,7 persen saham milik Guillemot sebagai developer Modern Combat.

“Keluarga [Guillemot] yakin bahwa cara antagonis seperti ini bertentangan dengan kepentingan Gameloft, baik dilihat dari aktivitas serta tim di dalamnya,” tutur para founder Gameloft. Dampak dari langkah ini langsung terlihat. Di awal Juni 2016, CEO Michel Guillemot diberitakan akan mengundurkan diri terkait pengambilalihan agresif tersebut.

Semenjak bulan Oktober silam, Vivendi yang dikendalikan oleh miliarder Perancis Vincent Bolloré, telah mulai membeli saham Gameloft. Tim publisher sekaligus developer ini merupakan nama familier di kalangan pecinta permainan mobile. Mereka terkenal berkat seri Asphalt, Modern Combat, N.O.V.A, serta game-game tie-in film semisal Despicable Me: Minion Rush, The Amazing Spiderman sampai Men in Black 3.

Vivendi menuangkan beberapa alasan mereka mengenai langkah akuisisi ini dalam surat yang ditujukan pada karyawan Gameloft minggu lalu. Mereka bilang, Vivendi akan membuka kesempatan kerja sama baru di berbagai area, contohnya kreasi konten, pengembangan franchise baru, potensi buat menghimpun lebih banyak konsumen, membangun komunitas, serta memperoleh manfaat dari jaringan distribusi yang luas.

“Kami dengan gembira menyambut Anda bergabung bersama para talenta yang kami miliki,” tulis Vivendi kepada Gameloft. “Dan bersama-sama, keberadaan kita bisa menjadi lebih besar di pasar hiburan dunia.”

Sang raksasa hiburan itu telah kembali menjual saham Gameloft seharga US$ 9 hingga tanggal 15 Juni nanti, sehingga perusahaan tersebut mempunyai nilai di angka US$ 700 juta. Vivendi juga bilang akan menunjuk lagi mayoritas board of director Gameloft di tanggal 29 Juni.

Setelah proses akuisisi rampung, besar peluang Vivendi akan mengalihkan perhatiannya pada Ubisoft, dan buat menghadapinya, Ubisoft sudah melakukan pertemuan dengan sejumlah investor di Kanada.

Via Gamasutra & Gamespot.