Marketplace Aplikasi Advan Store Telah Miliki 150 Ribu Konten

Vendor perangkat lokal, Advan, telah merambah ke bidang perangkat lunak demi menunjang penjualan smartphone mereka. Dengan mengembangkanmarketplace aplikasi Android milik mereka, Advan Store dianggap akan menjadi kompetitor langsung maupun tak langsung dari Samsung Galaxy Store dan Baidu Mobomarket. Tak cukup sampai di situ, pengembang lokal dikabarkan antusias memasarkan karyanya melalui Advan Store.

Menurut data Informa Telecoms & Media seperti yang dilansir dari Indotelko pada hari Minggu kemarin (12/10), Indonesia masuk ke urutan 15 besar sebagai negara yang mampu mendorong pertumbuhan layanan data Value Added Service (VAS) di dunia berdasarkan penilaian potensi pasar yang baik untuk aplikasi dan konten. Memanfaatkan potensi tersebut, Advan turut mewadahi para pengembang lokal beserta karyanya untuk dipasarkan dalam skala nasional dalam sebuah marketplace aplikasi Android bernama Advan Store. Hal ini disambut baik oleh para tim pengembang lokal yang turut mengambil andil dalam tahap perancangannya yaitu Fotodroid, Saung Bandung, dan Oohm.

“Advan Store sebagai toko aplikasi menjadi nilai lebih produk kami di mata konsumen. Soalnya kita sama-sama bersaing di harga, tentu harus ada pembeda,” ungkap Direktur Marketing Advan Tjandra Lianto, mengutip dari Indotelko (11/10).

Advan Store sendiri merupakan marketplace aplikasi eksklusif yang hanya tersedia di seluruh perangkat Advan. Vandroid S5J dikabarkan akan menjadi produk pertama Advan yang akan kebagian aplikasi Advan Store secara default. Selanjutnya Advan Store secara pre-installed akan hadir di semua perangkat buatannya. Persis dengan Baidu MoboMarket, Advan Store memudahkan para penggunanya untuk mengunduh dan menggunakan aplikasi tanpa harus repot melakukan registrasi. Pihak Advan mengklaim bahwa Advan Store kini telah memiliki 150 ribuan aplikasi game dengan jumlah unduhan telah mencapai ribuan kali.

Lebih lanjut, Tjandra Lianto menjamin keamanan dan kenyamanan para pengguna perangkat Advan dan Advan Store nantinya. Jaminan tersebut diperkuat dengan terujinya aplikasi dan konten yang disediakan oleh Advan Store telah melalui serangkaian uji coba oleh tim pakar di Shenzhen, Tiongkok.

Skema Baidu MoboMarket juga dijalani oleh Advan Store dengan menyediakan metode pembelian aplikasi berbayar dengan cara potong pulsa (carrier billing). Sistem pembayaran yang lebih mudah ini memang dianggap lebih efisien ketimbang penggunaan kartu kredit.

“Ekosistem perangkat akan terus berkembang dengan lahirnya aplikasi baru. Di masa depan aplikasi akan menjadi industri yang menarik setelah pengguna smartphone semakin merata,” ucap Tjandra Lianto di kesempatan yang sama.

[Ilustrasi foto: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Michael Erlangga. 

RightHere Messenger Tawarkan Layanan Pesan Instan Untuk Komunitas

Dominasi aplikasi pesan instan asal luar negeri nampaknya tidak membuat pengembang lokal pasrah tanpa perlawanan. Setelah sebelumnya hadir LINE dari Jepang, KakaoTalk dari Korea, WeChat dari Tiongkok, dan WhatsApp dari AS, kini hadir RightHere Messenger besutan tim Right Here Media yang berusaha menjembatani brand dan pelanggan.

RightHere Messenger mungkin bukan aplikasi pesan instan pertama buatan lokal. Sebelumnya telah ada beberapa pendahulunya, termasuk Stealth Messenger yang merilis aplikasi mereka di platform Android. Persis seperti Stealth Messenger dan Telegram, RightHere Messenger mengklaim memiliki tingkat keamanan yang lebih baik ketimbang kompetitor lainnya.

Yang unik dari RightHere Messenger adalah menjembatani brand dan pelanggan. Aplikasi ini juga mewadahi berbagai macam komunitas memanfaatkan fitur-fiturnya

Seperti biasa, sebelum menggunakan aplikasi ini pengguna diwajibkan mendaftarkan nomor ponsel untuk verifikasi. Perlu diberi catatan, petunjuk aplikasi yang mengharuskan pengguna untuk tidak memasukkan nomor negara (Indonesia +62) ternyata salah. Saya tetap harus memasukkan angka “0” di depan kemudian dilanjutkan oleh keseluruhan nomor ponsel. Setelah itu masukkan kode verifikasi yang telah dikirim via SMS.

Fitur sosial di aplikasi pesan instan ini memungkinkan sebuah brand meningkatkan tingkat engagement mereka ke pada para pelanggan dengan lebih baik. Berbeda dengan grup chat, RightHere Messenger memiliki channel yang memungkinkan di-subscribe oleh para pelanggannya. Penawaran khusus tentunya dijanjikan bagi mereka yang mengikuti brand tersebut. Mungkin ini menjadi opsi yang baik ketimbang mendapatkan pesan personal berisi promo yang kerap dianggap mengganggu. Sepintas yang ditawarkan mirip dengan yang sudah dihadirkan oleh LINE dan KakaoTalk melalui akun Official Accounts dan Plus Friend.

Setiap pengguna juga dapat membuat sebuah channel. Komunikasi di dalam suatu channel tersebut dapat dimoderasi oleh pembuat channel atau orang-orang tertentu (moderator) yang dipilih oleh pembuat channel. Skema tersebut diberlakukan demi menghindari obrolan yang tidak diinginkan. RightHere Messenger juga bisa memberlakukan channel layaknya group chat di aplikasi pesan instan lainnya.

Sejauh ini, kemudahan kustomisasi yang ditawarkan oleh RightHere Messenger hanya seputar pada wallpaper dan theme saja. Sayangnya, pergantian wallpaper bukanlah suatu fitur yang inovatif. Nyaris semua kompetitor RightHere Messenger telah memiliki opsi tersebut. Untuk theme, RightHere Messenger hanya memiliki dua tema yaitu hitam dan putih.

Saat ini RightHere Messenger telah hadir di platform Android dan iOS.

[Ilustrasi foto: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Michael Erlangga. 

Liputan Acara Kunjungan Pendiri Facebook di Indonesia

Pendiri Facebook dan inisiator Internet.org Mark Zuckerberg mengunjungi Indonesia dalam melanjutkan kampanye perluasan penggunaan Internet secara global untuk menjangkau dua pertiga penduduk dunia yang belum terhubung ke jaringan Internet secara maksimal. Bersama dengan Ericsson sebagai partner global dan XL Axiata (XL) sebagai partner lokal, Facebook dalam Internet.org berinovasi dengan meningkatkan kinerja jaringan untuk app coverage hingga 70% di Indonesia.

Mark Zuckerberg dalam sambutannya mengatakan, “Yang ingin dilakukan oleh Internet.org adalah membantu setiap orang di dunia memperoleh akses terhadap hak dasar Internet secara terjangkau. Secara global, hanya sekitar sepertiga masyarakat dunia saat ini yang terhubung dengan Internet dan dua pertiganya belum. Ada banyak halangan untuk mencapai hal ini. Suatu tempat memiliki halangan teknis infrastruktur, di tempat lain infrastruktur ada tetapi mereka tidak mampu secara ekonomi untuk menjangkaunya, ada pula penghalang sosial budaya misalnya tidak ada konten dalam bahasa lokalnya. Kali ini kita akan fokus ke penghalang ekonomi.”

Lebih lanjut Mark menambahkan dalam sesi tanya jawab dengan media, “Jika setiap perusahaan dan orang di Indonesia terkoneksi dengan Internet, maka masyarakat akan memperoleh akses yang lebih baik terhadap berbagai barang dan jasa, perusahaan dapat melayani konsumen dengan lebih baik, kegiatan bisnis akan menjadi lebih efisien, dan secara umum kemakmuran negara akan berkembang dengan sangat baik.”

Menurut Mark ada banyak kebudayaan dan inovasi di Indonesia yang akan sangat diuntungkan, jika sudah terhubung dengan Internet, karena memiliki kesempatan berbagi dengan seluruh dunia.

Berbeda dengan di India yang menghadirkan kontes tantangan inovasi dengan hadiah hingga $250,000, kegiatan workshop di Indonesia lebih menitikberatkan bagaimana pengembang, terutama pengembang lokal, menciptakan aplikasi mobile yang teroptimasi untuk jaringan seluler. Internet.org percaya bahwa titik berat peningkatan kinerja jaringan dan pengalaman pelanggan di jaringan seluler yang lebih baik adalah kunci kesuksesan program ini di Indonesia.

Saat ini 75% pengguna seluler di Indonesia berada di jaringan 2G GSM/EDGE. XL sendiri mengungkapkan bahwa di tahun 2013 trafik data melonjak sebesar 142 persen berkat separuh pelanggannya yang telah terhubung dengan konektivitas Internet. XL secara total memiliki 62,9 juta pelanggan.

Optimalisasi yang dihasilkan melalui proses yang dilakukan oleh Facebook, Ericsson, dan XL berupa jumlah koneksi yang berhasil diselesaikan (connection completed) dalam tiga detik meningkat hingga 70%, time to content meningkat hingga 70%, dan upload time meningkat hingga 50%.

CEO XL Hasnul Suhaimi menyebutkan, “Ini adalah pertama kalinya di dunia, operator, provider, teknologi jaringan, dan provider aplikasi bekerja sama dalam satu proyek. XL bangga telah dipilih oleh Facebook sebagai mitra operator di Indonesia. Kami yakin bahwa app coverage merupakan hal yang penting dan yang terlihat dalam menggunakan aplikasi Facebook pada network-wide statistics telah terbukti menjadi cara yang inovatif dan efisien untuk mendeteksi dan memberikan kesempatan dalam mengoptimalkan jaringan telekomunikasi dan aplikasi. “

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Amir Karimuddin. Ada perubahan judul dari artikel asli tanpa mengubah maksud dan isi tulisan. 

Lacak Waktu Yang Terbuang Di Jalan Dengan Aplikasi Road Mark

Hidup di kota yang memiliki kondisi lalu lintas yang buruk seperti Jakarta membuat segalanya menjadi kurang efektif dan efisien, apalagi bagi mereka yang perlu sering berpindah tempat untuk urusan produktivitas. Tak hanya waktu yang terbuang, tetapi juga tenaga dan biaya. Road Mark adalah aplikasi yang bisa mengetahui berapa lama waktu yang dihabiskan di jalan. Terlihat sepele, tapi siapa tahu ada yang membutuhkannya.

Road Mark buatan Dian Agus Triadi ini tersedia gratis di App Store. Skema in-app purchase pun juga hadir dalam aplikasi bagi yang ingin mendapatkan data statistik lebih lengkap. Aplikasinya sendiri mudah untuk digunakan dan tak memerlukan pengaturan yang rumit. Road Mark menggunakan gesture baseduntuk navigasi antar menu. Sayangnya, implementasi gesture di Road Mark sedikit membingungkan. Pasalnya ketika kita swipe ke arah kanan, menu di Road Mark malah bergeser ke arah sebaliknya.

Tampilan aplikasinya sendiri cukup menarik dan simpel. Pada tampilan awal aplikasi terdapat informasi waktu terkini dan sebuah timer yang dapat kita jalankan sewaktu akan berpergian. Road Mark akan memberikan sebuah pengingat yang dapat diatur sehingga penggunanya tak lupa untuk mematikan penghitung waktu apabila sudah sampai di tujuan.

Reminder ini dapat diatur hingga 1,5 jam tergantung jarak yang akan ditempuh oleh pengguna. Skip saja jika tak ingin menambahkan pengingat saat memulai penghitung waktu. Road Mark sendiri belum dapat secara otomatis menonaktifkan pengingat dan tetap memberikan notifikasi meski penghitung waktu telah dimatikan.

Road Mark juga menyediakan fitur geo-tagging sehingga antar pengguna dapat saling membandingkan jumlah waktu yang dimilikinya. Data dari setiap waktu yang kita habiskan di jalan dapat diketahui dari menu Statistics. Terdapat informasi berapa jam waktu yang telah kita habiskan di jalan dan juga persentasenya yang dapat kita lihat baik harian atau dalam jangka waktu mingguan.

Tak lupa Road Mark juga menyediakan fitur berbagi ke media sosial Twitter atau Facebook, sehingga setiap pengguna aplikasi ini bisa membandingkan siapa yang waktunya paling terbuang setiap hari di jalan.

Kembali ke premis awal, apa yang dihadirkan oleh Road Mark mungkin sepele. Aplikasi ini hanya menghitung berapa lama waktu yang dihabiskan di jalan dan berapa persen hal tersebut membuang waktu dalam hidup kita. Menurut kami, data yang diperoleh dari aplikasi seperti ini sesungguhnya bisa dikumpulkan dan bisa dikaji lebih lanjut oleh pihak yang berwenang sebagai acuan tentang bagaimana memperbaiki sistem transportasi dan menjadi benchmarkbagaimana sesungguhnya waktu ideal yang dibutuhkan untuk bepergian secara harian, mingguan, bahkan bulanan.

[Ilustrasi foto: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Aditya Daniel. 

Stealth Messenger Ingin Jadi Telegram-nya Kaum Profesional di Indonesia

Meskipun banyak layanan messaging global, seperti BlackBerry Messenger, WhatsApp, atau Line, yang menikmati kepopuleran di Indonesia, bisa dibilang tidak ada platform messaging lokal yang menikmati kesuksesan serupa. Stealth Messenger hadir berupaya menawarkan kenyamanan berkirim pesan yang didukung oleh teknologi keamanan yang tinggi. Beberapa fiturnya mengingatkan kita akan Telegram.

Dibangun oleh Rockliffe Systems yang telah berpengalaman berkecimpung di dunia teknologi email dan messaging, Stealth memberikan pengalaman private secure messenger yang bakal menyulitkan siapapun untuk mengakses percakapan tanpa izin. Stealth dilengkapi dengan fungsi password dan tidak menyimpan pembicaraan di server manapun karena data dienkripsi dan disimpan di perangkat. Menurut situsnya, Stealth mengenkripsi dengan teknologi enkripsi AES/EAX dan menggunakan fungsi derivatif password PBKDF.

Jika kita berusaha membukanya tanpa “kunci” yang tepat, yang terlihat hanyalah deretan kata-kata tak bermakna. Stealth juga memudahkan kita untuk “menghapus” suatu percakapan setelah durasi tertentu menggunakan fitur “burnt”. Saat ini aplikasi tersebut telah tersedia untuk platform Android dan menyusul berikutnya untuk platform iOS.

CEO Rockliffe Systems Indonesia Igusti Manik Sugiyani dalam perbincangannya dengan DailySocial menginginkan Stealth bisa dinikmati masyarakat luas sebagai sumbangsih Indonesia bagi perkembangan teknologi komunikasi. Jika Jepang punya Line, Korea Selatan berbangga dengan Kakao Talk, dan Tiongkok mendukung penggunaan WeChat, siapa tahu Stealth bisa jadi kebanggaan Indonesia. Stealth dibangun oleh tim pengembang yang berbasis di Amerika Serikat dan Indonesia.

Tentu saja Stealth tidak dihadirkan untuk menggantikan platform komunikasi populer tersebut. Stealth cukup digunakan saat penggunanya butuh berkomunikasi secara aman. Manik berharap fitur-fitur keamanan ini bisa menarik perhatian konsumen untuk menggunakannya, terutama jika membicarakan tentang data sensitif.

Meskipun perbandingannya tidak apple-to-apple, Stealth bisa diibaratkan seperti Telegram, yang makin populer sebagai platform messaging alternatif, tapi dengan fitur keamanan paripurna. Baik Telegram maupun Stealth fokus di urusan keamanan dan mampu menghapus suatu berkas yang dibagikan setelah durasi tertentu. Stealth menawarkan fitur keamanan yang lebih luas ketimbang Telegram. Target pasar utama Stealth sendiri adalah kaum profesional secara perorangan, bukan terkait suatu sistem korporasi.

Secara teknologi, menurut saya Stealth cukup mumpuni untuk membantu seorang pengguna menyimpan berbagai data, baik percakapan maupun berkas, secara aman dan bebas gangguan privasi. Yang jadi permasalahan memang apakah orang Indonesia menyukai dan memerlukan fitur seperti ini, apalagi kecenderungannya orang Indonesia kurang peduli dengan privasi. Test case secara langsung bakal menentukan penerimaan Stealth di masyarakat, apakah memang Stealth menawarkan sesuatu yang benar-benar dicari oleh konsumen Indonesia.

[Ilustrasi foto: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Amir Karimuddin. 

Indosat Luncurkan Batikology Sebagai Portal Digital Batik Pertama di Indonesia

Indosat semakin jeli melihat pasar dunia digital. Setelah berinisiatif memberi dukungan terhadap ekosistem startup teknologi Indonesia sambil juga mengembangkan platform e-commerce miliknya, bertepatan dengan momen perayaan Hari Batik Nasional yang jatuh pada 2 Oktober kemarin, Indosat belum lama ini baru saja meluncurkan portal digital bernama Batikology. Sesuai namanya, portal ini berisi konten menarik apa saja yang berkaitan dengan batik, tujuannya tentu agar batik semakin mendunia.

Sebagai bentuk dukungan terhadap warisan budaya Indonesia, Batikology dikembangkan sebagai portal berbasis user generated content (UGC) yang otomatis mengajak seluruh pengguna untuk berkontribusi langsung dalam mengenalkan batik ke seluruh dunia lewat portal online. Portal ini diklaim sebagai portal pertama di Indonesia yang concern dalam hal ini.

“Peluncuran portal digital Batikology ini merupakan cara kami mengekspresikan nasionalisme dan rasa cinta kami terhadap negeri. Apalagi Batikology menjadi user generated content portal batik pertama di Indonesia dan di dunia. Kami juga bangga dapat menjadi bagian dari pelestarian batik Indonesia sebagai salah satu warisan budaya bangsa. Hal ini kami wujudkan dengan Penyerahan Donasi Batik untuk kemajuan industri Batik di Indonesia,” ucap keterangan Alexander Rusli, Presiden Direktur & CEO Indosat yang dimuat dalam siaran pers.

Demi memuluskan misi dukungannya tersebut, Batikology mengandalkan tiga fitur utama yaitu Batik Spot yang memungkinkan pengguna untuk memberi rekomendasi tempat penjual batik favorit kepada teman dengan fungsi check-in. Kemudian, fitur Batiknowledge yang dipasang sebagai fitur berbagi konten pengetahuan seputar batik, mulai dari ragam tipe batik di Indonesia hingga tips seputar batik yang bermanfaat bagi pengguna lain. Terakhir, fitur Galeri Batik tak ketinggalan disematkan sebagai kanal khusus pengguna untuk “ajang pamer” foto-foto yang bertemakan batik.

Selain tiga fitur utama tadi, dalam Batikology juga disertakan shortcut yang menuju ke halaman ilovebatik.org. Situs terpisah ini merupakan informasi lanjut seputar dukungan Indosat dalam memajukan karya batik dari Indonesia. Dalam situs ini pengguna bisa memantau informasi pengetahuan soal batik sekaligus juga bisa langsung memberikan dukungan melalui tweet yang juga bisa dilakukan di dalamnya.

Walau dikembangkan sebagai situs yang tidak bermuatan bisnis di dalamnya, kehadiran Batikology jelas menambah satu lagi daftar portfolio Indosat dalam mulai merambah dunia digital sebagai salah satu fokus pengembangan bisnis yang dijalaninya sekarang. Menariknya, jika diperhatikan lebih lanjut, dalam kiprahnya di dunia digital, Indosat terlihat kerap kali melakukan berbagai pendekatan lokal, contohnya seperti pada situs e-commerce Cipika Store miliknya yang fokus melayani penjualan produk-produk dalam negeri, begitu pula dari Batikology ini yang juga mengangkat tema karya asli Indonesia.

[ilustrasi foto: Flickr | Rahiman Madli]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Avi Tejo Bhaskoro.

Opera Mini Miliki Tiga Puluh Juta Pengguna Aktif di Indonesia

Opera mengumumkan bahwa mobile browser andalannya Opera Mini digunakan oleh lebih dari tiga puluh juta pengguna setiap bulannya (monthly active users). Jumlah tersebut menempatkan Indonesia sebagai pengguna Opera Mini kedua terbesar di dunia setelah India. Seperempatnya merupakan pengguna smartphone, terutama Android. Angka ini naik 2,5 kali lipat ketimbang tahun lalu.

Tidak bisa kita pungkiri bahwa meskipun tren teknologi sudah bergeser ke adopsi smartphone, Opera Mini tetap mendapat tempat karena teknologi kompresinya. CEO Opera Software Lars Boilesen dalam rilis persnya menyebutkan, “Semakin banyak penduduk Indonesia yang terhubung dengan Internet melalui perangkat mereka, dan kami percaya bahwa Opera Mini adalah perangkat browser tercepat dan paling mudah digunakan yang tersedia di pasar.”

Temuan Opera menyebutkan bahwa usia rata-rata pengguna Opera Mini di Indonesia adalah 24 tahun, dengan 4 dari 10 pengguna masih duduk di bangku sekolah atau universitas. Selain itu meskipun masih dikuasai oleh pengguna feature phone, adopsi Opera Mini di ranah smartphone ternyata tetap fantastis.

Terdapat kenaikan 154% untuk penggunaan smartphone, dengan pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Android yang mencatat angka 156% dan disusul oleh iOS sebesar 71%. Meskipun popularitas BlackBerry terus menurun, ternyata penggunaan Opera Mini di platform ini mencapai peningkatan 54% selama setahun terakhir.

Lebih jauh, hampir separuh (tepatnya 42%) pengguna Opera Mini di Android menggunakan merk Samsung. Berturut-turut di belakang Samsung adalah Advan, Sony, Smartfren, dan Evercoss dengan pembagian kue yang tidak terlalu jauh.

Untuk feature phone sendiri, yang sesungguhnya masih mendominasi, masih dikuasai oleh ponsel-ponsel Nokia. Opera sendiri baru saja menjalin kerja sama dengan Microsoft Mobile (dahulu Nokia) untuk menjadikan Opera Mini sebagai default browser bagi jajaran ponsel non-Lumia.

Terkait dengan pemilihan presiden yang baru saja berlalu, Opera mencatat statistik bahwa konten yang terkait dengan hukum, pemerintahan, dan politik mendominasi penggunaan browser di antara konsumen Opera Mini di Indonesia. Terdapat 59% pengguna aktif yang berusaha mencapai informasi terkini di segmen tersebut.

Seperti dugaan kami sebelumnya, portal berita mendapatkan berkah sepanjang penyelenggaraan pesta demokrasi ini. Opera menyebutkan lima portal berita yang paling sering diakses adalah Detik, Liputan 6, Kompas, Tribun News, dan Merdeka.

Liputan 6 dan Tribun News memperoleh peningkatan terbesar ketimbang tahun sebelumnya. Secara rata-rata, setiap pengguna Android di Indonesia membuka 1225 halaman menggunakan Opera Mini untuk mengakses informasi selama masa pemilihan presiden.

Melihat segmen pengguna Opera Mini, tak heran jika mereka membidik pengguna entry level smartphone dengan pengeluaran bulanan untuk paket data tidak terlalu besar. Kemampuan kompresi Opera Mini yang diklaim mencapai 90% akan memudahkan konsumen mengakses lebih banyak halaman dengan konsumsi data yang lebih hemat.

Untuk menjangkau lebih banyak masyarakat Indonesia bergabung secara online, Growth Director Opera Asia Ivollex Hodiny menyebutkan ada tiga strategi yang mereka lakukan untuk mengajak non-pengguna.

Strategi tersebut adalah paket data khusus Opera Mini yang terjangkau bersama operator seluler, berkolaborasi dengan para partner termasuk skema pre-installed dengan vendor smartphone lokal, dan adanya community meetup. Opera bahkan menggandeng Calvin Jeremy sebagai Brand Ambassador, sesuatu yang pertama kali dilakukan oleh Opera untuk mempromosikan produknya di suatu negara.

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Amir Karimuddin. 

Mindtalk dan Bolalob Resmi Hadirkan Platform Media Sosial Sepakbola Soccertalk

Layanan media sosial Mindtalk dan media online yang membahas sepakbola dan futsal Bolalob bergandengan untuk menghadirkan suatu platform media sosial khusus yang membahas soal sepakbola Soccertalk. Peluncuran ini juga didukung oleh LOOP Telkomsel yang menyasar segmen anak muda. Di kesempatan ini Mindtalk juga memperkenalkan Abang Edwin selaku VP Operations Mindtalk yang baru.

Soccertalk sendiri sempat kami bahas panjang lebar fitur-fiturnya saat soft launch-nya bulan lalu. Tersedia untuk platform Android, Soccertalk adalah aplikasi media sosial unik yang yang didesain khusus untuk penggemar sepakbola dan komunitas setiap klubnya. Soccertalk juga menyajikan konten-konten sepakbola, baik dalam maupun luar negeri.

Soccertalk boleh dibilang merupakan produk aplikasi yang meringkas seluruh fungsi media sosial berbasis interest milik Mindtalk dengan dukungan media dan komunitas sepak bola yang dibawa oleh Bolalob. Tidak hanya untuk berdiskusi, nantinya Soccertalk juga bisa digunakan untuk berjualan pernak-pernik yang berkaitan dengan sepakbola.

Seperti diungkapkan oleh Head of Community Soccertalk Audry Sianturi, dalam waktu sebulan ini Soccertalk telah diunduh lebih dari 4000 kali dan telah menggandeng 10 komunitas sepakbola resmi yang terafiliasi dengan klub idolanya. Audry juga menjanjikan kehadiran Soccertalk di platform iOS dalam waktu dekat. Ketersediaannya di platform Android merupakan hasil aspirasi bahwa penggiat komunitas sepakbola memang paling banyak menggunakan platform buatan Google tersebut.

Audry mengatakan, “Saya berharap Soccertalk ini dapat menjadi Google-nya anak bola.”

GM Community Planning & Solution Telkomsel Reyhan dalam rilis persnya mengatakan, “Kami sangat mendukung hadirnya aplikasi buatan lokal, dan melihat animo yang sangat tinggi dari anak-anak muda Indonesia terhadap sepakbola, maka kami harap aplikasi ini dapat menjadi rujukan mereka dalam mendapatkan berbagai informasi menarik seputar sepakbola.”

Terkait dengan model bisnis Mindtalk dan rencana spin off platform media sosial niche seperti Soccertalk, Co-Founder dan CEO Mindtalk Danny Wirianto dalam acara peluncuran Soccertalk menyebutkan bahwa ke depannya PT Ansvia (perusahaan yang menaungi Mindtalk) memiliki rencana untuk menerbitkan sejumlah media sosial niche, seperti Woman Talk atau Bandung Talk. Kehadiran platform khusus seperti ini diharapkan bisa membuat orang Indonesia berkomunikasi dengan lebih mudah dan fun.

Disclosure: Trenologi adalah bagian dari DailySocial yang bersama Mindtalk serta Bolalob diinkubasi oleh Merah Putih Inc.

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Amir Karimuddin. 

Dicari! Country Manager Untuk Path di Indonesia

Path, startup jejaring sosial asal AS dirumorkan akan segera membuka kantor operasional di Jakarta. Rumor ini diperkuat dari munculnya sebuah lowongan kerja di situs resmi Path yang mencari Country Manager untuk Indonesia, dan termasuk dalam salah satu tanggung jawabnya adalah untuk membangun tim marketing dan business development di Indonesia.

Menurut lowongan tersebut, Path mencari Country Manager yang nantinya bertanggung jawab untuk terus meningkatkan pertumbuhan pengguna Path di Indonesia, monetisasi, dan juga untuk bekerjasama dengan agensi PR lokal. Path mencari kandidat yang mengerti betul seluk beluk pasar Indonesia, pengalaman di bidang social/mobile/e-commerce, serta kemampuan marketing dan relasi publik.

Meskipun berbasis di AS, Path memang mengalami kesulitan untuk menumbuhkan jumlah pengguna aktifnya di AS. Mirip seperti BlackBerry dan Multiply, Path juga justru besar di luar negara asalnya dan mendulang popularitas di kalangan konsumen Indonesia. Tidak heran jika akhirnya perusahaan asal Indonesia juga-lah yang justru menanamkan dana investasi di startup tersebut.

CEO Path, Dave Morin mengakui bahwa pasar Indonesia memang sangat penting bagi perkembangan Path yang saat ini. Seperti yang sudah pernah disebutkan sebelumnya, dari 20 juta pengguna Path di seluruh dunia, 4 juta di antaranya berasal dari Indonesia. Dua negara pengguna Path terbesar adalah Indonesia dan Amerika Serikat. Lebih lanjut Morin memberikan data statistik bahwa 70% pengguna Path di Indonesia menggunakan platform Android, sementara sisanya menggunakan iOS.

Tertarik untuk apply sebagai Country Manager Path? Silahkan coba-coba lihat lowongan resminya disini.

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Rama Mamuaya. 

LEVEL InD Rilis Aplikasi Permainan Puzzle Linken

Memulai sebuah proyek perdana bagi sebuah studio game umumnya memberikan pemakluman terhadap kekurangan. Menariknya hal tersebut nampaknya tidak terlalu berpengaruh bagi LEVEL InD selaku pengembang permainan puzzle yang berjudul Linken. Aplikasi pertama mereka berhasil menarik decak kagum atas tampilan grafis menarik ditambah komposisi musik yang baik.

LEVEL InD memiliki filosofi keselarasan, antara konsep, seni, dan pemrograman, untuk menghadirkan pengalaman yang menarik bagi pemainnya mengeksplorasi dunia digital dalam bentuk sebuah permainan di perangkat mobile. Berbasis di Jakarta, LEVEL InD beranggotakan tiga orang yaitu Herri sebagai artis, Niko sebagai desainer, dan Yulius sebagai programmer, mereka menciptakan Linken sebagai game puzzle sederhana dengan tampilan flat yang sangat memukau.

Dengan tampilan grafis secantik itu, tak ayal jika aplikasi Linken telah diunduh secara gratis hingga ribuan kali sejak pertama kali rilis pada tanggal 25 September 2014 silam. Model bisnis yang mereka jalankan ialah dengan menyisipkan iklan di tengah pergantian antar babak saat game berlangsung dan skema in-app purchase. Tidak main-main, LEVEL InD menyiapkan 10 tingkat permainan dengan masing-masing tingkat memiliki 40 babak untuk diselesaikan, sehingga menghadirkan total 400 babak yang harus pengguna selesaikan. Sayangnya, beberapa babak terasa familiar dalam metode penyelesaiannya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Konsep yang ditawarkan mungkin sangat sederhana. Pengguna diwajibkan menghubungkan antar objek berdasarkan jalur yang hanya bisa dilalui sekali saja. Peraturannya adalah titik awal dan akhir haruslah obyek serupa yang menyala dengan melalui obyek-obyek lain yang tidak menyala. Syarat tersebut harus dipenuhi untuk bisa melanjutkan diri ke babak berikutnya. Semakin tinggi level yang dilalui, semakin rumit juga permainan yang harus diselesaikan.

Meski tersedia secara gratis dengan disisipi iklan, Linken menawarkan in-app purchase untuk menghilangkan iklan tersebut secara permanen dengan harga $ 1.99 atau sekitar Rp 23 ribu. Tawaran lain ialah penggandaan bonus poin di setiap akhir babak dan pembelian poin dalam jumlah yang bervariatif. Poin bisa dimanfaatkan para pengguna untuk membeli sebuah solusi yang bisa digunakan saat pengguna sudah merasa buntu untuk menyelesaikan suatu permainan.

Bila tidak ingin melakukan pembelian apapun, pemain Linken jangan khawatir. Permainan ini turut menyediakan banyak poin gratis untuk pengguna. Syaratnya adalah menyaksikan iklan yang disajikan oleh Linken hingga selesai. Lima ratus poin akan diberikan secara cuma-cuma dalam rentang waktu yang telah ditentukan oleh Linken.

Jika saya harus melakukan pembelian, tentu saja harga Rp 23 ribu merupakan kelayakan untuk menghindari iklan yang mengganggu secara permanen, terlebih lagi kualitas user-interface dan kuantitas  400 babak menjadikan harga tersebut sangat masuk akal. Mungkin sepintas konsep permainan ini mirip dengan Lyne, namun sekali lagi grafis dan komposisi musik yang dihadirkan oleh Linken jauh lebih baik.

Linken untuk Android dapat diunduh secara gratis di Google Play Store, sedangkan untuk iOS dikabarkan akan segera tersedia dalam waktu dekat.

[foto: Linken]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Michael Erlangga.