Tim MPL Indonesia Umumkan Rosternya, RRQ Diundang Wild Rift Icon Series

Mengawali pekan ketiga bulan Februari 2021, kita disambut dengan kabar soal roster tim MPL Indonesia yang akhirnya diungkap. Selain itu ada juga beberapa kabar lain seperti rekap dari beberapa turnamen esports dengan format liga dan kabar-kabar seputar esports lainnya. Berikut rekap berita esports pekan ketiga Februari 2021.

Dota 2 Regional League SEA – Rekap Pertandingan Pekan ke-4

Dota 2 Regional League SEA sudah memasuki pekan pertandingan ke-4 pada pekan lalu. Apa kabar punggawa asal Indonesia? Dari upper division, BOOM Esports harus rela menerima kekalahan pada pekan ini setelah kalah 0-2 dalam laga melawan TNC Predator. Pada sisi lain, T1 yang berisikan Whitemon dan Xepher berhasil mendapatkan kemenangannya melawan Execration.

Sementara itu lower division terasa cukup kelabu pekan ini karena kabar kekalahan bagi dua tim yang memainkan punggawa Indonesia. HOYO (Jhocam dkk) kalah pada laga melawan Galaxy Racers. Begitupun dengan Army Geniuses, kalah dalam laga melawan Lilgun dengan skor 0-2 dalam seri pertandingan best-of-3. Untungnya ZeroTwo berhasil melipur lara dengan kemenangan 2-0 yang didapatkannya

Free Fire Master League Indonesia – Rekap Matchday ke-9 dan 10

Pertandingan Free Fire Master League Indonesia sudah memasuki matchday ke-9 dan 10 pada akhir pekan lalu. Persaingan terasa sengit pada matchday ke-9 karena perolehan Booyah dari tim yang berbeda-beda mulai ronde pertama hingga ronde ke-6. Namun demikian, Aerowolf muncul ke permukaan pada matchday ke-10 setelah berhasil mendapatkan 3 kali Booyah. Walupun demikian, ONIC Olympus, RRQ Hades, dan DG Esports ternyata masih mendominasi klasemen sementara grup A, B, dan C pasca pertandingan pekan lalu. Akankah dominasi ketiga tim tersebut dapat digeser pada pertandingan pekan depan?

Bursa Transfer PUBG Mobile Pertengahan Februari 2021

 

Skena esports PUBG Mobile masih dalam musim transfer pada pekan lalu. Setelah perpindahan Microboy ke EVOS pada pekan lalu, bursa transfer PUBG Mobile juga memberikan beberapa kabar menarik pekan ini. Tiga perpindahan yang menarik pada pekan ini adalah Hijrah (dulu ION Esports), Svafvel (dulu BOOM Esports), dan Cisun (dulu Victim Esports). Akun official pubgmobile.esports.id mengabarkan bahwa Hijrah pindah ke BOOM Esports, Svafvel pindah ke NFT Esports, sementara Cisun pindah ke 21esport. Akankah perpindahan tersebut menggeser peta kekuatan tim di skena esports PUBG Mobile nantinya?

Tim-Tim MPL Indonesia Umumkan Rosternya

Liga kasta utama MLBB Indonesia sudah semakin dekat. Karenanya beberapa tim pun terlihat sudah memiliki dan mengumumkan skuat mereka untuk menghadapi musim ke-7 dari MPL Indonesia. Sejauh dari pemantauan, ada AURA Fire, RRQ Hoshi, Bigetron Alpha, Genflix Aerowolf, Geek Fam ID dan ONIC Esports yang telah mengumumkan roster MLBB terbaru mereka. Dari semua pengumuman tersebut, satu hal yang menarik untuk dinanti mungkin adalah kehadiran sosok-sosok senior dari esports MOBA lain muncul sebagai pelatih. Sosok tersebut adalah seperti SaintDeLucaz (ex Dota 2 BOOM Esports) yang melatih Genflix Aerowolf, serta Randy “CL” (ex AOV EVOS Esports) dan Facehugger (ex Dota 2 EVOS Esports) yang melatih AURA Fire. Mampukah para senior tersebut membawa tim-tim tersebut mendapatkan hasil yang positif di MPL Indonesia Season 7 nanti?

BOOM Esports Umumkan 23savage Sebagai Stand-In Divisi Dota 2

 

 

 

 

View this post on Instagram

 

A post shared by BOOM Esports (@boomesportsid)

Pemain asal Thailand tersebut mungkin bisa dibilang sebagan pemain luar negeri pertama yang mengisi spot di divisi Dota 2 BOOM Esports. Sang Hungrybeast sendiri tidak menjelaskan alasan menyertakan 23savage sebagai stand-in. Terlepas dari hal tersebut, para fans berspekulasi bahwa 23savage masuk untuk menggantikan Drew untuk sementara karena performanya yang dianggap kurang memenuhi harapan mereka. Laga perdana dari 23savage sendiri adalah pada hari rabu nanti (17 Februari 2021) pukul 15:00 WIB saat BOOM Esports melawan Execreation di Regional League SEA Upper Division. Akankah 23savage membuat perfoma BOOM Esports jadi lebih baik?

 

RRQ Filipina Diundang Wild Rift Icon Series, Alter Ego Akan Umumkan Roster

 

 

Riot Games telah mengumumkan Wild Rift Icon Series sebagai turnamen esports Wild Rift pertama di Asia Tenggara. Riot Games hanya mengumumkan 2 tim undangan asal Indonesia saja ketika itu, Alter Ego dan ONIC Esports. Selain dua tim tersebut, RRQ ternyata menyusul menjadi tim yang diundang berikutnya ke dalam pertandingan. Lewat media sosial, RRQ mengumumkan keikutsertaannya yang akan diwakilkan oleh RRQ Filipina.

Lalu pada sisi lain ada juga Alter Ego yang terlihat sudah akan mengumumkan roster Wild Rift. Diundangnya Alter Ego memang sempat menjadi tanda tanya tersendiri di kalangan komunitas. Salah satu alasannya adalah karena tim mereka yang belum terlihat memiliki divisi Wild Rift, namun entah kenapa masuk dalam daftar undangan Wild Rift Icon Series dari Riot Games. Namun demikian, Indra Hadiyanto selaku COO dan Co-Founder Alter Ego sempat mengkonfirmasi lebih lanjut kepada Hybrid.co.id bahwa mereka sebenarnya sudah memiliki divisi Wild Rift walau belum sempat diumumkan.

Team Liquid Tampilkan Lini Merchandise Bertemakan Naruto Shippuden

Setelah sempat bekerja sama dengan MARVEL, Team Liquid kini kembali mengumumkan kerja sama lisensi mereka dengan salah satu brand properti intelektual yang tak kalah menarik. Kali ini Team Liquid menampilkan kolaborasi yang mencengangkan dengan Naruto Shippuden. Melalui kerja sama ini, Team Liquid akan menampilkan materi-materi dari manga ciptaan Masashi Kishimoto tersebut ke dalam berbagai merchandise milik mereka. Kerja sama tersebut dilakukan antara Team Liquid dengan VIZ Media, pemilik lisensi dari karakter serta berbagai kekayaan intelektual yang ada di serial Naruto Shippuden.

AS Monaco Gambit Ambil Roster Dota LiveToWin dan Mainkan no[o]ne sebagai Stand-In

https://twitter.com/GambitEsports/status/1359834576294539264?ref_src=twsrc%5Etfw%7Ctwcamp%5Etweetembed%7Ctwterm%5E1359834576294539264%7Ctwgr%5E%7Ctwcon%5Es1_&ref_url=https%3A%2F%2Fdotesports.com%2Fdota-2%2Fnews%2Fas-monaco-gambit-signs-livetowin-dota-2-roster-noone-to-stand-in

Tim LiveToWin dari kawasan akhirnya mendapatkan sponsor dan diambil oleh organisasi esports AS Monaco Gambit. Tim itu sendiri merupakan hasil kerja sama antara klub sepak bola asal Prancis yaitu AS Monaco dengan klub esports Gambit. Selain roster utama LiveToWin (Sonneiko dkk), AS Monaco Gambit juga akan menyertakan no[o]ne sebagai stand-in. Gambit Esports sendiri sebenarnya sudah memiliki skuad Dota 2 namun bertanding di lower division Regional League CIS. Sementara pada sisi lain, skuad yang baru diakuisisi tersebut bertanding di Upper Division dan sedang memperebutkan posisi di Singapore Major nantinya.

Skema Ekosistem Esports Indonesia: Mobile Legends dan PUBG Mobile

Pada kesempatan kali ini saya akan mencoba membahas lebih lanjut seputar apa-apa saja yang ada di dalam ekosistem esports Indonesia dengan menggunakan game PUBG Mobile dan MLBB sebagai contoh. Selain itu saya juga akan mencoba menjelaskan bagaimana cara kerja ekosistem tersebut dengan harapan dapat membantu brand (sponsor), pemain, ataupun Anda yang ingin memulai bisnis esports yang membaca artikel ini.

Ekosistem esports, walau istilah tersebut sering kami gunakan di artikel-artikel Hybrid.co.id, namun kami belum sempat menjelaskannya terperinci. Secara umum, ekosistem esports bisa diartikan sebagai berbagai elemen dengan ragam fungsinya yang membuat roda gigi bisnis esports terus berjalan. Elemen ekosistem yang paling umum dikenal mungkin adalah sang pembuat game, tim esports, sponsor, dan turnamen. Tetapi apakah ekosistem esports hanya empat elemen itu saja?

 

Membedah Ragam Elemen yang Ada di Ekosistem Esports MLBB dan PUBG Mobile Lokal

Ada alasan tertentu dua game tersebut saya pilih sebagai contoh. Salah satunya adalah karena perkembangan ekosistsem dua game tersebut tergolong pesat di Indonesia. Dua game tersebut juga dapat dikatakan sebagai dua game esports terbesar di Indonesia. Sebagai salah salah satu bukti, Anda bisa baca artikel saya sebelumnya. Saya sempat membahas bagaimana penonton MPL ID yang jumlahnya menyalip liga LoL Korea dan bagaimana jumlah penonton tayangan turnamen PUBG Mobile tingkat internasional didominasi oleh penonton tayangan berbahasa Indonesia.

Ada apa saja di dalam ekosistem esports MLBB dan PUBG Mobile Indonesia? Elemen-elemen ekosistem esports MLBB dan PUBG Mobile Indonesia kurang lebih seperti apa yang pada gambar di bawah. Elemen yang saya jajarkan di bawah ini adalah ekosistem inti yang fungsinya hampir tidak tergantikan.

Akbar Priono - Hybrid.co.id
Ekosistem Inti yang berputar di sekitar game PUBG Mobile dan Mobile Legends Bang Bang. Akbar Priono – Hybrid.co.id

Posisi paling kiri adalah elemen terpenting dari ekosistem esports, yaitu sang pembuat game. Moonton memegang peran ganda untuk game Mobile Legends: Bang-Bang. Moonton adalah perusahaan yang membuat (developer) dan memasarkan (publisher) game MLBB.

Sementara itu PUBG Mobile berbeda. Tencent Games di Indonesia hanya mengambil peran sebagai pemasar (publisher) game PUBG Mobile saja. Sementara itu di PUBG Mobile ada Lightspeed & Quantum berperan sebagai pembuat (developer) game PUBG Mobile yang merupakan salah satu anak perusahaan Tencent Games juga.

Bergeser ke kanan kita melihat ada turnamen, elemen terpenting kedua di dalam ekosistem. Sejauh perkembangannya, turnamen esports dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu turnamen 1st party yang digagas oleh developer/publisher dan turnamen 3rd party yang digagas oleh komunitas ataupun pelaku bisnis esports. Lalu siapa yang tergolong sebagai 2nd Party? Kalau pakai analogi produsen dan konsumen, maka 2nd party adalah para pemain.

Hanya ada dua turnamen yang digagas oleh 1st party di dalam ekosistem MLBB. Turnamen tersebut adalah Mobile Legends Profesional League Indonesia (MPL ID) selaku liga utama dan Mobile Legends Developmental League Indonesia (MDL ID) selaku liga kedua.

Pertandingan Mobile Legends ibarat seperti sepak bola. Dua tim berisikan 5 pemain saling tanding sampai salah satunya berhasil menghancurkan bangunan inti yang ada di dalam game.

MPL ID dan MDL ID memiliki dua babak yang menggunakan format berbeda. Ada babak Regular Season yang dipertandingkan dengan format grup round-robin dan ada babak Playoff yang dipertandingkan dengan format bracket. Kalau dibandingkan dengan olahraga, format liganya kurang lebih mirip seperti liga bola basket NBA.

Selanjutnya adalah PUBG Mobile. Ekosistem PUBG Mobile punya lebih banyak jenis turnamen yang digagas oleh pihak 1st party. Liga utama PUBG Mobile Indonesia adalah PUBG Mobile Professional League (PMPL ID), diikuti liga kasta kedua yaitu PUBG Mobile Indonesia National Championship (PINC), dan liga kasta ketiga dalam bentuk PUBG Mobile Club Open (PMCO) serta PUBG Mobile Community Cup (PCC).

Selain empat kompetisi di atas, ekosistem PUBG Mobile juga punya dua pertandingan lain yang dikhususkan untuk segmentasi tertentu. Para mahasiswa punya turnamen khusus yang bernama PUBG Mobile Campus Championship (PMCC). Para perempuan juga punya turnamen khusus yang biasanya digabungkan ke dalam rangkaian PINC.

Hampir semua pertandingan PUBG Mobile bisa disebut memiliki format liga, karena tidak mungkin menggunakan format bracket dalam pertandingan esports Battle Royale. Berbeda dengan Mobile Legends, PUBG Mobile mempertandingkan 16 tim sekaligus di dalam satu pertandingan. Karena itu, 16 tim tersebut biasanya bertanding dalam beberapa ronde di dalam satu hari pertandingan. Kalau diibaratkan olahraga, format liga Battle Royale mungkin mirip seperti pertandingan olimpiade cabang atletik.

Klasifikasi turnamen kedua adalah turnamen 3rd party atau turnamen yang digagas oleh pihak ketiga. Pihak ketiga bisa jadi siapa saja, bahkan bisa jadi perusahaan yang bisnis utamanya tidak berhubungan dengan esports.

Turnamen esports yang dilakukan sebagai sarana soft-launching coffee shop pun sebenarnya tergolong sebagai turnamen esports pihak ketiga. Namun pihak ketiga yang tidak berhubungan langsung dengan esports biasanya hanya membuat turnamen esports sesekali atau satu kali saja dengan skala yang cenderung kecil. Daftar turnamen pihak ketiga yang saya sertakan pada daftar di atas adalah turnamen pihak ketiga yang tergolong rutin dan punya skala cukup besar.

Turnamen Dunia Games (DG) contohnya. Dunia Games (DG) adalah brand yang digagas oleh Telkomsel demi menarik minat konsumen pada segmentasi gaming. Walaupun bisnis utamanya adalah jasa telekomunikasi, namun esports akhirnya jadi salah satu ujung tombak Telkomsel untuk menarik minat anak muda menggunakan jasanya.

Saat ini DG tergolong cukup rutin mengadakan turnamen atas beberapa game esports dan bisa dikatakan sebagai salah satu bagian ekosistem PUBG Mobile. Beberapa contoh turnamen pihak ketiga yang digagas oleh Telkomsel termasuk DG Waktu Indonesia Bermain (DG WIB), DG League (DGL), dan Indonesia Games Championship (IGC).

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Tiga turnamen tersebut adalah turnamen untuk umum yang dapat diikuti oleh siapapun. Ada beberapa pihak ketiga yang mencoba menyasar segmentasi yang spesifik. Seperti Ligagame yang menyelenggarakan IEL University Series untuk mahasiswa ataupun Indonesia Gaming League (IGL) yang menyelenggarakan Women Star League (WSL).

Setelah turnamen, ada event organizer (EO). Mungkin Anda sedikit bingung, “mengapa ada event organizer setelah turnamen?” Jawabannya adalah karena tidak semua pihak yang menggagas turnamen esports punya kemampuan teknis untuk menyelenggarakan sebuah turnamen. Contohnya turnamen milik Dunia Games. Telkomsel adalah perusahaan telekomunikasi. Jadi rasanya sih tidak heran kalau perusahaan tersebut tidak memiliki keahlian dalam menyelenggarakan turnamen esports.

Karenanya bisnis EO (saya menyebutnya esports organizer) menjadi salah satu elemen penting yang cukup menjanjikan. Mineski Indonesia bisa jadi adalah salah satu esports organizer paling terpercaya sejauh ini. Mineski Indonesia adalah sosok di balik layar dari beberapa turnamen esports besar di Indonesia. Termasuk turnamen 1st party seperti MPL ID dan PMPL ID ataupun turnamen 3rd party seperti DG League.

Esports organizer terkadang juga menggelar turnamen mereka sendiri dengan harapan dapat menjadi media bagi sponsor untuk mempromosikan brand mereka. IEL University Series dan WSL adalah contohnya, dua turnamen yang masing-masing diselenggarakan oleh Ligagame dan Indonesia Gaming League (IGL).

Selanjutnya ada talent management. Elemen tersebut tergolong cukup baru ada di ekosistem esports Indonesia sebagai reaksi atas pesatnya perkembangan esports belakangan. Dalam konteks sebuah turnamen esports, talent management biasanya berperan dalam menyalurkan talenta yang dibutuhkan seperti shoutcasters, influencers, atau mungkin cosplayer.

Tiga talent management yang saya tuliskan di atas bisa dibilang sebagai tiga yang paling dominan dan memiliki keterkaitan dengan MLBB dan PUBG Mobile. Revival Talent Management adalah salah satu pemasok talenta shoutcasters di turnamen MPL, sementara Mineski Talent pemasok talenta di turnamen PMPL. Pada sisi lain, WHIM merupakan talent management milik EVOS dengan beberapa influencers ternama di dua ekosistem game tersebut.

Terakhir adalah tim. Sebelum berkembang seperti sekarang, dahulu peserta kompetisi esports biasanya hanya berisi sekolompok gamers yang tidak dikelola secara profesional. Seiring perkembangan, mulai muncul sebuah organisasi yang mengelola tim-tim secara profesional tersebut agar dapat lebih berprestasi dan tentunya harapan mendapatkan keuntungan finansial bagi organisasi terkait. Tim esports yang saya tulis di atas saya kelompokkan menjadi beberapa.

Hal tersebut saya lakukan karena liga MPL yang bersifat tertutup. Seperti yang Anda lihat, ada beberapa nama yang saya sebut dua kali seperti EVOS Esports dengan EVOS Legends. Tim tersebut sebenarnya dikelola oleh satu organisasi yang sama (EVOS), namun diberi tambahan kata yang berbeda sebagai branding untuk membedakan tim divisi game satu dengan lainnya.

Tim yang saya tulis di atas saya kelompokan berdasarkan liga kasta utama yang diikuti. Seperti 8 tim paling atas adalah peserta liga franchise MPL, diikuti oleh 3 tim di luar franchise yang jadi peserta MDL, lalu ada tim-tim peserta PMPL Indonesia, dan terakhir adalah organisasi-organisasi esports lainnya di Indonesia yang masih memiliki hubungan dengan ekosistem esports terkait namun tidak turut bertanding di liga kasta utama.

Akbar Priono - Hybrid.co.id
Ragam ekosistem suplemen yang tetap dibutuhkan di bisnis esports modern, namun bisa jadi tidak dibutuhkan dalam kasus tertentu (turnamen esports komunitas misalnya). Akbar Priono – Hybrid.co.id

Setelah dari ekosistem inti yang saya sebut di atas, ada ekosistem yang tergolong suplemen yang bisa Anda lihat di atas gambarkan di atas. Mereka tergolong ekosistem suplemen karena penyelenggara turnamen bisa saja tidak memanfaatkan elemen terkait untuk turnamen yang akan diselenggarakan.

Fungsinya bisa dibilang sudah cukup jelas berdasarkan dari masing-masing kelompok. Streaming platform berperan untuk menyajikan turnamen kepada para penggemar. Tournament platform biasanya adalah sebuah software yang memudahkan pendaftaran peserta dan pembuatan bracket turnamen. Online media adalah media massa yang kini menggunakan basis teknologi entah itu website ataupun video. Brand adalah para sponsor yang menjadi penyokong dari berjalannya turnamen-turnamen esports. Bagian terakhir adalah kategori lain-lain yang ada di Indonesia namun masih minim pemain. Coaching platform adalah penyedia jasa pelatihan menjadi pemain profesional. Esports facilities adalah penyedia jasa fasilitas yang fokus kepada esports.

Lalu kalau mereka memang tergolong ekosistem suplemen, bagaimana contoh turnamen esports yang tidak memanfaatkan elemen-elemen tersebut? Mari kita kembali berandai-andai apabila coffee shop ingin mengadakan turnamen esports. Misalnya tujuan mereka cuma ingin mempromosikan coffee shop di daerah sekitar saja, maka mereka bisa dan boleh saja mengadakan turnamen esports tanpa menggunakan elemen-elemen yang barusan saya jabarkan.

Turnamen bisa tidak di-stream, tidak menggunakan teknologi platform tertentu, tidak membutuhkan media untuk memberitakan turnamennya, tidak butuh sponsor dari pihak ketiga, apalagi membutuhkan elemen yang lain-lain. Kenapa jadi tidak butuh? Kembali lagi kepada tujuan sang penyelenggara, yang dalam penjelasan ini adalah hanya untuk mempromosikan coffee shop ke daerah sekitar.

Namun demikian mereka akan selalu menggunakan elemen-elemen inti yang dibahas sebelumnya, walau mungkin digantikan dengan menggunakan alternatif-alternatif yang tidak bersifat profesional. Tetap butuh game buatan developer untuk dipertandingkan, tetap butuh turnamen dengan format yang jelas, tetap butuh organizer dan talent walau bisa saja dikerjakan oleh pegawai coffee shop, serta butuh tim peserta yang bertanding.

 

Liga Tertutup dan Liga Terbuka

Seiring dengan perkembangannya, esports pun mulai mencoba mengadopsi sistem liga yang ada di olahraga. Ada sistem terbuka dan sistem tertutup. Sistem terbuka punya model seperti liga sepak bola. Sementara sistem tertutup banyak diadopsi di liga olahraga Amerika Serikat, salah satunya liga bola basket NBA. Pembahasan lebih mendalam seputar liga tertutup atau liga franchise bisa Anda baca pada pembahasan saya di tautan berikut ini.

Liga tertutup dan liga terbuka memberi pengaruh terhadap cara kerja ekosistem esports secara keseluruhan. MLBB dan PUBG Mobile menganut dua sistem yang berbeda. MLBB menganut sistem tertutup sementara PUBG Mobile menganut sistem terbuka.

Bagaimana pengaruh dari perbedaan model terhadap elemen-elemen yang ada di ekosistem. Mari kita bedah dari ekosistem MLBB. Sistem liga tertutup memberi pengaruh yang sangat besar kepada tim dan jenjang turnamen. Sejauh yang saya tahu, tim yang bertanding di liga MPL adalah tim yang memenuhi 2 syarat: lolos seleksi administratif dari pihak pertama (Moonton) dan dapat membayar biaya franchise yang dikabarkan sekitar US$1 milyar.

Bentuk turnamen tertutup dalam ekosistem MLBB. Tim hanya dapat bertanding setelah mendapat izin dari Moonton. Akbar Priono - Hybrid.co.id
Bentuk turnamen tertutup dalam ekosistem MLBB. Tim hanya dapat bertanding setelah mendapat izin dari Moonton. Akbar Priono – Hybrid.co.id

Delapan tim yang bertanding di MPL saat ini adalah tim yang memenuhi 2 syarat tersebut. Mereka akan terus bertanding di liga utama selama durasi yang disepakati oleh pihak pertama (Moonton) dan pihak kedua (tim). Terus bertahan di dalam liga adalah satu perbedaan utama antara liga terbuka dengan liga tertutup.

Lalu apakah tim komunitas bisa masuk ke dalam MPL? Bisa saja. Namun Anda tidak bisa masuk liga utama hanya bermodal jago saja. Anda harus punya kemampuan bisnis dan memiliki modal untuk bisa memenuhi syarat di atas.

PUBG Mobile mengadopsi sistem terbuka. Sebagai tim, sistem terbuka memberi kesempatan yang lebih mudah untuk masuk ke dalam liga PMPL. Modalnya cukup jago saja, tidak terlalu perlu modal finansial yang terlalu banyak ataupun modal kemampuan bisnis. Tencent Games memberi jenjang yang jelas untuk bisa bertanding di PMPL. Anda cukup kumpulkan skuad Anda, menangkan turnamen PINC, maka Anda bisa berlaga di liga kasta utama yaitu PMPL Indonesia.

Bentuk turnamen terbuka dalam ekosistem MLBB. Siapapun punya kesempatan bertanding di liga kasta utama, termasuk tim amatir. Akbar Priono - Hybrid.co.id
Bentuk turnamen terbuka dalam ekosistem MLBB. Siapapun punya kesempatan bertanding di liga kasta utama, termasuk tim amatir. Akbar Priono – Hybrid.co.id

Lalu bagaimana lagi perbedaan kedua sistem mempengaruh ekosistem? Apabila kita hanya membahas dua ekosistem tersebut, maka perbedaannya hanya dari sisi tim saja. Mengapa demikian? Menurut opini saya, ekosistem esports PUBG Mobile sebenarnya tergolong semi-terbuka karena pihak pertama memiliki turnamen untuk semua tingkat, mulai dari kasta utama sampai kasta komunitas.

Pihak ketiga seperti esports organizer yang saya sebut cenderung punya ruang gerak yang lebih sempit di PUBG Mobile karena tidak punya kesempatan untuk menjadi liga utama. IEL University Series yang digagas Ligagame bisa jadi contohnya. Liga tersebut bisa tetap digolongkan sebagai liga kasta kedua karena pemain dan penonton mungkin akan tetap memilih PMCC yang digagas Tencent Games langsung karena cenderung dianggap sebagai turnamen resmi.

Lalu liga esports apa yang tergolong sebagai liga terbuka murni? Ekosistem CS:GO dan Fighting Games Community mungkin bisa jadi contoh. Pembeda terbesar antara dua ekosistem tersebut dengan ekosistem PUBG Mobile adalah kesempatan bagi penyelenggara pihak ketiga untuk mendapat status kompetisi kasta utama.

Sumber Gambar - Nico Besombes from Medium.com
Pada ekosistem esports murni yang saya sebut, pihak ketiga punya kesempatan untuk menjadi turnamen kasta utama seperti di gambar. Sumber Gambar – Nico Besombes from Medium.com

Pada CS:GO, contohnya ada Intel Extreme Masters. Walaupun turnamen tersebut digagas oleh pihak ketiga (ESL) namun Intel Extreme Masters masih dianggap sebagai turnamen internasional terbesar dari CS:GO. Begitu juga dengan Fighting Games. Walaupun ada turnamen seperti Capcom Pro Tour ataupun Tekken World Tour, turnamen EVO tetap dianggap sebagai pertandingan kasta utama bagi ekosistem esports Fighting Games sejauh ini.

 

Bagaimana Ekosistem Esports MLBB dan PUBG Mobile Indonesia Bekerja?

Pada pembahasan di sini saya akan fokus membahas kepada cara kerja dua ekosistem esports di atas dari sudut pandang pemain dan secara bisnis keseluruhan. Mari kita bedah skema ekosistem esports dari sudut pandang pemain terlebih dahulu, mulai dari PUBG Mobile. Sebagai pemain, jalan Anda untuk menuju profesional sebenarnya tergolong tidak rumit. Saya sengaja tidak bilang mudah, karena bagaimanapun perjuangan menjadi bintang esports tentu akan sangat sulit.

Jalur menuju liga kasta utama bagi pemain di skena PUBG Mobile. Akbar Priono - Hybrid.co.id
Jalur menuju liga kasta utama bagi pemain di skena PUBG Mobile. Akbar Priono – Hybrid.co.id

Seperti pada gambar di atas, jalur menuju profesional di musim kompetisi PUBG Mobile pada tahun 2020 sebenarnya sesederhana itu. Sebagai pemain, Anda bisa membuat tim, ikut PINC, dapatkan posisi top 4 maka Anda akan langsung mendarat di turnamen utama yaitu PMPL Indonesia. Namun demikian prosesnya tentu tidak semudah itu.

Untuk bisa masuk ke laga utama PINC Anda harus bersaing dengan 6000 tim lebih. Pada fase kualifikasi, Anda bahkan harus berhadapan dengan 4 dari total 8 tim peringkat terbawah dari PMPL musim sebelumnya. Apabila Anda berhasil mengisi peringkat teratas, maka Anda akan lolos ke babak final PINC.

Tadi itu adalah proses kualifikasi dengan metode Squad. Pada PINC 2020 lalu, Tencent Games juga menyediakan kualifikasi lewat jalur Solo yang dilakukan di 32 provinsi di Indonesia. Setelah beberapa proses, pemain solo tersebut lalu disatukan ke dalam Squad, ditandingkan, dan diberangkatkan ke Grand Final setelah berhasil mencapai peringkat teratas.

Perjuangan masih belum berhenti sampai sana. Persaingan akan menjadi lebih keras lagi saat mencapai babak final. Babak final mempertandingkan 16 tim sebanyak 14 ronde dari 2 hari pertandingan (1 hari 7 ronde). Bukan skill saja yang diuji, daya tahan konsentrasi Anda juga diuji pada turnamen tersebut. Apabila Anda berhasil finish di posisi 8 besar, maka selamat! Anda berhasil mencapai liga utama PUBG Mobile yaitu PMPL ID.

Format tersebut adalah format untuk musim tahun 2020 lalu. Bagaimana dengan tahun 2021 ini? Kabarnya akan ada sedikit perubahan skema. Berdasarkan informasi terakhir, PMCO akan menjadi jalur untuk menuju ke pertandingan PMPL 2021. Mengutip dari Liquidpedia, persaingan malah jadi lebih ketat lagi karena hanya 4 tim teratas di PMCO 2021 saja yang bisa lolos ke PMPL 2021.

Lalu bagaimana dengan turnamen ladies atau PMCC? Sejauh ini dua turnamen tersebut tidak memiliki jenjang untuk menuju ke liga kasta utama. Pemenang turnamen PMCC akan berhenti di turnamen tersebut saja, tidak mendapat kesempatan untuk bertanding di liga profesional. PCC pun demikian, hanya jadi sarana bertanding bagi komunitas dengan tanpa jenjang ke tingkat yang lebih profesionial. Begitu juga dengan para perempuan yang hanya punya turnamen PINC Ladies saja sebagai turnamen kasta utama di tahun 2020 kemarin.

Setelah PUBG Mobile mari kita bedah ekosistem MLBB bagi pemain. Bagaimana cara pemain untuk dapat bertanding di liga kasta utama MPL? Sejujurnya, tidak ada yang tahu cara pastinya — meski umumnya, pedoman ini masih bisa berlaku buat Anda yang tertarik menjadi pemain esports profesional. Maksudnya, Moonton tidak menyediakan turnamen sebagai jalur formal bagi tim amatir untuk menuju liga kasta utama layaknya PINC ke PMPL.

Ekosistem MLBB memang punya MDL. Namun liga MDL juga tidak terbuka bagi umum. Mengutip dari ONE Esports, Lius Andre sempat menjelaskan bahwa kesempatan kualifikasi untuk masuk MDL dibagikan melalui undangan secara privat terhadap beberapa tim esports yang sudah tergolong profesional (memiliki badan hukum PT salah satu syaratnya).

Kalaupun sudah masuk MDL, jangan berharap juga Anda bisa langsung masuk MPL. Seperti yang saya jelaskan di atas, Anda harus memenuhi dua syarat terlebih dahulu untuk masuk ke dalam MPL: lolos seleksi administrasi dan dapat membayar sejumlah uang yang disepakati kedua belah pihak untuk biaya franchise. Biaya franchise tentunya tidak dibebankan kepada pemain, melainkan kepada organisasi profesional tempat para pemain bernaung.

Seleksi terbuka jadi satu-satunya jalur bagi pemain MLBB untuk bisa bermain di MPL Indonesia. Akbar Priono - Hybrid.co.id.
Seleksi terbuka jadi satu-satunya jalur bagi pemain MLBB untuk bisa bermain di MPL Indonesia. Akbar Priono – Hybrid.co.id.

Dari penjelasan di atas, mungkin jadi terkesan bahwa ekosistem MLBB sangatlah tertutup dengan kesempatan yang minim bagi pemain untuk bisa mendapat kesempatan menjadi bintang esports. Meskipun begitu, beberapa tim MPL untungnya sempat membuka kesempatan bagi siapapun yang ingin bertanding di dalam liga kasta utama MLBB tersebut. RRQ contohnya.

Rex Regum Qeon sempat membuka seleksi terbuka untuk divisi MLBB. EVOS pun demikian, sempat membuka seleksi terbuka untuk mengisi beberapa role yang dipublikasi melalui sang pelatih yaitu Bjorn “Zeys” Ong. Apabila berhasil lolos seleksi, Anda kemungkinan akan dimainkan di laga MDL terlebih dahulu baru setelahnya dipindah ke MPL apabila menunjukan potensi yang baik.


View this post on Instagram

A post shared by Team RRQ (@teamrrq)

Setelah membahas dari sudut pandang pemain, sekarang kita beralih ke sudut pandang bisnis. Untuk sudut pandang bisnis, saya merasa ada dua hal yang perlu dibahas di sini. Dari sudut pandang seseorang yang ingin memulai bisnis di ekosistem esports dan sudut pandang brand yang ingin terjun di esports.

Dalam hal memulai bisnis, seperti pada klasifikasi di pembahasan awal, ekosistem inti bisa dibilang sebagai elemen-elemen yang paling dibutuhkan di dalam ekosistem esports. Karena ada kebutuhan alias permintaan, Anda jadi bisa menyuguhkan penawaran layaknya ekosistem bisnis lainnya. Walaupun begitu, satu hal yang patut disadari adalah dan dipertanyakan adalah seberapa besar jumlah permintaan atau kebutuhan ekosistem terhadap elemen-elemen inti esports seperti di atas? Ditambah lagi, persaingan yang ada sekarang juga tergolong cukup berat.

Seperti saya tulis di atas, Mineski Indonesia bisa dikatakan hampir memonopoli permintaan jasa penyelenggaraan event esports karena mereka dipercaya untuk menyelenggarakan berbagai proyek besar seperti MPL dan PMPL. Revival Talent juga tergolong hampir memonopoli permintaan dari sisi talent shoutcasters. Salah satu alasannya adalah karena talenta mereka telah mengisi dua liga kasta utama di kedua game tersebut, MPL (Kornet, RangerEmas, PakPulung) dan PMPL (Sanskuy dan ElDogee).

Akbar Priono - Hybrid.co.id.
Akbar Priono – Hybrid.co.id.
Akbar Priono - Hybrid.co.id.
Akbar Priono – Hybrid.co.id.

Sebagai alternati lain, Anda mungkin bisa membuat brand turnamen Anda sendiri sebagai penyelenggara pihak ketiga. Namun demikian Anda akan butuh kesiapan dana investasi yang besar dalam jangka panjang apabila memilih jalan tersebut karena Anda perlu membangun reputasi serta kesadaran masyarakat terhadap turnamen yang Anda adakan.

Membuat tim mungkin bisa menjadi opsi, tapi lagi-lagi kesempatannya cenderung sangat terbatas dengan persaingan yang ketat. Ekosistem MLBB cenderung terbatas karena sistem tertutup yang diterapkan. Ekosistem PUBG Mobile mungkin punya kesempatan yang lebih luas karena menggunakan sistem terbuka. Di luar dari sistem yang diterapkan, mencari pemain berkualitas juga bukan perkara mudah di dua ekosistem tersebut. Kalaupun ada pemain berbakat, tentu ada kemungkinan Anda harus berebut satu pemain tersebut dengan beberapa tim sekaligus yang akan membuat nilai pemain tersebut bisa jadi sangat mahal.

Terakhir dari sudut pandang brand. Sebagai brand, kesempatan untuk memasuki pasar esports terbilang masih terbuka sangat lebar mengingat ragam kegiatan marketing yang bisa dilakukan di esports. Mensponsori liga kasta utama bisa digolongkan sebagai pilihan utama. Nilai sponsornya mungkin akan sangat besar, tapi timbal balik yang diberikan bisa jadi sepadan mengingat liga kasta utama yang jadi tontonan utama penggemar esports dari kedua ekosistem game tersebut.

Selain mensponsori liga kasta utama, beberapa pilihan aktivitas marketing lain juga bisa menjadi pilihan bagi brand yang ingin memasuki pasar esports. Mensponsori tim misalnya, seperti yang dilakukan oleh Visa kepada EVOS. Mensponsori acara pihak ketiga juga bisa jadi pilihan lain yang bahkan bisa memberi kesempatan kepada brand untuk menjadi title sponsor. Salah satu contohnya adalah IEL University Super Series yang disponsori oleh Super Soccer. Menyelenggarakan turnamen esports sendiri mungkin juga bisa menjadi salah satu pilihan, misalnya seperti Blibli yang mengadakan Blibli Esports Championship.

 

Begitulah kurang dan lebihnya ekosistem esports berdasarkan apa yang saya amati dari perkembangannya sekitar 1 tahun ke belakang. Penjabaran di atas tentu bukan merupakan ilmu pasti yang akan terus bertahan selama bertahun-tahun ke depan. Hal tersebut mengingat industri esports yang terus berkembang dan berevolusi secara cepat.

Pembahasan tersebut juga tergolong hanya gambaran kasar saja berdasarkan apa yang terlihat dari kulit luar. Semoga pembahasan di atas dapat membantu Anda untuk lebih memahami ekosistem esports. Apabila ada kesempatan, saya akan mencoba membahas ekosistem esports game lain ataupun memperbarui penjelasan ekosistem esports di atas berdasarkan dari insight-insight terbaru.

Tips dan Trik FIFA 21 #2: Dribbling, Passing, dan Shooting

Bulan lalu saya sempat membahas seputar tips dan trik untuk mengembangkan skuat FIFA Ultimate Team 21 bersama RAJA.Pugu. Apa kabar skuat FUT 21 Anda saat ini? Sudah berkembang sampai sejauh mana? Salah satu poin dalam artikel tips tersebut adalah dengan cara bermain Weekend League dan Division Rivals. Bukan cuma sekadar main, Anda juga sebisa mungkin harus menang agar mendapat hadiah yang lebih banyak.

Skuat bagus saja tidak cukup untuk memenangkan permainan. Anda juga harus punya skill bermain yang baik. Kalau kata anak jaman sekarang sih… “tergantung pilot”.

Maka pada kesempatan ini saya kembali mencoba memberikan Anda tips FIFA 21 lainnya, kali ini seputar dribbling, passing, dan finishing. Apa-apa saja yang harus dikuasai dari tiga hal tersebut? Berikut beberapa tips dan trik FIFA 21 seputar tiga aspek tersebut.

 

Dribble – Kuasai dan Gunakan Skill Moves

Layaknya sepak bola sungguhan, tiga aspek tersebut adalah hal yang perlu Anda kuasai betul-betul untuk dapat memenangkan sebuah pertandingan. Pertama-tama mari kita bahas soal dribbling.

Satu perubahan di FIFA 21 yang perlu Anda ketahui adalah hadirnya fitur baru dalam aspek dribbling yang bernama Agile Dribbling. Melakukan Agile Dribbling pada dasarnya mudah untuk dilakukan, cukup geser analog kanan ke arah yang Anda inginkan untuk menggocek musuh. Namun demikian, Anda tetap butuh banyak latihan untuk menerapkannya dengan tepat di dalam pertandingan sungguhan.

Hal berikutnya yang patut Anda pelajari adalah Skill Moves. Anda penggila bola tentu tahu bagaimana striker atau pemain gelandang sepak bola kerap kali menunjukkan trik dribbling yang fantastis di dalam pertandingan sungguhan. Skill Moves di FIFA 21 sendiri adalah gerakan-gerakan dribbling yang biasa Anda lihat di televisi tersebut. Skill Moves dapat dilakukan dengan memasukan input joystick tertentu di FIFA 21.

FIFA 21 punya berbagai macam bentuk Skill Moves, namun Anda tidak perlu menguasai semuanya. Skill Moves seperti Rainbow Flick contohnya, cenderung tidak perlu dikuasai karena kurang efektif menembus pemain bertahan lawan walau trik tersebut sedap dipandang.

Anda bisa melihat video milik Ega Rahmaditya atau RRQ.Eggsy di atas untuk mengetahui Skill Moves apa saja yang paling efektif di dalam FIFA 21 sejauh ini. Beberapa di antaranya bahkan tergolong sangat mudah untuk dilakukan. Bridge Skill misalnya, cukup tekan R1 dua kali untuk menyuruh pemain yang Anda kendalikan menendang bola lurus ke depan agak jauh namun sang pemain lari sedikit berkelok untuk menggocek lawan.

Patut diketahui bahwa Ega menggunakan konfigurasi kontrol Alternate khas FIFA sehingga tombol R2 miliknya adalah untuk Sprint. Karena itu Anda harus menyesuaikan konfigurasi tombol Anda, terutama Anda yang sudah terbiasa dengan konfigurasi anak rental yaitu R1 untuk Sprint.

Passing – Lebih Dari Sekadar Mengoper Bola ke Kawan

Aspek mendasar penting kedua adalah passing. Sebenarnya tidak ada banyak “rahasia” di dalam melakukan pasing. Hal yang paling penting saat melakukan passing adalah kemampuan membuat keputusan kapan dan ke mana Anda mengoper. Tetapi selain kapan dan ke mana, ada aspek lain yang juga perlu Anda sadari dalam melakukan passing yang lebih jitu di FIFA 21, yaitu bagaimana?

Betul, apakah bolanya harus dilambungkan? Apakah operannya harus dilengkungkan? Atau harus ditendang secara lebih keras? Setelah paham dengan dasar-dasar passing (X untuk short pass, segitiga untuk Through Pass, Kotak untuk Lob Pass pada versi Alternate), Anda juga perlu tahu jenis passing lain yang punya input tombol berbeda dari biasanya agar operan Anda dapat menusuk ke jantung pertahanan lawan dengan efektif.

Video milik BorasLegend yang saya sertakan di atas memberikan seperangkat tips passing yang lengkap, mulai dari jenis, cara, dan konfigurasi yang harus disetel. Kalau melihat dari video tutorial yang diberikan, Boras juga sepertinya menggunakan skema kontrol Alternate. Jadi beberapa tombol mungkin tidak sesuai bagi Anda yang terbiasa menggunakan skema kontrol ala PES.

BorasLegend tergolong detil menjelaskan berbagai aspek passing. Ia bahkan juga menunjukkan bagaimana gerakan passing yang sama bisa memberi output berbeda apabila pemain Anda punya rating passing rendah.

Boras juga tetap memberi tahu pentingnya teknik passing dasar, namun dengan mengedepankan tiga aspek passing yang tadi saya jelaskan (Kapan, ke mana, dan bagaimana). Di luar dari itu, video juga menyertakan beberapa teknik passing tingkat lanjut seperti Lofted Pass (X/Segituga dua kali) atau Threaded Through Balls (R1 + Segitiga) yang terlihat sangat efektif apabila dilakukan dengan tepat.

Finishing – Cetak Gol Dengan Tendangan Ciamik nan Akurat

Kalau sudah bisa dribbling dan passing dengan baik, sebagai penutupnya maka Anda harus bisa melakukan finishing dengan baik agar dapat menciptakan angka. Dalam artikel ini, pembahasan finishing akan fokus kepada cara tepat menendang bola ke arah gawang supaya mendapat gol.

“Tinggal tekan kotak (atau lingkaran pada skema Alternate) sekencang mungkin juga gol kan?” Dalam kondisi ideal (penyerang Anda tidak dijaga defender musuh), finishing dalam ujaran barusan sebenarnya tidak salah. Kembali mengutip dari video milik BorasLegend, tindakan itu malah tergolong sebagai salah satu teknik finishing, namanya adalah Power Shot.

Walaupun input tombolnya tergolong sederhana, namun Boras kembali memberikan beberapa pola pikir yang harus ditanamkan sebelum melakukan finishing. Ada dua aspek yang perlu dipikirkan ketika akan melakukan finishing, pertama adalah bagaimana, kedua adalah ke arah mana.

Dalam melakukan Power Shot misalnya. Boras menjelaskan bahwa Anda perlu menendang ke arah tiang jauh agar kemungkinan bola masuk ke gawang jadi lebih besar. Anda juga bisa mengarahkan tendangan ke arah tiang dekat pada kondisi tertentu, namun hal yang pasti adalah Anda harus jeli melihat posisi kiper ketika Anda akan melancarkan tendangan langsung.

Anda juga harus memastikan posisi badan pemain ketika akan menendang. Pastikan posisi badan pemain mengarah ke gawang demi mendapatkan Power Shot yang lebih bertenaga. Jangan memaksakan Power Shot apabila badan pemain Anda sedang menghadap ke pinggir lapangan karena akan membuat tendangan jadi kurang bertenaga.

Selain tendangan Power Shot, masih ada beberapa teknik lain lagi yang bisa Anda lihat langsung pada video di atas. Bagi Anda yang sudah main seri game FIFA sejak lama, teknik finishing Finesse Shot (R1 + Lingkaran untuk Alternate, R2 + Kotak untuk konfigurasi ala PES) juga masih jadi salah satu teknik penting untuk dikuasai di FIFA 21. Selain itu ada juga teknik lain seperti, Driven Shot yaitu tendangan keras mendatar ataupun Driven Finesse Shot yang lebih akurat namun sulit dilakukan.

Tiga aspek tersebut adalah aspek kemampuan paling dasar di dalam FIFA 21. Masih banyak aspek lain yang sebenarnya bisa dibahas seperti tips bertahan, tips mengatur formasi, atau memilih pemain yang tepat untuk skuat FUT. Pembahasan tersebut tentunya akan saya bahas di lain waktu pada artikel tips dan trik FIFA 21 berikutnya!

Sumber Gambar Utama – FIFA 21 Official

Daftar Turnamen Esports Terpopuler Bulan Januari 2021

Ekosistem esports mengawali tahun 2021 dengan cukup meriah lewat kehadiran beberapa turnamen-turnamen besar. Bagi penggemar esports tanah air, turnamen seperti M2 MLBB World Championship ataupun PMGC Season 0 bisa dibilang menjadi tontonan wajib karena kehadiran tim Indonesia yang tangguh di kedua turnamen tersebut.

Walaupun dua turnamen tersebut penting bagi penonton Indonesia, tetapi seberapa populer turnamen tersebut apabila kita lihat dalam skala internasional? Mari kita bedah berdasarkan dari daftar turnamen esports terpopuler di bulan Januari 2021 yang dibuat oleh Esports Charts.

 

#5 – LEC Spring 2021

Sumber Gambar - Esports Charts.
Overall peak viewers di gambar adalah pertandingan yang dilakukan pada bulan Februari 2021 sehingga tidak terhitung sebagai turnamen terpopuler bulan Januari.Sumber Gambar – Esports Charts.

Pertandingan esports League of Legends tampaknya masih menjadi salah satu tontonan pertandingan terfavorit penonton barat. Ada liga LoL Eropa bertajuk LEC yang berhasil mengisi peringkat 5 dari daftar turnamen esports terpopuler bulan Januari 2021. Pertandingan dengan jumlah penonton terbanyak di bulan Januari 2021 adalah tayangan perdana LEC 2021 – Spring yang mempertemukan G2 Esports dengan Mad Lions. Pertandingan tersebut berhasil mencatatkan 574 ribu lebih peak viewers.

Sejauh ini G2 Esports menjadi organisasi esports yang lekat dengan fans LEC karena posisinya sebagai salah satu tim League of Legends terkuat di Eropa. Dari sisi bahasa, jumlah penonton terbanyak masih didominasi oleh tayangan berbahasa Inggris dengan total 361 ribu lebih peak viewers. Menyusul di bawahnya ada tayangan berbahasa Prancis dengan 71 ribu lebih peak viewers dan tayangan berbahasa Spanyol dengan jumlah hampir mendekati.

 

#4 – BLAST Premier Global Final 2020

Sumber Gambar - Esports Charts.
Sumber Gambar – Esports Charts.

Selain League of Legends, CS:GO juga merupakan tontonan esports lain yang menjadi favorit. BLAST Premier Global Final adalah salah satu turnamen yang berhasil menyodok ke peringkat 4 ke dalam daftar turnamen esports terpopuler bulan Januari 2021. Pertandingan antara NAVI melawan Team Vitality berhasil mencetak rekor sebagai pertandingan BLAST Premier Global Finals terpopuler karena mencatatkan 687 ribu lebih peak viewers. Menariknya pertandingan tersebut justru bukanlah pertandingan babak Grand Final, melainkan babak Lower Bracket. Tapi memang pertandingan tersebut berjalan sengit dengan skor 2-1 untuk NAVI dari seri pertandingan best of 3. Pada sisi lain, babak Grand Final cenderung terkesan membosankan karena Astralis dilibas NAVI 0-2 dari seri pertandingan best of 3.

Selain tayangan bahasa Inggris, bahasa Russia dan Portugis adalah dua tayangan bahasa lokal terpopuler di BLAST Premier. Tayangan bahasa Inggris ada di peringkat pertama dengan 340 ribu lebih peak viewers, Russia dengan 235 lebih peak viewers, dan Portugis dengan 218 lebih peak viewers. Catatan data tersebut semakin menegaskan posisi CS:GO sebagai esports yang populer di Russia dan sekitarnya serta negara-negara yang menggunakan bahasa Portugis (Brazil ataupun negara Amerika Latin lainnya). Namun, tentu juga dengan tanpa melupakan posisi NAVI sebagai salah satu tim CS:GO kebanggan Russia dan sekitarnya.

 

#3 – LCK Spring 2021

Sumber Gambar - Esports Charts.
Sumber Gambar – Esports Charts.

League of Legends kembali masuk ke dalam daftar, kali ini ada liga LoL Korea Selatan yang bertajuk LCK. Ibarat Liga Inggris di dunia sepak bola, LCK kerap kali dianggap sebagai kiblat dari dunia esports League of Legends karena persaingan yang ketat dan kemampuan pemainnya yang kadang di luar nalar. Maka dari itu jadi tidak heran kalau liga LCK cenderung lebih populer dibanding liga LEC. Liga LCK berhasil mencatatkan jumlah penonton terbanyak sejumlah 802 ribu lebih peak viewers pada 15 Januari 2021 lalu pada pertandingan antara T1 dengan Damwon Gaming KIA.

Pertemuan dua tim tersebut dapat dikatakan sebagai pertemuan yang ditunggu-tunggu penonton sejauh ini. Hal tersebut mengingat pertemuan kedua tim itu menampilkan pesona kemampuan Faker dari T1 dan pesona tim yang berhasil menjadi juara dunia pada tahun 2020 kemarin. Jumlah penonton terbanyak masih datang dari tayangan berbahasa Korea dengan catatan sejumlah 524 ribu lebih peak viewers. Mengikuti di belakangnya ada tayangan berbahasa Inggris dengan catatan sejumlah 212 lebih peak viewers.

 

#2  – PMGC 2020 Season 0

Sumber Gambar - Esports Charts.
Catatan viewership di dalam gambar menyertakan jumlah viewers Nimo TV. Sumber Gambar – Esports Charts.

Bulan Januari 2021 ini adalah kali kesekian jumlah penonton turnamen game mobile menyalip pertandingan esports game PC. Pertandingan PMGC 2020 Season 0 berhasil mengisi peringkat runner-up dengan catatan sejumlah 1,4 juta lebih peak viewers pada pertandingan ronde ke-24 di hari terakhir pertandingan 26 Januari 2021 lalu. Mengutip dari Esports Charts catatan peak viewers tersebut merupakan catatan penonton terbanyak tanpa menyertakan dari jumlah viewers Nimo TV. Pertandingan PMGC 2020 Season 0 sendiri berhasil mencatatkan 3,8 juta peak viewers apabila menyertakan viewers dari Nimo TV.

Tayangan berbahasa Indonesia masih menjadi tayangan paling favorit dari sekitar 15 tayangan berbahasa lokal yang disajikan oleh sang penyelenggara turnamen. Tayangan berbahasa Indonesia berhasil mencatatkan 2,1 juta lebih peak viewers yang menyertakan viewers dari Nimo TV. Pada tanggal 2 Februari 2021 lalu, saya sempat membahas lebih lanjut seputar viewership PMGC 2020 Season 0. Anda bisa pergi ke tautan berikut ini apabila Anda ingin membacanya.

 

#1 M2 MLBB World Championship

Sumber Gambar - Esports Charts.
Catatan viewership di dalam gambar menyertakan jumlah viewers Nimo TV. Sumber Gambar – Esports Charts.

Pada peringkat pertama ada pertandingan M2 MLBB World Championship yang berhasil menciptakan juara baru yaitu Bren Esports dari Filipina. Hasil catatan tersebut kembali menjadi bukti kekuatan viewers esports game mobile dibanding dengan esports game PC. M2 MLBB World Championship berhasil mencatatkan 2,8 juta lebih peak viewers lewat pertandingan Grand Final antara Bren Esports melawan Burmese Ghouls yang berlangsung tanggal 24 Januari 2021 lalu. Catatan tersebut lagi-lagi tidak menyertakan viewers dari Nimo TV. Keseluruhan jumlah viewers M2 MLBB World Championship sendiri mencapai 3,8 juta peak viewers apabila menyertakan viewers dari Nimo TV.

Seperti PUBG Mobile, tayangan berbahasa Indonesia juga menjadi tayangan favorit dari turnamen esports MLBB tingkat internasional tersebut. Tayangan berbahasa Indonesia berhasil mencatatkan 1,8 juta lebih peak viewers, lalu diikuti oleh tayangan berbahasa Filipina di peringkat kedua dengan 1 juta lebih peak viewers, dan tayangan berbahasa Myanmar dengan 946 ribu lebih peak viewers.

 

Melihat Lebih Jauh Persaingan Esports Game Mobile vs Esports Game PC

Sumber Gambar - Esports Charts.
Turnamen esports terpopuler bulan Januari 2021 yang telah dirangkum oleh Esports Charts. Sumber Gambar – Esports Charts.

Pencapaian PMGC dan M2 MLBB World Championship yang berhasil menyalip skena esports sebesar LoL dan CS:GO di bulan Januari 2021 tentu merupakan pencapaian yang patut diapresiasi. Apalagi juga mengingat mayoritas viewers datang dari tayangan berbahasa Indonesia. Hal tersebut kembali menguatkan opini saya soal posisi negara kita yang mungkin akan menjadi pusat perkembangan ekosistem esports game mobile di masa dpean.

Namun terlepas dari itu, patut diingat juga bahwa perjalanan esports mobile untuk menjadi pertandingan esports terpopuler di dunia masih tergolong panjang. Kalau boleh jujur, perbandingan antara viewership pertandingan Regular Season liga LCK yang bersifat lokal dengan babak final PMGC Season 0 ataupun M2 MLBB World Championship yang bersifat internasional sebenarnya tergolong tidak sebanding.

Sumber Gambar - Esports Charts.
LoL Worlds 2020 yang tercatat sebagai salah satu turnamen esports dengan catatan viewership paling mengagumkan. Sumber Gambar – Esports Charts.

Sejauh ini, jumlah penonton M2 World Championship dan PMGC 2020 tergolong masih cukup jauh apabila dibandingkan dengan pertandingan esports game PC tingkat dunia; LoL World Championship 2020 misalnya. Worlds 2020 berhasil mencatatkan 3,8 juta lebih peak viewers pada bulan Oktober 2020 lalu. Selain itu, catatan angka total hours watch pertandingan tersebut juga tergolong istimewa dengan 139 juta lebih total hours watch.

Selain peak viewers, total hours watch adalah salah satu indikator penting yang menggambarkan tingkat ketertarikan penonton menyaksikan pertandingan esports secara kasar. Sejauh ini, M2 World Championship dan PMGC Season 0 masih kalah telak dari segi total hours watch dibanding LoL Worlds 2020. Kedua turnamen tersebut masing-masing mencatatkan 42 juta dan 64 juta lebih total hours watch saja, masih terpaut dua kali lipat lebih sedikit dibanding Worlds 2020.

*Disclosure: Esports Charts adalah Partner dari Hybrid.co.id.

Sumber Gambar Utama – Official Moonton

Dota 2 Singapore Major Diumumkan, Riot Games Hadirkan Wild Rift Icon Series

Pertandingan esports dari berbagai skena sudah dimulai pada pekan pertama bulan Februari 2021 ini. Selain rekap pertandingan dari berbagai skena esports, ada juga kabar perpindahan pemain di skena PUBG Mobile, serta beberapa pengumuman pertandingan besar. Berikut rekap berita esports di pekan kedua Februari 2021.

Valve Umumkan Dota 2 Singapore Major

https://twitter.com/pglesports/status/1357584770537050113

Setelah cukup lama dinanti, skena esports Dota 2 akhirnya mengumumkan pertandingan besar untuk bulan Maret 2021 nanti. Pertandingan tersebut adalah Dota 2 Singapore Major yang merupakan bagian dari Dota 2 Pro Circuit 2021. Pertandingan Singapore Major nantinya akan diselenggarakan oleh ONE Esports yang bekerja sama dengan PGL dan Singapore Tourism Board. Pertandingan dijadwalkan berjalan tanggal 27 Maret hingga 4 April 2021 mendatang dan mempertandingkan 18 tim terbaik dari masing-masing DPC Regional League yang sedang berjalan saat ini.

Riot Games Umumkan Wild Rift Icon Series

Lama ditunggu, Riot Games akhirnya memberi secercah cahaya terhadap kepastian esports Wild Rift di Asia Tenggara. Melalui rilis, Riot Games mengumumkan turnamen bertajuk Wild Rift Icon Series sebagai inisiatif esports perdana atas versi mobile dari game League of Legends tersebut. Wild Rift Icon Series merupakan sebuah rentetan pertandingan yang diadakan di setiap akhir pekan mulai dari Februari hingga Maret 2020 mendatang. Setiap pekan pertandingan menampilkan pertandingan lokal dari 7 negara Asia Pasifik yaitu Vietnam (26-28 Februari), Malaysia (6-7 Maret), Taiwan (11-14 Maret) dan Thailand (13-14 Maret), Indonesia ( 19-21 Maret) dan Filipina ( 20-21 Maret), serta Singapura (26-28 Maret) sebagai penutup. Mengutip blog resmi, tim bertanding adalah tim yang diundang langsung oleh Riot Games. Untuk sementara waktu, Alter Ego dan ONIC Esports adalah dua tim undangan pertama untuk Icon Series Indonesia.

BOOM Esports Resmi Gabung Liga LoL PCS

BOOM Esports sepertinya terlihat sangat serius ingin terjun ke dalam ekosistem esports Riot Games. Beberapa saat setelah mengumumkan divisi Wild Rift, muncul sebuah berita bahwa BOOM Esports resmi tergabung ke dalam liga League of Legend (PC) tingkat asia pasifik yaitu PCS. Akun resmi Pacific Championship Series mengatakan bahwa organisasi BOOM Esports akan mewakili Thailand pada PCS Spring Split 2021 nanti. Gary Ongko Putera selaku Founder dan CEO BOOM Esports juga kembali menegaskan lewat media sosial bahwa sang #HungryBeast tidak memainkan pemain Indonesia di liga PCS tersebut.

Omega Esports asal Filipina Jadi Juara Wild Rift Asia Brawl

Turnamen Wild Rift antar tim esports perdana Asia akhirnya rampung tanggal 7 Februari 2021 kemarin. Omega Esports yang berisikan pemain Filipina berhasil keluar sebagai juara setelah berhasil menang pertandingan dengan skor 4-2 dari seri pertandingan best-of-7. Mereka berhadapan dengan Nexplay Esports dan bertanding sengit pada babak Grand Finals. Bigetron Infinity sebagai satu-satunya wakil Indonesia yang lolos ke babak Playoff harus tumbang di lower bracket ronde ke-2 setelah terlibas 0-2 oleh Nexplay Esports. Victim Esports adalah wakil Indonesia lainnya dalam pertandingan tersebut. Sayangnya Victim Esports sudah pulang terlebih dahulu setelah gagal lolos dari babak grup.

Rekap DPC Regional League SEA Week 3

Pertandingan SEA Regional League dari Dota Pro Circuit 2021 telah memasuki pekan ketiga. Pekan ini BOOM Esports harus menjalankan dua pertandingan di Upper Division SEA Regional League. BOOM Esports berhasil menang 2-1 saat melawan Fnatic, walau sayangnya harus kalah 1-2 saat melawan T1. Sementara di Lower Division, HOYO (Jhocam dkk) dan Army Geniuses (MamangDaya dkk) sayangnya mendapat hasil yang kurang memuaskan. Sementara pada sisi lain ZeroTwo (InYourDream, Dreamocel dkk) yang juga bertanding di Lower Division berhasil mendapat hasil manis berupa kemenangan 2-0 melawan Yangon Galacticos dari Myanmar.

Rekap Match Day 7 & 8 Free Fire Master League Division 1

Pertandingan Free Fire Master League divisi 1 sudah memasuki match day ke-8 pada hari minggu 7 Januari 2021 kemarin. Pertandingan cukup didominasi oleh BOSS Nightmare berkat 3 kali Booyah yang mereka dapatkan dari total 6 ronde pertandingan pada match day ke-8. Mengikuti di belakangnya ada DG Esrorts yang mendapatkan 2 kali Booyah.  Sebelum pertandingan hari ke-8 ada pertandingan hari ke-7 yang mempertandingkan grup lainnya. Persaingan di match day ke-7 terbilang lebih sengit karena Booyah didapatkan oleh tim yang berbeda-beda kecuali First Raiders yang berhasil mendapat dua Booyah di ronde 1 dan ronde 5.

VALORANT Champions Tour Indonesia – Stage 01 Dimenangkan oleh BOOM Esports

VALORANT Champions Tour Indonesia – Stage 01 telah selesai digelar pada akhir pekan kemarin. BOOM Esports berhasil merebut tahtanya kembali setelah berhasil mengalahkan Alter Ego di babak Grand Final. Kemenangan yang didapat oleh BOOM Esports bukanlah kemenangan yang mudah karena Alter Ego memberi perlawanan yang keras di pertandingan tersebut. Setelah menang game pertama di map Bind, Alter Ego berhasil menang dua kali berturut-turut di map Split dan Haven. Untungnya BOOM Esports segera memberi balasan keras dengan berhasil menang dua kali berturut-turut di map Split pada game ke-4 dan 5 sehingga skor berujung menjadi 3-2 dari seri best of 5.

Kabar Bursa Transfer PUBG Mobile Pasca PMGC


Pasca PMGC 2020 selesa, skena esports PUBG Mobile pun kini memasuki masa off-season. Berbarengan dengan itu, transfer window pun dibuka sehingga kita dapat melihat perpindahan pemain dari tim satu ke tim lainnya. Pekan ini ada beberapa perpindahan menarik yang dapat kita lihat. Salah satu yang cukup besar adalah skuad Dranix Esports yang diboyong oleh tim Kong Esports. Tim yang berisikan Botz, Ucup, Noox, dan Licin, memang belum berhasil menjadi juara di turnamen besar, namun menunjukkan potensi yang cukup menjanjikan. Selain itu ada juga Jughead yang pindah ke 21esports, Bobbs yang pindah dari BOOM Esports ke Victom Esports, Henz yang pindah dari Louvre ke Dewa United, dan Uni yang kini bergabung ke Dewa United.

Sentinels Juarai VALORANT Champions Tour Amerika Utara

https://twitter.com/valesports_na/status/1358548814911578114

Berbarengan dengan VCT Indonesia, seri VALORANT Champions Tour juga berjalan di Amerika Utara pada akhir pekan lalu. Babak final VCT Amerika Utara mempertemukan Immortals dengan tim Sentinels. Walau harus merangkak dari Lower Bracket, Sinatra dan kawan-kawan ternyata berhasil keluar sebagai juara setelah memenangkan seri best of 5 dengan skor 3-1. Kemenangan dari Sentinels terbilang cukup mendominasi. Bahkan Sentinels sempat mendapat kemenangan 13-3 pada game pertanma dengan salah satu pemainnya membukukan 19 kill dengan 3 kali death saja. Kemenangan Sentinels mungkin menjadi kemenangan yang cukup mengagetkan, mengingat Immortals sebelumnya mendominasi kompetisi dengan 10 kali kemenangan beruntun sebelum menghadapi Sentinels di final.

PUBG Global Invitational.S 2021 Dimulai

https://twitter.com/PUBGEsports/status/1358737591730774016

Walaupun sempat mengalami beberapa polemik, namun esports PUBG (PC) masih tetap terselenggara hingga tahun 2021 ini. Tahun ini PUBG Corp. mencoba strategi baru dengan menghadirkan pertandingan internasional dalam format liga yang bertajuk PUBG Global Invitational.S 2021. Turnamen internasional tersebut diikuti oleh 32 tim yang berasal dari Eropa, Tiongkok, Asia Tenggara, Amerika Utara, Korea Selatan, Amerika Selatan, Jepang, dan Taiwan. Pekan lalu menjadi pekan pertandingan perdana untuk menentukan grup dari masing-masing tim. Nantinya pertandingan akan dilakukan secara rutin setiap pekan hingga 28 Maret 2021 mendatang.

Kompetisi Battle of Gods Tunjukkan Antusiasme Kawan-Kawan Difabel Terhadap Esports

Sumber Gambar - Dewa United Official
Sumber Gambar – Dewa United Official

Turnamen Battle of Gods sudah akan segera dimulai. Walaupun baru akan dimulai, namun sudah ada informasi menarik dari turnamen yang  diselenggarakan oleh Dewa United tersebut. Informasi tersebut adalah antusiasme dari teman-teman disabilitas yang sangat tinggi terhadap turanmen tersebut. David selaku CEO Dewa United bahkan mengakui bahwa teman-teman disabilitas sudah memenuhi 100 slot peserta turnamen PUBG Mobile yang dibuka. Puncak pertandingan Battle of Gods akan diselenggarakan tanggal 18 Februari 2021 mendatang. Turnamen tidak hanya terbuka untuk umum, tapi juga untuk teman-teman disabilitas.

Sumber Gambar Utama – Twitter @pglesports.

Info Turnamen dan Event Minggu Ini

OMEN Boot Camp Valorant Quest telah membuka pendaftaran untuk Anda yang ingin mengikuti rangkaian acara terkait game Valorant. Ada coaching clinic, battlequest atau individual challange. Acara ini juga berhadiah total cukup menarik yaitu 50 juta rupiah.

Info lengkap untuk acara ini bisa dilihat di tautan ini: https://www.menanggaming.com/event

Turnamen PES. Tertarik mengasah keahlian bermain PES atau Pro Evolution Soccer? Anda bisa mencari turnamen terdekat sesuai domisili lewat situs Turnamenpes.com.

HybridIDN Subscription. Berlangganan Hybrid hanya dengan 25k rupiah dan dapatkan artikel ekslusif dan berbobot khas Hybrid.co.id. Cek link ini. https://hybrid.co.id/subscription

Esports Wild Rift di Mata Pelaku Esports Tanah Air: Pandangan, Tantangan, dan Harapan

League of Legends: Wild Rift yang hadir dalam fase beta pada September 2020 lalu tidak hanya dinanti oleh para pemain saja. Reputasi Riot Games sebagai “perusahaan esports” segera menciptakan gejolak bagi ekosistem esports lokal. Pemain yang belum dapat kesempatan di MOBA lain jadi segera push rank demi mendapat perhatian tim-tim besar. Para penggemar pun tak sabar, mulai bertanya-tanya soal rencana esports Wild Rift. Organisasi esports pun tak mau kalah, beberapa sudah memulai perekrutan; bahkan ada juga yang sudah memiliki roster.

Setelah rilis versi beta dan menjalankan gelaran Wild Rift SEA Pentaboom, lalu apa langkah Riot Games selanjutnya untuk Wild Rift? Pertanyaan tersebut mungkin bukan cuma saya saja yang menanyakan. Pemain, fans, dan organisasi esports bisa jadi punya pertanyaan serupa, tak sabar menunggu langkah selanjutnya dari Riot Games.

Untuk itu mari coba kita lihat dulu sudah sampai mana perkembangan esports Wild Rift di kancah lokal sejauh ini. Apa yang sedang dilakukan dan diharapkan oleh organisasi esports lokal terhadap Wild Rift? Apa yang seharusnya Riot Games lakukan terhadap esports Wild Rift nantinya? Mari coba kita bedah satu per satu.

 

Regional Beta, dan Wild Rift Pentaboom (Perkembangan dari sisi game)

Perkembangan game Wild Rift sudah cukup pesat selama kurang lebih 3 bulan perjalanannya. Jumlah Champion terus bertambah secara konsisten. Patch terus menerus digelontorkan guna memperbaiki dan melakukan balancing permainan.

Riot Games juga perlahan merilis Wild Rift di berbagai negara lain pasca regional beta pertama di 7 negara Asia Tenggara (termasuk Indonesia) Oktober 2020 lalu. Namun selama 3 bulan perkembangannya, sempat ada satu fitur kunci yang diidam-idamkan namun tak kunjung hadir di dalam game. Fitur tersebut adalah Spectator Mode.

Tanpa fitur tersebut, geliat esports Wild Rift di beberapa bulan awal perilisannya jadi sedikit tersendat. Walau sudah bisa membuat custom room, namun komunitas jadi tidak bisa menayangkan pertandingan Wild Rift ke muka publik karena tidak ada Spectator Mode.

Beberapa penyelenggara tetap nekat menyelenggarakan dan menayangkan turnamen Wild Rift. Salah satunya adalah sosok kreator konten bernama Assassin Dave contohnya. Ia tetap menyelenggarakan Wild Rift Asia Brawl walau harus menerima kenyataan bahwa Wild Rift masih belum memiliki Spectator Mode beberapa pekan lalu. Hal tersebut tentu menjadi tantangan teknis tersendiri.

Selain turnamen yang digagas komunitas, turnamen yang digagas oleh Riot Games juga mengalami kesulitan serupa. Wild Rift Pentaboom adalah turnamen tersebut. Wild Rift Pentaboom juga menggunakan metode penayangan serupa, dengan cara cara mewajibkan peserta untuk melakukan stream dari layar smartphone ke internet agar dapat dilihat oleh khalayak ramai. Walaupun tetap bisa menayangkan pertandingan dan menghadirkan sosok-sosok streamer ternama di kancah MOBA, namun turnamen tersebut rasanya tetap kurang lengkap karena jadi kurang sedap ditonton.

Untungnya Riot Games cukup tanggap dengan situasi walaupun prosesnya terbilang cukup lama. Riot Games mengumumkan patch 2.1 pada tanggal 1 Februari 2021 kemarin. Patch tersebut akhirnya menyertakan fitur yang sudah didamba-damba, terutama ekosistem esports lokal secara keseluruhan. Fitur tersebut adalah Spectator Mode. Selain itu, patch tentu juga menyertakan konten-konten yang rutin hadir seperti Champion baru, balancing, juga skin baru.

 

Kondisi Ekosistem Esports Wild Rift di Indonesia Sejauh Ini

Setelah membahas perkembangan game Wild Rift, perkembangan minat tim esports lokal jadi pembahasan berikutnya. Pembahasan tersebut penting karena kehadiran tim ternama juga meningkatkan minat fans untuk menyaksikan pertandingan esports.

Dalam membahas Wild Rift pada konteks lokal, saya merasa ada empat tim yang perlu ditanyakan pendapatnya. Empat tim tersebut adalah EVOS Esports, Bigetron Esports, BOOM Esports, dan Alter Ego. Kenapa tim tersebut saya pilih? Akan saya jelaskan sembari membeberkan jawaban mereka seputar Wild Rift. Sebagai tambahan, saya juga mewawancara perwakilan dari Yamisok sebagai salah satu penyelenggara turnamen pihak ketiga yang sudah mengadakan turnamen Wild Rift pada 2 bulan ke belakang.

Pertama EVOS Esports. Sang macan biru sebenarnya belum terlihat melakukan pergerakan apapun terhadap esports Wild Rift. Belum ada open recruitment apalagi pengumuman roster. Namun para penggemar terlihat sangat mengharapkan EVOS Esports turut terjun ke Wild Rift nantinya. Apalagi setelah roster AOV (Wirraw, Pokka, Carraway, dan kawan-kawan) beberapa kali terlihat main bareng Wild Rift.

Aldean Tegar Gemilang selaku Head of Esports EVOS menjadi narasumber saya untuk menjawab pertanyaan terkait minat tim terhadap Wild Rift. Secara umum, Aldean mengatakan bahwa EVOS Esports masih dalam posisi “wait and see”. Posisi tersebut cukup wajar mengingat ekosistem Wild Rift yang belum terbentuk sempurna. Bahkan game-nya saja masih dalam tahap beta.

Sumber Gambar - YouTube Channel
Aldean Tegar, Head of Esports dari EVOS Esports. Sumber Gambar – YouTube Channel Jonathan Liandi.

“Jujur kami belum punya rencana untuk masuk skena Wild Rift. Kami cenderung memilih untuk mengamati lebih dulu bagaimana Wild Rift berdampak terhadap perkembangan scene esports di Indonesia. Kalau memang dampaknya besar dan punya ekosistem yang menjanjikan, maka kami akan terjun ke dalamnya.” Aldean mengatakan.

Berhubung penasaran, saya juga bertanya soal kemungkinan roster AOV menjadi ujung tombak Wild Rift EVOS Esports. Apabila spekulasi tersebut benar, maka esports Wild Rift tentu akan jadi lebih seru. Jadi lebih seru karena mengingat prestasi roster AOV milik EVOS yang luar biasa. Aldean pun mengatakan, “kami masih no comment terkait hal tersebut. Jawabannya bisa jadi iya, bisa juga tidak.”

Selanjutnya ada Bigetron Esports. Sang robot merah putih adalah organisasi esports terdepan di skena Wild Rift sejauh ini. Mereka adalah tim pertama yang punya divisi Wild Rift di Indonesia. Roster mereka juga cukup menjanjikan karena menghadirkan sosok mantan pemain profesional League of Legends PC seperti Rully “Nuts” Sutanto sebagai salah satu contohnya.

Thomas Vetra selaku Head of Esports Bigetron adalah narasumber saya untuk menjawab bagaimana perjalanan tim tersebut di skena Wild Rift sejauh ini. “Kami sempat mengikuti turnamen level Asia yang bernama Wild Rift Asia Brawl. Kami mengakui hasilnya memang tergolong kurang maksimal sejauh ini.” Sejauh ini Bigetron Infinity (nama divisi Wild Rift Bigetron Esports) sudah berhasil lolos dari fase grup Wild Rift Asia Brawl dan sedang bertanding di babak Playoff.

Thomas Vetra, Head of Esports Bigetron. Sumber Gambar - Bigetron Esports.
Thomas Vetra, Head of Esports dari Bigetron Esports. Sumber Gambar – Bigetron Esports.

Karena Bigetron Esports cepat sekali mengumumkan divisi Wild Rift, saya jadi bertanya-tanya soal apa yang menjadi kegiatan tim dan juga bagaimana pandangan manajemen terkait keputusan yang dilakukan.

“Kalau soal kegiatan, saat ini para pemain kami wajibkan untuk berlatih di gaming house karena kebanyakan pemain memang merupakan pensiunan generasi terakhir dari esports League of Legends. Kalau soal turnamen, memang cukup sulit mencari ladang tanding tim Wild Rift dari apa yang saya perhatikan sejauh ini. Lalu kalau soal membuat tim saat ekosistemnya belum siap, saya merasa hal tersebut tidak bisa dikatakan sebagai kerugian tapi ke arah sebuah investasi. Apalagi saya pribadi juga merasa Wild Rift punya peluang menjadi besar di pasar Asia dan kawasaln lainnya.” Tutur Thomas.

Berikutnya ada BOOM Esports. Tim dengan jargon #HungryBeast ini baru mengmumkan roster Wild Rift. Tidak sekadar mengumumkan roster saja, BOOM Esports cukup niat untuk menyajikan dokumentasi proses seleksi yang dilakukan. Bermodalkan insting Leonard “OMO” yang sudah malang melintang sebagai pelatih League of Legends di Asia, BOOM Esports menyaring 3000 lebih pendaftar sampai menyisakan 5 pemain muda berbakat yang diumumkan tanggal 1 Februari 2021 kemarin.

Untuk mengetahui lebih lanjut soal alasan BOOM Esports melakukan perekrutan divisi Wild Rift secara lebih dini, saya pun bertanya kepada Gary Ongko selaku Founder dan CEO BOOM Esports.

Gary Ongko Putera, Owner dan CEO dari BOOM Esports. Sumber Gambar - YouTube Channel HybridIDN.
Gary Ongko Putera, Owner dan CEO dari BOOM Esports. Sumber Gambar – YouTube Channel HybridIDN.

“Alasannya karena kami merasa League of Legends adalah franchise yang punya reputasi baik di kancah esports. Ditambah lagi kami juga melihat bagaimana MOBA di mobile laku keras di Indonesia. Karena hal tersebut kami jadi merasa bahwa Wild Rift punya potensi mencapai kesuksesan serupa bahkan mungkin dengan lingkup negara yang lebih luas.” Ucap Gary Ongko kepada saya.

Gary Ongko lalu juga bercerita soal proses seleksi yang dilakukan oleh BOOM Esports yang prosesnya berlangsung selama kurang lebih sekitar dua bulan.

“Bicara soal perekrutan, untungnya kami dibantu oleh coach OMO yang punya pengetahuan mendalam terhadap League of Legends. Berkat sang pelatih, kami bisa mendapatkan talenta berbakat. Pemain-pemain kami tergolong masih hijau, tapi saya merasa mereka punya potensi. Hasil scrim mereka juga cukup memuaskan dan sang pemain terlihat punya niat belajar tinggi; yang memang penting bagi seorang pemain profesional.” Gary menceritakan soal pemain-pemain terpilih dari 3000 lebih kontestan.

“Lalu kalau bicara soal challenge, salah satu yang sulit adalah mencari orang yang berkualitas di skena LoL. Menurut saya alasannya adalah karena game tersebut tidak sempat berkembang sangat besar di Indonesia. Karenanya jadi sulit mencari orang yang benar-benar expert sampai akhirnya kami memutuskan untuk merekrut OMO (pelatih LoL asal Singapura). Tantangan lain adalah situasi pandemi saat ini. Pada awalnya kami berencana melakukan bootcamp saat seleksi. Tapi karena pandemi, formatnya pun terpaksa kami ubah menjadi online saja.” Gary melanjutkan ceritanya membahas tantangan selama seleksi.

Terakhir ada Alter Ego. Tim ini juga tak kalah penting untuk disorot dibanding dengan tim lainnya. Pasalnya, Alter Ego bersama ONIC Esports baru saja menerima undangan langsung untuk bertanding di turnamen Wild Rift resmi Riot Games yang perdana yaitu Wild Rift SEA Icon Series: Preseason. Undangan tersebut cukup mengejutkan karena Alter Ego belum terlihat memiliki divisi Wild Rift sejauh ini.

Indra Hadiyanto selaku COO dan Co-Founder Alter Ego pun angkat bicara soal roster Wild Rift dan cerita Alter Ego diundang ke dalam turnamen Wild Rift Icon Series saat saya wawancara beberapa hari lalu (04/02).

“Soal kenapa Alter Ego diundang, mungkin organisasi kami ter-notice karena punya prestasi di skena VALORANT yang juga game dari Riot Games. Kalau ditanya kenapa Alter Ego diundang, pihak developer sebenarnya sudah punya kriteria tersendiri, mulai dari segi pemain, rank, dan mereka bahkan juga memberi pertanyaan-pertanyaan kepada manajemen sebelum akhhirnya diudang. Pada saat mengundang, Riot Games juga menjelaskan kepada kami (para pemilik tim) soal roadmap dari game-game mereka.” Tutur Indra.

Indra Hadiyanto, COO
Indra Hadiyanto, COO dan Co-Founder Alter Ego.

Terkait roster, Indra pun menjelaskan. “Alter Ego memang belum melakukan announcement, tetapi kami memiliki roster Wild Rift yang sudah dikontrak sejak Desember 2020. Alasan kenapa belum diumumkan adalah karena kombinasi situasi pandemi COVID-19, gaming house Alter Ego yang sedang direnovasi, dan kondisi pemain Wild Rift kami yang berdomisili di luar Jakarta. Soal siapa roster-nya, kelima pemain kami berasal dari Indonesia yang beberapa merupakan mantan pemain League of Legends (PC). Divisi Wild Rift kami juga bisa dibilang cukup mendominasi skena kompetitif lokal yang ada sejauh ini. Salah satunya adalah turnamen komunitas bertajuk IEC yang berhasil kami menangkan pada beberapa kesempatan.”

Terakhir untuk melengkapi pandangan terhadap kondisi ekosistem Wild Rift Indonesia sejauh ini, saya juga mewawancara perwakilan dari penyelenggara turnamen pihak ketiga. Ada Putri Fauziah selaku Project Manager dari Yamisok, sebuah platform turnamen esports berbasis teknologi. Yamisok sudah rutin mengadakan turnamen walaupun Wild Rift belum bisa ditayangkan pada dua bulan lalu karena belum ada mode spectator.

“Ketidakhadiran mode spectator memang berpengaruh banget bagi komunitas. Karena enggak bisa live, kami jadi enggak bisa ajak para pemain berinteraksi. Padahal sejauh pengalaman saya, game-game baru biasanya ramai penonton apabila di-livestream. Apalagi kalau dilengkapi dengan giveaway sambil memberi unjuk bentuk tayangan pertandingan game baru tersebut kepada komunitas.” Tutur Putri menceritakan pengalamannya.

Putri Fauziah, Project Manager dari Yamisok.
Putri Fauziah, Project Manager dari Yamisok.

“Lalu kalau ditanya soal antusiasme komunitas, saya melihat sejauh ini penerimaannya sangat baik. Banyak pemain tertarik untuk mengikuti turnamen. Ketika kami buka slot turnamen, pemain dan tim langsung mengerubungi dan mengisi slot tersebut. Bahkan apablia selang satu bulan saja tidak ada turnamen, maka beberapa pemain akan langsung bertanya-tanya. Soal siapa pesertanya, saya lihat ada beberapa pemain adalah eks-pemain LoL PC yang sekarang main Wild Rift. Mungkin karena turnamen LoL PC yang sudah semakin sedikit sekarang. Jadi sejauh pengamatan saya, Wild Rift memang memberi dampak yang baik kepada ekosistem karena antusiasme pemain dan juga karena menambah variasi game MOBA yang ada untuk dipertandingkan.” Putri melanjutkan ceritanya membahas antusiasme komunitas.

 

Segala Harapan Untuk Wild Rift di Tahun 2021.

Menutup obrolan, lima narasumber saya juga menyatakan beberapa harapan mereka terhadap scene Wild Rift ke depannya di tahun 2021.

“Kalau bicara dalam konteks lokal, saya berharap Riot Games punya strategi yang mantap agar komunitas bisa berkembang dan semoga bisa bersaing dengan MOBA Mobile yang sudah besar di Indonesia. Karena kalau dalam konteks SEA saya sebenarnya cukup yakin bahwa Wild Rift akan menjanjikan.” Aldean Tegar dari EVOS mengatakan.

“Menurut saya Riot Games mungkin bisa memanfaatkan pasar League of Legends dan memberikan turnamen berhadiah besar untuk level Asia terlebih dulu. Tapi di luar itu, saya merasa bahwa Riot Games seharusnya sudah sangat paham mengenai ekosistem esports.” Thomas dari Bigetron Esports mengatakan.

“Gue berharap Riot Games terus konsisten mempromosikan Wild Rift dalam jangka pendek. Untuk jangka panjang gue berharap Riot Games bisa memberi support dan serius menggarap ekosistem esports Wild Rift. Tetapi berdasarkan apa yang gue lihat dari LoL dan VALORANT, gue cukup yakin Wild Rift juga akan digarap serius. Terakhir harapan gue mungkin adalah semoga Wild Rift tidak dibuat jadi semakin mudah. Kenapa? Supaya bisa membedakan antara pemain profesional dengan pemain casual.” Tutur Gary Ongko.

Worlds 2019
Kehadiran Worlds di skena League of Legends sudah menjadi fenomena tersendiri. Ketika Riot Games menyajikan Wild Rift, tidak heran kalau banyak orang berharap game tersebut juga bisa memiliki turnamen serupa. Sumber Gambar – Riot Games Official.

“Harapan gue mungkin lebih ke arah ekosistem lokal Indonesia. Berharap Indonesia bisa mendominasi kancah internasional Wild Rift nantinya. Apalagi saya juga memperhatikan bahwa Riot Games memberi kesempatan yang sangat besar kepada pemain dari SEA untuk game Wild Rift.” Indra dari Alter Ego menambahkan.

“Kalau dari saya sih, cuma berharap semoga ekosistem Wild Rift bisa berkembang dengan baik, bertahan lama, dan semoga game-nya tetap enteng dimainkan agar tetap bersahabat bagi gamers Indonesia.” Putri juga menambahkan.

League of Legends: Wild Rift sendiri masih berada dalam status beta sampai pada saat artikel ini ditulis. Ketika saya berbincang dengan tim pengembang Wild Rift bulan Oktober 2020 lalu, Brian Feeney selaku Design Director Riot Games juga menceritakan bagaimana membuat mobile games adalah proses yang menantang bagi mereka dan bagaimana pola kerja Riot Games juga cenderung mengutamakan pengembangan game lebih dulu baru menuju ke esports kemudian.

Berhubung game-nya belum bisa dibilang selesai, perkembangan ekosistem Wild Rift malah mungkin tergolong cepat jika berdasarkan dari apa yang kita lihat dari cerita-cerita di atas. Walaupun memang, kebanyakan inisiatifnya justru diumulai oleh pihak-pihak ketiga. Contohnya seperti tim-tim lokal yang sudah berani membuat tim walau Riot Games belum membeberkan rencana esports Wild Rift secara gamblang ataupun para penyelenggara pihak ketiga yang nekat melaksanakan turnamen untuk komunitas walau dengan segala keterbatasan.

Sumber: YouTube Channel League of Legends: Wild Rift
Dari sekitar 3 bulan Wild Rift beredar di pasaran, proses perkembangannya relatif cepat bagi developer dengan pengalaman pengembangan game mobile yang minim seperti Riot Games. Sumber Gambar –  YouTube Channel League of Legends: Wild Rift

Ke depannya, saya selaku pengamat merangkap penggemar sebenarnya punya harapan serupa seperti Gary Ongko; yaitu berharap Wild Rift punya turnamen dunia layaknya LoL dan berharap tim dari Indonesia turut berlaga di sana. Namun dari sudut pandang ekosistem, saya berharap Riot Games bisa belajar dari Tencent dalam mengelola PUBG Mobile.

Pendekatan dengan alur dari komunitas yang bermuara ke arah profesional bisa jadi alasan kenapa PUBG Mobile berhasil mengakar di Indonesia. Sepanjang perkembangannya, kita bisa melihat sendiri bagaimana ekosistem PUBG Mobile tidak hanya memperhatikan sisi kompetisi profesional saja. PUBG Mobile juga memperhatikan ekosistem esports lain yang ada di berbagai level.

Contoh nyatanya adalah kehadiran turnamen seperti PMCO (tingkat komunitas) sampai PMCC (tingkat Universitas) yang disertai dengan aktivitas seperti Caster Hunt dan Campus Ambassador. Karena bagaimanapun, ekosistem esports bukan cuma soal para profesional saja. Komunitas dan berbagai macam elemen di dalamnya juga memiliki fungsi penting sebagai akar yang menjaga agar ekosistem esports di tingkat teratas bisa tetap kokoh dan bertahan lama.

Sumber gambar utama – Official Riot Games

The Reasons Behind Watching Esports and Its Impact on Game Consumption

Lately, the growth of esports has cemented itself as an industry that looks really promising. Newzoo, one of the leading esports and gaming market research companies, predicts that esports will become an industry worth US$ 1.1 billion by 2020. Seeing this, it is not surprising that many people decide to venture into the esports business. In addition, the pandemic situation also boosted the popularity of gaming as everyone spends most of their time in their homes, and outdoor activities are prohibited.

However, we should realize that esports is considered a vertical development of the gaming industry. Although esports is predicted to become an enormous industry, not all gamers follow, understand, or have full knowledge about esports. Therefore, it begs to ask the following questions: why do people watch esports? And if the industry is expected to be incredibly successful, what makes esports so interesting for its many followers? Finally, how effective is esports at becoming a marketing tool for developers?

 

A Brief Discussion on the History of Using Esports Tournaments as a Means of Marketing

Before going to the main discussion, let’s take a step back in time to see the history of competitions in the realm of video games. Even though the esports scene may look very new or young, video game competition is a phenomenon that has been happening since the 1990s. If you want to know more, you can read the following articles discussing the history of esports on the international scale or the history of the development of Counter-Strike esports in Indonesia.

One aspect that distinguishes between today’s esports and the video game competitions in the ’90s is the purpose behind creating those competitions. Back then, video game competitions were held as a marketing tool for game developers and publishers. If you want to know this history from a western cultural perspective, I would advise you to watch the riveting Netflix documentary, High Score.

(Spoiler alert!) The documentary introduces the video game competition ecosystem in the 1990s USA. It started off with Nintendo, a game console company, creating a tournament called the Nintendo World Championship in the United States. Several years later, SEGA, another Japanese game console company, soon followed and created the SEGA World Championship.

Just a few years later, the video gaming competitions have matured into the full-fledged esports scene we see today. However, the essence and purpose of esports as a video game competition has not changed. But, slowly and surely, esports is experiencing a shift in its function. It developed from a simple marketing tool to an independent industry that will change gaming forever. We can see this from Riot Games, which makes esports a pillar of their business.

With these changes, esports is no longer tied to the monopoly of game developers. Today, many parties continue to cultivate the competitive side of gaming so that the esports industry can survive and keep developing. Therefore, in an effort to reach this goal, we must investigate the reasons behind why people watch esports.

Furthermore, what are the answers to the questions mentioned previously? Can esports still be an effective marketing tool? To answer this, let’s move to the next discussion.

 

Reasons Why People Watch Esports

To tackle this topic, we need to take a look at a scientific journal titled Does esports spectating influence game consumption (Tyrväinen, Pirkkalainen, and Hamari 2020). As the title suggests, the journal will give us insights into the correlation between watching esports and the consumption of video games.

More specifically, the journal tries to find out the relationship between the level of esports consumption and the level of in-game content purchases, as well as the relationship between the level of video game consumption and the level of in-game content purchases. Lastly, the journal also discusses the possible reasons why people watch esports.

The scientific journal mentions 9 possible reasons why people consume esports content. These factors were adapted from a theory called the Motivation Scale for Sport Consumption, often used in traditional sports.

Sumber: Official Riot Games
Credits: Official Riot Games

The first possible reason why people watch esports is to witness the highlights and achievements of our favorite team. The second reason is the acquisition of knowledge or our desire to gain information, techniques, and tips from the professional. Another reason is the aesthetic appreciation of the nuances and artistry of a competition.

The fourth reason is witnessing the drama occurring in the dynamic stories and relationships between professionals. People also use esports as an escape or a method to unwind from their routines. Friends and family can also influence someone to follow and watch esports. The study also found a positive association between physical attraction, or the admiration of professionals’ skills, and the desire to watch esports. Spectating and studying pro players’ skills can also be an incentive for many who watch esports. Lastly, people watch esports to benefit their social interactions as it can be an easy way to connect with other like-minded esports spectators.

The research used 222 respondents who were F2P game players. These players are gathered through social media and online forums. The research has succeeded in finding several correlations or positive associations from the indicators used. It found that watching esports is correlated with the desire to play the spectated game. However, the research has failed to find the association between watching esports and the desire to buy digital content from the games you watch. On the other hand, players with a drive to play games are most likely to purchase the games they desire.

Therefore, the research is relatively successful in answering our question at the beginning of the article. Undoubtedly, esports is still quite effective when used as a marketing tool. However, we know that purchasing digital content is not necessarily correlated with esports but rather the intensity or desire for playing games. Therefore, some tweaking will be needed for esports to have an impact on the sales of digital goods in-game (or in-app purchases).

So what makes someone watch esports? The research only found 3 of the 9 factors to have positive associations with esports watching intention. The three factors are the acquisition of knowledge, family and friends, and escape.

As mentioned previously, the acquisition of knowledge means that the audience watches esports to gain some knowledge or information about the game from the professionals. We can then use this newfound knowledge as our new in-game repertoire or share it with our friends.

In terms of the factor of family and friends, the research found that watching esports can be used as a method to strengthen social relationships. This finding is quite interesting because watching esports has either no or negative effects on social interactions, as many people claim. However, the research implies that one of the goals behind watching esports is strengthening existing relationships with people you know (family/friends) rather than making new relationships with new people. The last factor, escape, proposes that watch esports to relax from their daily routine fatigue.

Sumber: DSResearch
Credits: DSResearch

As we have seen from the scientific journal, there are a variety of reasons why people watch esports. Hybrid.co.id together with Dailysocial.id also conducted research related to the 2019 Esports Market Trend 2019. From this research, we found that the 3 biggest reasons people watch esports are for entertainment, supporting their favorite team, or their favorite player. Of the 1,445 participants of the research, 57.2 percent watched esports as a means of entertainment, 43.1 percent admitted to watching esports to support their favorite team, and 42.1 percent watched esports to support their favorite players.

Battlefy, an esports platform based in Canada, also conducted similar research shown in the figure above. 89 percent of the 345 respondents, the largest percentile, claimed to watch esports because they want to improve their gameplay. The second-largest percentile of the correspondents, 83 percent, watch esports as a means to participate (play and compete) in the esports games they spectate. Lastly, as many as 58% of the total respondents admitted to watching esports because they like the surrounding culture and community.

Sumber: Battlefy
Credits: Battlefy

Observing the results above, the reasons people watch esports can be narrowed to three things. First, people watch esports to learn how the professionals play and apply it in their own gameplay. Secondly, people watch esports for leisure and entertainment. Thirdly, watching esports is used to improve social life and interactions

If you are an esports industry practitioner, these three reasons might be things that you ask yourself before planning to make an esports show. Are your esports shows entertaining? Can your esports show be used as a learning tool for other players? Do your esports broadcasts encourage social interactions between the spectators?

I cannot say with full confidence that accommodating these factors is the right recipe for creating a successful esports event. However, at the very least, it can be used as a general guideline to make your esports event much more entertaining for the viewers.

Personally, I feel that one of the factors above accurately described my reasoning for watching esports. Let’s take my example of watching Worlds 2020. Even though League of Legends is not very popular in Indonesia, I still followed the Worlds 2020 event a few months ago simply because some of my friends participate in the League of Legends scene. As part of the FOMO (Fear of Missing Out), I try my best to follow League events. Fortunately, watching Worlds 2020 also helped inspire my work to discuss why South Korean youth are so good at playing League of Legends.

 

The Impact of Watching Esports on Game Consumption

How about the relationship between watching esports and the level of game consumption? To answer this question, we need to observe another study and example, this time from the PUBG Mobile scene.

From the data of the most popular esports broadcast in August 2020, PUBG Mobile ranks first with a record of 1.1 million peak viewers. We also see that the number of PUBG Mobile game players continues to grow as Tencent continues to improve the competitive aspect of the game. Data shows that PUBG Mobile has been downloaded 400 million times with a daily active player count of 50 million people in June 2019.

PUBG Mobile Global Championship
The cohesiveness of PUBG Mobile and its esports allows the game to dominate the market for years.

Of course, this figure alone cannot fully prove that esports broadcasts will attract new players. In fact, it could be argued that most PUBG Mobile esports viewers already played the game beforehand. But even with this argument, esports events can, at the very least, help the game developers keep their player base entertained.

Let’s now try to figure out the correlation of watching esports with the consumption of digital goods in games. Data from research has actually shown that there is indeed a positive association between the two subjects. Returning to PUBG Mobile as an example, we can see how the game has earned over US$3 billion after its 2-year run. Esports may not have an immediate impact on the sales, but it definitely has played a significant role in keeping it popular for years.

As we have seen from the studies previously, there are countless factors that incentivize someone to play games and buy in-game purchases. It is not easy to say how big of a role esports plays in this matter. On the one hand, we can see Ubisoft’s success Rainbow Six: Siege more attractive to players because of esports. But on the other hand, Mihoyo is able to successfully earn US$ 100 million through Genshin Impact without taking any initiatives on esports.

The genre of the game could be yet another additional variable that potentially complicates this discussion even further. In the end, I think it is safe to say that esports can create many opportunities in this modern era. Thanks to the massive technological advancements in the past few years, esports is no longer just a marketing tool but also an independent industry with a lot of potential and room to grow.

Komunitas Point Blank dan Rencana Zepetto Menghadapi 2021

Selain Counter-Strike, Point Blank mungkin juga bisa dibilang jadi salah satu game yang membuka jalan perkembangan ekosistem esports di Indonesia. Game tersebut rilis di Indonesia pada bulan Juni 2009. Setelah rilis, gameplay tembak-menembak bertempo cepat yang disajikan Point Blank ternyata cocok dengan selera gamers Indonesia yang membuatnya jadi banyak diminati.

Point Blank pun berhasil berkembang pesat pada zamannya, berbarengan dengan masa keemasan warnet. Turnamen-turnamen hadir mulai dari tingkat komunitas yang diadakan di warnet-warnet sampai berevolusi ke tingkat nasional yang hadir lewat kompetisi bernama Point Blank National Championship (PBNC).

Seiring berjalannya waktu, perjalanan Point Blank pun mulai menghadapi pasang surut kehidupan. Perpindahan publisher adalah pasang surut pertama yang harus dihadap game dengan usia hampir 11 tahun tersebut.

Berawal dari Gemscool, lalu pindah ke Garena Indonesia pada tahun 2015, sampai akhirnya kembali ke pangkuan sang pencipta yaitu Zepetto pada tahun 2019. Setelah kejadian pindah-pindah publisher selesai, Point Blank segera menghadapi persaingan yang ketat dengan game mobile dan berbagai game shooter baru yang lebih modern di tahun tersebut.

Ditambah lagi pandemi COVID-19 menyerang di tahun 2020 kemarin. Dengan segala tantangan yang dihadapi tersebut, bagaimana kabar game Point Blank kini? Apa saja rencananya di tahun 2021? Simak hasil wawancara saya dengan Abdul Harris Fitra selaku Marketing Manager dari Zepetto.

 

Pandemi Jadi Tantangan Terbesar Point Blank di Tahun 2020

Apabila kita lihat pada skala yang lebih luas, pandemi sebenarnya tidak terlalu memberi dampak negatif kepada industri game. Ekosistem gaming yang alaminya bersifat digital adalah salah satu alasannya. Tapi kita tidak bisa berkata seperti demikian apabila kita melihat dalam skala yang lebih kecil. Posisi Point Blank yang merupakan game PC dan metode pengembangan komunitas yang dilakukan jadi salah satu alasannya.

Seperti yang saya tuliskan di awal, Point Blank berkembang bersama warnet pada zamannya. Sampai saat ini warnet juga masih jadi salah satu ladang Zepetto untuk membangun komunitas Point Blank. Namun keadaan pandemi membuat Zepetto harus putar otak agar komunitas tetap terawat dan bisa terus berkembang meski cuma dengan cara online saja.

“Jujur kondisi pandemi menjadi tantangan yang cukup berat bagi Zepetto untuk mengembangkan komunitas Point Blank. Tantangannya jadi berat karena kenyataan Point Blank adalah game PC dan kebanyakan pemainnya adalah anak warnet. Pandemi mungkin tidak terlalu masalah bagi game mobile, karena pemainnya bisa main dari mana saja. Tapi bagi kami, pandemi menjadi masalah karena operasional warnet cenderung dibatasi selama masa pandemi. Kami sempat dengar cerita user yang katanya ingin main Point Blank di warnet tapi enggak bisa karena warnetnya tutup selama masa pandemi. Kami juga sempat mendengar cerita lain yang katanya lebih suka main ke warnet walau sebenarnya bisa main di rumah. Jadi memang warnet adalah salah satu faktor penting bagi perkembangan komunitas PB, yang sayangnya terpaksa tersendat selama 2020 kemarin.” Harris menceritakan keadaan komunitas Point Blank selama masa pandemi.

PB Clan War akan diselenggarakan di setiap bulan pada tahun 2021. Sumber Gambar - Zepetto Indonesia.
PB Clan War akan diselenggarakan di setiap bulan pada tahun 2021. Sumber Gambar – Zepetto Indonesia.

Karena hal tersebut, program Grebeg Warnet yang sempat jadi salah satu strategi Zepetto dalam usaha mendekatkan diri dengan komunitas pun tentu akan sulit untuk dilanjutkan (warnetnya saja tutup, apa yang mau digrebeg?).

Harris pun melanjutkan ceritanya. “Untuk itu sebagai gantinya kami mencoba rutin terus mengadakan event secara online, Clan War salah satunya. Sejauh ini Clan War cukup efektif menjaga antusiasme komunitas. Selain itu kami juga coba memberi variasi di dalam in-game, misalnya tanding adu pisau. Kami juga buat turnamen untuk mode tersebut dan ternyata antusiasmenya masih ada.”

Strategi tersebut ternyata berbuah cukup manis karena berhasil menarik minat para pemainnya. “Peserta Clan War cukup banyak. Saya tidak ingat angka pastinya, tapi kurang lebihnya ada ribuan tim mendaftar untuk event Clan War. Jadi memang harus putar otak lebih jauh supaya komunitas Point Blank ini tetap terawat selama masa pandemi sih.” Lanjut Harris menceritakan antusiasme pemain terhadap Clan War.

 

Masalah Cheater dan Engine Game Point Blank yang Ketinggalan Zaman

Selain pandemi, cheater adalah masalah lain yang dihadapi oleh Point Blank. Apalagi reputasi game Point Blank juga terbilang cukup buruk dalam mengadapi cheater, sampai-sampai oknum seperti Pekalongan Cheat bisa menjadi terkenal gara-gara PB.

Lalu bagaimana Zepetto menghadapi hal tersebut? Satu hal yang dipastikan oleh Harris adalah komitmen Zepetto untuk terus menanggulangi masalah cheater. “Kami punya tim khusus untuk mengantisipasi hal tersebut (cheat). Kami juga memperbaiki engine game secara berkala untuk menutup celah-celah yang ditemukan oleh sang cheater agar game Point Blank tetap nyaman dimainkan oleh komunitas.”

Namun demikian hal tersebut bukan dilakukan dengan tanpa tantangan. Ibarat penjahat yang selalu satu langkah lebih jauh dibandingkan sang penegak hukum, tim Zepetto pun harus kerja ekstra keras apabila ingin dapat mengurangi (kalau tidak bisa dihilangkan) kasus cheater. “Komitmen tersebut bukan hal yang mudah karena kami harus ‘balapan’ dengan si cheater. Maksudnya balapan begini: misal kami sedang memperbaiki bagian A, eh ternyata si cheater menemukan celah di sisi B. Hal tersebut tentu adalah proses yang menguras energi bagi tim kami. Namun demi menjaga kenyamanan pemain Point Blank, tim Zepetto tetap komitmen untuk terus memberantas para cheater.” Tutur Harris.

Selanjutnya adalah soal update game Point Blank. Sejak rilis tahun 2009 lalu, perkembangan grafis game Point Blank sihGitu-gitu aja. Zepetto sempat merilis Point Blank Evolution di tahun 2018 yang memungkinkan pemain bermain di monitor yang punya refresh rate di atas 60 Hz dan mengkustomisasi pengaturan grafis. Namun update tersebut tidak banyak mengubah grafis Point Blank yang “jadul”.

Memang kami juga menyadari bahwa PB punya grafis yang cenderung jadul. Beberapa user juga memberi feedback soal keinginan mereka menikmati Point Blank dengan grafis yang lebih modern. Semua komentar tersebut kami dengarkan. Kami sudah menampung beberapa feedback, membahasnya, dan menyampainya ke tim research and development di Zepetto. Karena itu pembaruan grafis juga menjadi salah satu hal yang juga direncanakan oleh Zepetto. Para Troopers tinggal tunggu saja infomasi lebih lanjutnya.” Harris menanggapi pertanyaan dari saya.

 

Esports Point Blank di Tahun 2021

Saya sempat menuliskan soal roadmap esports Point Blank pada tahun 2021 di artikel rekap berita esports pekan kedua Januari 2021 kemarin. Secara garis besarnya Zepetto punya 4 pertandingan yang bermuara pada PBNC 2021. Pertandingan tersebut adalah PB Day and Night, PB Rising Star, PB Ladies League, dan PB Star League.

Dari rangkaian tersebut, yang jadi tanda tanya adalah ke mana pertandingan Point Blank Junior League? Kenapa pertandingan khusus Ladies masih diselenggarakan? Akankah pertandingan internasional hadir di tahun 2021?

Soal PBJL, Harris mengatakan bahwa tim Zepetto masih menggodok dan berkordinasi secara internal terlebih dahulu. “Memang kami belum menginformasikannya lewat pengumuman official. Tapi nanti akan ada informasi lebih lanjut terkait hal tersebut.” Terkait turnamen khusus perempuan, Harris lalu menceritakan bagaimana komunitas Ladies Troopers yang ternyata memang masih aktif hingga sekarang.

“Dari apa yang saya perhatikan, komunitas ladies di Point Blank memang cukup unik. Secara garis besar pemain perempuan kalah jumlah dibanding pemain laki-laki. Tapi dari segi kompetitif, jumlah peserta yang antusias ternyata masih cukup banyak sampai sekarang. Secara skill permainan, para Ladies Troopers juga punya kemampuan yang bersaing antara satu dengan yang lain. Lalu kalau ditanya berapa jumlah peminatnya, saya sedikit lupa apakah pesertanya 256 atau 512 tim pada turnamen Ladies tahun lalu. Pokoknya kurang dan lebihnya adalah sekitar ratusan tim Point Blank perempuan turut bertanding di turnamen Ladies tahun lalu.” Harris melanjutkan ceritanya.

Ladies Trooper Indonesia yang berhasil mendapatkan gelar Runner-Up di gelaran PBSEA 2020 kemarin. Sumber Gambar - Zepetto Indonesia.
Ladies Trooper Indonesia yang berhasil mendapatkan gelar Runner-Up di gelaran PBSEA 2020 kemarin. Sumber Gambar – Zepetto Indonesia.

Terakhir soal turnamen internasional. Tahun 2020 lalu PBWC terpaksa dibatalkan karena kondisi pandemi COVID-19 sehingga digantikan dengan turnamen se-Asia Tenggara. Bagaimana dengan tahun ini? Harris cuma bisa mengatakan bahwa memang ada kesempatan untuk mengadakan PBIC atau PBWC di tahun 2021, tapi kesempatan tersebut sangat kecil karena kondisi pandemi yang tak kunjung membaik.

“Tim kami juga sadar bahwa komunitas sangat menginginkan kehadiran event offline. Tapi apa mau dikata, event offline sulit dilaksanakan selama kondisi pandemi masih belum membaik. Tentunya kami akan terus memantau kondisi dan mungkin akan menyelenggarakan helatan besar apabila pandemi sudah lebih reda. Turnamen tingkat Asia Tenggara juga masih menjadi sebuah kemungkinan yang belum bisa dipastikan.”

Sumber Gambar Utama: YouTube Zepetto PB Indonesia.

Kesuksesan PMGC 2020 di Balik Berbagai Kendala yang Terjadi

PUBG Mobile Global Championship 2020 telah usai digelar tanggal 26 Januari 2021 kemarin. Tahun ini mungkin menjadi tahun yang sedikit mengecewakan bagi fans esports PUBG Mobile lokal karena Bigetron RA hanya mampu meraih peringkat 5 saja dalam turnamen tingkat dunia tersebut. Walau begitu pencapaian Bigetron RA tetap patut diacungi jempol.

Walaupun Bigetron RA tidak berhasil memenuhi ekspektasi fans, namun PMGC 2020 sebenarnya menampilkan pertandingan yang teramat sengit secara keseluruhan. Hal tersebut terlihat dari hasil luar biasa yang ditorehkan tim-tim dari negara yang sebelumnya tidak terlalu menonjol di skena esports PUBG Mobile, seperti Zeus Esports asal Mongolia ataupun Navi dari Ukraina. Berkat hal tersebut, PMGC 2020 pun menarik banyak perhatian penonton dan berhasil mencatatkan rekor catatan jumlah penonton yang luar biasa.

 

Kendala Teknis dan Dampaknya Pada Jumlah Penonton

Rangkuman catatan viewrship PMGC 2020. Sumber Gambar - Esports Charts
Rangkuman catatan viewrship PMGC 2020. Sumber Gambar – Esports Charts.

Mengutip dari Esports Charts, PMGC 2020 berhasil mencatatkan jumlah peak viewers yang memukau. 3,8 juta peak viewers yang dicatatkan adalah bukti keinginan para penggemar untuk menonton penampilan tim PUBG Mobile terbaik dari berbagai penjuru dunia. Pencapaian tersebut terbilang cukup istimewa mengingat tantangan berat yang dihadapi oleh sang penyelenggara untuk memastikan pertandingan PMGC 2020 tetap berjalan.

Rencana awalnya, PMGC 2020 digelar offline di Coca Cola Arena, Dubai, Uni Emirat Arab. Namun pada akhirnya rencana hanyalah tinggal rencana.

Gelombang masalah dimulai setelah beberapa pemain ditemukan positif COVID-19. Mengikuti protokol kesehatan, isolasi mandiri pun dilakukan. Para pemain pun bermain dari kamar hotel masing-masing. Sang penyelenggara sepertinya tidak siap dengan kemungkinan perpindahan lokasi pertandingan karena hotel sepertinya tidak memiliki koneksi internet yang mumpuni. Masalah teknis jaringan pun turut muncul karena perubahan format. Pertandingan sempat tertunda selama dua hari berturut-turut (22 dan 23 Januari 2021), walau setelahnya pertandingan dapat kembali lancar terselenggara. Masalah tersebut membuat angka penonton menunjukkan penurunan. Namun angkanya yang tidak terlalu jauh menjadi bukti antusiasme penonton yang ternyata masih bertahan saat pertandingan kembali berjalan.

Esports PUBG Mobile sendiri ternyata masih menjadi primadona bagi penonton Indonesia. Ada 2,1 juta lebih orang menonton tayangan berbahasa Indonesia pada tanggal 26 Januari 2021 yang jadi hari terakhir. Menyusul di posisi kedua ada tayangan berbahasa Arab dengan 494 ribu lebih peak viewers, posisi ketiga ada Russia dengan 415 ribu lebih peak viewers, Thailand dengan 269 ribu lebih peak viewers, dan Malaysia dengan 266 ribu lebih peak viewers.

Sumber Gambar - Esports Charts
5 tayangan berbahasa lokal dengan jumlah peak viewers terbanyak. Sumber Gambar – Esports Charts
Sumber Gambar - Esports Charts
Sumber Gambar – Esports Charts

Jumlah penonton Indonesia kali ini tidak lagi tersaingi oleh penonton India seperti pada PMWL East 2020 lalu. Kasus pemblokiran PUBG Mobile di India sepertinya jadi alasan atas hal tersebut. Karena hal tersebut, tidak ada tim India yang turut serta di dalam pertandingan PMGC 2020. Terlepas dari itu, tim penyelenggara PMGC 2020 tetap menyajikan tayangan berbahasa India dan masih berhasil menduduki peringkat 6 penonton terbanyak dengan catatan 182 ribu lebih peak viewers.

Selain bahasa India, tim penyelenggara PMGC 2020 juga menayangkan PUBG Mobile dengan berbagai macam bahasa lokal. Inisiatif tersebut menurut saya adalah salah satu kelebihan dari esports PUBG Mobile yang patut dicontoh oleh pertandingan esports global lainnya. Catatan peak viewers dari bahasa lain dapat Anda lihat pada grafik kedua di atas.

 

Fanatisme Penonton Indonesia dan Performa Bigetron RA

Peringkat jumlah penonton terbanyak berdasarkan hari dan ronde pertandingan menunjukkan pola yang mirip seperti ibadah shalat tarawih di bulan ramadhan, ramai di awal dan akhir. Lima besar pertandingan dengan jumlah penonton terbanyak adalah pertandingan hari pertama dan hari terakhir dengan tanpa kehadiran pertandingan hari ke-2 atau ke-3 di dalam daftar. Catatan penonton terbanyak ada pada hari pertama yaitu sebanyak 3,8 juta lebih peak viewers, disusul dengan pertandingan hari terakhir dengan 2,8 juta lebih peak viewers di hari ke-4.

Sumber Gambar - Esports Charts
Sumber Gambar – Esports Charts
Ronde pertandingan dengan jumlah penonton tayangan bahasa Indonesia terbanyak. Sumber Gambar - Esports Charts
Ronde pertandingan dengan jumlah penonton tayangan bahasa Indonesia terbanyak. Sumber Gambar – Esports Charts.

Melihat polanya, bisa jadi kendala teknis adalah penyebab utama menurunnya jumlah penonton pada hari ke-4. Penurunannya cukup drastis, hampir 1 juta penonton berkurang dari pertandingan hari pertama dibanding hari ke-4. Walaupun begitu, penonton Indonesia terlihat masih sangat semangat ingin melihat momen comeback dari tim Bigetron RA terutama di hari terakhir.

Hal tersebut terbukti dari 2,1 juta penonton (grafik kedua pada gambar di atas) tayangan berbahasa Indonesia yang menonton pertandingan ronde ke-24 di hari terakhir pertandingan. Melihat pola tersebut, salah satu penyebabnya mungkin karena reputasi Bigetron RA sebagai tim ‘lambat panas’ yang telah terpatri kepada penonton Indonesia. Walhasil jadi ada banyak penonton hadir di tayangan berbahasa Indonesia hadir karena menantikan momen gemilang Zuxxy, Luxxy, Ryzen, Liquid di hari terakhir pertandingan yang sempat terjadi di beberapa turnamen sebelumnya.

PMGC 2020 - Platform
Sumber Gambar – Esports Charts.
Sumber Gambar - Esports Charts
Sumber Gambar – Esports Charts.

Dari segi platform, kali ini Nimo TV berhasil muncul sebagai platform andalan para penggemar esports PUBG Mobile. Nimo TV berhasil mencatatkan 2,8 juta lebih peak viewers pada tanggal 21 Januari 2021 yang merupakan hari pertama dari pertandingan PMGC 2020. Menyusul di bawahnya ada YouTube dengan 1 juta lebih peak viewers, disusul dengan Facebook di peringkat ke-3 dengan 380 ribu lebih peak viewers, dan Twitch di peringkat ke-4 dengan 17 ribu lebih peak viewers. Untuk grafik dan data lebih lengkap dari YouTube dan Twitch dapat Anda lihat pada gambar di atas.

Sumber Gambar - Esports Charts
Sumber Gambar – Esports Charts.

Ulet dan gigihnya tim penyelenggara dalam memastikan pertandingan kembali berjalan lancar sepertinya menjadi hal yang paling patut diacungi jempol dari gelaran PMGC 2020 ini. Dengan berbagai masalah serta kendala teknis, PMGC 2020 berhasill berjalan dengan lancar setelahnya walau dengan 2 hari penundaan yang membuat para penggemar cukup kecewa.

Para penggemar esports PUBG Mobile Indonesia juga kembali membuktikan diri sebagai fans paling ngotot dari komunitas PUBG Mobile secara keseluruhan. Walaupun ada kendala teknis, fans esports PUBG Mobile asal Indonesia ternyata terbukti tetap menonton demi membela, mendukung, dan menyaksikan perjuangan Bigetron RA.

*Disclosure: Esports Charts adalah Partner dari Hybrid.co.id.

BOOM Esports Ungkap Roster Utama Wild Rift

BOOM Esports akhirnya mendapatkan sosok-sosok berbakat untuk mengisi roster divisi Wild Rift mereka. Proses seleksi roster berjalan dengan cukup panjang. Berawal dari bulan November 2020 lalu dengan mengumumkan perekrutan terbuka melalui media sosial,  kemudian bulan Desember 2020 ketika Leonard “OMO” diumumkan sebagai pelatih dan pelaksaan turnamen internal, sampai akhirnya pemain-pemain terbaik dipilih pada bulan Januari 2021 ini.

Cukup menarik melihat roster Wild Rift BOOM Esports. Salah satunya karena roster tersebut berisikan talenta muda yang dikombinasikan dengan pengalaman mantan pemain profesional esports League of Legends Indonesia. Lebih lanjut, simak profil roster terbaru divisi Wild Rift BOOM Esports.

 

Melalui Proses yang Panjang

Seperti apa saya tulis di awal artikel bahwa proses seleksi roster berlangsung selama kurang lebih 3 bulan lamanya. Prosesnya pun tidak mudah. Kembali kepada ambisi sang CEO yaitu Gary Ongko untuk menjadi tim terkuat di berbagai cabang game esports, tidak heran kalau BOOM Esports sangat selektif dalam mempersiapkan roster Wild Rift.

Langkah pertama mereka adalah merekrut pelatih, yaitu Leonard “OMO”. Pria dengan nama lengkap Leonard Loh memiliki daftar pengalaman yang panjang sebagai pelatih di skena profesional League of Legends. Mengutip dari Leaguepedia, OMO sudah terjun sebagai pelatih tim sejak dari tahun 2017. Kebanyakan pengalamannya adalah melatih tim League of Legends di Singapura seperti Sovereign atau Resurgence yang berlaga di Pacific Championship Series (PCS). Namun OMO juga sempat pindah ke Australia untuk melatih tim Gravitas yang berlaga untuk Oceania Pro League (OPL) pada tahun 2020 kemarin.

Komunitas juga begitu antusias dengan perekrutan yang dilakukan oleh BOOM Esports. Ada 3600 lebih kandidat yang mendaftar berdasarkan dari informasi yang diposting oleh BOOM Esports pada 7 Desember 2020 lalu. Kandidatnya juga tidak hanya dari Indonesia. Ada yang berasal dari negara SEA seperti Thailand, Filipina, Malaysia, Singapura dan Kamboja. Ada juga yang berasal dari luar SEA seperti Mongolia dan Brazil.

 

Meet the Rosters!

Jadi siapa saja yang akhirnya terpilih menjadi roster utama untuk divisi Wild Rift BOOM Esports? Berikut daftarnya.

Roster Wild Rift BOOM Esports

  • Jurnalis Haikal Pramudya – BOOM.Raymond (Top)
  • Faza Emeraldi Bakhri – BOOM.Axxio (JG)
  • Gatama Putra Sanjaya – BOOM.Platypus (Mid)
  • I Komang Neka Ardana – BOOM.Wezkeyy (ADC)
  • Jessen Wijaya Agussalim – BOOM.Zixtean (SP)

Lima pemain tersebut adalah mereka yang terpilih setelah melalui seleksi yang ketat dari BOOM Esports. Menurut cerita Marzarian “Ojan” Sahita selaku General Manager BOOM Esports, kelima pemain terpilih tersebut sempat dipertandingkan dengan pemain-pemain yang lebih punya pengalaman di bidang esports LoL. Tapi pemain-pemain yang ada di roster kini berhasil membuktikan kemampuannya sehingga jadi sosok yang dipilih oleh manajemen tim.

Pemain yang masuk ke dalam roster kebanyakan masih berusia muda. Axxio dan Zixtean masih berusia 15 tahun. Raymond dan Platypus masing-masing berusia 18 dan 17 tahun. Terakhir untuk melengkapi roster ada Wezkeyy yang berusia 25 tahun dan memiliki beberapa pengalaman di ranah esports League of Legends.

Ingin mencoba kenal dengan roster BOOM Esports, saya lalu berbincang dengan Platypus dan Wezkeyy sebagai perwakilan. Dua orang tersebut saya wawancara karena keunikan pribadi mereka masing-masing. Platypus saya anggap sebagai perwakilan dari generasi muda. Wezkeyy saya pilih karena dia adalah satu-satunya pemain tertua di roster dan sempat memiliki pengalaman beberapa skena kompetisi LoL bahkan termasuk LoL Garuda Series. Keduanya juga datang dari domisili yang berbeda. Platypus adalah anak Jakarta sementara Wezkeyy berdomisili di Bali

Bicara soal pengalaman, Wezkeyy lalu bercerita. “Pengalaman gue di esports sudah dari sejak tahun 2016. Dulu sempat ikut gelaran LoL Indonesia Championship walaupun cuma berhasil finish di peringkat 9. Tahun 2017 sempat gabung bersama tim Kamikaze Gaming untuk bermain di tingkat profesional yaitu League of Legends Garuda Series (LGS). Kalau soal siapa gue, nama gue adalah I Komang Neka Ardana. Asal dari Provinsi Bali, Kota Denpasar, Desa Renon. ”

I Komang
I Komang Neka Ardana, pria asal Bali dengan nickname BOOM.Wezkeyy yang merupakan ADC dari divisi Wild Rift BOOM Esports.

Lalu bagaimana dengan Platypus? “Kalau bicara pengalaman, gue baru sempat coba-coba terjun di dunia kompetitif PUBG Mobile saja. Belum pernah masuk tim besar juga. Karena itu, BOOM Esports adalah tim profesional pertama saja. Kalau soal siapa gue, nama gue Gatama Putra Sanjaya, lahir dan besar di Jakarta, bersekolah di Trinity International School, dan yaa… I’m just your average teenage boy.”

Keduanya memang punya latar belakang yang berbeda, tapi satu hal yang pasti adalah keduanya punya passion besar terhadap gaming. “Kalau untuk game lain, dulu gue sempat main Mobile Legends sampai rank Mythical Glory. Tapi waktu itu sebenarnya cuma iseng aja sih, kepingin tahu gimana rasanya main MOBA di HP… Haha. Lalu untuk Wild Rift gue sempat mencapai Rank Diamond IV. Bisa main semua role tapi lebih pede main pakai ADC dengan champion andalan berupa Kai’Sa, Jhin, Miss Fortune, dan Ezreal. Kalau ditanya dalam satu hari main berapa jam, mungkin bisa 10 jam lebih… Haha. Pokoknya never surrender push rank lah! ” Ucap Wezkeyy.

“Kalau gue dulu di Mobile Legends sempat mencapai rank Mythic dan di PUBG Mobile pernah mencapai rank Ace (satu tahap sebelum Conqueror). Ucap Platypus. “Untuk Wild Rift rank tertinggi gue itu Diamond 2. Waktu push rank juga memang selalu main mid dengan champion andalan Zed dan sambil adaptasi beberapa Champion yang sedang meta. Soal sehari main berapa jam, kalau jaringan internet lagi lancar, gue bisa main 8 – 10 jam.”

Dari jawaban tersebut, kita bisa melihat bagaimana kedua pemain tersebut memang selalu haus akan kompetisi. Walaupun begitu, keduanya mengakui bahwa mereka mengikuti seleksi pemain BOOM Esports hanya sebagai percobaan peruntungan saja.

“Untuk seleksi, tujuan awal gue sebenernya mencoba adu nasib aja sih… Haha. Eh tapi ternyata terpilih, mungkin memang sudah rezeki Tuhan.” Kata Wezkeyy. “Gue juga sebenarnya coba peruntungan saja untuk daftar. Tapi gue memang ingin memberanikan diri dan daftar sendiri saja karena ingin mengambil next step demi mencapai mimpi gue menjadi seorang pemain esports.” Kata Platypus.

Lalu bagaimana dengan proses seleksinya sendiri? Apa yang menjadi proses terberat selama seleksi?

“Kalau menurut gue tantangan terberatnya adalah ketika kami disatukan dalam tim dengan metode random shuffle. Karena hal tersebut jadi ada beberapa masalah dengan role, chemistry team, dan juga tentunya fakta bahwa timnya baru banget dibuat. Waktu seleksi juga ada satu lawan yang sangat tangguh, bahkan membuat gue sampai merasa tidak berdaya. Awalnya gue merasa ketinggalan skill dibanding sang rival, tapi sekarang gue berani bilang bahwa kami setara di dalam game.” Platypus menceritakan.

“Gue juga sama, yaitu ketika disatukan sebagai tim shuffle. Waktu itu tim gue kebanyakan main Baron Lane, jadi akhirnya kami memutuskan untuk mengisi kekosongan role tersebut. Terus waktu itu tim gue juga ada satu orang dari Filipina jadi lumayan menantang dari segi komunikasi. Tapi untungnya kami punya satu visi untuk percaya sama tim, percaya untuk membuat 5 menjadi 1.” Wezzkey menambahkan cerita dari sisi dirinya.

Gatama
Gatama Putra Sanjaya, remaja Jakarta dengan nickname BOOM.Platypus yang merupakan pemain midlaner dari divisi Wild Rift BOOM.Esports.

Terakhir, saya lalu menanyakan mimpi yang ingin mereka capai di skena esports Wild Rift nantinya.

“Gue ingin bisa menjadi juara dunia nantinya di skena Wild Rift bersama BOOM Esports. Gue ingin menjadi figur yang dikenal sebagai pemain terbaik di dunia karena inspirasi gue sendiri adalah Faker, sosok yang ingin bisa gue kalahkan dari segi kemampuan dan juga pencapaian. Gue jadi bersemangat ketika membayangkan orang-orang meneriakkan nama gue saat bertanding di panggung dunia. Karena hal tersebut gue jadi termotivasi untuk mencapai mimpi saya yaitu untuk menjadi pemain terbaik dunia dan bukan hanya di Indonesia saja.” Tutur Gatama.

“Soal apa yang ingin dicapai bersama rekan tim, sudah tentu sih juara. Selain itu cita-cita gue sedari dulu memang kepingin bisa angkat piala karena dulu waktu berkarir di League of Legends belum mendapat kesempatan. Selain itu gue juga ingin bisa membanggakan orang tua yang selalu support. Gue juga terima kasih banget kepada ko Gary dan Ojan yang sudah memberi kesempatan untuk gabung roster Wild Rift BOOM Esports. Gue akan berusaha sebisa mungkin untuk mengharumkan nama BOOM Esports dan memberikan pencapaian yang terbaik.” Komang menceritakan mimpinya.

 

Visi Gary Ongko Untuk Mendapatkan Prestasi Dunia

Pada beberapa perbincangan sebelumnya, Gary Ongko selaku Founder juga CEO BOOM Esports konsisten dengan pernyataan dirinya soal keinginannya untuk bisa mendapat prestasi di tingkat internasional. Visi tersebut masih bertahan dan juga jadi alasan BOOM Esports melakukan proses seleksi yang intensif untuk mempersiapkan divisi Wild Rift.

Pada kesempatan lain saya sempat menanyakan pandangan seorang Gary Ongko terhadap esports Wild Rift nanti. “Saya yakin Wild Rift akan memiliki pertandingan World Championship seperti yang ada di PC. Juga seperti biasanya, target kami adalah untuk menjadi tim yang berada di tingkat tertinggi dari suatu cabang game esports.” Ketika membicarakan harapan dirinya terhadap BOOM Esports untuk esports Wild Rift nantinya. “Kalau harapan pasti adalah untuk menjadi salah satu tim terkuat di Wild Rift.”

Esports Wild Rift masih belum memiliki jadwal yang pasti hingga saat ini. Informasi terakhir diungkap oleh John Needham, Global Head of Esports Riot Games dalam acara League of Legends Season 2021 Opening Days. Dalam kesempatan tersebut, John hanya memastikan bahwa Riot Games akan mempersiapkan ekosistem esports Wild Rift di tahun 2021 tanpa tambahan detil apapun.

Akankah para pemain serta manajemen BOOM Esports mampu mencapai cita-citanya untuk menjadi salah satu tim terbaik di kancah esports Wild Rift internasional nantinya? Saya sendiri sebenarnya sudah tidak sabar untuk menyaksikan perjalanan dari roster terbaru ini. Namun sepertinya kita masih harus bersabar sampai ada pengumuman lebih lanjut soal lanskap esports Wild Rift di tahun 2021 ini dari Riot Games.

Disclosure: Artikel ini merupakan hasil kolaborasi BOOM Esports dengan Hybrid.co.id.