Q2 2020, Valorant Duduki Peringkat 3 Dalam Daftar Game Esports Paling Berdampak

League of Legends kembali menjadi game dengan dampak paling besar di ekosistem esports pada Q2 2020, berdasarkan PC Games Impact Index dari The Esports Observer. Dengan ini, game buatan Riot Games itu sukses menjadi game paling berdampak selama lima kuartal berturut-turut.

Sama seperti pada Q1 2020, alasan utama LoL dapat mempertahankan posisinya sebagai game paling berdampak pada ekosistem esports adalah jumlah pemainnya. Jumlah pemain League of Legends mencapai dua kali lipat dari Valorant, yang merupakan game esports dengan jumlah pemain terbanyak kedua. Selain itu, dari segi total hours watched, LoL menjadi game esports yang paling banyak ditonton kedua setelah Valorant. Menurut Riot, jumlah rata-rata penonton dari LoL European Championship Summer Split 2020 mengalami kenaikan sebesar 81 persen dari Summer Split 2019.

q2 2020 game paling berdampak
Indikator untuk menentukan game paling berdampak pada ekosistem esports pada Q2 2020. | Sumber: The Esports Observer

Sama seperti Q1 2020, Counter-Strike: Global Offensive juga masih menjadi game dengan dampak paling besar kedua. Meskipun scene esports dari CS:GO juga terkena masalah akibat pandemi COVID-19, CS:GO menjadi game esports dengan jumlah turnamen paling banyak pada Q2 2020. Secara keseluruhan, total hadiah dari turnamen CS:GO mencapai US$4,9 juta. Turnamen CS:GO dengan total hadiah terbesar adalah Flashpoint Season 1, dengan total hadiah sebesar US$1 juta.

Sepanjang Q2 2020, ada beberapa turnamen penting lain dalam scene esports CS:GO, seperti ESL Pro League untuk kawasan Eropa dan Amerika Utara. Kedua turnamen itu diadakan secara online. Beberapa turnamen penting lain yang diadakan dalam tiga bulan belakangan antara lain DreamHack Masters Europe dan BLAST Premier: Spring 2020 yang diadakan di Eropa dan Amerika Utara. Secara total, total hours watched dari CS:GO di Twitch mencapai 239 juta jam.

Posisi ketiga dalam daftar game esports dengan dampak paling besar diduduki oleh Valorant, yang baru dirilis pada Juni 2020. Salah satu alasan mengapa Valorant dapat langsung masuk dalam tiga besar adalah karena game FPS buatan Riot tersebut memiliki total hours watched paling tinggi dari game-game esports lainnya, dengan total mencapai 544 juta jam.

Konten Valorant sangat diminati karena Riot menggunakan strategi peluncuran yang unik. Sebelum peluncuran, Valorant dirilis dalam tahap closed beta. Hanay saja, tidak semua orang bisa memainkan Valorant pada tahap beta. Orang-orang yang bisa mencoba Valorant pada fase beta hanyalah orang-orang yang mendapatkan kode akses, yang dibagikan melalui video di Twitch. Alhasil, selama fase beta, konten Valorant ditonton selama lebih dari 100 juta jam. Begitu Valorant resmi dirilis, total jam ditonton di Twitch justru turun menjadi 16,5 juta jam.

Sementara terkait turnamen esports dari Valorant, Riot mengungkap, mereka tidak akan langsung membuat turnamen Valorant seperti League of Legends. Sebagai gantinya, mereka akan membiarkan pihak ketiga membuat berbagai turnamen untuk game tersebut. Karena itu, sepanjang Q2 2020, ada 123 turnamen esports Valorant yang diadakan. Hal ini menjadikan Valorant sebagai game esports dengan turnamen paling banyak pada Q2 2020.

Naik satu peringkat dari Q1 2020, Fortnite kini duduk di posisi empat. Fortnite menjadi game dengan total jam siaran paling banyak. Sementara dari segi total hours watched, game ini ada di posisi ketiga setelah Valorant dan LoL. Secara keseluruhan, total konten ditonton dari Fortnite mencapai 330 juta jam selama Q2 2020. Konser dalam game oleh Travis Scott menjadi salah satu alasan mengapa konten Fortnite begitu diminati. Konser tersebut dihadiri oleh 12,3 juta orang. Selain menonton secara langsung, juga banyak pemain yang menyiarkan pengalaman mereka saat mereka menonton konser tersebut.

Sementara dari segi total hadiah, Fortnite menjadi game dengan total hadiah terbesar ketiga. Dengan total hadiah sebesar US$2 juta, Fortnite Championship Series (FNCS) Invitational menjadi turnamen Fortnite dengan total hadiah terbesar. Sementara FNCS Chapter 2 menawarkan total hadiah sebesar US$1,36 juta.

q2 2020 game paling berdampak
Daftar game paling berdampak di ekosistem esports pada Q2 2020. | Sumber: The Esports Observer

Dota 2 duduk di posisi ketiga pada Q1 2020. Sekarang, game dari Valve itu merosot ke peringkat lima. Memang, jika dibandingkan dengan game esports lainnya, Dota 2 memiliki jumlah pemain yang terbilang sedikit. Namun, peringkat dari game MOBA ini biasanya terdongkrak oleh viewership yang tinggi. Selama Q2 2020, total hours watched dari Dota 2 mencapai 146 juta jam. Selain itu, peringkat Dota 2 juga biasanya terbantu oleh berbagai turnamen esports yang diadakan.

Sayangnya, scene esports Dota 2 juga terkena dampak oleh pandemi virus corona. Pandemi membuat beberapa turnamen Dota 2 dibatalkan. Contohnya, EPICENTER Major 2020. Sebaga ganti dari turnamen itu, Epic Esports Events bekerja sama dengan RuHub dan Beyond the Summmit untuk menyelenggarakan Beyond EPIC. Sementara itu, turnamen ESL One Birmingham harus diganti formatnya menjad turnamen online.

Call of Duty: Warfare ada di posisi enam berkat banyaknya viewership dan konten yang disiarkan di Twitch. Game itu memiliki total hours watched sebanyak 258 juta jam sepanjang Q2 2020. Selain itu, Modern Warfare juga memiliki jumlah pemain yang cukup banyak berkat mode battle royale dari game tersebut. Call of Duty League menjadi turnamen esports utama dari game Call of Duty sepanjang pandemi.

Rainbow Six Siege turun empat peringkat ke posisi tujuh pada 2020. Pasalnya, tidak ada turnamen penting dari game tersebut sepanjang Q2 2020. Selain itu, total hadiah dari turnamen Siege juga hanya mencapai US$600 ribu. Sementara total hours watched dari game itu di Twitch juga mengalami penurunan, menjadi 34,9 juta jam. Namun, game ini tertolong oleh jumlah pemainnya yang cukup banyak. Rainbow Six Siege menjadi game esports dengan jumlah pemain terbanyak ketujuh.

q2 2020 game paling berdampak
Grandmasters Season 3 jadi salah satu turnamen Hearthstone penting yang diadakan pada Q2 2020.

Heartstone ada di peringkat delapan dalam daftar game esports paling berdampak pada Q2 2020. Sepanjang Q2 2020, ada dua turnamen Hearthstone penting yang diselenggarakan, yaitu Grand Masters 2020 Season 3 dan Masters Tour Jönköping. Posisi sembilan diduduki oleh Player Unknown’s Battlegrounds. Alasannya, selama Q2 2020, tidak ada kompetisi penting dari PUBG, kecuali PUBG Continental Series. Turnamen regional tersebut diselenggarakan secara online oleh PUBG Corporation untuk mengantikan turnamen Global Series yang harus dibatalkan.

Overwatch menjadi salah satu dari sedikit game yang peringkatnya naik dari kuartal lalu. Game dari Activision Blizzard ini naik berkat kompetisi esports-nya, Overwatch League. Sementara itu, Rocket League turun ke posisi 11. Game itu tetap masuk daftar game esports paling berdampak berkat viewership dan total hadiah dari turnamen esports-nya. Di posisi 12, ada StarCraft II. Sebagian besar turnamen StarCraft II diadakan dengan format 1v1 agar bisa diadakan secara online. Sepanjang Q2 2020, StarCraft II menjadi game dengan jumlah turnamen paling banyak nomor tiga.

FIFA 20 ada di peringkat 14. Jumlah pemain dari game EA ini memang tidak terlalu banyak. Hanya saja, game tersebut tertolong oleh tingginya viewership di Twitch. Salah satu turnamen penting yang diadakan selama Q2 2020 adalah FIFA Global Series, yang mendongkrak jumlah penonton FIFA di Twitch.

Menariknya, selain LoL dan Valorant, ada dua game lain dari Riot Games yang masuk dalam daftar 15 game PC paling berdampak pada ekosistem esports pada Q2 2020. Dua game itu adalah Legends of Runeterra, yang ada ada di peringkat 13 dan Teamfight Tactics, yang duduk di peringat 15.

Twitch Buat Kategori Khusus Olahraga Tradisional

Twitch sukses menjadi platform streaming game nomor satu. Pada Q2 2020, total hours watched di platform milik Amazon itu mencapai lima miliar jam. Sekarang, Twitch tampaknya ingin melebarkan sayapnya ke kategori olahraga tradisional. Mereka baru saja memperkenalkan kategori baru yang dinamai “Sports”.

Sesuai namanya, kategori baru di Twitch itu akan menampilkan konten olahraga tradisional, termasuk pertandingan sepak bola, talk show olahraga, video gulat, dan roller derby dari 2012. Selain itu, kategori olahraga di Twitch ini juga akan menampilkan konten basket dari NBA, hoki dari NHL, rugby dari RFL, bela diri campuran dari UFC, dan sepak bola perempuan dari NWSL.

Bersamaan dengan peluncuran kategori ini, Twitch juga mengumumkan kerja sama mereka dengan empat klub sepak bola, yaitu Real Madrid, Arsenal, Juventus, dan Paris-Saint-Germain. Seperti yang disebutkan oleh The Esports Observer, keempat klub sepak bola tersebut juga cukup aktif di scene esports. Arsenal memiliki tim esports sendiri yang berlaga di PES eFootball Pro League sementara Juventus bekerja sama dengan organisasi esports Astralis.

twitch olahraga
Arsenal punya tim esports sendiri. | Sumber: Arsenal

Sebagai bagian dari kerja sama dengan Twitch, empat klub sepak bola tersebut akan membuat konten eksklusif yang disiarkan di Twitch. Saat ini, baik Real Madrid dan Arsenal telah memiliki channnel Twitch untuk menyiarkan konten mereka. Real Madrid telah memiliki channel tersebut sejak beberapa bulan lalu, sementara Arsenal sejak pertengahan Juli kemarin. Diperkirakan, Juventus dan Paris Saint-Germain akan membuat channel mereka di Twitch dalam waktu dekat.

Keputusan Twitch untuk membuat kategori olahraga diumumkan satu bulan setelah Amazon mengungkap bahwa mereka akan menyiarkan Liga Premier di Twitch untuk pertama kalinya. Tahun lalu, Twitch juga bekerja sama dengan NBA untuk menyiarkan pertandingan basket dari USA Basketball, organisasi nirlaba untuk bola basket di Amerika, lapor The Verge.

Tak hanya organisasi olahraga, Twitch juga membuka pintu bagi atlet olahraga tradisional yang ingin melakukan streaming di platform mereka. Sekarang, telah ada beberapa atlet yang memiliki channel di Twitch, termasuk pemain Los Angeles Chargers Austin Ekeler, pembalap F1 Landor Norris, dan bintang WWE Claudio Castagnoli dan Xavier Woods. Biasanya, Norris mengunggah konten berupa persiapan atau perencanaan sebelum balapan. Dia juga membuat konten saat dia bermain PUBG dan Call of Duty: Warzone.

Startup Analitik Esports, Mobalytics Dapat Investasi Sebesar Rp164 Miliar

Startup analitik esports, Mobalytics baru saja mendapatkan pendanaan Seri A sebesar US$11,25 juta (sekitar Rp164 miliar). Ronde investasi ini dipimpin oleh Almaz Capital dan Cabra VC. Beberapa investor lain yang ikut serta dalam pendanaan kali ini antara lain HP Tech Ventures, General Catalyst, GGV Capital, RRE Ventures, Axiomatic, dan T1 Entertainment & Sports.

“Saya selalu ingin punya asisten digital saat saya bermain, seperti Google Assistant atau Siri, hanya saja, ia akan fokus pada hal-hal yang Anda butuhkan saat bermain,” kata Co-CEO Mobalytics, Amine Issa dalam wawancara dengan GamesBeat. “Hal itulah yang ingin kami capai. Dan tujuan kami itu menjadikan kami berbeda dari pesaing kami.”

Saat ini, Mobalytics fokus untuk menyediakan data analitik dan gaming assistant untuk para pemain League of Legends buatan Riot Games, baik pemain amatir maupun profesional. Ke depan, mereka juga ingin memberikan data analitik pada game-game lain buatan Riot, seperti Valorant, Teamfight Tactics, dan Legends of Runeterra.

Untuk mengetahui apa yang dipikirkan para pemain, Mobalytics menggunakan teknologi eye-tracking, yang disediakan oleh rekan mereka, Tobii, perusahaan eye-tracking. Issa menjelaskan, berdasarkan data dari pergerakan mata pemain, Mobalytics lalu akan memberikan saran pada mereka. Misalnya, pemain harus lebih memerhatikan keadaan sekitarnya atau lebih sering melihat minimap.

mobalytics dapat investasi

Tampilan Mobalytics untuk League of Legends. | Sumber: GamesBeat

Mobalytics akan menggunakan kucuran dana segar ini untuk mengembangkan gaming assistant mereka serta menyediakan analitik dan data yang lebih akurat pada para pengguna mereka, lapor Esports Insider. Selain itu, mereka juga akan menambah jumlah teknisi dan tim produk mereka dalam waktu enam bulan ke depan.

Saat ini, Mobalytics telah bekerja sama dengan beberapa organisasi esports, seperti Team Liquid, Golden Guardians, dan T1. Tak hanya itu, mereka juga membantu tim-tim profesional untuk mencari pemain muda berbakat. Pemasukan Mobalytics berasal dari iklan yang muncul di platform mereka serta dari pelanggan berbayar. Sejauh ini, telah ada tujuh juta orang yang membayar jasa Mobalytics untuk mendapatkan informasi ekstra.

Sejak memenangkan TechCrunch Disrupt Battlegrounds pada 2016, Mobalytics telah menjalin kerja sama dengan beberapa publisher game. Pada Mei 2020, mereka juga mendapatkan investasi dari T1 Entertainment & Sports. Pada 2019, mereka menjadi rekan dari LCS Scouting Grounds dengan menyediakan data statsitik dari para pemain.

Bagaimana Pengaruh Corona Pada Audiens Esports?

Banyak negara melakukan karantina sejak virus corona mewabah. Kebanyakan orang-orang yang tak bisa keluar rumah menghabiskan waktunya untuk bermain game atau menonton siaran game dan esports. Menurut laporan dari Esports Charts dan IDC, jumlah hours watched di Twitch pada Mei 2020 naik dua kali lipat jika dibandingkan dengan pada Desember 2019, sebelum pandemi.

Lima belas game terpopuler di Twitch — termasuk league of Legends, Fortnite, Counter-Strike: Global Offensive, Grand Theft Auto V, dan Dota 2 — mengalami kenaikan hours watched yang signifikan. Pada Mei 2020, total durasi konten ditonton dari 15 game tersebut naik 88 persen. Sementara tiga game yang mengalami pertumbuhan hours watched paling besar adalah Call of Duty: Modern Warfare, Escape From Tarkov, dan Grand Theft Auto V. Pertumbuhan hours watched dari ketiga game itu mencapai 2,8 kali lipat.

audiens esports corona
Audiens Twitch dari Desember 2019 sampai Mei 2020. | Sumber: Esports Charts

Menariknya, salah satu alasan mengapa viewership esports naik selama pandemi virus corona adalah karena para penyelenggara turnamen esports memutuskan untuk membatalkan turnamen offline atau mengganti format turnamen menjadi online.

“Setelah menganalisa dampak dari COVID-19, kami optimistis bahwa industri esports akan siap jika muncul masalah lain dengan skala sebesar pandemi ini,” kata CEO Esports Charts, Artyom Odintsov, seperti dikutip dari Esports Charts. “Meskipun seelama pandemi total hours watched dari turnamen esports terus naik, masih belum diketahui bagaimana nasib dari turnamen esports offline. Seiring dengan berkembangnya industri esports dan streaming, kami ingin tahu tentang dampak jangka panjang dari COVID-19 pada industri esports dan streaming.”

audiens esports corona
Jumlah PC gamer yang menonton esports di masing-masing negara. | Sumber: Esports Charts

Satu hal yang pasti, dalam lima tahun belakangan, ketertarikan akan esports terus naik, menurut survei yang dilakukan oleh Esports Charts dan IDC pada Q3 2019. Di Amerika Serikat, sebanyak 30 persen responden — atau sekitar 53 juta orang — mengaku bahwa mereka pernah berpartisipasi, menghadiri, atau menonton turnamen esports dalam satu tahun terakhir.

Di AS, sebanyak 20 persen dari orang-orang yang mengaku sebagai PC gamer hardcore menonton esports. Angka ini lebih kecil jika dibandingkan dengan jumlah penonton esports di Tiongkok, Brasil, atau Rusia. Di Rusia, 28 persen PC gamer hardcore menonton esports, sementara di Brasil, angka itu naik menjadi 30 persen, dan di Tiongkok naik menjadi 51 persen.

Sumber: Esports Charts

Sumber header: CNN

Serumpun Cup Bakal Adu Pemain-Pemain PES Terbaik di Indonesia dan Malaysia

Banyak liga sepak bola yang harus ditunda karena pandemi virus corona. Kehadiran kompetisi esports sepak bola bisa menjadi pengobat rindu bagi para fans sepak bola. Revosport Asia dan Persija TV lalu berinisiatif untuk mengadakan Serumpun Cup, yang mempertemukan pemain eFootball PES terbaik dari Indonesia dan Malaysia. Tujuan dari diadakannya turnamen ini adalah untuk menghidupkan semangat kompetitif pada penggemar sepak bola dan juga fans game PES.

Dalam Serumpun Cup, Indonesia akan mengirimkan 16 pemain PES sebagai perwakilan. Begitu juga dengan Malaysia. Saat dihubungi melalui pesan singkat, pendiri Liga1 PES, Valentinus Sanusi mengatakan, 16 pemain PES yang terpilih untuk berlaga di Serumpun Cup ditentukan berdasarkan prestasi mereka selama ini. Mengingat Liga1 PES merupakan komunitas PES terbesar di Indonesia, tidak heran jika mereka ikut serta dalam Serumpun Cup. Sementara komunitas PES dari Malaysia diwakili oleh PES Malaysia.

Babak kualifikasi dari Serumpun Cup akan diadakan pada 24-27 Juli 2020 dan disiarkan di Persija TV, NIMO TV, situs Dunia Sukan, situs Football Tribes, serta platform digital Astro Supersports dan Astro Arena. Dalam babak kualifikasi, 16 pemain PES yang menjadi perwakilan Indonesia akan bertanding dengan format single elimination untuk menentukan juara nasional.

serumpun cup
Serumpun Cup akan mengadu pemain PES di Indonesia dan Malaysia.

Pemain yang keluar sebagai juara nasional akan mewakili Indonesia untuk bertanding dengan pemenang dari babak kualifikasi Serumpun Cup di Malaysia. Babak final dari turnamen ini akan diadakan pada 29 Juli 2020 dan disiarkan di NET TV pada 23.30 sampai 00.30. Sama seperti babak kualifikasi, babak final dari Serumpun Cup juga akan menggunakan format single elimination.

Saat ditanya apakah Indonesia memiliki kesempatan untuk memenangkan Serumpun Cup, Valentinus menjawab, “Kalau melilhat prestasi Indonesia dan Malaysia, Indonesia punya catatan prestasi yang lebih baik dari Negara Jiran. Jadi, saya yakin Indonesia bisa menang di kompetisi ini.”

Sementara itu, Michael Chopra, mantan pesepak bola Newcastle United, Cardiff City, dan Sunderland yang juga menjadi pemimpin operasional Revosport Asia Indonesia, berkata, “Komunitas fans sepak bola Indonesia dan Malaysia merupakan salah satu komunitas paling aktif di dunia. Saat liga sepak bola belum bisa diselenggarakan, mengadakan turnamen e-football seperti ini menjadi solusi jitu bagi brand dan partners untuk mempertahankan ketertarikan fans akan sepak bola.” Memang, selama pandemi, berbagai liga sepak bola memutuskan untuk beralih mengadakan turnamen esports, seperti liga sepak bola Singapura.

“Kami berkomitmen untuk meningkatkan kualitas dan frekuensi dari konten e-football Serumpun Cup 2020,” kata CEO Persija TV, Stephen Walangitang dalam pernyataan rilis. “Kami melihat peluang besar karena tingginya permintaan akan konten esports yang berkaitan dengan sepak bola. Kami akan memenuhi permintaan itu dengan menyajikan konten esports sepak bola yang memiliki kualitas tayangan sama seperti sepak bola biasa.” Sama seperti pertandingan sepak bola tradisional, babak final dari Serumpun Cup tidak hanya ditayangkan di televisi, tapi juga dikomentari oleh sportscaster.

Sumber header: Facebook

Mau Kerja di Dunia Esports, Mulai Dari Mana?

Dulu, menjadi pemain profesional berarti Anda hanya akan mendapatkan penghasilan dari hadiah turnamen yang Anda menangkan. Sekarang, hal itu tak lagi berlaku. Sama seperti budak korporat, gamer profesional juga mendapatkan gaji bulanan. Gaji para pemain Mobile Legends Professional League Indonesia bahkan melampaui Upah Minimum Regional Jakarta. Jika Anda tertarik untuk menjadi pemain profesional, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan agar dilirik oleh organisasi esports ternama.

Namun, esports telah menjadi industri bernilai triliunan rupiah. Pekerjaan di industri ini tak terbatas pada menjadi pemain profesional. Ada berbagai pekerjaan lain yang bisa Anda lakukan jika Anda ingin memasuki dunia esports, seperti menjadi caster atau bergabung dengan penyelenggara turnamen esports atau media esports. Apa saja yang Anda perlukan sebelum melamar ke perusahaan esports?

Oh iya, sebelumnya, kami juga pernah menuliskan tentang usia ideal untuk terjun ke esports — baik sebagai pro player ataupun pekerja lainnya.

 

Perlukah Punya ijazah?

“Anda tidak perlu punya gelar di bidang esports,” kata Adam Baugh, Marketing & Community Specialist, Andbox dalam webinar yang diadakan oleh General Assembly pada Jumat, 10 Juli 2020. “Tapi, apakah Anda memerlukan gelar sarjana? Tergantung. Berdasarkan pengalaman saya, punya gelar sarjana memang berguna, tapi yang paling penting adalah Anda punya pengalaman di bidang esports.” Dia menjelaskan, Anda bisa unjuk gigi kemampuan yang Anda miliki dalam portofolio Anda.

Sementara itu, menurut Irliansyah Wijanarko, Chief Growth Officer, RevivaLTV, perlu atau tidaknya ijazah tergantung pada posisi yang Anda lamar. “Untuk posisi di depan layar, seperti pro player, live streamer, influencer, host, dan lain sebagainya, tentunya nggak perlu ijazah. Yang dibutuhin adalah skill terkait bidangnya, kayak public speaking, acting, entertaining, dan lain-lain,” katanya saat dihubungi oleh Hybrid melalui pesan singkat. “Namun, untuk posisi di belakang layar, khususnya manajemen, industri kita sudah semakin maju. Dua atau tiga tahun lalu, Anda mungkin bisa join di bidang manajemen dengan dasar membantu teman atau punya passion di esports dan mau belajar. Sekarang, requirement-nya semakin tinggi.”

Proses pembuatan siaran dari turnamen League of Legends Amerika Utara. | Sumber: YouTube
Proses pembuatan siaran dari turnamen League of Legends Amerika Utara. | Sumber: YouTube

Gisma “Melondoto” Priayudha memiliki pendapat yang sama. “Waktu aku pertama mulai sih nggak ada. Benar-benar dari passion kemudian jadi bisnis. Untuk sekarang sih, minimal S1 atau D3,” ujarnya. “Jurusan yang diambil bisa beragam, mulai dari desain, manajemen, komunikasi, sampai bisnis. Soalnya, untuk ke depan, jika ada penggiat esports yang punya pendidikan kayak gitu, hal itu juga bagus untuk esports sendiri.”

Sementara menurut Reza Ramadhan, Head of Broadcast and Content, Moonton Indonesia, ijazah tetaplah penting saat Anda hendak melamar pekerjaan ke perusahaan esports. “Karena masih banyak perusahaan yang menjadikan gelar sarjana sebagai salah satu syarat hiring,” akunya. “Tapi, ada juga beberapa perusahaan yang bisa dibilang, tidak terlalu peduli dengan ijazah. Cuma ya, balik lagi. Buat gue, ijazah itu penting. Apalagi kalau mau karirnya terus naik. Suatu saat, pasti ijazah pasti akan jadi requirement.”

 

Portfolio dan Media Sosial

Soal portfolio, Irli, Melon, dan Reza memiliki pendapat yang sama: portfolio itu penting. Mereka juga menjelaskan, tipe portfolio yang Anda perlukan sebelum melamar pekerjaan di dunia esports tergantung pada jenis pekerjaan yang Anda lamar.

“Portfolio itu macam-macam, bisa dari handle event esports atau bisa juga pernah menulis tentang esports,” ujar Reza. “Ya, balik lagi apa jurusan yang diminati, karena pekerjaan di esports itu juga banyak, ada media, event organizer atau publisher. Selama kalian do good di bidang yang kalian minati, bahkan tanpa pamrih pun, suatu saat akan ada yang notice dan value kalian akan naik.”

Senada dengan Reza, Irli menjelaskan, portfolio bisa menjadi bukti bahwa seseorang bisa mengejarkan sebuah tugas dengan baik. “Misalnya, seseorang yang melamar sebagai content creator, tapi media sosialnya nggak update dan tidak ada portfolio dalam membuat video atau membuat skenario, gimana kita bisa yakin kalau dia bisa handle pekerjaannya dengan baik?” ujar Irli.

“Ini sudah 2020, semua orang, terlepas apa pekerjaan yang dia lamar, pasti akan butuh portfolio,” kata Irli. Dia menjadikan streamer sebagai contoh. Kecakapan seorang streamer biasanya dilihat dari jumlah view serta komentar pada videonya. Tak hanya itu, perusahaan juga memerhatikan konten yang dia unggah atau cara sang streamer “menjual” merek yang menjadi klien mereka.

Di highlight video Instagram ini, aku coba untuk mengajarkan bagaimana cara untuk jualan,” kata Irli. “Sudah sempurna kah kontennya? Nope. Tapi, konten simpel kayak begitu bisa menunjukkan perangai seseorang. Cara bicaranya seperti apa. Apakah menggunakan font warna-warni? Apakah dia mengerti apa yang dia jelaskan? Bisakah dia memberikan penjelasan yang singkat, padat, dan jelas?”

Sama seperti seorang streamer, caster juga bisa menjadikan video sebagai portfolio. “Kalau portfolio caster sekarang nggak muluk: yang penting ada YouTube channel, sama pernah nge-cast di event apa saja. Kemudian, rekaman saat dia menjadi caster,” ujar Melon. “Beberapa hal yang dinilai adalah suara, pembawaan, serta hiburan yang ditawarkan.” Dia mengungkap, media sosial juga bisa menjadi portfolio bagi seorang caster. “Misalnya, penonton video ramai, tapi media sosial pasif, hal itu bisa berbahaya buat caster.”

Melon menjelaskan, membangun fanbase di media sosial dapat membantu seorang caster untuk mengembangkan karirnya. Misalnya, ketika seseorang diminta untuk menjadi caster, dia juga bisa menawarkan jasa media sosial untuk mendapatkan bayaran ekstra. Tak hanya itu, tak tertutup kemungkinan, sebuah perusahaan ingin agar brand mereka di-endorse melalui media sosial sang caster. Untuk membangun follower di media sosial, Melon mengungkap, seorang caster bisa memanfaatkan ramainya penonton di acara yang dia ikuti.

Sayangnya, media sosial tidak melulu memberikan dampak positif. Jika tidak hati-hati, Anda justru bisa membuat perusahaan menjadi ilfeel. Menurut Irli, ada lima hal yang perusahaan perhatikan dari media sosial pelamar, yaitu reaksi pelamar akan sebuah kejadian, gaya hidup, pandangan akan agama/politik/isu SARA, gaya interaksi dengan audiens, dan apakah gaya sang pelamar cocok dengan perusahaan.

Sumber: Reddit
Hati-hati dengan apa yang Anda unggah ke media sosial, internet tak pernah lupa. | Sumber: Reddit

“Pada akhirnya, kalau recruiter bisa melihat hal-hal tersebut di media sosial pelamar, semua orang juga bisa melihat itu, termasuk perusahaan, rekan, dan audiens,” ujar Irli. Mau tidak mau, bagaimana seseorang merepresentasikan dirinya di media sosial akan disangkutkan dengan perusahaan tempatnya bekerja. Jadi, jangan heran jika Anda melihat seseorang dipecat karena mereka mengunggah konten nyeleneh di media sosial. Misalnya, pada Juni 2020, seorang pemain profesional dilarang untuk ikut dalam Capcom Pro Tour seumur hidup karena membuat komentar rasis di Twitter.

 

Membangun Relasi

Sama seperti industri lainnya, menjalin relasi juga penting dalam dunia esports. Adam menyarankan untuk tidak takut dalam memulai pembicaraan dengan pelaku esports. “Anda juga harus mendukung scene esports lokal,” katanya. Dia percaya, berperan aktif dalam acara esports lokal akan memudahkan Anda untuk bertemu dan menjalin koneksi dengan orang-orang yang menggeluti bidang esports.

Perkataan Adam diamini oleh Sandra Chen, Digital Content Manager, Team Liquid. Dia menceritakan pengalaman pribadinya, bagaimana dia mulai membangun koneksi dengan menghadiri acara esports offline. “Setelah itu, saya bisa melakukan digital networking,” ujarnya. Dia memberikan contoh cara untuk membangun relasi secara online: jika Anda mengikut seminar atau webinar terkait esports, Anda bisa menghubungi sang narasumber via media sosial.

Sandra mendorong seseorang yang tertarik untuk bekerja di dunia esports untuk melakukan riset kecil-kecilan sebelum melamar di sebuah pekerjaan. “Anda juga bisa secara aktif menghubungi perusahaan yang Anda minati. Hal terburuk yang mungkin terjadi adalah mereka tidak menjawab,” ungkapnya.

 

Bagaimana Cara untuk Tampil Unik?

Pada Februari 2020, situs pekerjaan esports Hitmarker mengeluarkan laporan yang menyebutkan bahwa lowongan pekerjaan di esports naik 87 persen sepanjang 2019 jika dibandingkan dengan pada 2018. Seiring dengan semakin populernya esports, semakin banyak pula orang yang tertarik untuk masuk esports. Lalu, bagaimana Anda bisa tampil menonjol?

Menurut Sandra, kreativitas adalah salah satu hal paling penting yang bisa dimiliki oleh seseorang yang sudah bekerja di bidang esports atau tertarik masuk ke esports. “Banyak orang di dunia esports yang memiliki ide yang sama, membuat mereka melakukan hal yang sama,” kata Sandra. Jadi, menurutnya, seseorang akan tampil menonjol jika dia bisa memberikan ide baru yang unik. Selain itu, mengingat industri esports masih terbilang muda, belum ada metode pasti yang dijamin akan sukses. Dengan begitu, orang-orang yang bisa memberikan ide baru yang unik akan tampil menonjol.

Ketika ditanya tentang karakteristik yang paling dicari dari pekerja dalam dunia esports, Reza menjawab, “Yang paling penting sih mau belajar dan mau berpikir. Esports bisa dibilang something new. Jadi, memang harus mau belajar terus karena indsutrinya juga terus tumbuh dan ada banyak hal-hal yang belum ada ‘benchmark‘-nya. So, inovasi di sini masih sangat banyak untuk digali.” Sementara untuk sukses di dunia esports, dia menyarankan, “Do good and good will come to you.”

Bagi Irli, salah satu karakteristik yang harus dimiliki oleh orang-orang di dunia esports adalah rasa penasaran. “Harus selalu lapar akan hal baru. Mau ngulik, mau belajar, berani bereksperimen. Berani ambil risiko dan tanggung jawab atas keputusan yang diambil,” ujarnya. Pekerja di dunia esports juga membutuhkan berbagai soft skills, seperti kepemimpinan, komunikasi, manajemen waktu, dan disiplin. “Disiplin itu sangat penting, karena banyak orang yang masih menganggap, bekerja di esports seperti dream job yang bisa santai-santai sambil main game,” katanya. Padahal, ada beberapa hal yang harus Anda ketahui jika Anda ingin membangun karir di esports.

Bagi seorang caster atau talent, salah satu karakteristik penting yang harus dimiliki adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri. “Talent itu biasanya ngikutin pasar, yang lagi ramai apa, ya ikutin,” ujar Melon. “Terus, kolaborasi dengan talent atau YouTuber atau selebgram lain. Jadi, nggak cuma diam di tempat saja. Misalnya, jadi caster Dota 2 atau CS:GO terus.” Dia lalu memberikan contoh ketika beberapa caster dari game PC beralih ke mobile game, seperti Riantoro “Pasta” Yogi dan Florian “Wolfy” George di PUBG Mobile, Frans Volva Riyando di Mobile Legends, dan Rere “Bredel” Bintoro di Point Blank dan Mobile Legends.

 

Tantangan dan Stigma Dalam Dunia Esports

Jika Anda ingin bekerja di dunia esports, tentu saja Anda harus tahu tentang game esports. Namun, hal itu bukan berarti Anda bisa bermain game seharian. Esports juga menawarkan berbagai tantangan tersendiri. Menurut Reza, tantangan dalam bekerja di dunia esports adalah betapa cepatnya industri berkembang.

“Sebelum ke esports, gue kerja di dunia IT. Trait-nya sama, yaitu orang yang lambat bakal ketinggalan,” ujarnya. “Di esports, kita dituntut untuk cepat dan tepat di segala hal. Karena dunianya berkembang pesat dan kompetitif. Jadi, ya harus keep up to date sama yang sedang happening dan jangan pernah malas belajar.”

Walaupun industri esports masih terbilang muda, sudah muncul stigma akan orang-orang yang bekerja di dalamnya. Salah satunya adalah bahwa pekerjaan dari orang-orang yang bekerja di dunia esports hanyalah main game. “Contoh stigma negatif adalah pandangan bahwa kerja di esports gampang banget. Tinggal buat konten dapet duit, nongkrong, main game, dapet duit. Padahal, kita kerja keras banget,” ujar Irli. Dia juga bercerita, ada orang-orang yang menggampangkan pekerjaan di dunia esports. “Ada yang bilang, ‘Gue punya passion, gue mau dong kerja di esports.’ It doesn’t work that way.”

Namun, Irli bercerita, juga ada stigma positif tentang orang-orang yang bekerja di dunia esports. Salah satu stigma positif itu adalah orang-orang yang sukses di dunia esports dianggap lebih “keren” dari orang-orang yang sukses di industri lain. “Kenapa? Karena industri esports ini masih sangat baru,” katanya. Hal itu berarti, orang-orang yang bekerja di dunia esports memang “memulai dari nol”.

 

Kesimpulan

Pekerjaan di dunia esports tidak terbatas pada pemain profesional. Ada berbagai pekerjaan lain yang bisa Anda ambil, baik di depan layar, seperti caster atau streamer, maupun di belakang layar, seperti videografer atau menjadi bagian dari event organizer. Sayangnya, bekerja di dunia esports bukan berarti Anda hanya bermain game seharian. Sama seperti saat Anda bekerja di bidang lain, Anda harus memenuhi beberapa persyaratan yang ditentukan oleh perusahaan.

Jadi, masin berminat untuk bekerja di dunia esports?

Sumber header: Gamer One

Industri Mobile Esports di Asia Masih akan Terus Tumbuh

Dalam beberapa tahun belakangan, mobile gaming dan mobile esports di Asia tumbuh dengan pesat, menurut studi yang dilakukan oleh perusahaan riset pasar Niko Partners bersama dengan Google. Dalam beberapa tahun ke depan, mobile esports di Asia masih akan tumbuh.

Pada 2019, total pendapatan dari mobile game esports mencapai US$19,5 miliar. Dari total pendapatan itu, Asia menyumbangkan US$13,3 miliar atau sekitar 68 persen. Sementara itu, total pendapatan dari mobile game — termasuk game non-esports — mencapai US$28 miliar di Tiongkok dan Asia Tenggara.

Di Tiongkok, pemasukan mobile game esports pada 2019 menembus US$7,2 miliar, naik 10 persen dari 2018. Untuk kawasanAsia Tenggara, pendapatan mobile game esports adalah US$1,9 juta, dengan tingkat laju pertumbuhan majemuk (CAGR) 21,1 persen selama 5 tahun. Angka CAGR dari negara-negara di Asia Tenggara berbeda-beda. Vietnam memiliki CAGR paling tinggi dengan laju pertumbuhan mencapai 28 persen.

Bertambahnya jumlah pengguna smartphone menjadi salah satu alasan mengapa industri mobile game di Asia masih akan terus bertumbuh di masa depan. Selain itu, alasan lain industri mobile game masih akan berkembang di Asia adalah karena hardware smartphone yang menjadi semakin mumpuni dan akses internet yang meluas, lapor The Esports Observer.

mobile esports di Asia
Dampak pandemi pada mobile esports di Asia. | Sumber: Niko Partners

Tak hanya soal pendapatan, pada 2020, waktu yang gamer Asia habiskan untuk bermain mobile game juga naik hingga 50-75 persen. Sementara viewership untuk mobile game esports naik sekitar 75-100 persen dari tahun lalu karena pandemi virus corona, yang menyebabkan masyarakat harus dikarantina.

Hadiah dari turnamen esports yang digelar di Asia Tenggara pada 2019 juga mengalami kenaikan 24 persen dari tahun 2018. Di kawasan Asia, mobile game esports paling populer adalah game MOBA. Honor of Kings alias Arena of Valor sangat populer di TIongkok. Sementara di kawasan Asia Tenggara, Mobile Legends juga menuai popularitas serupa. Baik Arena of Valor dan Mobile Legends juga sudah memiliki ekosistem esports yang stabil.

Selama tiga tahun, Arena of Valor dan Mobile Legends menjadi mobile game dengan pemasukan paling besar di kawasan Asia. Hanya saja, pada 2019, popularitas kedua game MOBA itu tergeser oleh game battle royale, seperti PUBG Mobile, Fortnite Mobile, dan Garena Free Fire.

Secara global, game battle royale seperti PUBG Mobile, Fortnite, dan Free Fire memang lebih populer dari game MOBA. Namun, di Asia, baik Mobile Legends maupun Arena of Valor memiliki fans yang setia. Di satu sisi, hal ini adalah kabar baik untuk Riot Games yang hendak meluncurkan League of Legends: Wild Rift. Di sisi lain, hal ini berarti, mereka harus siap menghadapi persaingan ketat.

Nintendo Masih Ingin Bermain di Pasar Mobile Game

Minat Nintendo dalam membuat mobile game tampaknya mulai surut. Bulan lalu, kepada Bloomberg, Presiden Nintendo, Shuntaro Furukawa berkata bahwa Nintendo tidak berencana untuk meluncurkan banyak mobile game baru. Meskipun begitu, perusahaan Jepang tersebut tampaknya masih tertarik untuk memperkenalkan intellectual property (IP) mereka melalui mobile game.

“Kami akan terus berusaha untuk meningkatkan jumlah orang yang mengenal IP Nintendo selain melalui konsol buatan kami,” tulis Nintendo dalam laporan tahunan mereka, seperti yang disebutkan oleh GamesIndutry. “Bisnis mobile game adalah salah satu cara kami untuk melakukan hal itu. Kami ingin memperluas cakupan bisnis kami dengan membuat masyarakat semakin mengenal IP Nintendo melalui perangkat mobile, yang jumlahnya terus bertambah di dunia.”

Sebenarnya, tidak heran jika Nintendo tak lagi terlalu tertarik memasuki pasar mobile game. Memang, pada awal tahun 2020, bisnis mobile game Nintendo telah sukses mendapatkan penghasilan sebesar US$1 miliar. Namun, sebagian besar pendapatan itu berasal dari satu game, yaitu Fire Emblem Heroes, yang merupakan game gacha.

nintendo mobile game
Fire Emblem Heroes memberikan kontribusi terbesar dalam pemasukan divisi mobile game Nintendo.

Sementara itu, untuk tahun fiskal yang berakhir pada 31 Maret 2020, Nintendo melaporkan bahwa divisi mobile game mereka mendapatkan pemasukan sebesar US$480 juta. Memang, pemasukan divisi mobile naik 11,5 persen dari tahun lalu. Hanya saja, pemasukan dari divisi mobile game tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan total pemasukan Nintendo sepanjang tahun fiskal 2020, yang mencapai US$12,31 miliar.

Saat ini, Nintendo tidak punya rencana untuk meluncurkan mobile game baru. Sementara rekan utama mereka dalam mengembangkan mobile game, DeNA mengungkap bahwa mereka tidak akan merilis mobile game baru sampai akhir tahun fiskal 2021. Meskipun begitu, Nintendo tampaknya tetap ingin memenangkan hati para mobile gamer melalui game-game yang telah mereka luncurkan.

Menurut laporan GameRant, Nintendo secara rutin menambahkan karakter baru ke game Dr. Mario World. Tak hanya itu, mereka juga menyanggupi permintaan fans dan menambahkan fitur orientasi landscape dalam Mario Kart Tour, meski game itu tak terlalu populer. Selain melalui mobile game, Nintendo juga ingin memperkenalkan IP mereka melalui media lain, seperti taman hiburan.

“Untuk melakukan ekspansi bisnis IP kami, kami akan bekerja sama dengan rekan kami untuk meningkatkan penggunaan karakter Nintendo di berbagai media, sepreti proyek taman hiburan, film, dan merchandise. Dengan melakukan itu, kami akan meningkatkan kesempatan masyarakat mengenal karakter-karakter Nintendo dalam kehidupan mereka sehari-hari. Hal ini akan menaikkan nilai IP Nintendo, yang merupakan kelebihan kami dari para pesaing kami.”

Tim-Tim Dota 2 Terbaik Eropa Buat Omega League, Total Hadiah Rp8,8 Miliar

Sepanjang pandemi virus corona, turnamen esports memang masih bisa diadakan secara online. Namun, Valve memutuskan untuk menunda penyelenggaraan The International. Tentu saja, hal ini membuat para fans kecewa. Dalam rangka untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh The International, sejumlah tim Dota 2 di Eropa bekerja sama dengan Epic Esports Events dan WePlay! Esports untuk mengadakan kompetisi Dota 2 baru yang disebut Omega League.

Omega League akan diselenggarakan di dua kawasan, yaitu Eropa dan Amerika. Masing-masing region memiliki dua divisi. Kompetisi untuk kawasan Eropa menawarkan total hadiah paling besar, yaitu US$550 ribu (sekitar Rp8,2 miliar). Sementara turnamen untuk kawasan Amerika hanya memiliki hadiah US$40 ribu (sekitar Rp593 juta). WePlay! Esports akan bertanggung jawab dalam menyiarkan Omega League dalam bahasa Inggris sementara siaran dalam bahasa Rusia akan dibuat oleh grup siaran RuHub.

Dalam divisi Immortal Eropa, akan ada 12 tim Dota 2 terbaik yang bertanding untuk memperebutkan hadiah sebesar US$500 ribu (sekitar Rp7,4 miliar). Dua belas tim itu akan dibagi ke dalam dua grup. Tim terbaik akan masuk dalam babak playoff yang menggunakan format double-elimination. Sejauh ini, telah ada 10 tim yang diundang. Sementara dua tim lainnya akan ditentukan berdasarkan babak kualifikasi, yang akan diadakan pada 20 Juli 2020, lapor Win.GG.

Inilah 10 tim yang diundang untuk berlaga di divisi Immortal Eropa:

  • OG
  • Team Nigma
  • Team Liquid
  • Alliance
  • Natus Vincere
  • Virtus.pro
  • FlyToMoon
  • Ninjas in Pyjamas
  • Evil Geniuses
  • Team Secret

Evil Geniuses memang merupakan tim Amerika Utara. Namun, mereka akan berlaga di divisi Eropa Immortal. Selain divisi Immortal, region Eropa memiliki satu turnamen lain yang menawarkan hadiah sebesar US$50 ribu (sekitar Rp741 juta). Sama seperti Eropa, kawasan Amerika juga dibagi menjadi dua kelompok. Dalam divisi Divine, 10 tim Amerika terbaik akan memperebutkan total hadiah sebesar US$31,5 ribu (sekitar Rp467 juta). Sementara divisi Immortal menawarkan total hadiah US$8,5 ribu (sekitar Rp126 juta).

“Kami sangat senang dapat mencoba berbagai ide menarik dan penasaran dengan reaksi dari komunitas Dota 2,” kata Vitaliy “Nexius” Bozhko, Lead Esports Manager, WePlay! Esports, seperti dikutip dari Esports Insider. “Tim kami dan Epic Esports Events akan berusaha memberikan yang terbaik dalam menyelenggarakan kompetisi ini. Saya harap, para penonton akan menikmati hasilnya. Kami merasa tanggung jawab lebih karena Omega League diadakan pada waktu saat The International biasa diadakan.”

Semester Pertama 2020, Penjualan Konsol di AS Naik Berkat Pandemi

Sepanjang semester pertama 2020, penjualan konsol di Amerika Serikat naik 25 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu, menurut perusahaan riset pasar, The NPD Group. Alasan utama dari naiknya penjualan konsol di AS adalah pandemi virus corona, yang memaksa banyak orang untuk diam di rumah. Memang, pada Q1 2020, total belanja dari gamer AS juga sudah mengalami kenaikan.

“Total penjualan konsol di AS naik 25 persen, menjadi US$1,6 miliar,” kata analis NPD, Mat Piscatella, seperti dikutip dari VentureBeat. Sayangnya, penjualan konsol di AS pada Juni 2020 justru mengalami penurunan sebesar 17 persen, menjadi US$191 juta. “Penjualan konsol mengalami penurunan untuk pertama kalinya pada Juni sejak Februari 2020,” ujar Piscatella.

Kemungkinan, alasan mengapa penjualan konsol pada bulan Juni justru menurun adalah karena konsumen sudah membeli konsol pada April atau Mei. Selain itu, PlayStation 5 dan Xbox Series X juga akan diluncurkan pada tahun ini. Jadi, jika masyarakat memutuskan untuk menunggu hingga konsol baru dari Sony dan Microsoft itu diluncurkan, hal itu tidak aneh. Sepanjang bulan Juni, Nintendo Switch menjadi konsol dengan penjualan terbaik jika dibandingkan dengan konsol lain. Secara global, Nintendo Switch telah terjual sebanyak lebih dari 55 juta unit pada Mei 2020.

Meskipun penjualan konsol di AS turun pada bulan Juni, hal itu bukan berarti industri game di AS mengalami masalah. Secara keseluruhan, total pemasukan industri game di Amerika Serikat mengalami kenaikan pada bulan Juni. Piscatella berkata, “Pada Juni 2020, total penjualan hardware, software, aksesori game, dan game cards mencapai US$1,2 mliar, naik 26 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu.” Dia menambahkan, pemasukan industri game pada Juni kali ini adalah yang tertinggi sejak Juni 2009. Ketika, itu, total penjualan di dunia game mencapai US$1,3 miliar.

Dan memang, walau penjualan konsol mengalami penurunan, penjualan aksesori game justru naik. “Penjualan aksesori game dan game cards mencapai US$417 juta, naik 29 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu,” ungkap Piscatella. Penjualan aksesori game naik karena setelah membeli konsol, para gamer terdorong untuk membeli gamepad atau headset baru sehingga mereka bisa bermain bersama keluarga atau teman mereka.

Sumber header: The Gamer