Data Global Web Index Tunjukkan Indonesia Masih Jawara Media Sosial di Tahun 2014

Meskipun Indonesia bukan pengguna terbesar di berbagai media sosial dalam hal populasi, data yang dikumpulkan Global Web Index dalam laporan “15 Trends for 2015″ menunjukkan bahwa pengguna Indonesia masih menjadi jawara media sosial di tahun 2014 karena tingginya angka kepemilikan akun media sosial. Persentase kepemilikan akun media sosial untuk tiga media populer adalah yang terbesar secara global.

Menurut data tersebut, Indonesia memimpin persentase pengguna media sosial untuk Facebook, Twitter, dan Google+. Disebutkan bahwa 96% pengguna Internet di Indonesia memiliki akun Facebook, 84% memiliki akun Twitter, dan 83% memiliki akun Google+. Tidak ada negara lain di dunia yang sedominan Indonesia untuk hal persentase kepemilikan akun media sosial terhadap jumlah pengguna Internet.

GWI

Vietnam misalnya memiliki angka kepemilikan akun Facebook dan Google+ yang tinggi, tapi Twitter tidak populer di negara tersebut. Sebaliknya Saudi Arabia memiliki minat kepemilikan akun Twitter yang sangat tinggi, sementara untuk Facebook dan Google+ tidak mendominasi, meskipun masih tercakup dalam deretan 10 besar dunia.

Secara umum, kebanyakan pengguna media sosial terletak di negara-negara berkembang Asia dan Amerika Selatan yang memiliki banyak penduduk berusia muda, sementara ada kecenderungan persentase kepemilikan akun media sosial yang lebih rendah untuk negara-negara maju. Yang menarik, Jepang yang cenderung rendah dalam kepemilikan akun media sosial malah menunjukkan Twitter sedikit lebih populer ketimbang Facebook.

Angka rendah ditunjukkan Tiongkok mengingat kebanyakan media sosial asing diblok oleh pemerintah dan hal tersebut menyuburkan kehadiran media sosial lokal.

[Gambar header: Social Media via Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Amir Karimuddin. 

Kantor Yahoo! Indonesia Resmi Tutup Akhir Tahun Ini

Kabar akan ditutupnya kantor Yahoo di sejumlah kawasan Asia Tenggara, termasuk di Indonesia akhirnya menjadi kenyataan. Pihak Yahoo Asia Tenggara membenarkan rumor yang selama ini beredar bahwa Yahoo akan menutup kantornya di Indonesia akhir tahun ini. Sebelumnya, artikel TechCrunch mengungkapkan bahwa kantor Yahoo Vietnam di Ho Chi Minh City sudah ditutup lebih dahulu pada kuartal ketiga tahun 2014.

Pernyataan resmi Yahoo Asia Tenggara menyebutkan, “Kami telah memberitahu karyawan kami di Indonesia bahwa kami telah membuat keputusan yang sulit untuk menutup kantor pada akhir tahun. Keputusan ini merupakan bagian dari upaya global Yahoo untuk merampingkan operasi yang akan membantu kita menjalankan (operasional) dengan cepat dan memberikan efisiensi lebih, kolaborasi dan inovasi.

Indikator awal bahwa bisnis Yahoo di Indonesia tidak lagi menjadi prioritas, sebenarnya bisa dilihat sejak pengunduran diri Roy Simangunsong sebagai Country Manager dan Sales Director Yahoo Indonesia akhir Januari lalu yang tak lagi diisi. Selain itu selentingan rumor perampingan Yahoo! yang akan memangkas biaya operasinya di Asia untuk lebih fokus ke pasar A.S. dan akan memusatkan operasinya di Asia Tenggara ke Singapura dapat dikatakan sebagai alasan lainnya.

Pihak Yahoo juga menyampaikan terima kasih kepada karyawannya di Indonesia atas semua kerja keras mereka dan kontribusi terhadap Yahoo selama bertahun-tahun ini. Mereka juga memastikan untuk tidak sepenuhnya keluar dari pasar Indonesia meskipun kantor Yahoo di Indonesia ditutup.

“Yahoo masih berkomitmen untuk Indonesia dan kami akan terus memberikan produk berkualitas dan pengalaman lebih bagi pengguna dan pengiklan di sini. Produk dan layanan Yahoo untuk pasar ini akan terus didukung dari kantor regional kami di Singapura,” jawabnya.

Di Indonesia, Yahoo sebenarnya memiliki bisnis pengelolaan berita (terutama agregasi berita) melalui tim editorial dan penawaran slot iklan oleh tim penjualan. Namun dengan himpitan popularitas iklan di platform Google dan juga di platform Facebook, sepertinya sulit bagi tim penjualan Yahoo untuk menawarkan produknya meskipun situs berita Yahoo Indonesia sendiri cukup populer.

Dalam pernyataan yang kami terima, pihak Yahoo berjanji untuk memperlakukaan karyawan yang terkena dampak dari penutupan kantornya dengan hormat dan adil. Beberapa bahkan telah ditawarkan pilihan untuk relokasi tergantung kebutuhan bisnis. Tak diungkapkan berapa jumlah karyawan Yahoo di Indonesia, Malaysia, dan Vietnam yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dan yang akan dipindahkan ke Singapura.

[Header: Shuttertock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Adjie Priambada. 

Microsoft Indonesia Gandeng Polda Metro Jaya untuk Tingkatkan Kesadaran Keamanan di Dunia Maya

Pada tanggal 17 Desember lalu,  Polda Metro Jaya menandatangani nota kesepahaman dengan Microsoft Indonesia untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan institusi akan perlindungan hak cipta serta potensi bahaya dan kerugian yang ditimbulkan oleh penggunaan teknologi yang tidak orisinal, seperti ancaman malware, virus, dan sebagainya.

Penandatanganan MoU ini merupakan tindak lanjut dari pengesahkan UU No.28/2014 tentang Hak Cipta pada 16 September lalu menggantikan undang-undang sebelumnya, yaitu UU No.19/2002. Revisi UU tersebut menambahkan peran serta pemegang hak cipta, di mana kini pemegang hak cipta dapat berperan dalam hal pelaporan tempat yang diduga mendistribusikan software bajakan.

Presiden Direktur Microsoft Indonesia Andreas Diantoro  menjelaskan bahwa jika undang-undang hak cipta ini dilaksanakan dengan baik, hal ini benar-benar bisa membantu masyarakat Indonesia lebih produktif dan berinternet dengan aman.

Andreas mengatakan, “Itu tujuan utama Microsoft, melindungi konsumen, baik di DKI maupun di seluruh Indonesia.”

Sebagai bagian kesepakatan kerja sama, Microsoft akan melakukan pelatihan peningkatan kapasitas bagi aparat penegak hukum tentang keamanan dunia maya. Selain itu juga akan diadakan kegiatan-kegiatan lain yang bertujuan untuk membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya menggunakan software asli.

Director of Corporate Affairs Microsoft Indonesa Ruben I Hattari mengatakan “Kita banyak kerja sama dengan perusahaan-perusahaan startup maupun UKM dan langkah yang terberat untuk mereka adalah melindungi hak cipta mereka. Kita tidak mau karya anak bangsa kita tiba-tiba dibajak.”

Indonesia saat ini berada di peringkat ke-3 setelah Tiongkok dan Amerika Serikat sebagai negara sumber serangan dunia maya berdasarkan State of Internet Report Akamai yang dirilis awal tahun.

Berdasarkan hasil penelitian Indonesia Data Center (IDC) pada tahun 2014, perusahaan-perusahan di kawasan Asia Pasifik telah menghabiskan hampir $230 miliar atau hampir Rp 3000 triliun untuk menyelesaikan berbagai masalah keamanan yang disebabkan oleh serangan malware karena perangkat lunak palsu. Penelitian yang sama juga menemukan bahwa dari 203 komputer baru dengan perangkat lunak bajakan dari 11 negara, sebanyak 61 persennya terinfeksi malware berbahaya.

Komisaris Besar Polisi Budi Widjanarko, mengatakan, “Oleh karena itu Polda Metro Jaya bekerja sama dengan Microsoft Indonesia untuk mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya kekayaan intelektual dan keamanan di dunia maya.”

Lebih lanjut Budi juga mengajak para pemiliki pusat perbelanjaan untuk berpatisipasi dalam hal ini. Karena dalam pasal 10 menyebutkan bahwa pengelola tempat perdagangan dilarang melakukan penjualan hasil pelanggaran hak cipta. Serta pada pasal 114 menjelaskan bahwa setiap orang yang mengelola tempat perdagangan dengan sengaja mengetahui dan membiarkan penjualan hasil pelanggaran hak cipta sebagaimana disebutkan pasal 10 akan dikenakan denda paling banyak 100 juta.

“Mereka tidak bisa lagi mengabaikan apa yang terjadi di tempat mereka dan menyerahkan penegakkan hanya ke polisi. Jika penyewa mereka terus berurusan dengan perangkat lunak ilegal yang menyebarkan malware, Polri akan menindak tegas pemilik bagunan tersebut,” pungkas Budi.

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Adjie Priambada. 

TempaLabs Luncurkan Permainan Rage Call Bertema Call Center

Salah satu pengembang game lokal TempaLabs meluncurkan game terbaru untuk smartphone yang bertemakan Call Centre di awal Desember ini. Permainan dengan nama Rage Call ini terbilang unik karena belum banyak permainan mobile yang mengusung tema ini. Rage Call sudah tersedia di platform Android dan bakal tersedia di platform mobile lain dalam waktu dekat.

Dalam permainan ini, pemain akan berperan sebagai operator call center yang bertugas menanggapi konsumen yang menelepon. Layaknya konsumen sungguhan, mereka yang menelepon juga berbeda-beda tipenya sehingga cara menanggapinya harus berbeda pula disesuaikan dengaan tipenya. Di permainan ini tiga tipe penelepon, yaitu high value consumer, medium value consumer, dan low value consumer yang masing-masing memiliki tiga karakter. Untuk operator, ada empat karakter yang dapat dipilih, namun di awal permainan hanya ada satu yang dapat dimainkan. Tiga operator lainnya harus di-unlock terlebih dahulu.

Screenshot_2014-12-03-09-49-13

Pemain akan ditantang untuk merespon konsumen yang menelepon dengan respon yang tepat secara cepat. Operator harus merespon konsumen sesuai dengan tipenya. Untuk high value direspon operator harus dengan senyum, untuk medium direspon dengan kesabaran, dan untuk low direspon dengan marah. Masing-masing respon operator dalam menanggapi telepon konsumen digambarkan dengan animasi sehingga membuat game ini menjadi lebih menarik.

Screenshot_2014-12-03-09-49-38

Permainan akan berakhir jika pemain melakukan kesalahan dalam merespon konsumen yang menghubungi sebanyak tiga kali. Untuk mendapatkan nilai tertinggi, selain respon yang tepat sesuai tipe konsumen yang menelepon, pemain dapat mengandalkan fitur “rage” yang dapat menggandakan nilai yang diperoleh dengan ketepatan respon konsumen dalam waktu yang cepat. Disediakan juga fasilitas leaderboard dan social sharing sehingga pemain dapat berbagi highscore-nya dan bersaing dengan pemain yang lain.

Pada saat diinstalasi di Android 2.3, aplikasi ini selalu force close di awal permainan dan baru bisa dimainkan setelah membersihkan aplikasi data melalui opsi settings aplikasi. Ini adalah aplikasi Android TempaLabs pertama setelah sekian lama mengembangkan casual mobile games yang berbasiskan HTML5 dan Flash seperti Coblos!!. TempaLabs berharap bisa mengembangkan permainan ini ke platform mobile lain, seperti Blackberry, Windows Phone, dan iPhone.

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Adjie Priambada. 

Takon Tawarkan Pengalaman Baru Berinteraksi Lewat Media Sosial Berbasis Tanya-Jawab

Mencoba menyaingi aplikasi tanya-jawab online asal Amerika Serikat yakni Quora,Takon hadir dengan cita rasa lokal yang mengintegrasikan segala pertanyaan, jawaban, komentar, dalam sebuah platform media sosial berbasis user generated content.

Continue reading Takon Tawarkan Pengalaman Baru Berinteraksi Lewat Media Sosial Berbasis Tanya-Jawab

Path Premium Kini Bisa Diperoleh Melalui ATM dan Jaringan Mini Market Alfa Group

Layanan media sosial Path menjadi semakin Indonesia. Termasuk dalam rangkaian pembangunan kantor dan layanannya di sini, Path menggandeng penyedia payment gateway Doku untuk meng-handle metode pembelian skema Path Premium di luar skema kartu kredit. Menggunakan sistem Doku, pengguna Path bisa memanfaatkan fasilitas pembelian melalui ATM dan melalui jaringan mini market milik Alfa Group.

Skema ini melengkapi kemampuan pembelian Path Premium melalui sistem toko aplikasi (dan kartu kredit) yang selama ini sudah tersedia. Pengguna Path bisa mengaksesnya melalui halaman Path Shop. Untuk fasilitas transfer di ATM, pengguna akan memperoleh kode yang bisa digunakan untuk transfer ke Bank Permata. Untuk fasilitas pembayaran di mini market, kode yang diperoleh bisa dipakai untuk membayar di gerai-gerai Alfamart, Alfamidi, Alfaexpress, Dan+Dan, dan Lawson.

Fasilitas ini memang disesuaikan bagi pengguna Path di Indonesia yang terbatas kepemilikan kartu kreditnya. Ini merupakan keberhasilan Doku berikutnya setelah bulan lalu juga dipercaya layanan e-commerce Tiongkok Aliexpress untuk mengurusi sistem pembayaran bagi konsumen di Indonesia.

Screenshot Pembayaran Path Premium di Sistem Doku / DailySocial

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Amir Karimuddin. 

 

Aksaramaya Gandeng LIPI Press Luncurkan ePustaka Ilmiah Melalui Moco

Setelah menggandeng UGM Press, aplikasi Social Reading Moco besutan PT Woolu Aksara Maya kali ini bekerja sama dengan LIPI Press. Kerja sama ini bertujuan untuk menyebarluaskan bacaan ilmiah berkualitas kepada masyarakat. Buku-buku terbitan dari LIPI press ini akan dikonversi menjadi format eBook dan dapat dinikmati dengan akses melalui ePustaka LIPI Press pada aplikasi Moco. Saat ini sudah tersedia 22 judul buku terbitan LIPI Press yang ada di ePustaka LIPI Press dan akan terus bertambah.

Kepala UPT Balai Media dan Reproduksi LIPI (LIPI Press) Rahmi Lestari Helmi mengungkapkan bahwa kerja sama dengan Moco dalam membuat ePustaka ini adalah salah satu upaya LIPI Press untuk mendistribusikan ilmu pengetahuan kepada masyarakat luas dengan cara yang lebih cepat dan mudah.

“Dengan digital, proses distribusi buku menjadi lebih mudah, terutama dari segi waktu, biaya dan jangkauan. Kemudahan inilah yang dibutuhkan oleh kami sebagai penerbit dan juga oleh masyarakat. Kami akan terus bekerjasama dengan Moco untuk menambah koleksi buku ePustaka LIPI Press, sehingga semakin banyak buku terbitan LIPI Press yang bisa diakses oleh masyarakat,” jelas Rahmi dalam rilis persnya.

Saat ini Moco tersedia di Google Play untuk smartphone Android, App Storeuntuk perangkat Apple dan juga untuk Windows yang bisa diunduh di Windows Store dan  ePustaka ini sendiri telah diluncurkan pada 8 Desember 2014, bersamaan dengan acara Pemberian Penghargaan dan Bedah Buku LIPI di Ged. PDII LIPI, Jakarta.

Selain LIPI Press, puluhan penerbit dan institusi lain telah dan segera bergabung dengan MOCO untuk membuat ePustaka. Dibuatnya ePustaka ini memberikan kemudahan bagi pemiliki konten untuk mendistribusikan buku-bukunya dan memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mengaksesnya.

Founder Moco dan CEO PT. Woolu Aksara Maya Sulasmo Sudharno mengatakan, “Buku-buku tersebut dapat diakses oleh masyarakat secara gratis. Buku-buku ilmiah hasil penelitian para peneliti atau sivitas LIPI ini melengkapi koleksi buku yang sudah ada di Moco dan diharapkan dapat mempermudah masyarakat dalam menambah khazanah keilmuannya melalui buku-buku yang berkualitas, dan dengan cara yang lebih mudah dan sangat terjangkau”.

Dengan kerja sama ini akan semakin melengkapi koleksi buku-buku digital Aksarama. Sebelumnya Aksaramaya sudah terlebih dahulu mengkonversi buku-buku yang masuk kategori bestseller, seperti Ayat-Ayat Cinta atau Ketika Cinta Bertasbih terbitan Penerbit Republika. Selain itu Aksaramaya juga telah melakukan digitalisasi pada buku karya sastra Indonesia yang selama ini tersimpan di Pusat Dokumentasi Sastra H. B. Jassin yang dipublikasi di E-Pustaka.

“Kami sangat terbuka bagi pihak-pihak yang ingin bekerja sama untuk mendistribusikan buku secara digital. Karena di era sekarang ini, digital menjadi salah satu channel yang efektif dan efisien dalam menyebarluaskan dan mempromosikan buku kepada masyarakat luas. Waktu yang digunakan lebih singkat dan biaya produksi lebih hemat,” tutup Sulasmo.

(Ilustrasi: Shutterstock)

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Adjie Priambada. 

aStore Ramaikan Toko Aplikasi Alternatif Dengan Fitur aBank dan aKoin

Pengguna smartphone Android, rasanya tidak akan pernah kekurangan tempat untuk mencari beragam aplikasi. Selain toko aplikasi populer, berbagai macam toko aplikasi alternatif pun kini sudah banyak tersedia dengan segala macam keunggulannya. Kini hadir satu lagi toko aplikasi besutan PT. Langit Intertel dengan nama aStore yang mencoba hadir lebih personal untuk pengguna Android.

Toko aplikasi ini sejatinya resmi dirilis bulan Oktober 2014 lalu. Dalam rilis pers yang kami terima, pihak aStore mengklaim telah berhasil memikat hati pengguna Android dengan jumlah unduhan yang sudah mencapai ratusan ribu sejak peluncuran resminya.

Hadirnya aStore ini akan menambah ramai pilihan pengguna aplikasi Android untuk mendapatkan aplikasi secara gratis melalui toko aplikasi alternatif. Masing-masing toko aplikasi alternatif ini  memiliki keunggulan tersendiri, seperti Evercoss dengan toko Everstore-nya dan Altermyth dengan Toko Aplikasi Game Nampol.

Penasaran dengan performanya, kami coba mengunduhnya melalui situs resmi aStore. Cara mengunduh aplikasi ini terbilang cukup mudah, anda hanya diminta scan QR-code di kanan atas form registrasi anggota baru. Cara lainnya adalah mendaftar terlebih dahulu untuk mendapat tautan kode uniknya.

Jujur saja, pertama kali mencoba aplikasi ini justru hal yang kurang menyenangkan terjadi. Kami mencoba mengunduh aplikasi ini melalui perangkat Android 2.3, yang bisa dikatakan sistem Android lama yang saat ini masih ada pengguna setianya. Setelah mengunduh dan selesai memasangnya, ketika mencoba masuk ke aplikasi ternyata hanya bertahan sebentar saja sebelum akhirnya pop up windows “Aplikasi Error” muncul di layar smartphone. Hal ini cukup mengecewakan, mengingat aplikasi ini dikhususkan untuk perangkat Android. Jika memang tidak mendukung sistem operasi lama, bukankah lebih baik pada saat akan memasang aplikasi muncul pemberitahuan seperti “maaf sistem operasi anda tidak mendukung” atau semacam itu.

SC20141210-000537

Tidak menyerah karena penasaran, kami mencoba mengunduh ulang di smartphone Android 4.0 dan ternyata berhasil. Seperti yang diklaim, toko aplikasi ini memang cukup user friendly. Dalam menu utama yang terletak di atas, terdapat pilihan Beranda, App, Game, Wpp (Wallpaper), dan aBank-fitur yang jadi unggulan aStore. Jika Anda masuk ke salah satu menu App, Game, atau Wpp, dapat ditemukan sub menu Top 20 yang menariknya terdapat pembagian berdasarkan jenis kelamin , yaitu 20 teratas pria dan 20 teratas wanita.

2014-12-10 17.21.40

Sedangkan untuk fitur aBank, pihak aStore mengklaim bahwa fitur tersebut tidak terdapat di toko aplikasi manapun. Fitur aBank memungkinkan para pengguna mengumpulkan aKoin dari aplikasi pilihan. Pihak aStore mengklaim nantinya aKoin ini bisa ditukarkan dengan pulsa prabayar dari semua operator seluler di Indonesia.

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Adjie Priambada. 

Game Developer Gathering Mantapkan Ekosistem Industri Game Tanah Air

Industri game telah mewujud menjadi salah satu bisnis yang sangat potensial di dunia. Tidak hanya sebagai hiburan semata, industri game di Indonesia sendiri telah memiliki sekitar 400 pengembang dan 1000 game yang telah dilahirkan. Berangkat dari hal tersebut, Game Developer Gathering (GDG) hadir sebagai ajang berbagi dan mengembangkan industri ini dari para penggiatnya.

Continue reading Game Developer Gathering Mantapkan Ekosistem Industri Game Tanah Air

Indosat Implementasikan Carrier Billing di Google Play

Bukan Telkomsel atau XL Axiata yang menjadi operator seluler pertama yang mengimplementasikan carrier billing untuk Google Play di Indonesia. Indosat mengumumkan pihaknya secara bertahap mulai hari ini hingga lima hari ke depan membuka fasilitas carrier billing untuk semua konsumen yang menggunakan Android. Fungsi ini berlaku bagi semua konsumen prabayar (Mentari dan IM3) dan pascabayar (Matrix).

Fungsi carrier billing di Google Play memungkinkan pembelian konten ditagihkan ke tagihan bulanan pelanggan pascabayar atau potong pulsa langsung untuk pengguna prabayar. Hal ini memudahkan konsumen yang tidak memiliki kartu kredit untuk bisa membeli konten-konten yang diinginkan dengan mudah. Setelah login di Google Account, pelanggan Indosat bisa masuk ke menu “Payment Option” dan memilih “Enable Indosat Billing” untuk mengaktifkan metode pembayaran carrier billing.

Yang patut ditekankan di sini, pembayaran melalui carrier billing berkonsekuensi pengenaan pajak 10% (Koreksi: dari Indosat pajaknya 12%) dari nilai yang tertera di Google Play. Misalnya suatu aplikasi berharga Rp 10 ribu, makanya yang dibayarkan oleh konsumen yang menggunakan metode carrier billing adalah Rp 11 ribu.

Konsep carrier billing di Google Play sudah digadang-gadang sejak dua tahun yang lalu, seiring dengan popularitas Android di Indonesia yang terus meroket. Sayangnya belum ada yang berhasil menggandeng Google untuk benar-benar mengimplementasikannya, sebelum akhirnya Indosat membuka jalan ini.

Penetrasi kartu kredit, yang menurut Data Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI) hanya 16 juta buah atau 6% populasi, membuat para pelaku bisnis memutar otak untuk memudahkan konsumen membelanjakan pulsanya. Penetrasi ponsel yang mencapai 112% dari total populasi memudahkan argumen bahwa metode carrier billing cocok digunakan di Google Play untuk konsumen Indonesia.

President Director and CEO Indosat Alexander Rusli dalam rilis persnya mengatakan “Layanan Carrier Billing Indosat dengan Google Play™ Store ini merupakan yang pertama di Indonesia, sehingga kami berharap layanan ini dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi pelanggan untuk melakukan pembelian aplikasi, content, game dan buku melalui telepon seluler mereka tanpa perlu menggunakan kartu kredit atau kartu debit.”

“Hadirnya layanan ini juga sebagai wujud komitmen Indosat bagi masyarakat Indonesia bahwa Indosat selalu menciptakan layanan terbaru dan inovatif serta selalu terdepan di banding kompetitornya. Inisiatif ini merupakan bagian dari upaya Indosat untuk menjadi Operator Telekomunikasi Pilihan bagi para pengguna smartphone,” lanjutnya.

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Amir Karimuddin.