Daftar Peserta The Bucharest Minor yang Akan Melawan BOOM ID

The Bucharest Minor akan menjadi salah satu turnamen Dota 2 Pro Circuit yang akan mengawali tahun 2019.

Tim Dota 2 terbaik asal Indonesia, BOOM ID juga akan turut berlaga di sini berkat kemenangan mereka di kualifikasi regional Asia Tenggara.

Selain BOOM ID, ada 7 tim lain yang juga telah lolos dari kualifikasi regionalnya masing-masing. Berikut ini adalah 8 tim peserta yang siap berlaga di The Bucharest Minor.

  • OG (dari kualifikasi Eropa)
  • Ninjas in Pyjamas (dari kualifikasi Eropa)
  • TeamTeam (dari kualifikasi Amerika Utara)
  • Playmakers Esports (dari kualifikasi Amerika Latin)
  • Gambit Esports (dari kualifikasi CIS)
  • BOOM ID (dari kualifikasi Asia Tenggara)
  • Keen Gaming (dari kualifikasi Tiongkok)
  • EHOME (dari kualifikasi Tiongkok)

Dari nama-nama di atas, ada 2 nama yang mungkin asing buat para fans esports Dota 2 yaitu 2 tim dari kawasan Amerika. Untuk Playmakers Esports, tim ini memang baru saja dibentuk di bulan November 2018. Tim asal Peru ini secara mengejutkan berhasil mengalahkan Infamous, yang mungkin lebih diunggulkan.

Sedangkan TeamTeam adalah tim Amerika Utara yang berhasil menundukkan compLexity Gaming di partai final kualifikasi Amerika Utara. Sama seperti Infamous di Amerika Latin, compLexity Gaming juga sebenarnya lebih dijagokan untuk lolos ke main event namun takdir rupanya berkata lain.

Buat yang belum tahu, The Bucharest Minor akan memperebutkan total hadiah sebesar US$300 ribu dan 500 DPC point. Selain itu, juaranya turnamen ini juga akan mendapatkan kursi untuk bertanding di kasta yang lebih tinggi, Chongqing Major.

Lalu siapa yang berpeluang besar untuk jadi juara?

Di atas kertas, 2 tim dari Eropa, OG dan NiP memiliki peluang terbesar untuk jadi juara. Pasalnya, perwakilan dari regional lainnya memang boleh dibilang bukan tim andalannya masing-masing (karena mereka sudah memastikan kursi untuk bertanding di Chongqing Major).

Regional CIS misalnya, Virtus.pro dan Team Secret sudah menanti di Chongqing Major. Sedangkan dari Amerika Utara, Evil Geniuses dan Forward Gaming juga sama. Demikian juga dengan wilayah Asia Tenggara. Faktanya, BOOM ID belum bisa dibilang sebagai tim terkuat di sini karena masih ada TNC Predator dan Fnatic.

Kira-kira sampai mana ya BOOM ID di The Bucharest Minor? Bagaimana mental Fervian dan kawan-kawannya di turnamen setingkat Minor pertama mereka?

CS:GO Jadi Free-to-Play dan Pengaruhnya terhadap Esports

6 Desember 2018, Valve mengumumkan bahwa Counter Strike: Global Offensive (CS:GO) berubah jadi game Free-to-Play (FTP). Kabar ini memang menggemparkan dunia persilatan meski memang bukan yang pertama kali dilakukan oleh Valve. Sebelumnya, Team Fortress 2 (TF2) juga menerapkan sistem bisnis yang serupa. 23 Juni 2011, TF2 berubah menjadi FTP setelah sebelumnya berbayar.

Lalu bagaimana dengan para pemain yang telah membeli CS:GO sebelumnya? Buat mereka yang telah membeli, para pemain tersebut akan secara otomatis mendapatkan Upgrade Prime Status. Para pemain dengan Prime Status akan ditandingkan (matchmaking) dengan pemain yang sama berstatus Prime. Mereka juga berhak untuk menerima in-game items yang eksklusif.

Keputusan CS:GO jadi FTP tentu mengundang perdebatan di antara komunitasnya karena memang ada dampak positif dan negatifnya. Lalu bagaimanakah perubahan sistem bisnis ini akan berpengaruh terhadap scene esports CS:GO?

Richard Permana (kanan). Sumber: Richard "nxl> frgd[ibtJ]" Permana
Richard Permana (kanan). Sumber: Richard “nxl> frgd[ibtJ]” Permana
Saya pun menghubungi 2 orang yang termasuk dalam ikon esports CS:GO Indonesia untuk menanyakan pendapatnya. Pertama adalah Richard Permana, yang mungkin bisa dibilang sebagai salah satu orang paling berjasa dalam perkembangan esports CS:GO Indonesia ataupun esports secara luas. Ia adalah pemain sekaligus CEO dari TEAMnxl> yang merupakan salah satu organisasi esports Indonesia yang masih eksis dari 2006 sampai sekarang.

Sedangkan yang kedua adalah Kevin “xccurate” Susanto yang merupakan satu dari 2 pemain CS:GO profesional kebanggaan Indonesia yang bermain di tim luar negeri. Ia bersama Hansel “BnTeT” Ferdinand bermain untuk tim Tiongkok bernama TyLoo. Keduanya tak hanya bisa dibilang pemain CS:GO terbaik asal Indonesia, tapi juga Asia Tenggara.

Kevin Susanto. Sumber: HLTV
Kevin Susanto. Sumber: HLTV

Dampak Positif dan Negatif Free-to-Play

Baik Richard dan Kevin sama-sama setuju bahwa berubahnya CS:GO jadi FTP merupakan kabar baik buat game FPS yang dirilis di 22 Agustus 2012. “Lebih bagus soalnya jadi lebih banyak orang yang tertarik untuk bermain CS:GO.” Ujar Kevin.

Richard juga menambahkan bahwa Valve sebenarnya tidak butuh pendapatan dari user yang membeli game ini karena mereka bisa mencari revenue dari in-game item. Dengan jadi gratis, CS:GO juga mungkin akan lebih menarik bagi pasar Indonesia yang suka game-game gratisan.

“Harusnya dari dulu (jadi gratis)… Hahaha.” Kata Richard sambil tertawa.

Penambahan jumlah pemain ini juga terbukti dengan data yang kami lihat di SteamCharts ataupun SteamDB. Dari SteamCharts, jumlah pemain tertinggi di November 2018 mencapai 546.031 sedangkan, di Desember 2018, angka tersebut naik ke 692.891 pemain. Sedangkan di SteamDB, terlihat tren yang serupa. Ada kenaikan jumlah pemain di bulan Desember 2018.

Namun begitu, kenaikan jumlah pemainnya memang tidak signifikan (setidaknya sampai artikel ini ditulis). Bahkan di kedua situs tadi, data dari 7 hari terakhir bukan merupakan periode dengan jumlah pemain tertinggi. Namun demikian, angka ini masih bisa saja berubah mengingat baru satu hari CS:GO digratiskan.

Fluktuasi pemain CS:GO. Sumber: SteamCharts
Fluktuasi pemain CS:GO. Sumber: SteamCharts

Kevin berharap bahwa dengan perubahan sistem bisnis ini, CS:GO bisa booming kembali seperti saat CS:GO jadi satu-satunya game FPS kompetitif. “Saya sih berharap seperti itu (booming lagi). Apalagi ada mode baru juga, Battle Royale Danger Zone. Sebenarnya, CS:GO itu seru banget (tapi) mungkin karena dulu berbayar orang-orang jadi malas untuk bermain. Apalagi CS:GO itu tidak terlalu mudah jadi harus benar-benar sering bermain untuk jadi pro (player).” Ungkap Kevin.

Sedangkan Richard sendiri sedikit pesimis bahwa CS:GO akan kembali ke puncak kejayaannya. Ia beranggapan bahwa, di Indonesia, CS:GO tetap tidak akan seramai game mobile karena bermain CS:GO butuh perangkat yang tidak murah – setidaknya dibandingkan perangkat mobile.

Penambahan jumlah pemain memang bisa dibilang sebagai dampak positif dari gratisnya CS:GO yang mungkin kehilangan popularitasnya gara-gara Fortnite ataupun PUBG di PC ataupun maraknya game-game kompetitif di platform mobile.

Namun demikian, dengan berubah jadi gratis, jumlah cheaters ataupun trolls (orang-orang yang sekadar ingin mengganggu jalannya permainan) di CS:GO juga kemungkinan besar akan bertambah besar. “Yup! Bener (cheater dan trolls akan semakin banyak). Siap-siap aja.” Kata Richard.

Patch CS:GO 7 Desember 2018. Sumber: Counter-Strike.net
Patch CS:GO 7 Desember 2018. Sumber: Counter-Strike.net

Ia juga menambahkan semoga Valve terus meningkatkan sistem keamanan game mereka (VAC) untuk menekan hal tersebut. Jumlah orang-orang yang tidak serius bermain memang tak dapat dihindari dan komunitas CS:GO di Reddit sendiri sudah merasakannya. Mereka pun meminta sebuah fitur dari Valve agar para pemain gratisan bisa diblok di Community Server dan Valve mengabulkan fitur tersebut (di patch 7 Desember 2018).

Saya pribadi, yang telah berkecimpung di industri game dari 2008, memang tak melihat CS:GO akan kembali ke puncak kejayaannya jika tak ada peningkatan dari dukungan ekosistemnya, seperti esports-nya.

Dampaknya terhadap Esports Scenes?

Dampak kenaikan jumlah pemain mungkin memang juga akan berdampak positif terhadap dunia esports CS:GO. Sampai hari ini, ajang kompetitif CS:GO memang bisa dibilang lebih buruk dari pada saudaranya, Dota 2 yang sama-sama besutan Valve.

Kenapa? Karena para pemain profesional Dota 2 punya tujuan akhir The International (TI) yang merupakan piala dunianya game tersebut. Sedangkan CS:GO tak punya kompetisi semacam itu. Baik Dota 2 dan CS:GO sama-sama punya jenjang kompetisi Major dan Minor namun hanya Dota 2 yang punya jenjang di atas Major.

Sumber: Counter-Strike.net
Sumber: Counter-Strike.net

Apakah dengan naiknya popularitas CS:GO yang jadi gratis ini akan membuka peluang agar Valve membuat turnamen yang setara TI? Richard dan Kevin setuju bahwa bertambahnya jumlah pemain bisa berpengaruh pada munculnya turnamen CS:GO setingkat TI. Sayangnya, keduanya juga mengaku belum mendapatkan kepastian soal hal tersebut.

Di satu sisi, munculnya ajang kompetitif berskala besar memang dipengaruhi oleh jumlah pemain di game tersebut mengingat butuh dana yang tidak kecil juga untuk menggelar turnamen berskala internasional. Namun demikian, jumlah pemain juga bukan jadi satu-satunya faktor penentu. Keseriusan developer atau publisher game menggarap esports scene game itu juga berpengaruh besar terhadap ekosistemnya.

Coba saja kita bandingkan dengan TF2 yang saya sebutkan di awal artikel. TF2 yang berubah dari berbayar jadi gratis tidak serta merta membuat ekosistem esports-nya hidup. Jika memang Valve ataupun stakeholders lainnya tak ada keinginan untuk membesarkan ekosistem esports CS:GO, jumlah pemain yang bertambah tak akan berdampak apapun.

Hubungan antara ekosistem esports dan popularitas sebuah game memang saling terkait erat. Ajang esports memang dapat berfungsi sebagai alat pemasaran bagi game tersebut namun para stakeholders esports juga kecil kemungkinannya akan menggelontorkan dana besar jika game tersebut tak punya angka pemain yang masif. Perdebatan ini memang seperti perdebatan mana yang lebih dulu antara ayam dan telur.

C9. Sumber: VPEsports
C9. Sumber: VPEsports

Selain soal skala, ada perbedaan besar juga antara dunia persilatan ajang kompetitif CS:GO dan Dota 2. Juara-juara TI berasal dari regional yang berbeda-beda, dari mulai Amerika Utara, Eropa, ataupun Asia (Tiongkok). Namun pemerataan juara ini tak terjadi di CS:GO. Sampai artikel ini ditulis, Amerika Utara baru 1x menang kejuaraan setingkat Major. Selebihnya, kejuaraan setingkat Major hanya dimenangkan oleh tim-tim Eropa.

Apakah hal ini akan berubah dengan berubahnya CS:GO jadi FTP, mengingat pemainnya sekarang bisa berasal dari berbagai kalangan seperti Dota 2? Richard beranggapan CS:GO masih akan didominasi oleh para pemain Eropa meski sudah jadi FTP. “Region lain benar-benar harus jadi sebuah tim yang benar-benar bisa perform, dengan work rate yang tinggi.”

Soal dominasi ini, menurut saya, bisa jadi akan sedikit merata setelah CS:GO berubah jadi FTP. Namun, berhubung butuh waktu yang lama untuk benar-benar berada di puncak ajang kompetitif, mungkin tim-tim baru tidak akan serta merta tampil memukau dalam waktu dekat.

Lain waktu, mungkin kita akan berbincang-bincang lebih detail dengan Kevin untuk cari tahu kenapa dominasi tim-tim Eropa begitu kuat di CS:GO karena ia bersama timnya yang benar-benar sudah merasakan panasnya panggung CS:GO kelas internasional.

Danger Zone: Battle Royale CS:GO

Selain perubahan sistem bisnisnya, ada satu update lagi yang tak kalah penting kemarin yaitu mode Battle Royale di CS:GO. Genre Battle Royale sendiri memang sedang berada di puncak popularitasnya berkat Fortnite dan PUBG. Valve nampaknya benar-benar ingin menaikkan popularitas CS:GO di kalangan yang lebih luas dengan update kali ini.

Namun bagaimana pendapat Richard dan Kevin soal mode ini? Richard mengaku cukup positif dengan mode tersebut karena ia melihat Valve berani mengikuti tren dan keinginan komunitas tertentu. Hal ini ia anggap positif karena, menurutnya, CS sudah seperti mother of FPS esports.

Sedangkan Kevin juga setuju bahwa mode ini memang positif namun ia berharap ke depannya ada patch-patch baru untuk membuat Battle Royal CS:GO lebih mantab.

Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda setuju dengan semua pendapat yang ada di sini? Apakah sistem FTP dan mode BR akan membuat CS:GO kembali ke puncak kejayaannya lagi? Kita tunggu saja ya!

RRQ: History, Ambition, and Principles of ‘The King’

If you’re a local fans of esports, it won’t be acceptable if you haven’t heard of Rex Regum Qeon (RRQ) as it is one of the biggest and the best esports organizations in Indonesia.

What interesting is even though they started their journey from Dota 2, their newest divisions (Point Blank, Mobile Legends, and PUBG Mobile) are more popular and have accomplished a lot better.

It can be said that their Mobile Legends division, RRQ.O2, currently has a formation of star players in every role. This team becomes the best team in the world of Mobile Legends Indonesia thanks to their victory in MPL Indonesia Season 2. They are also the number one team in Southeast Asia, excluding the team from Philippines.

RRQ.O2 as MPL ID S2 champion. Source: MLBB
RRQ.O2 as MPL ID S2 champion. Source: MLBB

In Point Blank (PB), RRQ.Endeavour has a great number of achievements both at national and international level. This team was the world champion of PB in 2017. They were also the runner-up of the PB International Championship (PBIC) in 2018. At national level, RRQ.Endeavour always scares their enemies thanks to the two of their players who are the top class PB players, Nextjack and Talent.

Recently, RRQ also became the world champion of PUBG Mobile Star Challenge tournament which was held in Dubai, although it’s the RRQ Thailand-based team. RRQ.Athena is the concrete form of their effort to expand their existence in Southeast Asia.

Now we will talk about this esports team, which is the group family member of MidPlaza Holding, from their history, ambition, and principles. Therefore, we’re inviting CEO of RRQ Andrian Paulien (AP) to tell us the story of ‘The King’.

A Brief History of RRQ

Partnership launching of RRQ and ASUS ROG. Courtesy: ASUS Indonesia
Partnership launching of RRQ and ASUS ROG. Courtesy: ASUS Indonesia

As we mentioned before, RRQ is a part of MidPlaza Holding as they were established by a game publisher of MidPlaza named Qeon Interactive.

Qeon Interactive is a game publisher established in 2011. In 2013, CEO of Qeon Interactive Riki Kawano Suliawan invited Andiran Pauline (AP) to build an esports team on their own and Dota 2 was their first choice of game. While RRQ is one of the biggest team today, they were just being managed professionally since 2017.

AP said that from 2013 to 2017, Riki was the one who took responsibility of all RRQ needs. Fortunately in 2017, MidPlaza group agreed to partner with RRQ. That’s when AP was appointed to manage RRQ. When RRQ already became a professional club, they started to get many sponsor offerings since the first quarter of 2018.

Between Glory and Popularity

A debate that might often happen between RRQ’s management is the dilemma between achievement and exposure. RRQ itself, in my opinion, has successfully balanced both of them – at least compared to other big esports organizations in Indonesia.

But what is the real main mission of RRQ?

AP said that RRQ’s priority was becoming a champion. “Our orientation is becoming a champion. Focus on practicing, as it’s the manifestation of an athlete. Popularity is additional,” said AP.

He also argued that RRQ might be able to recruit various talents with high exposure, but until today, RRQ wasn’t looking for famous people as it’s not their goal. He really wants to build and maintain a winning team. Although it’s admittedly difficult to achieve because of many new great teams appearing.

That said, AP added that it didn’t mean that RRQ wasn’t trying to gain exposure through content. “We’re also creating content.”

Pursuing glory may sound cliché, if not idealist, but the fact that professional gamers’ productive age is short makes it a really common goal for professionals. Now professional gamers are usually retiring in the age of 30.

Isn’t popularity able to increase their chances to survive when they don’t have any more stage on esports? How would AP respond to that?

RRQ Endeavour as PBIC 2017 champion
RRQ Endeavour as PBIC 2017 champion. Source: Revival TV

He admitted that it’s back to each individual whether they would like to look for a stage as long as they had a chance or not, but RRQ itself offered a benefit that’s quite valuable.

The interesting part is that MidPlaza Holding group has 20 companies ready to hire retired players or people behind the stage of RRQ. “As long as they’re not asking to be a president hahaha…” said AP joking.

On the other side, AP said that RRQ always supported players to finish their study (academically) as he believed that education was really useful for their own future. It’s not always about skill, an education makes a person having a good attitude. For RRQ, education is priority.

RRQ’s welfare is the most important thing

In February 2018, there has been an uproar in the world of Dota 2 in Indonesia because of two of Dota 2 high class level players were joining RRQ. Those players are Rusman “Rusman” Hadi and Rivaldi “R7” Fatah. Rusman is a player that has been known as one of the best carry player of Indonesia, along with Muhammad “InYourDream” Rizky and Randy “Fervian” Sapoetra.

Their presence was indeed proved effective on bringing RRQ qualified to compete in GESC: Indonesia Minor. That time, this team was known as the best Dota 2 team in Indonesia because of those players. However, their good fortune didn’t last, as Kenny “Xepher” Deo, one of the best Dota 2 players in Indonesia, had to leave RRQ to join TNC Tigers (Malaysia).

Their formation began to fall apart without the shout-callers a.k.a the in-game leaders of Xepher’s class. Until today, RRQ’s Dota 2 division seems like drowning (compared to other divisions with dazzling aforementioned achievements) as they haven’t found any ‘star’ formation like before.

At that time, RRQ was actually able to keep Xepher on their team but they decided to let him go for his own better future. What is AP opinion about this?

Ega "Eggsy" Rahmaditya, FIFA of RRQ. Source: RRQ
Ega “Eggsy” Rahmaditya, FIFA of RRQ. Source: RRQ

He said that RRQ always gave a chance for their players to be better. “If he would be better on that team, why not? We’ll keep on supporting him.” After all, he said that RRQ’s welfare was the most important thing. If a player isn’t happy anymore on a certain team, their performance won’t be any good as well.

He told us that RRQ’s kinship was so strong, so they wouldn’t let any of their players being uncomfortable around the team. RRQ has never been afraid to lose a player because a player comes and goes.

RRQ’s Future Plans

Now RRQ has 8 divisions such as Dota 2, Mobile Legends, Point Blank, PUBG Mobile, PUBG, FIFA, AoV, and CS:GO. Who is the person in charge of adding new divisions of RRQ and how does the consideration work?

AP said that he and management team were the ones in charge of deciding a new division of RRQ and the consideration took place in term of needs and market trends. “We’re looking for a hit game, as we need to think about the sponsors’ needs as well. After all, the decision cannot be set apart from any business aspect.”

RRQ just held a tournament for players at the maximum age of 18 called RRQ Under 18 Tournament – RRQ Next Generation, does that mean that RRQ will also be an event organizer in the future? AP answered that RRQ hadn’t been planning to become one. Now their focus is to secure and extend the team’s achievement as it’s their core as an esports organization.

RRQ.Athena as PUBG M Star Challenge champion in Dubai. Source: PUBG Mobile
RRQ.Athena as PUBG M Star Challenge champion in Dubai. Source: PUBG Mobile

That was our talk with CEO of RRQ. For me or maybe other esports observers, following RRQ’s growth from time to time is a pleasure in itself.

What will it be of RRQ in the future? Will they still be on their tracks and fulfill their ambition to pursue and secure their achievement as ‘The King’? Or will they develop and extend to be the biggest team of Indonesia esports, given a conglomerate group backing them up?

Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian.

RRQ: Tentang Sejarah, Ambisi, dan Prinsip ‘Sang Raja’

Buat para fans esports dalam negeri, keterlaluan rasanya jika Anda belum pernah mendengar nama Rex Regum Qeon (RRQ). Pasalnya, RRQ adalah salah satu dari organisasi esports terbesar dan terbaik yang ada di Indonesia.

Menariknya, walaupun mereka memulainya dari Dota 2, divisi mereka yang lebih baru (Point Blank, Mobile Legends, ataupun PUBG Mobile) justru lebih populer dan menuai prestasi yang lebih baik.

Divisi Mobile Legends mereka, RRQ.O2, boleh dibilang punya formasi pemain bintang di segala lini (role) saat ini. Tim tersebut merupakan tim terbaik di dunia persilatan Mobile Legends Indonesia sekarang berkat kemenangan mereka di MPL Indonesia Season 2. Mereka juga boleh dibilang tim nomor 1 di Asia Tenggara, jika tidak menghitung tim dari Filipina.

RRQ.O2 saat jadi juara MPL ID S2. Sumber: MLBB
RRQ.O2 saat jadi juara MPL ID S2. Sumber: MLBB

Di Point Blank (PB), RRQ.Endeavour juga punya segudang prestasi baik di tingkat nasional ataupun internasional. Tim ini adalah juara dunia PB di tahun 2017. Mereka juga jadi runner-up di kejuaraan dunia PB (PBIC) tahun 2018. Di tingkat nasional, RRQ.Endeavour selalu membuat lawan mereka ketakutan berkat ada dua pemain PB kelas kakap, Nextjack dan Talent.

Belakangan, RRQ juga menjadi juara dunia untuk PUBG Mobile di turnamen PUBG Mobile Star Challenge yang digelar di Dubai. Meski memang tim yang menjuarai turnamen ini bukan dari Indonesia tapi dari Thailand. RRQ.Athena adalah bentuk konkrit dari upaya RRQ melebarkan sayap ke Asia Tenggara.

Kali ini, kita akan membahas panjang lebar soal tim esports yang merupakan anggota keluarga grup MidPlaza Holding dari soal sejarah, ambisi, dan prinsip mereka. Karena itulah, kami mengajak berbincang CEO RRQ, Andrian Pauline (AP), untuk bercerita soal tim yang punya julukan ‘sang raja’ ini.

Sejarah Singkat RRQ

Peresmian kerja sama antara RRQ dan ASUS ROG. Dokumentasi: ASUS Indonesia
Peresmian kerja sama antara RRQ dan ASUS ROG. Dokumentasi: ASUS Indonesia

Seperti yang kami tuliskan sebelumnya, RRQ memang merupakan bagian dari MidPlaza Holding karena ia berangkat dari sebuah publisher game milik MidPlaza yang bernama Qeon Interactive.

Qeon Interactive merupakan publisher game yang didirikan tahun 2011. Di tahun 2013, Riki Kawano Suliawan, CEO Qeon Interactive, pun mengajak Andrian Pauline (AP) untuk membuat tim esports sendiri dan Dota 2 adalah pilihan pertama mereka. Meski sekarang RRQ merupakan salah satu tim terbesar, ternyata mereka baru di-manage secara profesional sejak tahun 2017.

AP bercerita bahwa dari 2013 sampai 2017 itu, Riki lah yang menanggung semua kebutuhan RRQ. Namun di 2017, grup MidPlaza setuju untuk serius menggarap RRQ. Saat itulah AP ditunjuk untuk menjalankan RRQ. Setelah RRQ jadi klub profesional, mereka pun kedatangan banyak sponsor sejak kuartal pertama 2018.

Antara Kemenangan dan Ketenaran

Satu perdebatan yang mungkin kerap terjadi di tingkatan manajemen organisasi esports besar sekelas RRQ adalah dilema antara prestasi dan exposure. RRQ sendiri, menurut saya pribadi, berhasil menyeimbangkan keduanya -setidaknya jika dibandingkan dengan organisasi esports besar lain di Indonesia.

Namun bagaimana sebenarnya tujuan utama dari RRQ?

AP mengatakan bahwa prioritas utama RRQ adalah jadi juara. “Orientasinya memang jadi juara. Fokus latihan karena itulah yang menjadi manifestasi dari seorang atlit. Popularitas itu adalah bonus tambahan.” Ujar AP serius.

Ia juga berargumen bahwa RRQ bisa saja menarik berbagai talent yang tinggi exposure-nya. Namun sampai hari ini, RRQ memang tidak punya ‘artis’ karena tujuan mereka memang bukan ke sana. Ia benar-benar ingin membangun dan mempertahankan winning team. Meski memang hal ini ia akui cukup sulit saat ini karena banyak tim baru yang bermunculan.

Meski begitu, AP juga menambahkan bahwa bukan berarti RRQ tidak berusaha mencari exposure lewat konten. “Kita bikin konten juga kok.”

Mengejar kemenangan mungkin memang kedengarannya lebih romantis, jika tak mau dibilang idealis, namun faktanya usia produktif para gamer profesional itu cukup pendek. Sekarang ini, para gamer profesional biasanya sudah ‘pensiun’ di usia 30 tahun.

Bukankah ketenaran bisa memperbesar peluang mereka untuk terus survive saat mereka tak punya panggung lagi di esports? Bagaimana AP menanggapi hal ini?

RRQ Endeavour saat jadi juara PBIC 2017. Sumber: RevivalTV
RRQ Endeavour saat jadi juara PBIC 2017. Sumber: RevivalTV

Ia pun mengaku bahwa RRQ mengembalikan lagi ke individunya masing-masing, apakah mereka ingin mencari panggung selagi masih punya kesempatan, namun RRQ sendiri juga menawarkan benefit yang tidak kecil.

Lagipula, ini yang paling menarik, buat para pemain ataupun orang-orang di belakang layarnya RRQ yang ‘pensiun’ di sini; grup MidPlaza Holding punya 20 perusahaan yang siap menampung. “Asal jangan minta jadi direktur aja hahaha…” Kata AP berseloroh.

Di sisi lainnya, AP mengatakan jika RRQ juga selalu mendorong para pemain untuk menyelesaikan studi mereka (di tingkat akademik). Muasalnya, ia percaya pendidikan itu sangat berguna untuk banyak hal di masa depan. Tak hanya soal skill, namun pendidikan juga membuat orang jadi punya attitude yang lebih bagus. Bagi RRQ, pendidikan itu nomor satu.

Kemaslahatan RRQ adalah yang paling Penting


Bulan Februari 2018, dunia persilatan Dota 2 di Indonesia sempat dibuat gempar berkat masuknya 2 pemain Dota 2 kelas berat ke RRQ. Kedua pemain tersebut adalah Rusman “Rusman” Hadi dan Rivaldi “R7” Fatah. Rusman sendiri adalah pemain yang digadang-gadang sebagai salah satu carry terbaik Indonesia, bersama dengan Muhammad “InYourDream” Rizky dan Randy “Fervian” Sapoetra.

Masuknya 2 pemain tersebut memang terbukti ampuh menghantarkan RRQ lolos kualifikasi untuk berlaga di GESC: Indonesia Minor. Kala itu, tim ini disebut-sebut sebagai tim Dota 2 terbaik di Indonesia karena para pemainnya. Namun demikian, malang pun tak dapat dihindari. Kenny “Xepher” Deo yang termasuk dalam jajaran pemain Dota 2 terbaik di Indonesia pergi meninggalkan RRQ untuk bermain di TNC Tigers (Malaysia).

Formasi mereka pun bisa dibilang berantakan tanpa shout-callers alias in-game leaders yang sekelas Xepher. Sampai hari ini, divisi Dota 2 RRQ pun seolah tenggelam (jika dibanding divisi lainnya yang prestasinya menyilaukan, yang saya tuliskan di awal artikel ini) karena belum mampu menemukan formasi ‘bintang’ yang dulu pernah dipegangnya.

Kala itu, RRQ sebenarnya bisa saja mempertahankan Xepher untuk terus bermain di sana namun mereka memutuskan untuk melepas pemain ini. Bagaimana pendapat AP soal ini?

Ega "Eggsy" Rahmaditya, pemain FIFA dari RRQ. Sumber: RRQ
Ega “Eggsy” Rahmaditya, pemain FIFA dari RRQ. Sumber: RRQ

Ia pun mengatakan bahwa RRQ selalu memberikan kesempatan para pemainnya untuk jadi lebih baik. “Kalau memang dia bisa lebih baik di tim sana, ya kenapa tidak? Kita tetap akan bantu support dia.” Lagipula, ia menambahkan bahwa kemaslahatan RRQ adalah yang paling penting. Kalau seorang pemain sudah tidak bahagia berada di tim tersebut, performanya pun juga tidak maksimal.

Ia juga bercerita bahwa suasana kekeluargaan di RRQ itu kental sekali. Jadi, ketidaknyamanan seorang pemain justru bisa mengganggu hal tersebut. RRQ tidak pernah takut kehilangan pemain karena pemain itu bisa saja datang dan pergi.

Rencana Ke Depan RRQ

Saat ini, RRQ punya 8 divisi, yaitu Dota 2, Mobile Legends, Point Blank, PUBG Mobile, PUBG, FIFA, AoV, dan CS:GO. Siapakah yang sebenarnya mengambil keputusan untuk penambahan divisi baru di RRQ dan bagaimana pertimbangannya?

AP bercerita bahwa ia dan jajaran manajemen yang menentukan divisi baru seperti apa yang ada di RRQ. Ia juga menjelaskan bahwa pertimbangan yang digunakan adalah soal kebutuhan dan tren pasar. “Cari game yang lagi rame, lagi dimainkan banyak orang. Tidak mungkin juga ambil game yang sepi karena ada pertanggungjawaban terhadap sponsor juga. Bagaimanapun, keputusan tersebut tidak dapat dilepaskan dari unsur bisnis juga sih.”

Melihat RRQ juga baru saja menggelar turnamen untuk pemain berusia maksimal 18 tahun, RRQ Under 18 Tournament – RRQ Next Generation, apakah hal ini berarti RRQ juga akan menjadi event organizer ke depannya? AP pun menjawab bahwa RRQ belum ada rencana ke sana sekarang. Saat ini, fokusnya adalah mempertahankan dan melebarkan prestasi tim karena itulah core mereka sebagai esports organization.

RRQ.Athena saat menjuarai PUBG M Star Challenge di Dubai. Sumber: PUBG Mobile
RRQ.Athena saat menjuarai PUBG M Star Challenge di Dubai. Sumber: PUBG Mobile

Itu tadi perbincangan kami dengan CEO RRQ. Bagi saya pribadi ataupun bagi para pemerhati esports lainnya, mengikuti perkembangan RRQ dari waktu ke waktu adalah sebuah kesenangan tersendiri.

Bagaimanakah RRQ di waktu yang akan datang? Apakah ia akan masih di jalurnya dan mewujudkan ambisi untuk terus mengejar dan mempertahankan prestasinya sebagai ‘sang raja’? Atau ia akan berkembang melebar dan menjadi satu raksasa esports Indonesia, mengingat mereka punya grup konglomerasi di belakangnya?

Taklukkan Mineski, BOOM ID Lolos Ke The Bucharest Minor!

BOOM ID, tim Dota 2 terbaik di Indonesia, akhirnya lolos ke ajang utama The Bucharest Minor setelah menjadi juara di kualifikasi untuk Asia Tenggara. Di kualifikasi Asia Tenggara yang digelar tanggal 3-4 Desember 2018 ini, mereka berhasil mengalahkan sejumlah tim Asia Tenggara termasuk Mineski yang pernah menyabet gelar Major.

Di kualifikasi tersebut, ada 4 tim Asia Tenggara  yang memperebutkan 1 kursi ke ajang Minor yang akan diselenggarakan tanggal 9-13 Januari 2019, di Rumania. Keempat tim tersebut adalah:

  1. BOOM ID (Indonesia) – Direct Invite
  2. Mineski (Filipina) – Direct Invite
  3. Clutch Gamers (Malaysia) – Lolos dari Open Qualifiers
  4. WarriorsGaming.Unity (Malaysia) – Lolos dari Open Qualifiers

Perjalanan BOOM ID sendiri boleh dibilang cukup mulus di kualifikasi ini. Pertama, mereka mengalahkan Clutch Gamers dengan skor 2-0. Mereka kemudian menekuk Mineski, yang menjadi juara di Dota 2 Asia Championship (DAC) 2018, dengan skor 2-0.

Bracket Closed Qualifier The Bucharest Minor. Sumber: Liquipedia
Bracket Closed Qualifier The Bucharest Minor. Sumber: Liquipedia

BOOM ID pun menang kembali 2-1 setelah menaklukan Clutch Gamers kembali di partai terakhir, setelah Clutch mengalahkan Mineski dan kembali naik ke Lower Bracket.

Untuk Bucharest Minor nya sendiri, turnamen besutan PGL ini telah menyediakan total hadiah sampai dengan US$300 ribu dan 500 DPC Point untuk The International 2019. Turnamen ini juga merupakan turnamen Minor kedua untuk musim 2018/19. Juara pertama Bucharest Minor, selain akan mendapatkan hadiah US$125 ribu dan 120 DPC Point, juga akan berhak mendapatkan kursi untuk bertanding ke Chongqing Major.

Nantinya, akan ada 8 tim yang berlaga di Bucharest yang semuanya masuk lewat jalur kualifikasi wilayahnya masing-masing. Ada 2 slot untuk masing-masing tim dari Eropa dan Tiongkok dan 1 slot untuk setiap tim dari Amerika Utara, CIS, Asia Tenggara, dan Amerika Latin.

Sampai artikel ini ditulis, baru ada 3 tim (beserta jalur kualifikasinya) yang telah memastikan kursi mereka, yaitu:

  1. OG (dari Eropa)
  2. Keen Gaming (dari Tiongkok)
  3. BOOM ID (dari Asia Tenggara)

Di satu sisi, mungkin memang benar bahwa absennya Fnatic dan TNC Predator (yang mungkin boleh dibilang sebagai 2 tim terbaik di Asia Tenggara saat ini karena sudah lolos ke Chongqing Major lebih dulu) memungkinkan BOOM ID lolos di tingkat regional Asia Tenggara. Namun di sisi lain prestasi ini tetap dapat dibanggakan karena BOOM ID, paling tidak, bisa mengklaim bahwa mereka adalah tim Dota 2 ketiga terbaik di Asia Tenggara.

Kira-kira bagaimana perjalanan kawan-kawan kita dari BOOM ID di Bucharest awal tahun nanti ya?

Roster BOOM ID yang lolos ke Bucharest Minor:

  • Rafli “Mikoto” Fathur
  • Randy “Dreamocel/Fervian” Sapoetra
  • Saieful “Fbz” Ilham
  • Tri “Jhocam” Kuncoro
  • Alfi “Khezcute” Nelphyana

Tekken 7 Akan Rilis 4 Karakter Baru, Bagaimana Kesan Pertama Para Expert?

Bandai Namco akhirnya merilis 2 karakter baru untuk Tekken 7, Marduk dan Armor King. 2 Karakter baru ini sebenarnya sudah dirilis kemarin (3 Desember 2018) di PS4 namun baru hari ini dirilis untuk PC (Steam).

Marduk dan Armor King adalah 2 dari 6 karakter baru yang ditambahkan dalam Season Pass 2 DLC (atau Anda juga bisa membelinya secara terpisah). Selain 2 karakter tadi, ada 4 karakter lainnya. 2 Karakter, Lei Wulong dan Anna Williams, sudah dirilis sebelum ini. Sedangkan Julia dan Negan (dari The Walking Dead) masih belum mendapatkan kepastian tanggal rilis.

Saya pun berbincang-bincang bersama dua tokoh FGC (Fighting Game Community) Indonesia, yaitu Bram Arman yang merupakan pendiri Advance Guard dan Christian “R-Tech” Samuel, tentang kesan pertama mereka atas 3 karakter baru yang akan dirilis di Tekken 7, yang sudah keluar trailer resminya.

Oh iya, karena kebetulan keduanya memang belum sempat memainkan Marduk ataupun Armor King, pendapat ini hanyalah berdasarkan pada trailer resmi dari Bandai Namco yang menunjukkan combo-nya masing-masing dan pengalaman mereka menggunakan karakter tersebut di seri Tekken sebelumnya.

Marduk

“Dari cuplikan orang yang main Marduk hari ini, bisa dibilang karakternya ini bukan kontender top tier. Cuma, para fans Marduk akan senang karena tackle andalannya telah kembali di sini.” Ujar Bram.

Ia juga menambahkan bahwa damage untuk juggle combo yang counter hit juga bisa dikatakan relatif besar. Meski begitu, menurut Bram, Marduk akan punya kelemahan karena termasuk golongan karakter yang berbadan besar. “Ada beberapa juggle yang bisa dikenakan ke Marduk dengan damage yang lebih besar daripada karakter umumnya.”

Sedangkan R-Tech mengatakan, “kalau yang saya lihat dari trailer, dia ini tipenya seperti Jack yaitu badan besar dan juga high damage. Kelemahannya mungkin agak berat untuk digunakan dan benar yang Pak Bram katakan bahwa dia akan lebih memakan banyak damage/combo daripada char lain.”

R-Tech yang biasanya menggunakan Jack mengaku tertarik untuk mempelajari Marduk karena ia suka dengan karakter-karakter yang punya damage besar.

Armor King

Lalu bagaimana soal Armor King?

Sebelum kita masuk ke pendapat mereka, R-Tech pun sedikit memberikan penjelasan antara perbedaan antara King dan Armor King. King merupakan karakter yang lebih cenderung menjadi grappler karena punya banyak variasi throw. Sedangkan Armor King punya lebih banyak jurus seperti Mishima dan tidak begitu mengandalkan grappler. 

Christian juga mengaku tertarik untuk mencoba Armor King karena kebetulan ia juga menggunakan King. Ia tertarik karena karakter ini terlihat keren dan kebetulan ada throw yang menjadi ciri khas dari Armor King.

Sedangkan buat Bram, ia mengaku Armor King adalah salah satu karakter favoritnya di seri Tekken. Ia juga sempat menggunakan Armor King saat era Tekken 5 dan Tekken Tag.

“Sepertinya karakternya menyenangkan, terutama rage drive-nya cepat dan tidak bisa ditangkis, hanya bisa ditundukkan. Itu kalau rage drive-nya kena, bantingan yang umumnya cenderung mudah dilepas, ini jadi ga bisa dilepas kalo kena rage drive sebelumnya.” Kata Bram.

Negan

Negan merupakan salah satu karakter yang muncul pertama kali di serial TV berjudul The Walking Dead (TWD).

Baik Bram dan R-Tech setuju bahwa, dari trailer-nya, Negan terlihat mirip seperti Miguel. Hanya saja ia menggunakan tongkat pemukul berduri seperti di filmnya.

“Untuk Negan, ia sangat mirip Miguel. Hanya saja tambahan tongkat membuatnya semakin badass…” Kata R-Tech.

Bram pun menambahkan bahwa, trailer Negan benar-benar terlihat seperti fans service untuk para penggemar TWD karena benar-benar dibuat mirip sekali dengan yang ada di TV. “Yang saya agak kurang sreg dari trailer-nya, agak kaku Negan-nya. Mungkin faktor budget development team-nya… Hahaha.” Ujar Bram seraya bercanda.

Berbicara soal crossover, Bram menganggap keputusan itu adalah sebuah langkah yang brilian. Negan bukanlah karakter pertama yang muncul dari ‘dunia’ di luar Tekken. Akuma bahkan muncul di Tekken dari frachise Street Fighter yang merupakan rival berat Tekken, di pasar game fighting.

Bram memang mengakui bahwa keputusan crossover ini memang mungkin ditentang oleh sebagian fans fanatik Tekken. Namun, menurut Bram, hal tersebut harus diapresiasi karena Tekken 7 adalah seri Tekken tersukses yang pernah ada dan Tekken World Tour (TWT) semakin baik ke depannya. Namco bahkan berencana untuk melanjutkan TWT Season ketiga.

Julia

Sumber: Shoryuken
Sumber: Shoryuken

Satu karakter terakhir yang prediksinya akan dirilis berbarengan dengan Negan tadi adalah Julia. Sayangnya, sampai artikel ini ditulis, belum ada trailer yang dirilis resmi untuk Julia.

“Saat ini belum terbayang sih, karena dia (Julia) benar-benar digunakan produser Tekken buat nyenengin fans. Tapi rasanya sih udah pasti mirip dengan yang dulu ya. Perkara nanti jadinya gabungan antara Julia dan Michelle (seperti Hwoarang dan Baek Doo San), ini sih belum tahu. Tapi yang pasti Armor King dan Julia itu memang sudah masuk wish list banyak fans Tekken dari dulu banget.” Tutup Bram.

Itu tadi kesan pertama kedua tokoh FGC Indonesia. Kira-kira bagaimana ya pendapat mereka setelah mempelajari Marduk dan Armor King?

Disclosure: Hybrid adalah media partner dari Advance Guard

Rekap Rainbow 6 Siege Indonesia Series League 4 Week 2

Rainbow 6 Siege Indonesia Series League (ISL) merupakan event kompetitif berkala terbesar, setidaknya sampai saat ini, yang digelar oleh komunitas Rainbow Six Siege (R6S) Indonesia Community. Turnamen ini biasanya digelar setiap 2 bulan sekali atau setiap 2x Community Cup selesai dilaksanakan.

Sampai hari ini, ISL yang sudah 4x digelar (ISL4) telah menyelesaikan pekan keduanya (tanggal 1-2 Desember 2018) yang mencakup 2 babak:

  1. Upper Division – Elimination
  2. Lower Division – Elimination

Di pekan pertamanya, ISL4 telah menyelesaikan babak grup mereka (24-30 November 2018) dengan hasil klasemen akhir seperti gambar di bawah ini:

Group Stage ISL4. Sumber: Toornament
Group Stage ISL4. Sumber: Toornament

Berdasarkan hasil klasemen akhir grup di atas, dari 30 tim yang terbagi jadi 4 grup, 4 tim tertinggi di masing-masing grup akan lanjut ke divisi atas (Upper Division) sedangkan sisanya akan lanjut ke divisi bawah (Lower Division).

Bobby Rachmadi Putra, Community Leader dari komunitas R6S Indonesia mengatakan “tujuan utama dari ISL ke 4 diadakan adalah agar para pemain R6S Indonesia dapat mengembangkan potensi skill yang mereka miliki.

Di ISL4 kali ini, kita juga mencoba membentuk format turnamen yang baru yang punya divisi atas dan divisi bawah. Harapannya, dengan format baru ini, semua tim R6S Indonesia yang mendaftar dapat merasakan pengalaman kompetitif yang lebih dari seri-seri sebelumnya.”

Ia juga bercerita bahwa pertandingan menarik yang ada di pekan kedua ini datang dari pertandingan antara Solid Prominence (SP) vs. Good Gaming Squad (GGS). Pasalnya, SP bisa memimpin jalannya pertandingan dengan skor yang cukup jauh meninggalkan lawannya. Namun arah pertandingan jadi berbalik arah setelah change side. GGS pun berhasil memenangkan pertandingan dan berhak maju ke babak selanjutnya.

Dari hasil babak Lower Division – Elimination (Bo1), 7 tim siap beradu lagi di Lower Division – Playoffs (Bo3) di pekan ketiga nanti. Berikut ini adalah bracket dari fase tersebut:

ISL4 Lower Division - Playoffs. Sumber: Toornament

ISL4 Lower Division – Playoffs. Sumber: Toornament

Sedangkan dari hasil babak Upper Division – Elimination (Bo1), 8 tim siap beradu lagi di Upper Division – Playoffs (Bo3). Berikut ini adalah bracket dari fase tersebut:

ISL4 Upper Division Playoff. Sumber: Toornament
ISL4 Upper Division – Playoffs. Sumber: Toornament

Oh iya, buat yang kelewatan, turnamen yang mewajibkan biaya pendaftaran sebesar Rp75 ribu ini menawarkan total hadiah sampai dengan Rp5 juta dengan pembagian hadiah sebagai berikut.

  • Juara 1: Rp2,5 juta
  • Juara 2: Rp1,5 juta
  • Juara 3: Rp1 juta

Kira-kira, tim manakah yang berhak menyandang predikat tim R6S terbaik di Indonesia di ISL4 ini ya? Cek kanal YouTube R6 IDN untuk menonton pertandingan-pertandingan ISL4 ataupun kompetisi lainnya garapan komunitas ini.

Untuk yang ingin cari tahu lebih jauh tentang informasi turnamen ini, Anda bisa mengunjungi tautan ke Toornament ini. Buat para pemain R6S yang tertarik untuk belajar bermain lebih lanjut, mencari kawan-kawan sepermainan, ataupun mencari ruang-ruang kompetitif, Anda bisa bergabung dengan komunitas Rainbow Six Siege Indonesia.

Disclosure: Hybrid adalah media partner dari Rainbow Six Indonesia Community

Razer Konfirmasi Mobile Legends akan Dipertandingkan di SEA Games

Upaya penyetaraan esports dengan olahraga tradisional memang semakin menemukan titik terangnya. Jika sebelumnya esports masuk dalam pertandingan ekshibisi di Asian Games 2018, Jakarta-Palembang, esports akan dimasukkan dalam perebutan medali di SEA Games 2019 di Filipina.

Dalam rilis resmi yang diterbitkan tanggal 27 November 2018, Razer mengatakan bahwa mereka akan menjadi rekanan resmi untuk esports di SEA Games 2019.

Dalam rilis tersebut, Razer dan PhilSGOC (Philippines South East Asian Games Organizing Committee) mengumumkan bahwa Mobile Legends: Bang Bang (MLBB) merupakan salah satu game yang akan dipertandingkan di pesta olahraga paling bergengsi di Asia Tenggara ini.

Justin Yuan, CEO dan co-founder dari Moonton Games, mengatakan “SEA Games 2019 adalah platform yang sempurna untuk menaikkan MLBB ke liga-liga besar, karena kami juga punya basis pengguna yang kuat di wilayah yang populasi milenialnya sedang berkembang pesat ini. Kami tidak sabar untuk melihat pemain-pemain MLBB terbaik di Asia Tenggara bertanding.”

Min-Liang Tan. Sumber: CNBC
Min-Liang Tan. Sumber: CNBC

Selain dari Moonton, pihak Razer juga sempat mengutarakan pendapatnya dalam rilis tersebut. “Esports telah menjadi esensi dari Razer sejak pertama kali dibentuk, dan kami telah mendukung berbagai event global, turnamen, tim, dan atlit yang tak terhitung jumlahnya selama 1,5 dekade. Jiwa kompetitif dan semangat bertarung yang telah terlihat di esports dapat disejajarkan dengan yang ada di olahraga lainnya, dan kami telah berjuang keras agar esports dapat dimasukkan ke dalam event olahraga internasional seperti SEA Games 2019.” Ujar CEO dan Co-Founder Razer, Min-Liang Tan.

Kami pun menghubungi Rex Regum Qeon (RRQ), mengingat mereka adalah tim MLBB terbaik di Indonesia saat ini, untuk meminta pendapatnya. Andrian Pauline, CEO dari RRQ, mengatakan, “Sangat senang, terlepas dari soal game apa yang dipertandingkan, tetapi lebih ke arah pengakuan dari organisasi resmi international tentang esports. Dan ini bukti bahwa esports akan semakin berkembang ke depannya. Dengan dukungan seperti ini maka ekosistem esports akan terus tumbuh positif di tahun-tahun yang akan datang.

Untuk RRQ, tentunya kami akan mempersiapkan diri entah formatnya kualifikasi untuk mencari tim terbaik atau memang akan diseleksi per individu. Selama itu bagus untuk esports Indonesia, kita pasti akan ikut support.”

Sistem pemilihan perwakilan setiap negara ini menarik untuk dibahas. Apakah formatnya akan seperti timnas layaknya Piala Dunia di sepak bola dan Asian Games kemarin, yaitu satu tim terdiri dari pemain-pemain yang berbeda klub namun satu negara? Atau akan seperti MSC (MLBB South East Asia Championship) yang para pemainnya memang sudah satu klub, seperti Liga Champion di sepak bola?

RRQ saat jadi juara MPL ID S2. Sumber: MLBB
RRQ saat jadi juara MPL ID S2. Sumber: MLBB

Pasalnya, di Indonesia sendiri, formasi tim RRQ di MLBB memang sudah nyaris sempurna di semua lini (role). Formasi tim mereka yang jadi juara saat MPL Indonesia Season 2 juga bisa dibilang terdiri dari pemain-pemain terbaik di Indonesia. Tim ini juga sebelumnya menjadi juara MSL Season 1 yang mempertandingkan tim-tim MLBB terbaik di Asia Tenggara, kecuali dari Filipina.

Kami juga sempat menanyakan hal yang sama ke Bren Esports dari Filipina yang merupakan tim terbaik di Asia Tenggara, karena menjuarai MSC 2018 (kala itu, mereka bernama Aether Main).

Menurut Jeff Victoriano, Manager dari Bren Esports, ia mengatakan bahwa MLBB di SEA Games adalah pilihan yang bagus; bukan karena tim mereka yang juara, namun karena fanbase MLBB adalah salah satu yang paling aktif di scene esports sekarang ini.

Bren Esports saat jadi juara MSC 2018. Sumber: MLBB
Bren Esports saat jadi juara MSC 2018. Sumber: MLBB

Namun demikian, soal pemilihan perwakilan negara, ia lebih setuju jika perwakilan di SEA Games nanti mengikuti line-up original tim seperti biasanya (seperti MSC ataupu Liga Champion). Muasalnya, ia berargumen, formasi yang seperti ini telah menemukan chemistry-nya masing-masing. “Cohesive teamplay is a huge factor in every championship.” Ujar Jeff. Maksudnya, kerja sama tim adalah faktor yang sangat signifikan dalam menentukan hasil kejuaraan.

Saya sangat setuju dengan pendapat dari Bren Esports tadi. Kelebihan menggunakan sistem klub memang ada di jam terbang para pemainnya yang sudah terbiasa bermain dengan rekan-rekan yang sama. Namun, hal ini berarti menutup kesempatan buat organisasi esports lainnya untuk berpartisipasi di game yang sama, untuk merasakan kebanggaan berebut medali SEA Games dari esports.

Oh iya, untuk 5 game lainnya, pihak IESPA (Indonesian Esports Association) mengatakan hal tersebut akan diumumkan pada tanggal 13 Desember 2018.

Smartfren Gandeng Yamisok Buat Turnamen Mobile Legends untuk Kelas Amatir

Esports memang nampaknya kian menggiurkan buat para pelaku industri telekomunikasi. Kali ini, Smartfren yang mencoba memberikan ruang kompetitif untuk semua pemain Mobile Legends: Bang Bang (MLBB).

Kamis, 29 November 2018, Smartfren menggelar konferensi pers untuk turnamen mereka yang bertajuk Smartfren National Mobile Legends Daily Tournamen 2018. Uniknya, turnamen ini sedikit berbeda dengan kebanyakan turnamen besar berskala nasional lainnya karena turnamen ini ditujukan untuk para gamer amatir.

Menurut Chief Brand Officer Smartfren, Roberto Saputra hal ini dilakukan agar para gamers yang masih dalam kategori pemula dan menengah dapat bersaing satu sama lain yang masih setara kemampuannya.

“Kami juga memiliki pandangan bahwa yang paling dibutuhkan gamer untuk mengembangkan dirinya, selain berkompetisi dengan kemampuan seimbang, mereka perlu merasakan kehandalan dan stabilnya jaringan Smartfren.” Ungkap Roberto.

Turnamen ini akan menggunakan mekanisme poin dan leaderboard. Setiap harinya, tim yang bertanding akan mendapatkan poin. 64 tim dengan poin tertinggi di leaderboard akan bertanding lagi di final bulanan. 60 tim yang memiliki poin tertinggi di leaderboard setelah 3 bulan waktu pelaksanaan, akan bertanding kembali di Grand Final.

Menggelar turnamen untuk tingkat amatir mungkin memang terdengar menarik namun ada satu hal yang bisa jadi harus dikorbankan, yaitu viewership alias jumlah penonton. Faktanya, scene esports MLBB di Indonesia itu sudah punya selebriti macam JessNoLimit dari EVOS Esports ataupun Lemon dari RRQ.O2. Tim-tim MLBB Indonesia juga sudah punya fans fanatiknya masing-masing.

Hal tersebut dapat menjamin jumlah penonton yang tinggi. Ibarat di sepak bola, jumlah penonton antara Real Madrid vs. Barcelona sudah pasti lebih banyak dari pada pertandingan tim-tim gurem.

Bagaimana Smartfren menanggapi hal tersebut? Apakah mereka rela harus kehilangan jumlah penonton yang mungkin tak tertarik menonton pertandingan tingkat amatir?

Roberto . Sumber: Hybrid
Roberto Saputra. Sumber: Hybrid

Roberto, dalam konferensi persnya, pun menjawab bahwa pemilihan liga amatir ini juga sebenarnya sesuai dengan filosofi Smartfren sebagai brand. Mereka memang punya misi untuk memberikan ruang bagi semua anak-anak muda yang mau berpartisipasi, layaknya jaringan Smartfren yang ingin meng-enable semua orang dengan menyediakan akses internet untuk semuanya.

Lalu bagaimana soal definisi ‘amatir’ ini? Siapa saja kah yang dilarang ikut berkompetisi? Diana Tjong, CMO dari Yamisok, mengatakan bahwa tim-tim MPL (Mobile Legends: Bang Bang Professional League) yang dilarang ikut serta. Namun demikian, definisi tersebut mungkin perlu dilebarkan karena MPL sendiri memang puncaknya tingkat kompetitif MLBB di satu negara. Ada juga tim-tim lain yang tidak masuk MPL namun tidak bisa dianggap sebagai tim amatir juga, seperti Alter Ego, XCN, BOOM ID, ataupun yang lainnya. Tim-tim ini jelas tidak satu kelas dengan para pemain amatir sehingga mungkin kurang cocok juga dengan tujuan awal turnamen ini.

Oleh karena itu, menarik saja melihat perjalanan turnamen ini nantinya. Apakah akhirnya tim-tim profesional non-MPL yang akan berkuasa di sini? Atau mereka juga akan melarang tim-tim tersebut? Terlepas dari itu tadi, menarik juga melihat apakah ada bibit-bibit baru yang muncul dari sini yang akan mewarnai dunia persilatan MLBB di masa yang akan datang.

Terakhir, buat yang tertarik untuk turut bertanding, Anda bisa mendaftarkan diri di situs resmi Yamisok ini.

BOOM ID Tetap ‘Lapar’ Pasca SEA Qualifier Chongqing Major

Tanggal 25-27 November 2018 kemarin, BOOM ID berhasil masuk ke dalam kualifikasi Asia Tenggara untuk Chongqing Major bersama dengan tim-tim Dota 2 papan atas lainnya dari Asia Tenggara. Dari kualifikasi ini, 2 tim tertinggi berhak melaju ke event utama yang akan digelar di Chongqing, Tiongkok, tanggal 19-27 Januari 2019. Kedua tim tersebut adalah Fnatic dan TNC Predator.

Langkah BOOM ID terhenti di babak semifinal saat mereka dikalahkan oleh TNC Predator di Upper Bracket dan Mineski di Lower Bracket. Capaian BOOM ID di sini sebenarnya sudah terbilang sangat baik karena mereka berhasil menembus babak grup dan bisa dibilang sebagai 1 dari 4 tim terbaik di Asia Tenggara.

Hasil ini juga diraih meski mereka baru saja mengganti formasinya setelah kehilangan satu pemain lamanya, SaintDeLucaz; dan memasukkan pemain baru, Mikoto.

Namun, Marzarian Ojan Sahita, General Manager dari BOOM ID mengatakan pada kami bahwa mereka belum puas dengan capaian itu. “Bukannya tidak bersyukur tapi moto kita di BOOM ya #KeepHungry. Jadi, itu bukan sekadar slogan saja. Mulai dari CEO sampai para pemain, kita semua di BOOM benar-benar performance-oriented.”

Meski begitu, Ojan sangat mengapresiasi timnya karena semua pemain mau kerja keras sampai di titik yang memang harus lebih ditingkatkan lagi. Ia juga mengaku bahwa turnamen ini cukup spesial. Muasalnya, pertama, turnamen ini bertingkat Major. Selain itu, Saieful “FBZ” Ilham juga baru pertama ini bermain sebagai offlane melawan tim Tier 1 di SEA. Turnamen ini juga pertama kalinya Rafli “Mikoto” Fathur bermain di bawah bendera BOOM ID sebagai midlaner menghadapi pemain-pemain terbaik di SEA.

“Jadi, gua percaya apa yang mereka dapatkan pasti banyak sekali.” Tutur Ojan.

Klasemen akhir babak grup Chongqing Major SEA Qualifier. Sumber: Liquipedia
Klasemen akhir babak grup Chongqing Major SEA Qualifier. Sumber: Liquipedia

Brando Oloan, Manager Tim BOOM ID untuk Dota 2 juga memberikan komentarnya atas pengalaman tim mereka di sini. Ia mengatakan bahwa permainan early game mereka bisa lebih ditingkatkan. “Bisa dilihat dari game-game saat playoff kemarin, early game kita hampir selalu kalah. Jadi, bisa diperbaiki lagi laning phase kita masing-masing.”

Ia juga menambahkan bahwa timnya bisa lebih banyak lagi dalam mempelajari dan menguasai hero-hero yang berbeda (hero pool). “Early game, laning phase, sama hero pool tadi yang bisa dimaksimalkan lebih jauh sekarang. Mikoto good! Wkwkwkw…” Ujarnya sembari berseloroh.

Meski mereka harus merelakan kesempatan untuk bertanding di tingkat Major, divisi Dota 2 BOOM ID yang mungkin memang masih terbaik di Indonesia ini punya banyak ruang untuk terus berkembang lebih jauh.

Seperti yang tadi diutarakan Ojan, Mikoto baru saja bergabung dan FBZ baru berganti posisi karena perubahan roster tadi. Dengan waktu yang cukup, tim ini bisa mengasah lagi komunikasi dan jam terbang mereka agar lebih baik.

Selain itu, Dota 2 sendiri juga baru saja mengalami banyak perubahan besar pasca patch 7.20.

Setelah kualifikasi Chongqing Major, divisi Dota 2 BOOM ID juga akan berlaga di kualifikasi untuk Bucharest Minor 2019 di kancah internasionalnya. Apakah mereka bisa menuai hasil yang lebih baik di sana?