Mengenal LindungiHutan, Startup Asal Semarang yang Konsisten Melakukan Konservasi Lingkungan

Sebutan ‘paru-paru dunia’ yang kita sematkan pada hutan bukanlah tanpa alasan. Hutan memainkan peran krusial sebagai penjaga keseimbangan ekosistem, penyerap karbon, sekaligus peredam dampak perubahan iklim dan pemanasan global yang sedang terjadi.

Singkat cerita, sudah sepatutnya hutan dijaga dan dilestarikan sebagai salah satu pilar utama dalam kehidupan yang berkelanjutan. Salah satu pihak yang gencar melakukan upaya pelestarian hutan di Indonesia adalah LindungiHutan.

Sejak tahun 2016, startup LindungiHutan yang bermarkas di kota Semarang ini telah fokus membangun platform crowdplanting penggalangan dana online untuk konservasi hutan dan lingkungan.

CEO LindungiHutan, Miftachur Robani atau yang akrab disapa Ben, menjelaskan bahwa timnya selalu mengambil pendekatan yang adaptif dalam menjalankan misinya.

“Setiap tahunnya kami memiliki pendekatan dan cara pandang baru yang berkembang seiring dengan perkembangan zaman, dan kami akan melangkah sejalan dengan tujuan kami,” ungkap Ben dalam sebuah keterangan tertulis.

Untuk tahun 2024 misalnya, LindungiHutan menyediakan berbagai program kerja sama seperti #PilihLestari, TreeshBash, Sedekah Pohon, ESG Program, Imbangi, Rawat Bumi, UniversiTree, Jaga Hutan, Hutan Merdeka, Musim Penghijauan, hingga Harapan Hutan.

“Selain itu juga terdapat program tahunan, yaitu CorporaTree, ColaboraTree, dan Konsultasi Karbon,” imbuh Ben.

Hingga saat ini, LindungiHutan mengklaim telah menanam lebih dari 805.000 pohon di 50 lokasi penghijauan. Mereka juga telah dipercaya sebagai mitra dalam melakukan aksi keberlanjutan oleh 517 brand dan perusahaan, seperti Somethinc, Tokopedia, BFI Finance, Bussan Auto Finance (BAF), dan lainnya.

**

Untuk ulasan selengkapnya, kunjungi Solum.id. Solum.id adalah media online yang fokus menyajikan berbagai artikel tentang sektor keberlanjutan dan teknologi masa depan.

Disclosure: Solum.id adalah bagian dari grup DailySocial.id

DBS Foundation Hibahkan Rp8,2 Miliar Bagi Empat Startup Cleantech Asal Indonesia

Bank DBS Indonesia melalui DBS Foundation mengumumkan empat startup asal Indonesia yang terpilih sebagai pemenang dari DBS Foundation (DBSF) Business for Impact Grant Award Programme 2023.

Keempat startup tersebut adalah Plana, Liberty Society, Nafas, dan Magalarva. Sebagai pemenang, mereka berhak mendapatkan dana hibah dengan total nilai 710 ribu dolar Singapura (setara Rp8,2 miliar), yang akan digunakan untuk mengatasi permasalahan lingkungan dan sosial.

Sedikit informasi mengenai masing-masing pemenang, Plana adalah startup yang berfokus pada pengolahan sampah plastik menjadi material baru, yaitu Plana Wood. Produk ini diproyeksikan sebagai alternatif kayu alami yang tahan lama dan dapat digunakan sebagai bahan bangunan.

Liberty Society di sisi lain berfokus pada daur ulang limbah perusahaan (plastik, tekstil, kardus) menjadi merchandise B2B, sekaligus membuka kesempatan bekerja bagi komunitas yang terpinggirkan.

Nafas adalah startup yang menyediakan data kualitas udara (air quality index/AQI) untuk meningkatkan kesadaran tentang polusi udara serta mendorong perubahan kebijakan.

Magalarva menghadirkan layanan pengumpulan limbah dan mengubahnya menjadi tepung lalat tentara hitam (black soldier fly) berkualitas tinggi sebagai bahan baku pakan hewan.

***

Untuk ulasan selengkapnya, kunjungi Solum.id. Solum.id adalah media online yang fokus menyajikan berbagai artikel tentang sektor keberlanjutan dan teknologi masa depan.

Disclosure: Solum.id adalah bagian dari grup DailySocial.id

SUN Energy Amankan Pendanaan Hijau Rp500 Miliar dari PermataBank

Tren pembiayaan hijau atau green financing terus berkembang seiring pemerintah Indonesia menargetkan pencapaian net zero emission (NZE) pada tahun 2060.

Industri perbankan di Indonesia pun dikenal aktif dalam mempromosikan upaya pembiayaan hijau melalui penyediaan kredit untuk sektor hijau, dengan tujuan untuk menyeimbangkan aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial.

Salah satu contoh terbarunya adalah PermataBank yang mengambil langkah signifikan dengan penyaluran fasilitas pembiayaan hijau senilai Rp500 miliar kepada SUN Energy.

Sesuai profil penerimanya, fasilitas ini ditujukan untuk pengembangan proyek energi surya di Indonesia. Melalui implementasi pembiayaan hijau ini, PermataBank memainkan peran strategis dalam penyaluran fasilitas untuk proyek energi baru terbarukan (EBT).

Hal ini sejalan dengan komitmen PermataBank untuk memitigasi risiko iklim dan mengurangi emisi karbon dalam aktivitas perbankan yang dijalankan.

Chief Corporate Banking PermataBank, Evi Hiswanto, menjelaskan bahwa kerja sama dengan SUN Energy ini merupakan salah satu komitmen strategis perusahaannya dalam meningkatkan pembiayaan ramah lingkungan.

Untuk ulasan selengkapnya, kunjungi Solum.id. Solum.id adalah media online yang fokus menyajikan berbagai artikel tentang sektor keberlanjutan dan teknologi masa depan.

Disclosure: Solum.id adalah bagian dari grup DailySocial.id

 

Buangdisini Atasi Isu Fundamental di Industri Daur Ulang Plastik

Bisnis daur ulang sampah plastik belakangan semakin banyak dilirik. Selain karena terbukti menguntungkan, daur ulang sampah plastik juga dapat membantu menjaga kelestarian lingkungan.

Pendekatan ini banyak dikenal dengan istilah ekonomi sirkular. Februari lalu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat bahwa Indonesia saat ini memiliki sekitar 241 pelaku usaha daur ulang plastik, dengan nilai investasi mencapai 20 triliun rupiah dan kemampuan produksi sebesar 2,54 juta ton per tahun.

Dari sini sebenarnya sudah bisa kita simpulkan bahwa sampah, khususnya sampah plastik, dapat diperlakukan sebagai komoditas yang bernilai.

Sayangnya, hal ini cuma berlaku untuk beberapa pihak saja. Pasalnya, seperti yang kita tahu, masih banyak kalangan pemulung yang hidup di bawah garis kemiskinan.

Sentimen seperti itulah yang saya dapatkan setelah berbicara singkat dengan Rheza Varianto Yudhistira, co-founder sekaligus CEO dari startup manajemen sampah Buangdisini.

Dalam penjelasannya, Rheza mendeskripsikan Buangdisini sebagai startup yang menawarkan layanan daur ulang plastik secara end-to-end, dengan fokus pada digitalisasi tata niaga di sektor informal.

Salah satu pemain di sektor informal yang dimaksud adalah kalangan pemulung itu tadi. Menurut Rheza, status quo industri yang ada saat ini membuat para pemulung sangat sulit untuk memperoleh pendapatan yang layak, dan di situlah Buangdisini berharap dapat membantu melalui upaya digitalisasinya.

Secara garis besar, produk Buangdisini dapat dibedakan menjadi dua, yakni fasilitas daur ulang canggih yang bertempat di kota Malang, dan aplikasi ponsel yang dapat digunakan oleh para pengumpul sampah plastik untuk memudahkan pekerjaan mereka.

Lewat aplikasi tersebut, siapa pun dapat mengakses data yang terintegrasi secara transparan. Dalam konteks para pemulung misalnya, mereka bisa menjual sampah plastik yang dikumpulkannya dengan harga yang jauh lebih tinggi ketimbang jika melalui pihak perantara.

Sejak diluncurkan pada bulan Oktober 2022, aplikasi Buangdisini telah berhasil menggaet sekitar 1.000 pengguna aktif.

Untuk ulasan selengkapnya, kunjungi Solum.id. Solum.id adalah media online yang fokus menyajikan berbagai artikel tentang sektor keberlanjutan dan teknologi masa depan.

Disclosure: Solum.id adalah bagian dari grup DailySocial.id

Apa Itu Cleantech? Apa Bedanya dengan Climate Tech?

Meningkatnya kesadaran dunia akan perlunya perubahan demi mengantisipasi krisis iklim berujung pada pesatnya perkembangan di sektor cleantech dan climate tech.

Kedua istilah ini sering kali digunakan secara bergantian, termasuk salah satunya di Wikipedia, mengindikasikan kalau keduanya sebenarnya sama secara konsep dasar.

Meski anggapan tersebut ada benarnya, cleantech dan climate tech sebenarnya memiliki perbedaan yang cukup signifikan.

Artikel ini akan mencoba menjelaskan apa itu cleantech dan climate tech, dan bagaimana keduanya dapat dibedakan.

Apa itu cleantech?

Sebelum membahas perbedaannya, kita tentu harus mengenali masing-masing terlebih dahulu.

Menurut Investopediacleantech adalah istilah yang digunakan untuk mengklasifikasikan berbagai perusahaan atau teknologi yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kelestarian lingkungan.

Istilah cleantech mulai populer digunakan pada tahun 2002. Kala itu, cleantech didefinisikan sebagai beraneka ragam produk, layanan, dan proses yang dirancang untuk meningkatkan kinerja dan efisiensi, selagi di saat yang sama mengurangi atau menghilangkan dampak lingkungan yang dihasilkan.

Beberapa contoh cleantech mencakup teknologi energi bersih, udara bersih, air bersih, transportasi, manajemen limbah, penyempurnaan rantai suplai, manufaktur, dan lain sebagainya.

Apa itu climate tech?

PwC mendeskripsikan climate tech sebagai teknologi yang secara khusus dirancang untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK), atau untuk membantu mengatasi dan beradaptasi dengan dampak perubahan iklim.

Contoh-contoh climate tech meliputi teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (carbon capture & storage – CCS), maupun teknologi yang didesain untuk meningkatkan efisiensi energi bangunan.

Dari sini sebenarnya sudah bisa dilihat kalau climate tech memiliki tujuan yang lebih spesifik ketimbang cleantech. Namun di saat yang sama, kita juga sudah bisa mendapatkan gambaran bagaimana keduanya bakal beririsan.

Untuk ulasan selengkapnya, kunjungi Solum.id. Solum.id adalah media online yang fokus menyajikan berbagai artikel tentang sektor keberlanjutan dan teknologi masa depan.

Disclosure: Solum.id adalah bagian dari grup DailySocial.id

Daftar Startup Cleantech Indonesia di Sektor Industri & Pembangunan

Ekosistem startup cleantech di Indonesia memiliki potensi untuk tumbuh subur terlepas dari sejumlah tantangan yang masih harus ditangani, utamanya seputar pendanaan dan kerangka regulasi.

Secara umum, ekosistem startup cleantech di Indonesia dapat dipetakan menjadi tiga sektor: sektor energi, sektor transportasi, dan sektor industri & pembangunan.

Sebelumnya, tim Solum.id sudah lebih dulu membuat daftar startup cleantech Indonesia yang bergerak di sektor energi dan di sektor transportasi.

Dalam kesempatan kali ini, kami akan menyoroti startup cleantech yang bergerak di sektor industri & pembangunan.

Berikut daftar lengkapnya.

1. Berkela

Berkela menghadirkan platform efisiensi dan konservasi energi (energy efficiency & conservation – EEC) bagi organisasi dan perusahaan di berbagai sektor.

Tak hanya menyediakan informasi dan alat yang relevan untuk keperluan EEC, platform yang Berkela bangun juga dirancang untuk menghubungkan pelaku usaha dengan para pemangku kepentingan terkait.

Website: berkela.id

2. Faraday

Bermula dari proyek penelitian akademis di Universitas Prasetiya Mulya, Faraday lanjut mengembangkan sistem manajemen energi buat industri.

Saat ini, Faraday tengah mengembangkan prototipe sistem manajemen energi matahari, lengkap dengan fitur-fitur seperti real-time monitoringforecasting, dan optimasi kinerja pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

Website: faraday.id

3. Leastric

Leastric adalah startup yang mengembangkan sistem pemantauan listrik terintegrasi, dengan tujuan utama untuk menekan angka konsumsi energi listrik, baik dalam skenario industri ataupun residensial.

Dengan perpaduan perangkat fisik dan pengolahan data berbasis cloud, Leastric mengeklaim teknologi yang dikembangkannya dapat membantu mengurangi konsumsi listrik hingga 15%.

Website: leastric.com

4. Powerbrain

Didirikan pada tahun 2019 dengan nama Homemate, Powerbrain kini fokus mengembangkan sejumlah layanan berbasis teknologi untuk meningkatkan efisiensi energi.

Di samping menawarkan sistem manajemen energi yang terintegrasi, Powerbrain juga menyediakan layanan komprehensif terkait pemanfaatan sumber energi terbarukan bagi industri, mulai dari studi kelayakan, desain, instalasi, hingga operasional dan perawatannya.

Untuk daftar selengkapnya, kunjungi Solum.id. Solum.id adalah media online yang fokus menyajikan berbagai artikel tentang sektor keberlanjutan dan teknologi masa depan.

Disclosure: Solum.id adalah bagian dari grup DailySocial.id

Daftar Startup Cleantech Indonesia di Sektor Transportasi

Meski dihadapkan dengan sejumlah tantangan, utamanya dari segi pendanaan dan kerangka regulasi, ekosistem startup cleantech di Indonesia tetap memiliki peluang untuk tumbuh subur.

Secara umum, ekosistem startup cleantech di Indonesia dapat dipetakan menjadi tiga sektor: sektor energi, sektor transportasi, dan sektor industri & pembangungan.

Sebelumnya, tim Solum.id sudah lebih dulu membuat daftar startup cleantech Indonesia yang bergerak di sektor energi.

Di artikel kali ini, giliran startup cleantech yang bergerak di sektor transportasi yang mendapat sorotan.

Berikut daftar lengkapnya.

1. ALVA

ALVA merupakan brand solusi mobilitas ramah lingkungan dari Ilectra Motor Group (IMG). Tak hanya membangun brand sepeda motor listrik, IMG juga aktif dalam pengembangan ekosistem pendukungnya melalui kerja sama dengan sejumlah pihak.

Produk ALVA sejauh ini sudah ada dua, yakni ALVA Cervo dan ALVA One. ALVA Cervo dijual dengan harga mulai Rp37.750.000, sementara ALVA One mulai Rp36.490.000 — harga on-the-road (OTR) Jabodetabek.

Website: alvaauto.com

2. Automa

Mengawali kiprahnya sebagai penyedia solusi IoT, Automa kini menyediakan sistem manajemen transportasi yang komprehensif dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi di sisi rantai suplai.

Automa mengembangkan platform bagi pelaku usaha untuk memonitor kondisi armadanya beserta sejumlah statistik lain yang relevan secara real-time.

Website: x.automa.id

3. Batex

Berdiri sejak 2012, Batex mengeklaim dirinya sebagai produsen baterai litium pertama di Indonesia. Selain baterai litium, Batex juga mengembangkan sejumlah produk turunannya, termasuk halnya sepeda listrik.

Website: @batex.indonesia – Instagram

4. Charged

Charged adalah startup yang berkecimpung dalam bidang produksi dan distribusi sepeda motor listrik. Dalam pengembangan sejumlah produknya, Charged berkolaborasi dengan produsen sepeda motor listrik asal Australia, Vmoto..

Charged sejauh ini telah memasarkan tiga model sepeda motor listrik yang berbeda, yakni Anoa (harga mulai Rp32 juta), Rimau (Rp33,5 juta), dan Maleo (Rp24 juta).

Website: charged.co.id

5. Nuxcle

Nuxcle adalah startup yang berfokus pada pengembangan kendaraan listrik. Produk yang dikembangkan sejauh ini mencakup skateboard listrik di bawah brand @zuboard, serta prototipe sepeda dan skuter listrik.

Selain menjual produk secara langsung ke konsumen, Nuxcle juga menawarkan layanan konversi kendaraan listrik untuk kendaraan roda dua konvensional.

Untuk daftar selengkapnya, kunjungi Solum.id. Solum.id adalah media online yang fokus menyajikan berbagai artikel tentang sektor keberlanjutan dan teknologi masa depan.

Disclosure: Solum.id adalah bagian dari grup DailySocial.id

Daftar Startup Cleantech Indonesia di Sektor Energi

Terlepas dari kendala seputar pendanaan dan regulasi, ekosistem startup cleantech di Indonesia punya potensi untuk tumbuh subur.

Secara umum, ekosistem startup cleantech di Indonesia dapat dipetakan menjadi tiga sektor: sektor energi, sektor transportasi, dan sektor industri & pembangunan.

Di artikel ini, tim Solum.id telah mengumpulkan deretan startup cleantech Indonesia yang bergerak di sektor energi.

Berikut daftar lengkapnya.

1. Xurya

Didirikan pada tahun 2018, Xurya merupakan startup yang menyediakan solusi lengkap terkait kebutuhan listrik bersih bersumber energi matahari.

Platform yang Xurya bangun ditargetkan untuk membantu transisi energi para pemilik bangunan komersial dan industri, mulai dari tahap studi kelayakan investasi, manajemen instalasi, hingga operasional dan pemeliharaan berkala.

Website: xurya.com

2. SolarKita

SolarKita menyediakan solusi terintegrasi bagi konsumen residensial yang tertarik untuk menambahkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) pada atap rumahnya.

Pelayanan yang diberikan mencakup dari tahap konsultasi hingga perawatan dan pemantauan performa PLTS. SolarKita juga menawarkan program pendanaan yang cukup fleksibel.

Website: solarkita.com

3. Warung Energi

Berdiri pada tahun 2017, Warung Energi adalah salah satu unit bisnis milik PT Bina Lintas Usaha Ekonomi (BLUE) yang mengusung konsep one-stop shopping terkait solusi teknologi energi terbarukan.

Warung Energi menjual komponen PLTS secara terpisah sekaligus melayani instalasi PLTS rumahan dalam berbagai paket yang dapat disesuaikan dengan bujet dan kebutuhan konsumen.

Website: warungenergi.com

4. BTI Energy

Didirikan pada Maret 2020 di Denpasar, Bali, BTI Energy merupakan penyedia layanan EPC (engineering, procurement, and construction) yang fokus pada energi terbarukan, khususnya energi matahari.

Fokus utama BTI Energy adalah mengatasi tantangan biaya tinggi dalam pemasangan panel surya, yakni melalui biaya yang terjangkau beserta skema pembayaran yang fleksibel.

Website: btienergy.id

5. Gree Energy

Sejak 2013, Gree Energy telah menawarkan solusi dekarbonisasi bagi industri pengolahan makanan dengan mengubah air limbah yang dihasilkan menjadi biogas — yang kemudian dapat digunakan untuk menghasilkan energi, panas, air bersih, pupuk organik, ataupun dijual sebagai kredit karbon.

Website: gree-energy.com

Untuk daftar selengkapnya, kunjungi Solum.id. Solum.id adalah media online yang fokus menyajikan berbagai artikel tentang sektor keberlanjutan dan teknologi masa depan.

Disclosure: Solum.id adalah bagian dari grup DailySocial.id

Bursa Karbon Indonesia: Apa yang Kurang dan yang Sudah Terlaksana dengan Baik?

Indonesia telah resmi memiliki bursa karbonnya sendiri sejak 26 September lalu. Diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan dioperasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) mengindikasikan langkah awal yang positif terkait pertumbuhan ekonomi hijau di negara ini.

Berhubung statusnya masih baru, tentunya masih ada yang bisa disempurnakan lagi dari penyelenggaraan bursa karbon nasional ini.

Untuk membahas topik ini, kami kembali menghubungi tim envmission, yang sebelumnya sempat memberikan gambaran luas mengenai kondisi ekosistem pasar karbon Indonesia saat ini.

Berikut adalah hasil perbincangan singkat tim Solum.id dengan envmission mengenai Bursa Karbon Indonesia. Sebagian besar teksnya sudah disunting agar lebih mudah dibaca.

Apa saja hal yang sudah terlaksana dengan baik di Bursa Karbon Indonesia?

Kami bersyukur bahwa perdagangan karbon sudah mulai dilakukan di Indonesia. Hal ini dapat diartikan sebagai langkah maju bagi pihak-pihak yang selama ini berjuang untuk mengatasi perubahan iklim.

Selain itu, kami juga mengapresiasi penggunaan teknologi blockchain untuk mendeteksi asal muasal unit karbon yang diperdagangkan sehingga tidak terjadi double accounting.

Selengkapnya kunjungi Solum.id, portal media yang membahas tentang teknologi dan bisnis berkelanjutan di Indonesia.

Disclosure: Solum.id adalah bagian dari grup DailySocial.id

Bursa Karbon Indonesia Resmi Diluncurkan, Perdagangan Hari Pertama Tembus Rp29 Miliar

Setelah dinanti-nantikan sejak lama, Indonesia akhirnya resmi memiliki bursa karbon nasional. Peluncuran Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) ini dilakukan langsung oleh Presiden Joko Widodo pada hari Selasa (26/9/2023) kemarin di main hall gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta.

Sebelumnya, BEI memang telah mendapatkan izin usaha sebagai penyelenggara bursa karbon dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). OJK sendiri berperan sebagai pihak yang mengatur perdagangan karbon sekaligus tata cara penyelenggaraannya.

Mengutip siaran persnya, saat ini terdapat empat mekanisme perdagangan di IDXCarbon, yakni auctionregular tradingnegotiated trading, dan marketplace.

Komoditas yang diperdagangkan di Bursa Karbon Indonesia sendiri adalah unit karbon, yang sendirinya merupakan bukti kepemilikan karbon dalam bentuk sertifikat atau persetujuan teknis yang dinyatakan dalam 1 ton karbon dioksida (CO2).

Di IDXCarbon, tersedia dua jenis unit karbon, yaitu Persetujuan Teknis Batas Atas Emisi Bagi Pelaku Usaha (PTBAE-PU) dan Sertifikat Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca (SPE-GRK). Sesuai peraturan yang diterbitkan OJK, keduanya dikemas dalam bentuk efek atau surat berharga, seperti halnya di bursa saham.

Untuk ulasan selengkapnya kunjungi Solum.id, media online yang membahas terkait bisnis dan teknologi keberlanjutan.

Disclosure: Solum.id adalah bagian dari grup DailySocial.id