Kemenkominfo Dipimpin Rudiantara, Pemain Industri Teknologi Berikan Sentimen Positif

Kalau ada pertanyaan “internet cepat buat apa?”, mungkin Rudiantara adalah salah satu orang yang paling tepat untuk menjawabnya. Malang melintang di industri telekomunikasi puluhan tahun, Rudiantara yang saat ini aktif menduduki kursi komisaris Indosat akhirnya didapuk untuk mengisi kursi Menkominfo yang hari Minggu kemarin diumumkan oleh Presiden Joko Widodo.

Meskipun sempat beredar kabar bahwa posisi Menkominfo akan diisi oleh Maruarar Sirait yang merupakan politisi PDI-P, ternyata detik-detik terakhir justru nama Rudiantara yang disebut oleh Presiden Jokowi sebagai pimpinan Kemenkominfo.

Nada positif pun banyak terdengar dari pelaku industri teknologi yang memang mengenal rekam jejak Rudiantara sebagai professional di bidang telekomunikasi. Kebanyakan dari mereka optimis karena latar belakang profesionalisme Rudiantara yang memang dinilai layak menduduki posisi Menkominfo yang mengemban banyak sekali tugas. Kebanyakan pemain industri menyebut Rudiantara sebagai orang yang tegas dalam mengambil keputusan, mengerti seluk beluk bisnis telekomunikasi dan juga pemimpin yang mau bekerja.

Setelah 4 tahun berada di tangan politisi Tifatul Sembiring, akhirnya Kemenkominfo diisi oleh seseorang yang pernah mencicipi posisi eksekutif di raksasa-raksasa telekomunikasi mulai dari XL Axiata, Telkom, Indosat dan Telkomsel. Pengalaman Rudiantara yang hampir 18 tahun di industri teknologi dan telekomunikasi membuat banyak pihak optimis bahwa dirinya bisa terus meningkatkan potensi industri teknologi terutama dari sisi infrastruktur yang kurang merata di Indonesia.

Pengalamannya mengelola bisnis telekomunikasi juga dinilai akan menjadi nilai tambah untuk membantu perusahaan-perusahaan telekomunikasi dan bisnis teknologi lainnya yang kian carut-marut dalam hal bisnis dikarenakan persaingan dan juga regulasi dari pemerintah yang kurang mendukung. Rudiantara menduduki kursi tertinggi di Kemenkominfo dengan mewarisi banyak sekali masalah yang ditinggalkan pendahulunya, mulai dari infrastruktur yang tidak merata, regulasi investasi, pengembangan industri kreatif berbasis TIK yang harus diurus dan setumpuk masalah lainnya.

Semua masalah ini ada di pundak Rudiantara dan segenap tim Kemenkominfo, yang kami harap juga memiliki kompetensi dan keahlian yang dibutuhkan untuk membawa industri teknologi Indonesia ke tingkat selanjutnya. Budaya internet di Indonesia memang merupakan fenomena yang luar biasa, bahkan sudah bergeser menjadi sebuah ekonomi tersendiri. Alangkah sayang jika keuntungan strategis ini tidak dimanfaatkan dengan maksimal atau lebih buruk lagi: justru dinikmati oleh bangsa lain.

Selamat bekerja Menkominfo baru, Pak Rudiantara. Harapan kami besar untukmu.

Sumber gambar

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Rama Mamuaya. 

Telkom UmeetMe Siapkan Layanan Video Conference untuk Dukung Program “e-Blusukan” Pemerintah

Layanan video conference terpadu Telkom UmeetMe bertekad memperluas layanannya ke desa-desa dalam rangka mendukung program “e-Blusukan” yang direncanakan pemerintah. Pengelola UmeetMemenyatakan bahwa layanan ini bisa efektif untuk menjangkau pelosok desa karena bisa dijalankan melalui infrastruktur Internet berkoneksi rendah.

Telkom mengatakan bahwa layanan ini bisa menjangkau pelosok  dan menggunakan bandwith bersifat customizable atau adaptif. UmeetMe tetap dapat berjalan di koneksi data rendah (minimal 50 Kbps) dan akan menampilkan kinerja yang maksimal di bandwith tinggi. Sebagai catatan, video conference terpadu ini juga telah digunakan Presiden Indonesia Joko Widodo untuk berkomunikasi dengan masyarakat petani di Sabang sampai Merauke.

Implementasi layanan video conference seperti UmeetMe ini dinilai sangat cocok untuk menjembatani komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat, karena sesuai dengan karakter Indonesia yang memiliki penduduk besar, kondisi geografis kepulauan, dan akses Internet tidak merata.

UmeetMe sendiri sesungguhnya bukan program baru. Sebelumnya UmeetMe sudah digunakan untuk berbagai keperluan video conference, misalnya untuk mendukung program pembelajaran jarak jauh, komunikasi perusahaan lintas negara, pemantauan arus mudik lebaran dan komunikasi TKI dengan keluarga. Layanan yang sama juga telah digunakan jajaran Polri, pemerintah daerah, dan kalangan perbankan.

Kini UmeetMe juga akan fokus untuk mendukung program pemerintah. Maklum, pada pemerintahan baru ini, yang dikomandani oleh Presiden Joko Widodo, pemerintah sudah berkomitmen untuk melaksanakan e-blusukan. Menggunakan sistem ini, Presiden atau pejabat negara lain bisa bertatap muka langsung dengan masyarakat hingga ke pelosok-pelosok tanpa perlu harus bepergian secara fisik.

”UmeetMe dapat menjangkau masyarakat hingga tingkat bawah,” ujar GM Smart Solution Ecosystem Divisi Solution Convergence Telkom Siswanto Dasijo, seperti dikutip dari Republika.

Selain tidak memerlukan koneksi Internet yang cepat, UmeetMe ini juga mudah dan praktis digunakan. Aplikasi ini bisa diakses dengan smartphone atau tabletbersistem operasi Android dan iOS, dan dapat langsung digunakan selama perangkat itu punya kamera atau webcam, microphone, dan tentu saja  koneksi Internet. Selain lewat smartphone, UmeetMe bisa diakses lewat komputer (laptop atau desktop), TV, atau bahkan dari telepon rumah.

Lewat komunikasi video conference, lanjut Siswanto, penduduk desa berpotensi untuk mengembangkan desanya menjadi mandiri. ”Misalnya dengan mengkomunikasikan produk UKM dan berbagai potensi desa lainnya kepada masyarakat luas,” katanya.

Di bidang kesehatan, konferensi video juga memungkinkan apa yang disebut pengobatan jarak jauh atau telediagnosis. “Faktanya, dokter spesialis hanya ada di kota-kota besar. Padahal layanan kesehatan seharusnya merata hingga pedesaan. Kementrian Kesehatan bisa mengelaborasi lagi layanan ini,” ungkap Siswanto.

[Ilustrasi Foto: Shutterstock]

Artikel sidikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Hesti Pratiwi.

Vidio Siap Jadi Platform Berbagi Video Bercitarasa Lokal

Di tengah terus meningkatnya minat konsumsi konten di ranah digital. Tak dipungkiri, konten bergerak (video) punya peranan penting dalam persebaran konten digital, terlebih pada konten yang bermuatan hiburan. Kondisi seperti ini yang pada akhirnya melahirkan banyak platform video on-demand, seperti halnya dengan situs Vidio yang menawarkan ragam video konten hiburan dengan citarasa lokal.

Perlu diketahui, Vidio merupakan situs baru yang dikembangkan oleh jaringan perusahaan grup Emtek. Perusahaan ini dikenal sebagai induk dari banyak perusahaan yang fokus pada industri penyiaran lokal. Produknya yang telah lama dikenal oleh masyarakat seperti stasiun televisi nasional SCTV dan Indosiar. Dalam ranah digital, Emtek juga memiliki situs e-commerce Lakupon dan portal berita Liputan6. Vidio sendiri adalah pelebaran sayap bisnis terbarunya di ranah digital dengan mengandalkan konten video berbasis user generated content.

Seperti yang sudah disebutkan di awal, platform Vidio dikemas dengan citarasa yang sangat lokal. Hal ini dibuktikannya melalui ragam konten video yang tersaji didominasi oleh banyak acara dan serial tv hiburan populer yang ditayangkan oleh dua stasiun tv milik jaringan Emtek tersebut. Saat ini, konten yang diandalkan berupa episode sinetron dan beberapa variety show yang hingga kini masih merajai rating penonton secara nasional.

Untuk menjelajah ragam video di dalamnya terdapat empat opsi kanal yang tersedia yakni; kanal TV, Sinetron, Musik, dan Reality Show. Bagi Anda yang kini masih sering mengikuti program acara televisi, Anda mungkin akan sangat akrab dengan konten-konten yang terdapat dalam empat kategori ini. Jika ingin menyaksikan jenis video lain, jangan khawatir, Anda juga tetap bisa menyimak ragam video yang diunggah oleh pengguna umum, layaknya platform YouTube dan sejenisnya.

Demi memperkaya konten, Vidio juga memberi keleluasaan kepada pengguna dalam membuat channel terpadunya sendiri. Perlu diperhatikan, dalam membuat channel, pengguna diharuskan untuk membuat akun Liputan6 terlebih dahulu sebelum akhirnya bisa memperoleh akses penuh dalam platform Vidio.

Sejauh penjelajahan singkat saya terhadap situs ini, tak ada hal menarik dan inovatif yang ditawarkan Vidio. Dari segi konten maupun pemanfaatan fitur, Vidio hanya seakan-akan ingin menjadi “YouTube-nya” program acara tv nasional dengan pasar target pasar tertentu.

Peluang baik dalam jangka panjang mungkin akan sulit diraih bagi Vidio jika tetap bertahan dengan konsep dan ketersediaan kontennya saat ini. Mungkin ada baiknya bagi Vidio untuk mencari dan jauh mengembangkan dari konsep yang telah ada agar bisa memperoleh pasar yang niche dan berpotensi mendatangkan minat luas. Padahal, ketersediannya dalam platform mobile web sudah cukup baik untuk bisa menjelajah inovasi lain sebagai salah satu penyedia konten video.

[ilustrasi foto: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Avi Tejo Bhaskoro. 

GfK: Pertumbuhan Penjualan Smartphone di Indonesia Tertinggi di Kawasan Asia Tenggara

Penggunaan perangkat mobile dianggap telah menjadi hal yang lumrah bagi banyak orang di masa kini. Namun hal tersebut ternyata tidak menyusutkan penjualan smartphone yang justru semakin meningkat setiap tahunnya. Data terbaru GfK menyatakan nilai penjualan smartphone di negara Asia Tenggara mencapai $16.4 Miliar (sekitar Rp 198 Triliun), meningkat 33 persen dari tahun sebelumnya. Jumlah unit yang terjual pun mengalami peningkatan sebesar 44 persen setiap tahunnya. Pertumbuhan penjualan smartphone di Indonesia mencapai 70% dalam 12 bulan terakhir, tertinggi di antara negara-negara di kawasan.

Sebanyak 120 juta smartphone dan phablet terjual pada bulan Agustus 2014 di kawasan Asia Tenggara. Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Indonesia, Vietnam, dan Kamboja menjadi penggerak utama dari pertumbuhan ini.

Di Asia Tenggara sendiri, ada sekitar 345 smartphone bermerk asal Tiongkok yang mampu menjual dengan harga 58% lebih murah dari smartphone merk internasional lain. Menurut Account Director for Digital World GfK Asia Gerard Tan, low budget smartphone melakukan penetrasi ke pasar dengan sangat baik. Merk raksasa yang mendunia kerap kalah saing dengan merk Tiongkok dalam kompetisi harga. Sementara smartphone merk internasional berkisar $253 (sekitar Rp 3 juta), merk Tiongkok menawarkan harga rata-rata sekitar $159 (sekitar Rp 2 juta).

Geliat vendor Tiongkok menawarkan model low-end terbaru mereka membuatsmartphone menjadi semakin terjangkau dan kompetisi menjadi semakin intensif.

“Kondisi di negara berkembang menjadi alasan utama di balik pengadopsian smartphone. Pasalnya banyak orang yang berada di luar kota-kota besar di negara tersebut baru memiliki smartphone setelah konsep ponsel ‘pintar’ walau telah diperkenalkan sejak lama,” ungkap Tan.

Indonesia memimpin sebagai negara dengan pertumbuhan penjualan paling tinggi hingga 70%, disusul Vietnam 56%, dan Thailand 44%. Sementara dalam segi valuasi, Vietnam berada di posisi puncak dengan pertumbuhan valuasi hingga 52%, Indonesia 32%, dan Thailand 31%.

Tak kalah pentingnya adalah catatan bahwa Indonesia menjadi satu-satunya pasar di wilayah Asia Tenggara di mana merk lokal mampu bersaing secara ketat dengan merk asing, mengingat merk-merk tersebut berkontribusi terhadap 16 persen total volume dan 7 persen total valuasi pasar nasional.

[Ilustrasi Foto: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Michael Erlangga. 

Tokopedia Dapatkan Investasi Rp 1,2 Triliun Dari Softbank dan Sequoia Capital

Startup marketplace Tokopedia tanggal 22 Oktober 2014 resmi mengumumkan pendanaan terbarunya yang mencapai angka fantastis, $ 100 juta atau sekitar Rp 1.2 triliun. Ya, anda tidak salah membaca dan kami tidak salah mengalikan, Rp. 1,2 triliun. Pendanaan ini dengan mudah menjadikan Tokopedia sebagai startup e-commerce dengan investasi terbesar di Indonesia.

Melalui investasi ini, Softbank Internet & Media Inc (SIMI) dan Sequoia Capital akan menduduki kursi direksi di startup yang didirikan William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison ini. Langkah ini juga merupakan jejak pertama dari Sequoia Capital pertama di pasar Indonesia.

William Tanuwijaya, CEO Tokopedia berkata, “Saya sangat bersemangat dan menyambut baik kehadiran SIMI & Sequoia Capital sebagai partner baru Tokopedia. Melalui investasi ini, Tokopedia akan memiliki sumber daya yang cukup untuk membangun tim yang semakin baik, mengembangkan teknologi kelas dunia untuk membantu para merchants Tokopedia serta memberikan pengalaman terbaik untuk pengguna setia kami. Pengguna kami adalah prioritas utama kami. Kami akan fokus agar merchants kami semakin sukses. Ini adalah prinsip terpenting dari bisnis model kami.”

Shailendra Singh, Managing Director, Sequoia Capital India Advisors menambahkan, “Kami sangat terkesan dengan visi William untuk Tokopedia, perusahaan ini menghubungkan penjual dan pembeli di dalam sebuah marketplace, dengan proses transaksi yang terpercaya. Kami senang menjadi bagian dari tim Tokopedia dan juga investor, dan tidak sabar untuk bekerjasama membangun perusahaan internet ternama di masa yang akan datang.”

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Rama Mamuaya. 

Folio Hadirkan Layanan Manajemen Usaha Berbasis Cloud Secara Gratis

Mengatur serta mengetahui kemajuan sebuah bisnis berupa ritel atau toko waralaba dapat dilakukan dengan berbagai cara. Termasuk menggunakan layanan point of sale yang kini sudah mulai merambah teknologi cloud computing. Jika sebelumnya Pawoon hadir dengan layanan manajemen penjualan dengan skema biaya berlangganan untuk layanannya, Folio hadir dengan layanan serupa secara gratis.

Continue reading Folio Hadirkan Layanan Manajemen Usaha Berbasis Cloud Secara Gratis

Tahun 2016 Industri Internet Diperkirakan Sumbang PDB Nasional Sebesar US$ 26 Miliar

Di tengah usaha untuk terus memajukan ekosistem internet Indonesia, bisnis internet rupanya digadang-gadang bakal memberi jasa besar terhadap roda pergerakan ekonomi bangsa. Seperti yang diprediksi oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), dalam dua tahun ke depan, bisnis internet diperkirakan akan memberi kontribusi terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) nasional hingga mencapai sebesar US$ 26 miliar, atau setara dengan sekitar Rp 314 triliun.

Secara teori, angka fantastis tadi yang juga diklaim memberi sumbangsih sebesar 2,8% dari PDB nasional, diraih dari perkiraan jumlah pengguna internet Indonesia yang juga bakal terus menanjak secara signifikan di tahun-tahun mendatang.

“Jumlah pengguna internet di negara ini menyumbang 28% dari total penduduk Indonesia saat ini, di mana itu juga telah menyumbang sekitar 1,3% dari PDB. Kami yakin bahwa angka $26 miliar dapat tercapai, karena kami memprediksi jumlah pengguna internet akan mencapai 120 juta pada tahun 2016,” ungkap Samuel Pangerapan, Ketua Umum APJII seperti yang dikutip dari pemberitaanThe Jakarta Post.

Masih menurutnya, dalam momen yang pas, dari tangan pemerintahan baru yang sebentar lagi akan bergulir diharapkan bisa memuluskan target ini demi kemajuan ekonomi dan ekosistem internet tanah air. Menurut Semuel, harapannya itu didapuk oleh jajaran kabinet baru yang nantinya diharapkan bisa lebih mengembangkan industri internet, di kala bisnis ini tengah menanjaki menjadi pemain penting dalam upaya meningkatkan perekonomian negara.

Jika masih ingat, sang presiden terpilih, Joko Widodo sendiri dalam masa kampanye Pilpres beberapa waktu lalu sangat erat dengan ranah internet, dan konon dirinya juga memiliki janji mulia terhadap kemajuan sektor industri IT Indonesia sebagai salah satu bentuk perwujudannya menjalankan roda pemerintahan yang transparan.

Sebagai catatan tambahan, seperti yang kembali dikatakan oleh Semuel Pangerapan, untuk bisa merealisasikan target yang dipasangnya, persebaran konsumsi internet yang merata dan menyeluruh juga menjadi kunci utama yang tak bisa ditinggalkan. Pihaknya berharap, dalam lima tahun ke depan, sebanyak 80% dari total penduduk Indonesia bisa memiliki akses internet yang mumpuni dan terjangkau. Ia pun mencontohkan kesenjangan yang cukup nyata perihal biaya konsumsi internet saat ini.

“Kami juga ingin harga layanan internet di Indonesia bagian timur bisa semurah seperti di pulau Jawa. Di Jawa, cukup dengan mengeluarkan Rp 300.000, orang dapat mengakses internet dengan kecepatan 2Mb, sedangkan di Indonesia bagian timur, orang perlu mengeluarkan uang sebesar Rp 6 juta untuk bisa menikmati kecepatan yang sama. Ini adalah salah satu problem yang harus diperbaiki oleh pemerintahan baru,” papar Semuel dikutip dari sumber yang sama.

Harapan itu sendiri sebenarnya saat ini tengah mulai digalakkan. Dengan program Rencana Pitalebar Indonesia 2014-2019 yang belum lama ini telah diterbitkan secara resmi oleh presiden SBY, persebaran konsumsi internet yang merata dan terjangkau bisa terwujud. Begitu pula dengan jangkauan wilayah Indonesia timur, salah satu upayanya bisa terlihat dari langkah Telkom Internasional beberapa waktu lalu yang telah bergabung dengan konsorsium SEA-US. Konon, kerja sama ini bakal membentangkan jaringan internet dari wilayah Amerika Serikat, hingga wilayah Indonesia timur.

[ilustrasi foto: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Avi Tejo Bhaskoro. Ada perubahan pada judul dari artikel asli, tanpa mengubah maksud dan isi tulisan. 

Enam Perguruan Tinggi Indonesia Peroleh Izin Selenggarakan Kuliah Online

Mendukung pembangunan sistem pendidikan di Indonesia, Wakil Presiden Boediono secara resmi memperkenalkan kuliah online yang akan diimplementasikan di enam perguruan tinggi tanah air pada kesempatannya di kantor Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Rabu kemarin (15/10). Di antara enam perguruan tinggi tersebut, empat merupakan universitas negeri sedangkan dua sisanya merupakan universitas swasta yang fokus ke bidang teknologi informasi.

Diberitakan oleh Antara, Wapres Boediono sangat antusias menyambut kehadiran program ini yang digalakan sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar tanpa harus terkendala oleh ruang dan waktu. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai tulang punggung yang disusung Wapres Boediono nantinya juga mampu mengelola Data Pokok Pendidikan (Dapodik) yang juga diluncurkan pada kesempatan yang sama.

Dapodik sendiri merupakan suatu konsep pengelolaan data pendidikan yang bersifat relational dan longitudinal. Dengan begitu program-program perencanaan pendidikan menjadi lebih terarah. Dapodik dinilai mampu mempermudah penyusunan perencanaan, monitoring, dan evaluasi pembangun pendidikan. Nantinya, keberadaan dan identitas tenaga pendidik dapat ditelusuri.

“Kuliah dalam jaringan (daring) atau “online” itu bertujuan meningkatkan kemampuan dan pengetahuan bangsa Indonesia menjadi insan cerdas dan komprehensif, melalui belajar tanpa batas ruang dan waktu,” ujarnya, mengutip pemberitaan dari Antara (15/10).

Perihal izin, sejauh ini baru enam perguruan tinggi yang telah mendapatkan izin resmi untuk menyelenggarakan kuliah online yakni Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Institut Teknologi Sepuluh November, Universitas Gadjah Mada, STMIK AMIKOM Yogyakarta, dan Universitas Bina Nusantara.

Keenam perguruan tinggi tersebut dipersilakan menyelenggarakan kuliah online yang isi dan proses kuliahnya telah mengacu pada standar nasional pendidikan, dan standar internasional untuk e-learning.

Sebelumnya, praktisi IT kenamaan Indonesia, Onno Widodo Purbo, memiliki konsep kuliah online yang juga telah ia galakan belakangan ini. Melalui situsCyberlearning.web.id, Onno memberi kuliah IT online secara gratis kepada ratusan hingga ribuan mahasiswanya.

Merespon positif program kuliah online ini, Mendikbud Muhammad Nuh menyatakan bahwa kuliah online merupakan langkah terobosan untuk penyediaan pendidikan bermutu dan terjangkau bagi segenap bangsa Indonesia dalam waktu singkat dengan biaya yang relatif terjangkau.

Ada baiknya program ini dapat ditunjang oleh pemerintah dengan mempercepat proses pembangunan infrastruktur untuk menghadirkan akses Internet yang merata dan terjangkau di seluruh pelosok tanah air.  Tak hanya untuk pendidikan, akses Internet yang merata dapat membuka peluang-peluang dalam aspek lainnya.

[Ilustrasi foto: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DaiySocial dan ditulis oleh Michael Erlangga. 

Dompet Sehat Sediakan Platform Online Kelola Keuangan Pribadi

Di era teknologi maju seperti sekarang ini, kebutuhan pengaturan keuangan pribadi bisa dilakukan pula dengan mudah melalui perangkat teknologi terkini. Tersedia mulai dari rupa aplikasi hingga situs yang memungkinkan pengguna mengatur anggaran pengeluaran sekaigus mencatat pengeluaran ataupun pemasukan yang diterima. Seperti halnya pada situs Dompet Sehat, sebuah startup yang menjadi finalis dari ajang pencarian startup GITR ini menyediakan situs jasa layanan pengatur keuangan meski saat ini masih dalam tahap beta.

Meski masih dalam tahap pengembangan lebih lanjut, fungsi Dompet Sehat telah dapat digunakan secara prima, meski beberapa fungsi pendukung masih terdapat beberapa bug serta beberapa tautan yang belum dapat diakses. Menggunakannya cukup mudah, pengguna tinggal melengkapi form pendaftaran yang tersedia maka Dompet Sederhana langsung dapat digunakan. Tentu saja setelah pengguna memverifikasi akunnya lewat email yang dikirimkan.

Pengguna dapat menambahkan sumber uang yang dimiliki, semisal dari tabungan, dompet, ataupun sumber lain yang dapat disesuaikan dengan kondisi yang sebenarnya. Anggaran-anggaran seperti makan keluarga, bayar tagihan, transfer, dll dapat dialokasikan saat pertama kali menggunakan layanan ini. Nantinya pengguna tinggal mencatat pengeluaran yang dilakukan maka Dompet Sehat secara otomatis platformnya akan mengurangi dari pos anggaran yang sesuai.

Dompet Sehat juga dapat mengetahui jumlah rekening yang terdapat dalam tabungan penggunanya apabila pengguna menambahkannya dengan mengisi form login seperti pada layanan internet banking yang disediakan. Meski belum mendukung banyak bank, namun setidaknya nasabah bank BCA, BNI, dan Mandiri sudah dapat menambahkan data ke dalam akun Dompet Sehat yang dimiliki.

Dompet Sehat mengklaim, layanannya hanya membaca data dari rekening bank yang dimasukkan penggunanya. Seperti yang tertera dalam halaman FAQ, kegiatan yang dilakukan di Dompet Sehat pun dimonitor dan diverifikasi oleh TRUSTe, Verisign dan Hackersafe serta didukung keamanan RSA.

Dari sekian fungsi yang ditawarkan, Dompet Sehat memiliki peluang yang cukup baik untuk bisa bertumbuh dan diminati oleh banyak pengguna yang membutuhkan platform pengatur keuangan secara prima. Bagi Dompet Sehat, fokus pada perbaikan situs serta pembenahan bug yang masih muncul bisa jadi hal yang diprioritaskan oleh tim Dompet Sehat dalam waktu dekat. Sembari mengembangkan inovasi model bisnis demi menyempurnakan platformnya.

[ilustrasi foto: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Aditya Daniel.

Dengan Aplikasi SwaKita Warga Bisa Lapor Kondisi Sekitar Langsung Kepada Kelurahan

Menyusul inisiatif Pemprov DKI Jakarta beberapa waktu lalu dalam mengembangkan aplikasi pemantau lingkungan sekitar, inisiatif serupa ternyata juga diusung oleh salah satu penggiat startup lokal bernama Skydreem. Setelah memulai debutnya pada aplikasi media sosial Sirklet, kali ini Skydreem kembali tampil dengan aplikasi terbarunya, SwaKita. Aplikasi ini dirancang khusus untuk memudahkan warga dalam melaporkan kondisi terkini di lingkungan sekitar yang bisa disampaikan langsung kepada pihak kelurahan setempat.

SwaKita sangat cocok bagi masyarakat urban, masalah yang kerap timbul mulai dari tumpukan sampah, kriminalitas, jalan rusak, pipa pam bocor, wabah demam berdarah, tanah longsor, dan lain sebagainya bisa dilaporkan secara interaktif dalam aplikasi berbasis lokasi ini. Dalam tes singkat yang saya lakukan, kesan pertama yang didapat, SwaKita berfungsi layaknya aplikasi Waze yang melibatkan informasi antar pengguna namun dikemas dalam sebuah aplikasi platform pelapor lingkungan sekitar.

Mengapa saya katakan demikian? Fitur peta digital menjadi kunci utama penggunaan aplikasi ini agar informasi yang disebarkan dapat dengan mudah dikenali oleh pengguna lain. Persis seperti Waze yang banyak dimanfaatkan pengguna untuk memantau kondisi lalu lintas. Dalam SwaKita, semua laporan disajikan dalam peta yang diambil dari Google Maps dan dipadukan dengan pin ilustrasi yang memudahkan pantauan laporan pengguna.

Selain berfungsi untuk melapor kondisi sekitar, aplikasi ini juga bisa digunakan untuk memberi ulasan berbagai lokasi publik seperti restoran, tempat wisata dan sebagainya. Bahkan, menariknya dalam SwaKita pengguna juga bisa menandakan Circle of Interest di mana sebuah wilayah tertentu bisa ditandai dan dilengkapi dengan beragam informasi di dalamnya.

Bagaimana dengan fungsi laporan warga yang sempat disinggung di awal? Seperti informasi yang tertera di halaman Google Play Store, aplikasi SwaKita sendiri tersedia dalam dua versi, yakni SwaKita bagi warga dan satu lagi SwaKita yang khusus disediakan untuk pihak Lurah.

Kedua aplikasi ini beroperasi secara berkesinambungan, artinya misalkan Anda tinggal di wilayah Tebet, Jakarta Selatan dan ingin melaporkan keluhan di sekitar, keluhan Anda bisa tersampaikan apabila Lurah Tebet sudah mengunduh SwaKita yang telah disiapkan khusus untuknya. Di wilayah DKI Jakarta sendiri terdapat 268 kelurahan termasuk wilayah Kepulauan Seribu. Itu berarti, minimal jika aplikasi ini bisa berkontribusi terhadap perbaikan kondisi lingkungan, sebanyak 268 pimpinan Kelurahan wajib mengunduh dan menggunakan SwaKita.

Agak sedikit repot sebenarnya jika melihat implementasi tersebut, paling tidak jika aplikasi ini bisa berfungsi seperti tujuan awalnya, tim Skydreem sendiri mungkin bisa melakukan pendekatan lebih lanjut kepada pihak-pihak terkait agar mereka berminat menggunakan aplikasi ini sebagai media komunikasi kepada warganya.

Di samping itu, SwaKita sendiri ternyata juga baru bisa digunakan setelah pengguna membuat akun Sirklet sebagai basis akunnya, di satu sisi cara ini baik bagi Sirklet dalam menambah jumlah penggunanya, namun di sisi lain cara ini mungkin bisa membuat pengguna enggan untuk memakainya. Ada baiknya jika SwaKita bisa terbuka untuk platform media sosial lain agar persebaran informasinya bisa menjangkau banyak pengguna secara luas.

[ilustrasi foto: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Avi Tejo Bhaskoro.