Space Stockholm Bakal Jadi Pusat Esports dan Musik di Eropa

Industri esports memang tengah bertumbuh pesat. Semakin banyak merek non-endemik yang tertarik untuk masuk ke ranah esports sebagai sponsor atau rekan kerja sama. Meskipun begitu, stadion khusus esports masih tak banyak. Sulitnya mencari pelanggan adalah salah satu masalah yang dihadapi pihak yang hendak membangun venue esports sendiri. Namun, ini tak menyurutkan niat perusahaan asal Swedia, Space, untuk membuat sebuah pusat gaming dengan luas 7.500 meter persegi dan 7 lantai. Space memilih Stockholm sebagai lokasi dari venue esports tersebut. Diperkirakan, tempat ini akan bisa dibuka untuk umum pada 2021.

Space Stockholm akan dilengkapi dengan 500 PC gaming, menjadikannya sebagai salah satu gaming center paling besar di Eropa. Selain itu, tempat tersebut juga dilengkapi dengan ruangan untuk bermain konsol dan game VR. Space tak hanya berharap menarik gamer sebagai pengunjung. Karena itu, mereka melengkapi fasilitas mereka dengan studio musik dan tempat untuk membuat konten, serta restoran, co-working space, gym, dan bahkan klub. Dengan semua fasilitas ini, Space berharap, mereka akan dapat menarik 5.000 pengunjung setiap harinya. Space juga menawarkan program keanggotaan, memungkinkan anggota untuk menggunakan co-working space, gym, dan Space Club, yang memiliki batas umur minimal 23 tahun. Anggota juga bisa mendapatkan jam gratis untuk bermain.

Space didirikan oleh tiga orang: Head of Esports Music Label, Enter Records, Gustav Käll, Chairman dan Partner Architecture Partner DAP Group, Lars Bloomberg, dan CEO Pop House Sweden Per Sudin. Pop House Sweden juga telah menanamkan investasi ke Space, meski tidak disebutkan berapa jumlahnya. Käll menjadi rekan kerja Sundin ketika dia bekerja untuk Universal Music pada 2016 setelah dia meninggalkan Clutch Enterainment. Käll mengatakan, membuat gaming center memang telah menjadi cita-citanya selama lima tahun belakangan.

Ilustrasi | Sumber: The Esports Observer
Ilustrasi | Sumber: The Esports Observer

“Menurut saya, gaming center bukanlah bagian akhir dari ekosistem, tapi bagian penting yang akan mendorong pertumbuhan esports,” kata Käll, seperti dikutip dari The Esports Observer. “Keberadaan gaming center membuat game bisa dimainkan semua orang, karena tidak semua orang bisa membeli komputer high-end sekarang ini.” Perusahaan asal Amerika Serikat, Nerd Street Gamers, juga melakukan hal yang sama. Setelah mendapatkan kucuran dana sebesar US$12 juta, mereka berencana untuk membuat fasilitas esports di berbagai tempat di Amerika Serikat.

“Dalam budaya online, semua orang tertarik dengan gaming, musik, dan pembuatan konten,” kata Käll. “Ketiga hal itu adalah tiga jenis hiburan yang paling dinikmati oleh generasi muda. Kami ingin membawa ketiganya dalam satu atap.” Karena itulah, Space Stockholm tak hanya menyediakan fasilitas untuk bermain game, tapi juga studio musik dan tempat untuk menciptakan konten.

“Space Stockholm, dengan tempatnya yang unik di pusat ibukota Swedia, akan menjadi landmark budaya — tidak hanya untuk kota Stockholm, tapi juga seluruh Swedia,” kata Anna König Jerlmyr, Mayor of Stockholm. “Tempat ini menjanjikan masa depan yang cerah untuk Sergels Torg dengan menciptakan pusat budaya digital yang modern dan progresif.” Swedia merupakan tempat asal dari dua developer ternama, Mojang dan King. Selain itu, dua perusahaan platform streaming musik, Spotify dan Soundcloud, juga berasal dari negara tersebut. Perusahaan media asal Swedia, Modern Times Group, juga merupakan pemilik DreamHack dan pemilik saham mayoritas dari ESL.

Q3 2019, Semakin Banyak Merek Non-Endemik yang Jadi Sponsor Esports

Pada awal tahun ini, Nielsen membuat laporan yang menyebutkan 49 persen sponsorship esports berasal dari merek non-endemik, yaitu merek yang tidak ada kaitannya dengan industri esports itu sendiri, misalnya merek makanan dan minuman atau merek fashion. Tampaknya, tren ini masih terus berlanjut. Semakin banyak merek non-endemik yang menjadi sponsor dari tim atau turnamen esports.

Menurut laporan Esports Observer, pada Q3 2019, ada 75 kontrak sponsorship dari merek non-endemik. Sebagai perbandingan, jumlah kontrak sponsorship dari merek non-endemik pada Q3 2018 hanya mencapai 43 kontrak. Itu artinya, ada kenaikan 74 persen pada tahun ini jika dibandingkan dengan tahun lalu. Memang, jumlah kontrak sponsorship pada Q2 2019 sedikit lebih banyak, mencapai 82 kontrak. Namun, pertumbuhan jumlah kontrak pada Q2 2019 jika dibandingkan dengan pada kuartal yang sama tahun lalu sedikit lebih rendah, yaitu 68 persen. Secara garis besar, merek-merek non-endemik yang menjadi sponsor esports bisa dikategorikan ke dalam empat industri, yaitu makanan dan minuman, teknologi, pakaian, dan otomotif.

Makanan dan minuman

Perusahaan makanan dan minuman menjadi pihak yang paling aktif dalam menjalin kerja sama di ranah esports pada Q3 2019. Selama empat bulan, ada 30 kontrak sponsorship yang dibuat oleh berbagai perusahaan makanan dan minuman. Salah satunya adalah Anheuser-Busch InBev yang menjadikan Bud Light sebagai sponsor dari NBA 2K League setelah mensponsori Overwatch League (OWL). Selain itu, merek bir tersebut juga menjadi sponsor dari tim OWL Los Angeles Valiant. Mereka juga bekerja sama dengan Twitch untuk mengadakan Tekken World Tour. Sementara itu, merek energy drink Red Bull telah menandatangani kerja sama dengan G2 Esports. Dengan ini, merek Red Bull akan terpasang pada jersey tim. Selain itu, mereka juga bekerja sama dalam pembuatan konten.

Sumber: G2 Esports via Esports Insider
Sumber: G2 Esports via Esports Insider

Seiring dengan bertumbuhnya industri esports, turnamen di tingkat SMA dan universitas juga semakin marak. Coca-Cola memutuskan untuk menjadi rekan minuman eksklusif dari organisasi esports tingkat perkuliahan Tespa, sementara PepsiCo menandatangani kontrak dengan Immortals Gaming Club. Dengan begitu, merek MTN DEW AMP GAME FUEL akan tampil di jersey dari tim Immortals dan MIBR. Selain itu, merek minuman tersebut juga tercatat sebagai rekan resmi ESL dalam berbagai turnamen hingga 2020. Madden NFL 20 Championship Series, turnamen game american football dari EA Esports, didukung oleh tiga perusahaan makanan dan minuman, yaitu Pizza Hut, Snickers, dan Starbucks. Sementara Kellog menjadikan dua merek snack miliknya, Pringles dan Cheez-It, sebagai sponsor dari Overwatch League. Selain itu, Pringles juga menjadi sponsor dari League of Legends European Championship Summer Finals dan DreamHack Winter 2019.

Smartphone dan teknologi

Dari industri smartphone, OPPO memutuskan untuk menjadi sposnor turnamen League of Legends internasional selama beberapa tahun ke depan, dimulai dari 2019 World Championship. Tidak tanggung-tanggung, perjanjian ini berlangsung sampai 2024. Selain OPPO, Huawei menjadi perusahaan asal Tiongkok lain yang juga masuk ke industri esports. Huawei menjadi sponsor dan smartphone provider untuk Vodafone 5G ESL Mobile Open Finals yang diadakan di Eropa. Sementara operator telekomunikasi Amerika Serikat AT&T memperpanjang kerja samanya dengan penyelenggara turnamen esports ESL dan menjalin kerja sama dengan DreamHack, yang berada di bawah perusahaan induk yang sama dengan ESL.

oppo lol

Otomotif

Honda menjadi rekan otomotif eksklusif dari League of Legends Championship Series (LCS) dengan tujuan untuk menarik perhatian para generasi milenial dan gen Z. Sebelum ini, mereka telah bekerja sama dengan Team Liquid pada Maret tahun ini. Di Indonesia, Honda memasuki ranah esports dengan mendukung ESL Jagoan Free Fire. Sementara Toyota memilih untuk menjadi rekan dari BLAST Pro Series dan Mercedes-Benz menjadi sponsor dari turnamen Dota 2 setelah mensponsori ESL Premiership. Audi juga menjadi sponsor dari Future FC, tim FIFA grup Astralis, yang merupakan salah satu tim Counter-Strike: Global Offensive terkuat. Dikabarkan, kontrak kerja sama itu bernilai US$1 juta per tahun dan akan berlangsung selama tiga tahun. Perusahaan otomoatif Amerika Serikat, Chevrolet, menggandeng Invictus Gaming untuk mempromosikan salah satu mobilnya.

Fashion

Ada beberapa merek fashion yang menarik perhatian ketika mereka memutuskan untuk masuk ke ranah esports. Salah satunya adalah Louis Vuitton, yang bekerja sama dengan Riot Games untuk membuat trophy case untuk trofi League of Legends World Championship. Selain itu, merek fashion tersebut juga akan mendesain skin karakter dan item dalam game. Sementara itu, Nike mengumumkan kerja sama dengan tim Brazil, FURIA Esports, Puma menandatangani kontrak dengan tim Australia, ORDER, dan Adidas berkolaborasi dengan streamer Fortnite, Tyler “Ninja” Blevins. Kerja sama Adidas dan Blevins akan meliputi pembuatan konten digital dan pakaian. Sayangnya, belum ada produk hasil kolaborasi keduanya.

Selain merek makanan dan minuman, smartphone dan teknologi, otomotif dan fashion, ada merek non-endemik dari industri lain yang menjalin kerja sama dengan tim esports. Salah satu contohnya adalah kolaborasi Gen.G Esports dengan jaringan gym LA Fitness serta aplikasi meditasi Simple Habit untuk mendorong para anggota tim hidup dengan lebih sehat. Tim sepak bola Inggris, Manchester City juga bekerja sama dengan FaZe Clan yang memungkinkan keduanya bekerja sama dalam pembuatan konten dan merchandise.

Sumber header: The Esports Observer

Yakin Bisa Berikan Internet Berkualitas, MyRepublic Kerja Sama dengan Skyegrid

Ketika Anda hendak bermain game, Anda harus membeli perangkatnya terlebih dulu, baik PC ataupun konsol. Sayangnya, tidak semua orang dapat membeli konsol atau PC gaming. Cloud gaming bisa menjadi solusi dari masalah ini, memungkinkan Anda untuk bermain game di PC atau laptop berspesifikasi rendah atau bahkan smartphone selama Anda memiliki koneksi internet yang memadai. Cloud gaming dianggap sebagai masa depan industri gaming. Karena itu, tidak heran jika perusahaan raksasa seperti Google dan Microsoft tertarik untuk menyediakan layanan cloud gaming. Google memperkenalkan layanan cloud gaming, Stadia, pada Maret lalu. Namun, sebenarnya, perusahaan asal Indonesia, Skyegrid telah terlebih dulu memperkenalkan layanan cloud gaming di Tanah Air.

Setelah Google meluncurkan Stadia, kami pernah membahas tentang keunggulan dan kelemahan layanan cloud gaming. Di Indonesia, salah satu hal yang bisa menjadi penghalang adopsi layanan cloud gaming adalah sulitnya untuk memiliki jaringan internet yang cukup baik untuk memastikan pengalaman bermain game yang memuaskan. MyRepublic yakin dapat memberikan koneksi yang memadai untuk cloud gaming, mendorong mereka untuk bekerja sama dengan Skyegrid.

“Kebutuhan gamer itu sedikit berbeda dari pengguna biasa. Mereka perlu jaringan dengan latensi rendah dan stabil. Itu yang coba kami penuhi,” kata Sammy Kristiyanto, Residential Product Manager, MyRepublic, saat ditemui di MyRepublic Plaza di Green Office Park, BSD Tangerang. Dia juga mengaku, tuntutan gamer akan jaringan internet biasanya lebih tinggi dari konsumen non-gamer. “Kalau kita bisa memenuhi permintaan para gamer, kita bisa penuhi kebutuhan pelanggan lain. Makanya, kita membuat produk dengan gamer in mind.” Sammy mengatakan, berdasarkan survei internal yang dilakukan oleh MyRepublic, 80 persen pelanggan mereka memang merupakan gamer. Inilah alasan mengapa MyRepublic fokus untuk menyediakan paket internet untuk gamer.

ki-ka: Rolly Edward, Sammy Kristiyanto, dan Vanya Sutanto | Sumber: Dokumentasi Hybrid
ki-ka: Rolly Edward, Sammy Kristiyanto, dan Vanya Sunanto | Sumber: Dokumentasi Hybrid

Kenyamanan bermain game menggunakan layanan cloud gaming sepenuhnya tergantung pada koneksi internet. CEO Skyegrid, Rolly Edward mengatakan, Skyegrid merekomendasikan internet dengan kecepatan 5Mbps untuk mengakses platrform cloud gaming di smartphone dan 10Mbps saat bermain di laptop/PC/televisi. Terkait hal ini, Sammy mengatakan, berdasarkan statistik speed test MyRepublic, dari 2017 ke 2018, kecepatan internet yang didapat pengguna mencapai 15Mbps. Angka ini naik menjadi 20Mbps pada 2019. Selain itu, dia juga membanggakan fakta bahwa MyRepublic tidak menggunakan peraturan Fair Usage Policy (FUP).

Selain kecepatan internet, kuota volume memang jadi salah satu hal lain yang harus dipertimbangkan. Dengan asumsi Anda memerlukan kecepatan 10Mbps untuk bermain pada resolusi 720p, Anda akan memerlukan kuota 4,5GB per jam. Sementara jika Anda ingin bermain pada resolusi 1080p, Anda akan membutuhkan 9GB per jam. Jika Anda menggunakan layanan internet dengan FUP, kecepatan internet akan turun setelah Anda penggunaan internet Anda mencapai batas tertentu. Saat Anda bermain via cloud gaming, penurunan kecepatan akan memengaruhi pengalaman bermain Anda.

Skyegrid di smartphone Android | Sumber: dokumentasi Hybrid
Skyegrid di smartphone Android | Sumber: dokumentasi Hybrid

“Semua paket kita tidak ada batasan atau kuota untuk volume, semua unlimited. Untuk main game, download game, streaming, peer-to-peer, atau remote networking, itu semua unlimited, tidak ada FUP,” ujar Sammy. Dia mengaku, MyRepublic memang memonitor pemakaian pengguna. Namun, mereka tidak akan membatasi penggunaan dengan mengurangi kecepatan. “Saya sempat cek, untuk pelanggan paket gamer, rata-rata pemakaian mereka setiap minggu mencapai 200GB per pengguna,” ungkapnya. Dia meyakinkan, hal ini tidak akan membuat pengguna harus membayar biaya ekstra atau mengalami penurunan kecepatan internet.

Mengingat sebagian besar pelanggan mereka bermain game, tidak heran jika MyRepublic cukup aktif dalam menjalin kerja sama dengan perusahaan yang bergerak di bidang game. Pada Agustus lalu, MyRepublic mengumumkan kerja sama dengan PlayStation. Sekarang, MyRepublic menggandeng Skyegrid. Salah satu bentuk kerja sama ini berupa diskon bagi para pelanggan MyRepublic. Pelanggan MyRepublic dapat berlangganan Skyegrid dengan harga Rp89.500 untuk bulan pertama dan Rp149.000 untuk bulan-bulan berikutnya. Sebagai perbandingan, harga standar Skyegrid adalah Rp179.000 per bulan. Selain itu, pelanggan MyRepublic juga bisa membayar biaya berlangganan Skyegrid bersamaan dengan pembayaran tagihan internet.

Hiro Capital Siapkan Rp1,6 Triliun untuk Danai Startup Game dan Esports

Bermain game tak lagi menjadi hobi bagi segelintir orang. Menurut laporan Newzoo, ada 2,5 miliar gamer di dunia. Para gamer ini pun tak segan untuk mengeluarkan uang demi hobi mereka. Diperkirakan, nilai industri game akan mencapai US$152,1 miliar pada tahun ini. Selain gamergame developer menjadi bagian penting dari industri game. Developer besar biasanya mencuri perhatian dengan game AAA. Namun, tidak sedikit juga startup yang membuat game indie sendiri. Startup yang bergerak di bidang game biasanya bisa mendapatkan seed funding dari angel investor. Sayangnya, mereka kesulitan untuk berkembang karena ketiadaan akses ke pendanaan lebih lanjut, yaitu Seri A dan B. Inilah yang mendorong Ian Livingstone dan Luke Alvarez untuk mendirikan perusahaan venture capital bernama Hiro Capital.

Hiro Capital akan menyediakan dana sebesar €100 juta (sekitar Rp1,6 triliun) untuk ditanamkan di startup yang bergerak di tiga bidang, yaitu game, esports, dan digital sports. Livingstone dan Alvarez memang sengaja memisahkan esports dan digital sports. Jika esports adalah pertandingan dari sebuah game, digital sports adalah olahraga tradisional yang dibawa masuk ke dunia digital menggunakan perangkat wearable, seperti fitness tracker. Alvarez juga menyebutkan, sekarang, semakin banyak olahraga tradisional yang dibuat menjadi seperti game. Misalnya, dengan aplikasi dan fitness tracker, Anda bisa melacak dan membagikan kegiatan olahraga Anda layaknya ketika Anda bermain game.

Alvarez mengatakan, Hiro Capital akan fokus untuk membantu startup yang berasal dari Inggris dan Eropa. Alasannya, karena kawasan itu dianggap sebagai kawasan yang “subur” bagi perusahaan game. Menurut riset Hiro Capital, Eropa menghasilkan 123 game PC dan konsol pada tahun lalu. Sebagai perbandingan, Amerika menghasilkan 78 game dan Asia 103 game. Meskipun begitu, tak tertutup kemungkinan, Hiro Capital akan mendanai startup dari kawasan di luar Inggris dan Eropa.

Sumber: Martechseries
Sumber: MarTechSeries

Hiro Capital akan fokus pada startup yang membutuhkan pendanaan Seri A dan Seri B. Kedua pendiri venture capital ini percaya, permodalan seri A dan B akan membantu para startup tumbuh lebih besar. “Kami merasa, ada kesenjangan permodalan di industri game,” kata Alvarez pada GameIndustry.biz, “Perusahaan game jarang mendapatkan kucuran dana setelah pendanaan tahap awal, khususnya di Eropa. Ada banyak wirausahawan yang memiliki banyak uang dan bersedia untuk berinvestasi sebagai angel investor, tapi opsi untuk mendapatkan pendanaan di kisaran €1 juta (sekitar Rp15,7 miliar) sampai €15 juta (sekitar Rp235 miliar) bagi perusahaan game terbatas.”

Livingstone menjelaskan, mereka membuat Hiro Capital karena melihat ada kesempatan di industri game, esports, dan digital sports. “Persepsi tentang industri game umumnya tidak bagus, sehingga perusahaan game biasanya terlewatkan oleh venture capital yang tidak mengerti indsutri ini dan tidak mencoba untuk mengerti. Jadi, ada banyak kesempatan yang tidak tersentuh — terutama soal kesenjangan permodalan. Startup game bisa mendapatkan pendanaan awal untuk memulai usahanya, tapi tidak ada permodalan yang mendukung mereka untuk berkembang setelah itu,” ujar Livingstone. Selain tiga bidang yang menjadi fokus mereka, Hiro Capital juga akan mendukung startup yang mengembangkan teknologi cloud, mobile, streaming, big data, kecerdasan buatan, wearable, AR dan VR untuk digunakan dalam bidang game, esports, dan digital sports.

Kedua pendiri Hiro Capital yakin dengan pengalaman mereka di industri game, mereka akan bisa mengidentifikasi startup menjanjikan yang memang pantas untuk mendapatkan pendanaan. “Banyak investor yang tidak tahu cara menilai sebuah game,” kata Livingstone. “Mereka tidak tahu apakah sebuah game itu bagus atau jelek, atau besarnya potensi sebuah game. Selain itu, persepsi negatif media akan game — industri game selalu dijadikan kambing hitam — membuat investor enggan untuk masuk ke industri ini. Kami ingin mengatasi masalah tersebut.”

Sumber: Aithority
Sumber: Aithority

Livingstone menjelaskan, Hiro Capital mencari startup yang memang telah membuat beberapa game serta memiliki properti intelektual dan teknologi sendiri. Selain kreatif dalam membuat game, startup yang hendak mendapatkan pendanaan dari Hiro Capital juga harus mengerti bisnis. “Semua perusahaan yang saya bantu sebagai angel investor memiliki kriteria ini, seperti Playdemic, Fusebox, dan Flavourworks. Mereka perlu tahu bisnis game, teknologi back-end, dan pentingnya data,” ujarnya. Dia mengungkap, kecil kemungkinan Hiro Capital akan mendukung developer yang hanya mengembangkan satu game. Yang mereka cari adalah studio yang terbukti tangguh dan memiliki pengalaman membuat lebih dari satu game serta memiliki potensi untuk melakukan IPO atau diakuisisi dengan harga tinggi jika mereka memang lebih memilih untuk diakuisisi perusahaan lain.

Saat ini, Hiro Capital memang belum mendapatkan total dari €100 juta yang hendak mereka investasikan. Namun, kedua pendiri mengatakan, proses pengumpulan dana berjalan sesuai rencana. Dalam waktu dua bulan ke depan, mereka berencana untuk menanamkan tiga atau empat investasi. Secara keseluruhan, mereka ingin memberikan 20 investasi hingga semester pertama 2021. Namun, Hiro Capital tak akan menghabiskan keseluruhan modal mereka. Mereka akan menyimpan 40 persen dari total dana mereka untuk diberikan pada tahap pendanaan berikutnya. Dana investasi ini akan diprioritaskan untuk startup yang bisnisnya berjalan dengan baik.

“Perusahaan game kekurangan modal,” kata Livingstone. “Banyak pemilik perusahaan yang harus menjual properti intelektual atau perusahaan mereka untuk mendanai proyek mereka. Beberapa game blockbuster buatan Inggris justru dimodali asing dan kami ingin membantu para pemilik perusahaan untuk meningkatkan kepemilikan mereka atas perusahaan sebelum mereka menjualnya ke perusahaan lain. Hal ini akan mendorong pertumbuhan industri game di Inggris dan Eropa,” kata Livingstone. Investasi sebesar €100 juta hanyalah awal bagi Hiro Capital. Walau Livingstone dan Alvarez akan fokus pada penanaman modal dalam dua tahun ke depan, mereka memperkirakan, mereka akan melanjutkan usaha mereka ini jika masalah permodalan di dunia game dan esports tetap tak teratasi.

AXE Jadi Sponsor League of Legends, Kerja Sama SAP dan Team Liquid Diperluas

AXE menjadi sponsor terbaru dari turnamen esports League of Legends. Perjanjian AXE dengan Riot Games ini akan berlangsung selama lebih dari satu tahun. AXE akan mensponsori beberapa turnamen League of Legends tingkat dunia, seperti Mid-Season Invitational, All-Star Event, dan World Championship. Sayangnya, tidak diketahui besar uang yang dikeluarkan oleh AXE untuk menjadi sponsor atau detail tentang kegiatan yang akan mereka lakukan. Satu hal yang pasti, merek AXE Gaming telah muncul dalam siaran World Championship di Verti Music Hall, Berlin, Jerman.

Ini bukan pertama kalinya AXE memutuskan untuk masuk ke ranah esports. Merek parfum tersebut meluncurkan AXE Gaming pada 2018. Pada April tahun ini, mereka juga menjadi sponsor dari ELEAGUE. “Selama ini, AXE selalu mendukung hobi generasi muda, mulai dari musik, olahraga, dan budaya. Kami senang untuk menjadi rekan dari League of Legends Global Esports,” kata Gaurav Raisinghani, Global Director for AXE, dikutip dari Esports Observer. “Kami berharap kami dapat memberikan sesuatu yang lebih pada komunitas dan mendorong para fans untuk mengejar hobi mereka dan mengambil kesempatan yang ada.”

Seiring dengan bertambahnya fans, esports terus tumbuh sebagai industri. Hadiah turnamen esports kini juga bisa menyaingi kompetisi olahraga tradisional bergengsi. Ini menarik minat para merek non-endemik. Riot Games juga berhasil mendapatkan kerja sama dengan berbagai merek non-endemik, mulai dari perusahaan smartphone seperti OPPO sampai merek fashion mewah seperti Louis Vuitton. Sementara itu, AXE juga aktif untuk masuk ke ranah esports di Indonesia. Mereka baru saja mengumumkan kerja sama mereka dengan EVOS Esports untuk mengadakan Game Battle Royale Free Fire.

Kerja Sama Team Liquid dan SAP Kini Juga Mencakup Divisi League of Legends

Team Liquid dan perusahaan software analitik SAP pertama kali mengumumkan kerja sama pada 2018. Melalui kerja sama ini, SAP akan menjadi sponsor dari Team Liquid selama tiga tahun. Selain itu, SAP juga akan menyediakan analisa dari data permainan divisi Dota 2 Team Liquid dengan tujuan meningkatkan performa tim dan pemain. Sekarang, perjanjian keduanya akan diperluas sehingga mencakup tim League of Legends dari Team Liquid. Kini SAP akan membantu divisi League of Legends Team Liquid untuk memilih champion dalam permainan dan keputusan strategis lainnya. Memang, Dota 2 dan League of Legends memiliki gameplay yang serupa mengingat keduanya memiliki genre yang sama, yaitu Multiplayer Online Battle Arena (MOBA).

Sumber: The Esports Observer
Sumber: The Esports Observer

“Bagi SAP, ini merupakan tantangan baru karena kami harus fokus pada game baru untuk pertama kalinya,” kata SAP Director of Strategic Partnership, Milan Černý, menurut laporan The Esports Observer. “Menggunakan pengalaman dan software analitik kami di Dota 2, kami akan mendukung divisi League of Legends dari Team Liquid untuk menghadapi tantangan terberat — League of Legends World Championship — dan membantu mereka mempertahankan gelar sebagai salah satu tim esports paling sukses di dunia.” Sebelum ini SAP juga bekerja sama dengan penyelenggara turnamen Dota 2, seperti Dota 2 EPICENTER Major, MDL Disneyland Paris Major, dan Kuala Lumpur Major.

Sementara itu, sebelum ini, Team Liquid juga telah menggandeng Newzoo sebagai market intelligence partner. Dalam kerja sama ini, Newzoo akan membantu Team Liquid untuk memahami ekosistem esports dengan lebih dalam dan akurat. Sementara Team Liquid akan membantu Newzoo dengan memberikan data agar riset Newzoo dapat memberikan perkiraan yang lebih tepat. Ini menunjukkan bahwa peran data analitik di ekosistem esports telah menjadi semakin penting, sama seperti industri lain.

AXE dan EVOS Esports Adakan Kompetisi Game Battle Royale Free Fire

AXE bekerja sama dengan EVOS Esports untuk mengadakan Game Battle Royale Free Fire. Diadakan di seluruh Indonesia, kompetisi ini akan dibagi ke dalam empat regional, yaitu Sumatera, Jawa-Bali, Kalimantan, dan Sulawesi-Papua. Kompetisi akan diadakan secara serentak pada tanggal 28 Oktober. Pendaftaran telah dibuka sejak 11 Oktober lalu dan akan ditutup pada 24 Oktober mendatang. Kompetisi ini ditujukan untuk individu dan bersifat terbuka, jadi, siapapun yang tertarik bisa mendaftar. Pendaftaran juga tidak dipungut bayaran. Jika tertarik, Anda bisa mendaftar di sini.

“Kolaborasi ini merupakan bentuk komitmen AXE dalam mendukung cowok-cowok Indonesia menjadi #GantengCaraGue, salah satunya di dunia esports. EVOS Esports merupakan salah satu klub profesional terbesar di Indonesia dan mereka merupakan rekan yang tepat untuk membantu kami menemukan talenta-talenta atlet esports Indonesia untuk mengharumkan nama bangsa bukan hanya di mata nasional, tapi juga di mata dunia. Untuk mengembangkan potensinya, para pemenang terpilih akan mendapatkan kontrak eksklusif sebagai talent di WHIM.” kata Jonathan Locanawan, Digital Manager AXE Indonesia dalam pernyataan resmi yang diterima oleh Hybrid.co.id.

Sumber: EVOS Esports
Sumber: EVOS Esports

Dari seluruh pendaftar, akan terpilih 192 peserta berdasarkan peringkat pemain. Pemain terbaik dengan akumulasi poin tertinggi dari setiap pertandingan akan mendapatkan kesempatan untuk diberangkatkan ke Jakarta untuk mendapatkan grooming dari Jess No Limit, Brand Ambassador AXE Indonesia. Selain itu, para pemenang juga bisa ikut serta dalam coaching clinic dari EVOS. “Kolaborasi ini sudah kami rencanakan sejak lama, karena kami percaya bahwa penampilan seorang atlet juga dapat meningkatkan rasa percaya diri saat bertanding,” kata Hartman Harris, Chief of Business Operation, EVOS. “Kompetisi ini terbuka untuk seluruh wilayah Indonesia, dari ujung timur hingga barat, karena kami percaya, setiap wilayah di Indonesia memiliki talenta terbaik.”

Peserta yang masuk dalam lima besar di masing-masing regional akan mendapatkan hadiah berupa Free Fire diamond senilai Rp1 juta. Sementara peserta yang menduduki peringkat enam sampai sepuluh mendapatkan jersey resmi kolaborasi AXE Indonesia dan EVOS. Tim dengan logo macan putih ini adalah salah satu organisasi esports paling ternama di Indonesia. Mereka memiliki tim untuk berbagai game esports. Salah satunya adalah Free Fire. Pada April, EVOS berhasil memenangkan Free Fire World Cup 2019 di Thailand. Sementara pada September, mereka mendapatkan juara tiga dalam turnamen Free Fire Asia Invitation (FFAI) 2019. Selain itu, mereka juga memiliki divisi Mobile Legends, yang sukses mendominasi Mobile Legends Professional League Season 4. Tak melulu fokus para prestasi tim, EVOS juga berusaha agar namanya dikenal sebagai merek lifestyle. Untuk itu, mereka bekerja sama dengan Thanksinsomnia dan membuka flagship store pertama mereka pada Agustus lalu.

SumaiL Keluar dari Quincy Crew

Kurang dari satu bulan setelah bergabung dengan Quincy Crew, Syed “SumaiL” Sumail Hassan memutuskan untuk keluar. Ini mengakhiri mimpinya untuk bisa bermain dalam tim yang sama dengan sang kakak, Yawar “YawaR” Hassan. Nama Sumail mulai dikenal setelah dia memenangkan The International pada 2015 bersama Evil Geniuses. Sejak itu, dia setia bermain untuk tim asal Amerika Serikat tersebut. Namun, setelah The International tahun ini, pemain dengan julukan “Raja” itu memutuskan untuk keluar dari Evil Geniuses dan merealisasikan mimpinya untuk bermain bersama Yawar.

Performa Quincy Crew di kualifikasi regional MDL Chengdu Major cukup baik. Mereka berhasil lolos dari group stage dan masuk ke babak playoff. Namun, mereka dikalahkan oleh Evil Geniuses. Setelah itu, mereka harus kembali menelan kekalahan saat bertarung dengan J.Storm. Meskipun begitu, mereka berhasil masuk ke Summit 11 Minor. Dari turnamen Minor tersebut, Quincy Crew memiliki kesempatan untuk masuk ke turnamen MDL Chengdu Major. Meskipun begitu, Sumail tetap memutuskan untuk keluar dari tim barunya.

Quincy Crew
Quincy Crew | Sumber: Twitter

Menurut kicauan Manager Quincy Crew, Jack “KBBQ” Chen, alasan Sumail keluar adalah karena ada masalah pembagian peran untuk para pemain. Selama ini, Sumail dikenal sebagai pemain midlaner. Namun, dalam Quincy Crew, Sumail akan mengisi Position 1 Carry. Sementara posisi midlaner diisi oleh Quinn “CCnC” Callahan. Sang kakak, Yawar, yang memegang posisi solo mid dan Carry selama dia bermain bersama Forward Gaming, dipindahtugaskan ke posisi offlane. Sayangnya, pembagian peran ini tampaknya menyebabkan masalah, yang mengharuskan Sumail untuk keluar.

“Kami mencoba untuk menyelesaikan masalah pembagian peran, tapi pada akhirnya, kami tidak bisa menemukan solusi yang membuat semua orang puas. Sumail akan meninggalkan tim, sementara kami akan mencari seorang offlaner,” kata Chen melalui Twitter. Ini mengimplikasikan bahwa Yawar akan kembali mengisi posisi Carry, membuat posisi offlaner kosong. “Untuk klarifikasi, tidak ada satu orang pun yang merupakan ‘masalah’, bukan Sumail atau anggota tim lain. Tim dan keadaan memang selalu menimbulkan masalah. Kami berterima kasih pada Sumail untuk kontribusinya. Dia menunjukkan pada kami mengapa dia bisa menjadi juara.”

Selain Yawar dan Callahan, dua pemain lain di Quincy Crew antara lain Arif “MSS” Anwar ddan Avery “SVG” Silverman. Yawar, Callahan, dan Anwar pernah bermain bersama dalam Forward Gaming sebelum tim tersebut dibubarkan dan diakuisisi oleh organisasi esports Tiongkok, Newbee. Dota Summit 11 Minor akan diadakan pada 7-10 November. Itu artinya, Quincy Crew hanya memiliki waktu kurang dari satu bulan untuk mencari anggota baru. Sementara Sumail, meski saat ini dia tidak memiliki tim, sebagai salah satu pemain Dota 2 terbaik, besar kemungkinan dia akan segera mendapatkan tim baru.

Sumber: Hotspawn, VP Esports, Dot Esports

Sumber header: Epicenter via Hotspawn

Tim Brazil Black Dragons Menangkan PBIC 2019

Zepetto menggelar empat acara Point Blank sekaligus pada 11-13 Oktober 2019 di Gelora Bung Karno, yaitu Grand Final Point Blank National Championship (PBNC) 2019 Season 2, Grand Final Point Blank Ladies Championship (PBLC) 2019, Grand Final Point Blank Junior League (PBJL) Season 2, dan Point Blank International Championship (PBIC) 2019. Evos Galaxy Sades MRN berhasil memenangkan PBLC sementara PBJL dimenangkan oleh Raftel Youth. Dalam PBIC 2019, Indonesia akan diwakilkan oleh dua tim yang masuk ke babak final dari PBNC 2019. Pada turnamen tingkat nasionla tersebut, RRQ Epic berhasil memenangkan PBNC setelah mengalahkan The Prime di babak final. Dengan begitu, RRQ Epic dan The Prime mewakilkan Indonesia di PBIC.

Ada delapan tim dari tujuh negara yang bertanding di PBIC. Delapan tim tersebut dibagi dalam dua grup. RRQ Epic masuk ke dalam grup A bersama Rascal Gaming dari Filipina, SKRUM dari Turki, dan AoeXe dari Rusia. Sementara The Prime ada di grup B bersama Attack All Around dari Thailand, Black Dragons dari Brazil, dan We Going Well dari Venezuela. Dari masing-masing grup, dua tim akan lolos ke babak semi final. Dari grup A, RRQ Epic dan AoeXe berhasil maju ke semi final. Sementara dari grup B, dua tim yang lolos ke babak semi final adalah Attack All Around dan Black Dragons.

Saat RRQ Epic juara PBNC 2019 | Sumber: Facebook
Saat RRQ Epic juara PBNC 2019 | Sumber: Facebook

Di babak semi final pertama, Black Dragons harus bertanding dengan AoeXe. Pertandingan ini dimenangkan oleh Black Dragons. Sementara pada babak semi final kedua, RRQ Epic melawan juara tahun lalu, Attack All Around. RRQ Epic berhasil mengalahkan Attack All Around dan maju ke babak final. Sebelum pertandingan final, AoeXe dan Attack All Around bertanding dengan satu sama lain untuk memperebutkan gelar juara ketiga. Setelah bertanding overtime, AoeXe berhasil menjadi juara tiga dan membawa pulang US$10 ribu. Sementara dalam pertandingan final, RRQ Epic beradu dengan Black Dragons. Setelah pertarungan sengit, RRQ Epic harus mengaku kalah dari tim asal Brazil tersebut. Sebagai juara dua, RRQ Epic memenangkan US$20 ribu sementara Black Dragons memenangkan US$55 ribu.

Saat diwawancara setelah pertandingan, tim Black Dragons mengatakan, mereka sangat senang karena mereka berhasil memenangkan PBIC. “Kami masih tidak percaya kami menang,” kata mereka. “Sebelum ini, Brazil belum pernah memenangkan PBIC. Jadi, kemenangan ini sangat berarti bagi kami.” Untuk mempersiapkan diri menghadapi PBIC, anggota tim Black Dragons berlatih selama 9-10 jam setiap hari selama 4 bulan. Setelah memenangkan PBIC, mereka mengincar gelar juara Point Blank World Championship. PBWC 2019 diadakan di Rusia pada 25-26 Mei. Turnamen tersebut berhasil dimenangkan oleh RRQ TCN dari Indonesia.

Black Dragons memenangkan PBIC 2019 | Dokumentasi Hybrid
Black Dragons memenangkan PBIC 2019 | Dokumentasi Hybrid

Bertanding di Indonesia, tim Black Dragons mengatakan, perjalan jauh merupakan salah satu masalah yang harus mereka hadapi. Mereka bercerita, perjalanan dari Brazil ke Indonesia membutuhkan waktu sekitar 13 jam. Ketika sampai di Indonesia, mereka mengaku lelah karena jetlag. Selain itu, masalah lain yang mereka hadapi adalah makanan, karena mereka tidak terbiasa dengan makanan Indonesia. Meskipun begitu, ini tidak menghalangi mereka untuk memenangkan PBIC 2019.

Anggota Black Dragons, Michel “foox” Felype bahkan terpilih sebagai MVP dan memenangkan hadiah sebesar US$1 ribu. Dia merasa bangga dengan gelar ini, tapi dia mengaku, dia tidak mengincar gelar tersebut ketika bertanding. “Prioritas saya adalah menang, bukan mendapatkan gelar MVP,” katanya dalam wawancara setelah pertandingan.

Meski menjadi tuan rumah, Indonesia tampaknya harus puas dengan posisi runner up. Namun, itu bukan berarti tim Point Blank Indonesia harus patah semangat. Saat hadir dalam penyerahan hadiah, Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, mengaku bangga dengan tim Indonesia. Walau kalah di babak final dari Black Dragons, tapi RRQ Epic berhasil menunjukkan bahwa tim Indonesia masih mampu mengalahkan tim-tim asal Asia lainnya.

Dapat Investasi Rp170 Miliar, Nerd Street Gamers Hendak Buat Fasilitas Esports

Tiga dari lima game esports paling populer di Indonesia adalah game mobile. Tidak heran, mengingat Indonesia memang adalah yang kebanyakan warganya mengenal internet melalui perangkat mobile. Namun, di Amerika Serikat, kebanyakan game yang diadu adalah game PC, seperti League of Legends, Counter-Strike: Global Offensive, dan Overwatch. Sayangnya, tidak semua orang memiliki komputer gaming untuk bermain. Inilah masalah yang coba Nerd Street Gamers coba selesaikan dengan membangun tempat yang disebut Localhost. Tempat ini bisa menjadi tempat latihan bagi orang-orang yang ingin bermain game esports tapi tak memiliki perangkat atau jaringan internet yang memadai. Selain itu, fasilitas ini juga bisa dijadikan sebagai tempat untuk menyelenggarakan liga dan turnamen esports atau untuk menunjukkan peralatan gaming.

Five Below, perusahaan retail asal Philadelphia, Amerika Serikat, mendukung Nerd Street Gamers. Mereka memimpin pendanaan seri A untuk perusahaan tersebut. Selain Five Below, beberapa investor lain yang turut serta kali ini antara lain Comcast, SeventySix Capital, Elevate Capital, dan angel investor George Miller. Total pendanaan yang didapat Nerd Street Gamers kali ini mencapai US$12 juta (sekitar Rp170 miliar). Selain menanamkan modal, Five Below juga bekerja sama dengan Nerd Street Gamers untuk membangun Localhost seluas 3.000 kaki persegi di beberapa toko Five Below. Program tersebut akan menjadi program percobaan yang dimulai pada tahun depan. Jika percobaan itu sukses, mereka berencana untuk membangun toko di 70 lokasi atau lebih dalam waktu beberapa tahun ke depan, lapor VentureBeat.

Salah satu fasilitas yang ada di Localhost. | Sumber: VentureBeat
Salah satu fasilitas yang ada di Localhost. | Sumber: VentureBeat

“Kerja sama dengan perusahaan gaming Nerd Street Gamers  adalah kesempatan unik bagi kami untuk mendekatkan diri dengan komunitas gamer yang jumlah terus bertambah,” kata CEO Five Below, Joel Anderson, seperti dilaporkan oleh Esports Insider. “Gaming adalah sesuatu yang dinikmati oleh para pelanggan muda kami. Menjadikan Nerd Street Gamers sebagai rekan akan membantu kami untuk memberikan pengalaman gaming yang menarik bagi pelanggan lama dan pelanggan baru kami. Pada saat yang sama, kami dapat menunjukkan produk dan aksesori kami dalam bidang teknologi.”

Sementara itu, Founder dan CEO Nerd Street Gamers, John Fazio mengatakan bahwa kesempatan untuk membuat fasilitas esports di tempat yang sama dengan toko Five Below memungkinkan mereka untuk merealisasikan mimpi mereka agar semua orang bisa memainkan game esports. “Terlalu banyak orang yang tak memiliki peralatan dan jaringan internet yang diperlukan untuk bisa bersaing pada level teratas, dan dengan mengatasi masalah ini secara nasional, kita bisa membuat puluhan juta orang memiliki kesempatan lebih besar untuk masuk ke industri esports,” kata Fazio.

“Mendapatkan dukungan dari perusahaan retail terbesar dengan pertumbuhan tercepat membuat kami selangkah lebih dekat untuk mewujudkan mimpi kami,” ujar Fazio. Dia percaya, investasi kali ini akan memungkinkan mereka untuk menumbuhkan platform mereka. “Bekerja sama dengan Five Below, ini memungkinkan kami untuk membuka Localhost di setiap kota besar di Amerika Serikat, membuka akses esports ke segmen gamer yang sama sekali baru.”

Dua Raksasa Telekomunikasi Buat Perusahaan Esports, SK Telecom CS T1

Dua perusahaan telekomunikasi raksasa, SK Telecom dari Korea Selatan dan Comcast dari Amerika Serikat, memutuskan untuk membuat perusahaan joint venture yang bergerak di bidang esports. Perusahaan ini dinamai SK Telecom CS T1, yang menggabungkan nama dan inisial dua perusahaan tersebut dengan nama tim esports di bawah SK Telecom, T1. Dengan saham 55 persen, SK Telecom menjadi pemegang saham mayoritas. Sementara Comcast dan Highland Capital menjadi pemegang saham terbesar kedua dan ketiga dengan total investasi sebesar US$41 juta. Secara total, SK Telecom CS T1 memiliki nilai sebesar US$92 juta, lapor ZDNet.

Sebelum ini, SK Telecom telah memiliki tiga tim esports. Dengan kerja sama ini, secara total, mereka memiliki 10 tim esports yang bermain di 7 game. Markas utama T1 terletak di Seoul, Korea Selatan. Namun, T1 juga akan memiliki markas di Amerika Serikat, untuk lebih tepatnya di Los Angeles. Di Korea Selatan, tim-tim esports T1 akan bertanding dalam game League of Legends, Player Unknown’s Battleground, Hearthstone, Dota 2, Fortnite, dan Apex Legends. Sementara T1 West, tim di Amerika Serikat, akan berlaga di Super Smash Bros., Hearthstone, Fortnite, dan Apex Legends.

Sumber: InvenGlobal
Sumber: InvenGlobal

“Dengan dibentuknya T1, esports menjadi semakin mudah untuk diekspor. Kami akan melakukan ekspansi dari bisnis esports kami dengan cepat ke pasar global, dan kami akan mengembangkan bisnis ini dengan menggandeng perusahaan esports global lain,” kata Private Placement Group Leader, SK Telecom, Charles Huh, seperti dikutip dari InvenGlobal. Dengan semakin banyaknya perusahaan non-endemik yang masuk ke industri esports, tidak heran jika perusahaan telekomunikasi seperti Comcast juga memiliki tim esports sendiri. Pada 2017, Comcast membeli tim esports, Philadelphia Fusion. Pada awal tahun ini, bersama dengan The Cordish Companies, Comcast menyiapkan US$50 juta untuk membangun Fusion Arena, markas dari Philadelphia Fusion.

Meskipun begitu, ini adalah pertama kalinya Comcast menanamkan investasi di tim esports di luar Amerika Serikat. Kerja sama antara SK Telecom dan Comcast ini juga merupakan kali pertama dua perusahaan telekomunikasi raksasa bergabung untuk membuat perusahaan esports. Selain menangani tim esports, T1 juga akan membuat dan mendistribusikan konten esports memanfaatkan teknologi media dan telekomunikasi yang dimiliki oleh SK Telekom dan Comcast. Tak hanya itu, T1 juga akan menjual merchandise dari tim-tim esports di bawah naungan mereka. Mereka juga akan bertanggung jawab untuk mencari sponsor, iklan, dan mencari pembeli atas hak siar.

Sumber header: Dexerto