Jagoan FIFA dari SFI, Kenny Prasetyo, Siap Berlaga di London

Kenny Prasetyo, pemain profesional untuk FIFA 19 dari SFI telah mendapatkan undangan untuk ikut berlaga di FUT Champions Cup kedua; yang rencananya akan digelar di London, Inggris, pada tanggal 12-16 Desember 2018.

FUT Champions Cup merupakan salah satu turnamen dalam rangkaian FIFA 19 Global Series. Di musim 2018-2019 ini, akan ada 6 kali FUT Champions Cup yang digelar langsung oleh EA ataupun rekanannya setiap bulan dari November 2018 sampai April 2019. FUT Champions Cup pertama sendiri akan digelar di Bucharest, Rumania.

Sumber: EA
Sumber: EA

Sebelumnya, Kenny juga mendapatkan kesempatan untuk bertanding di FUT Champions Cup untuk FIFA 18 (dalam rangkaian FIFA 18 Global Series) di bulan April 2018, di Manchester. Namun demikian, sangat disayangkan, kala itu Kenny tak diijinkan bertanding karena terkena diskualifikasi terkait aturan sharing account.  “Padahal sudah sampai Manchester tapi ga boleh main… Hahaha…” Ujar Kenny. “Tapi kalau yang sekarang aman karena sudah play by the rules.

Saat itu, Kenny juga belum bergabung dengan SFI. Apa saja perbedaan yang ia rasakan setelah bergabung dengan organisasi esports yang relatif baru ini? “Jelas banget bedanya haha…” Ungkapnya.

Pertama, ia sekarang tak perlu risau lagi terkena diskualifikasi karena telah mendapatkan modal dari SFI untuk menggunakan akun sendiri. Ia juga mengaku mendapatkan banyak sekali bentuk dukungan dari SFI. Ia mendapatkan gaji pokok sehingga ia bisa bermain FIFA sebagai full time job alias bisa fokus bertanding dan berlatih namun mendapatkan penghasilan.

Ia juga bercerita mendapatkan modal untuk membuat tim FUT dari SFI. “Tim FUT aku sekarang mungkin yang paling bagus di Indonesia. Maklum, modalnya juga gede karena sampai lebih dari Rp35 juta.” Cerita Kenny.

Kenny juga bercerita bahwa pendiri dan pemilik SFI tidak pernah memaksanya untuk jadi juara namun hal tersebut justru membuatnya sadar untuk memotivasi diri bermain lebih baik lagi. “Setiap gagal, selalu disemangati buat lebih maju lagi.”

Sumber: SFI
Sumber: SFI

Pemain FIFA yang dulu sempat bergabung dengan TEAMnxl> ini mengaku sudah bermain FIFA sejak 2014, atau FIFA 14. Ia juga sudah punya segudang prestasi sebagai berikut:

  • Juara 1 FIFA 14 Competition di Ultimate Gaming
  • Juara 1 FIFA 15 Competition di Ultimate Gaming
  • Juara 1 KASKUS FIFA 15 Competition
  • Juara 1 dan Juara 2 FIFA 15 Competition, World of Gaming
  • Juara 2 FIFA 15 Competition di Consoleation Binus Anggrek
  • Juara 1 FIFA 15 Competition di Carrefour M.T. Haryono
  • Juara 1 FIFA 15 Competition di Zeus Gaming Lebak Bulus
  • Juara 1 FIFA 15 Competition Road to BALI di Ultimate Gaming
  • Juara 1 dan Juara 3 FIFA 16 Competition, Battle of the Elites
  • Juara 1 FIFA 16 Competition di Ultimate Gaming
  • Juara 2 FIFA 16 Competition di Summarecon Digital Center
  • Juara 1 FIFA 16 Competition di Warung Junko
  • Juara 1 dan 2 untuk E-Sports Championship di Bandung
  • Juara 2 FIFA 16 Competition di Universitas Paramadina
  • Juara 1 dan 2 FIFA 16 Competition di Hanzo Gaming Bandung
  • Juara 1, 2, dan 3 FIFA 17 di PORSI Legacy Universitas Tarumanagara
  • Juara 3 FIFA 17 di Kreiss di Binus International
  • Juara 1 FIFA 17 di STOPBOX
  • Juara 1, 2, dan 3 FIFA 17 Competition di PS Grande Bekasi
  • Juara 1 di Bingo di Universitas Binus
  • Juara 1 di Universitas Matana
  • Juara 1 PORSI Arcadia di Universitas Tarumanagara
  • Juara 2 FIFA 18 di La Piazza

Daftar panjang tadi, menurut Kenny, belum termasuk prestasinya untuk FIFA 19.

Menariknya, Kenny yang saat ini bermain FIFA, dulu mengaku pemain PES (Pro Evolution Soccer). Buat yang familiar dengan game bola tentu tahu bahwa keduanya memang rival berat. Ia mengaku pindah dari PES 2014 karena merasa kurang nyaman dengan game tersebut saat itu. Ia pun coba-coba FIFA namun mengaku ketagihan, terutama dengan mode FUT nya, sampai sekarang.

Di FUT kedua nanti, Kenny mencoba realistis. “Karena ini juga live event pertama aku yang skalanya internasional, bisa lolos dari Group Stage saja sih sudah jadi pencapaian yang bagus untuk aku. Tapi target tetap harus bisa angkat piala.”

Di turnamen tersebut, kemungkinan besar, Kenny hanyalah satu-satunya perwakilan dari Indonesia. Ia juga jadi salah satu dari 2 perwakilan dari Asia. Selain Indonesia, Jepang juga akan mengirimkan wakilnya. Namun, untuk kepastian daftar lengkap pemain untuk turnamen ini, kita harus menunggu pengumuman resmi yang akan dirilis langsung oleh EA.

Lalu siapakah pemain yang ingin sekali ia lawan di turnamen ini nantinya?

“Lawan paling berat adalah Nicolas99 dari Argentina. Dia bisa dibilang pemain FIFA di PS4 yang paling konsisten dari tahun lalu. Karena dia lawan paling berat, gua pengen banget ngerasain lawan dia… Hahaha.” Tutup Kenny sembari tertawa.

Kira-kira bagaiamanakah perjuangan Kenny nanti di London? Kita doakan saja semoga bisa meraih hasil yang terbaik ya!

8 Sekolah Siap Bertanding untuk jadi Jawara Dota 2 dan MLBB di JD High School League

JD High School League (JD HSL) adalah sebuah gelaran kompetitif esports yang unik karena ditujukan untuk para pelajar. Pesertanya pun di sini mewakili nama sekolahnya masing-masing. Sedangkan game yang dikompetisikan di sini adalah Dota 2 dan Mobile Legends: Bang Bang (MLBB).

Kompetisi yang disponsori oleh JD.ID, Lenovo Legion, dan Corsair ini telah menjalani masa pertandingannya dari tanggal 20 Oktober – 18 November 2018. Dari masa pertandingan tersebut, 4 sekolah dari tiap game berhak lolos ke babak semifinal.

Berikut adalah daftar dari 8 sekolah yang akan bertanding di babak semifinal:

Untuk Dota 2:

Sumber: JD HSL
Sumber: JD HSL

– SMA Marsudirini Bekasi
– SMAN 7 Bandung
– SMAN 23 Bandung
– SMK Bhakti Anindya

Untuk MLBB:
– SMA Istiqamah Bandung
– SMA Negeri 1 Purwodadi
– SMAN 6 Pontianak
– SMK Telkom Makassar

Sumber: JD HSL
Sumber: JD HSL

Babak semifinal JD HSL ini nantinya akan digelar di High Grounds PIK pada tanggal 12 Desember 2018. Sedangkan babak grand finalnya akan digelar besoknya (13 Desember 2018) di Britama Arena alias Mahaka Square.

Total hadiah yang diperebutkan di sini juga tidak main-main karena mencapai nominal Rp1,2 miliar dengan distribusi hadiah sebagai berikut:

DOTA 2 :

    • Juara 1 : Beasiswa Sebesar Rp 30.000.000,- & 5 Buah PC esport
    • Juara 2 : Beasiswa Sebesar Rp 20.000.000,- & 5 Buah PC esport
    • Juara 3 : Beasiswa Sebesar Rp 10.000.000,- & 5 Buah PC esport

Mobile Legends :

    • Juara 1 : Beasiswa Sebesar Rp 25.000.000,-
    • Juara 2 : Beasiswa Sebesar Rp 15.000.000,-
    • Juara 3 : Beasiswa Sebesar Rp 10.000.000,-

Menariknya, ada standar nilai akademik untuk para peserta agar dapat mengikuti kompetisi ini meski memang standar tersebut diserahkan ke pihak kepala sekolahnya masing-masing. Selain itu, JD HSL juga mewajibkan setiap tim memiliki guru pembimbingnya masing-masing karena para pemainnya harus diawasi oleh guru setiap turnamen berlangsung.

Gisma "Melon". Sumber: JD HSL
Gisma “Melon”. Sumber: JD HSL

Gisma Priayudha Assyidiq atau yang biasa dikenal dengan Melondoto di kalangan gamers, yang merupakan Project Director dari JD HSL, bercerita bahwa turnamen ini sungguh di luar perkiraan awalnya. Pasalnya, ada ratusan sekolah yang mendaftar untuk turut bertanding di kompetisi; baik untuk Dota 2 ataupun MLBB.

Ia juga bercerita bahwa setelah para peserta menjalani penyisihan selama sebulan, mereka semakin kompak meski berbeda-beda sekolahnya. Mereka bahkan sampai punya inisiatif sendiri untuk membuat grup Whatsapp agar mereka dapat berkumpul dan berlatih lebih baik.

“Jalan masih panjang untuk mencapai (tingkat) profesional. Namun turnamen ini bisa jadi landasan yang bagus dan dapat menunjukkan nilai-nilai positif esports ke orang tua dan guru.” Ujar Gisma.

Turnamen semacam JD HSL ini sungguh sangat perlu diapresiasi dan didukung. Muasalnya, turnamen semacam ini tak hanya dapat menunjukkan nilai-nilai positif yang diajarkan dalam berkompetisi namun juga menjadi salah satu solusi masalah regenerasi di esports.

Sekolah manakah yang akan jadi juara Dota 2 dan MLBB? Kita tunggu saja tanggal mainnya bersama-sama.

Antara Sponsor, Tim, dan Event Esports: Sebuah Pengantar

Jika sebelumnya saya telah berbincang-bincang dengan salah satu pemilik organisasi esports Indonesia, BOOM ID (Gary Ongko), tentang pengalamannya membesarkan organisasi tersebut; saya ingin melanjutkan perbincangan seputar membangun tim esports dengan mengajak tiga stakeholders berbeda untuk memberikan pandangannya.

Kali ini, ada 3 narasumber dari 3 perspektif yang berbeda yang telah diundang untuk berbagi cerita.

Adalah Bambang Tirtawijaya sebagai Product Manager untuk Corsair dari Digital Pitstop (DTG), Aerastio Taufiq Akbar sebagai Creative Director dari Supreme League, dan Yansen Wijaya yang merupakan Brand Manager untuk EVOS Esports yang jadi narasumber kita kali ini.

Sebelum kita masuk ke topik pembicaraannya, mari kita berkenalan sejenak dengan masing-masing brand yang diwakili oleh ketiga narasumber kita di atas.

Sumber: Corsair
Sumber: Corsair

Corsair, siapakah yang tidak kenal brand yang satu ini? Corsair memang mengawali perjalanannya sebagai produsen memori (RAM) papan atas. Seiring waktu, mereka mengembangkan sayapnya ke berbagai produk lainnya; termasuk gaming peripheral. Terlalu banyak produk dan hal yang bisa dibahas dari Corsair yang mungkin bisa jadi novel 500 halaman sendiri jika ingin dikupas detail namun, satu hal yang pasti, build quality adalah keunggulan utama dari brand yang satu ini. Di Indonesia, Corsair juga menjadi sponsor salah satu tim esports besar, yaitu Bigetron Esports. Di luar negeri, di tingkat global, Corsair juga menjadi sponsor Team Secret, Invictus Gaming, Counter Logic Gaming, dan yang lainnya.

Sumber: EVOS Esports
Sumber: EVOS Esports

Sedangkan EVOS Esports adalah salah satu organisasi esports besar yang bisa dibilang juara dalam hal exposure. Mereka punya banyak divisi game, mulai dari Dota 2, Mobile Legends, Arena of Valor, Point Blank, FIFA, PUBG Mobile, dan yang lain-lainnya. Buat Anda yang mengikuti perkembangan ekosistem esports dalam negeri, keterlaluan rasanya jika Anda belum pernah mendengar nama EVOS. Divisi Dota 2 EVOS Esports sempat juga turut bertanding di ajang kompetitif Dota 2 bergengsi tingkat internasional di Jerman, di ESL One Hamburg 2018. Divisi Mobile Legends mereka juga baru saja menjadi juara kedua di gelaran MPL ID Season 2.

Sumber: Supreme League
Sumber: Supreme League

Supreme League mungkin adalah nama yang paling minim exposure jika dibanding 2 nama tadi. Namun demikian, Supreme League merupakan salah satu organizer event esports besar di Indonesia yang telah menjalankan berbagai kompetisi berskala nasional. Namanya mungkin memang minim exposure karena posisi mereka juga sebagai organizer. Namun buat orang-orang yang sudah malang melintang di belakang layar dunia esports Indonesia, Supreme League sudah tak bisa lagi dipandang sebelah mata. Proyek terakhir mereka adalah Ultimo Hombre, yang digelar di Jakarta dan Surabaya.

Proses Tim Menggaet Sponsor

Sumber: Mercedez-Benz
Sumber: Mercedez-Benz

Kenapa sebenarnya Corsair tertarik untuk menjadi sponsor tim esports? 

Bambang pun menjelaskan bahwa kompetitif gamer itu butuh perangkat yang bisa diandalkan. “Jadi, bagi Corsair, ketertarikan ini memang sudah seperti yang biasa mereka lakukan.” Dengan menjadi sponsor tim, selain bisa dijadikan standar perangkat untuk gamer kompetitif, mereka juga bisa mendapatkan masukkan tentang pengembangan produk yang cocok untuk gamer seperti apa.

Sedangkan Yansen dari EVOS yang sekarang telah menggaet banyak sponsor seperti Lenovo, Tokopedia, Gojek, Traveloka, dan NimoTV pun bercerita bagaimana klub esports ini bisa menggandeng begitu banyak sponsor. Menurut ceritanya, awalnya masih banyak sponsor yang belum tahu esports itu apa dan bagaimana masa depannya. Jadi, merekalah yang harus menjelaskan dan meyakinkan ke para calon sponsor ini tentang potensi esports. Yansen juga mengatakan bahwa menaruh iklan di YouTube atau di esports itu juga lebih efektif daripada menaruh iklan di jalan.

Sumber: EVOS Esports
Sumber: EVOS Esports

Bagaimana dengan sebaliknya? Apakah yang sebenarnya dicari sponsor dari tim esports? Bagaimana mereka menentukan pilihan tim seperti apa yang bisa disponsori? Apa sajakah takarannya?

Bambang pun mengatakan bahwa ada beberapa hal yang biasanya dilihat sponsor. “Kita ingin melihat rekam jejak dari satu tim sih.” Prestasi mungkin bisa jadi takaran meski memang tak terlalu kaku berkisar di sana. Manajemen organisasi yang bagus yang lebih besar kemungkinannya mendatangkan ketertarikan sponsor. Sentimen positif tentang tim esports itu, yang bisa terlihat di media sosial, juga dapat berpengaruh pada ketertarikan sponsor.

Sayangnya, ia juga bercerita bahwa masih banyak tim di Indonesia yang memiliki kekurangan di aspek manajemen organisasi.

Sumber: Supreme League
Sumber: Supreme League

Lalu bagaimana soal turnamen? Turnamen esports memang faktanya adalah bagian yang tak dapat dilepaskan dari ekosistem esports. Tanpa turnamen, tim-tim esports tak punya ruang untuk berkompetisi. Namun apakah ada lagi fungsi lain dari turnamen?

Tio dari Supreme League pun mengatakan bahwa turnamen juga berfungsi sebagai ruang exposure buat tim itu juga. Tio pun kembali menegaskan bahwa, sampai kapan pun, esports selalu akan ada turnamennya karena turnamen memberikan sebuah tolak ukur akan sebuah capaian, prestasi, dan exposure dari tim esports.

Masalah yang Dihadapi oleh Tim Esports

Meski bergantung satu sama lainnya, antara turnamen dan tim, tentu saja pernah atau bahkan sering terjadi gesekan antara keduanya. Apa saja yang pernah dialami oleh Supreme League tentang hal ini? Tio pun bercerita bahwa pemain-pemain yang sudah cukup populer memang tak jarang sulit diatur walaupun memang ia mengakui mentalitas orang itu berbeda-beda. Kedisiplinan para pemain itu adalah masalah yang paling sering ia temui saat menggarap event esports.

Sumber: Supreme League
Sumber: Supreme League

Bambang pun menambahkan cerita menarik yang pernah ia rasakan sendiri tentang masalah profesionalisme pemain. “Satu kali pernah ada pemain yang datang untuk tanda tangan kontrak. Namun kala itu, dia datang dengan mengenakan kaos kompetitor. Hahaha…” Katanya sambil tertawa. Ia pun tak serta merta menyalahkan sang pemain di kasus tadi namun justru menilai manajemennya yang tak sigap dalam mengatur pemainnya.

Bagaimana tanggapan Yansen sebagai bagian dari manajemen tim esports mengenai profesionalisme pemain? Solusi apa yang diterapkan di EVOS untuk masalah tersebut?

Yansen pun mengatakan bahwa sebenarnya memang setiap divisi memiliki personality-nya masing-masing dan, meski manajemen telah menekankan nilai-nilai kedisiplinan, tetap saja ada satu dua pemain yang kadang-kadang tidak disiplin. Ia juga mengakui bahwa masalah ini masih menjadi PR buat EVOS. Ia juga tidak bisa mengatakan bahwa tim EVOS itu lebih disiplin dari organisasi lainnya.

EVOS Esports | Dota 2 Team
Tim Dota 2 EVOS Esports | Sumber: ESL

Lalu bagaimana soal tantangan dari tim sendiri soal prestasi?

“Setiap hari sih tantangan ya… Hahaha…” Ujarnya Yansen tertawa. “Tim kita sekarang sudah ada bootcamp. Bangunin mereka saja itu sebenarnya sudah tantangan tersendiri.”

Sedangkan untuk soal prestasi, menurut Yansen, kembali lagi ke masing-masing pemain dan visi mereka. “Kalaupun mereka belum bisa menyumbang prestasi, mereka mungkin hanya belum beruntung.” Ia pun kembali menyebutkan yang sebelumnya dikatakan oleh Bambang di atas bahwa prestasi itu sebenarnya bisa dicari sambil berjalan, yang penting adalah bagaimana manajemennya.

“Kita ga terlalu result-oriented sih. Yang penting proses dalam mencapai prestasi itu yang kelihatan.” Katanya.

Kelebihan dan Kekurangan Maraknya Turnamen Esports

Dokumentasi: MPL Indonesia / Muhammad Thirafi Sidha
Dokumentasi: MPL Indonesia / Muhammad Thirafi Sidha

Tahun 2018 ini, ada banyak gelaran esports setiap bulannya. Meski memang menjadi bagian integral dari ekosistem, terlalu banyak turnamen juga memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Bagaimana narasumber kita di sini melihat hal ini?

“Negatifnya, karena sponsorship itu jadi bagian dari perencanaan perusahaan, kalau turnamen terlalu sporadis itu kita jadi susah juga dari sisi budgeting. Apalagi kalau levelnya besar ya. Itu pertama. Kedua, menciptakan image turnamen itu juga lebih sulit. Misalnya, tim-tim yang bermain di sini sama yang di sana itu setingkat kah?” Kata Bambang.

Dengan kata lain, menciptakan turnamen yang berkesan jadi lebih tinggi tantangannya karena narasi/cerita masing-masing turnamen bisa saling mengaburkan atau membingungkan.

Sumber: PUBG Mobile
Sumber: PUBG Mobile

Namun sisi positifnya, buat sponsor, mereka bisa lebih punya banyak exposure; lebih banyak ruang untuk beriklan. Selain itu, sponsor juga punya lebih banyak pilihan turnamen mana yang ingin dikejar.

Lalu bagaimana dari sisi klub esports? Apa plus dan minusnya?

Yansen mengatakan, “pertama, kita jadi punya lebih banyak exposure. EVOS di sini, EVOS di sana. Kalau menang, kita dapat prize pool lebih banyak juga. Namun, yang terutama adalah para pemain jadi lebih punya banyak pengalaman. Apalagi jika event offline. Karena di event offline, mereka harus nambah satu skill lagi yaitu mental.”

Sebaliknya, kekurangannya, terlalu banyak turnamen adalah kesulitan untuk mencari jadwalnya. Ia bercerita bahwa beberapa kali EVOS harus mengundurkan diri karena jadwal turnamen yang tabrakan. Pasalnya, para pemain ini juga harus mengatur jadwal kapan harus latihan, istirahat, ataupun kegiatan lainnya. Semakin padatnya jadwal turnamen, hal tersebut akan menyulitkan juga buat para pemain dan manajemen membagi waktu.

Tio dari Supreme League juga memberikan pendapatnya mengenai kelebihan dan kekurangan maraknya turnamen esports yang terjadi. Dari sisi EO, lebih banyak turnamen esports, positifnya kembali lagi lebih banyak exposure.

IGC 2018. Sumber: Dunia Games
IGC 2018. Sumber: Dunia Games

Menurutnya, hal ini juga akan membantu mengenalkan esports ke masyarakat awam. “Dengan esports dikenal di kalangan mainstream, hal ini dapat memudahkan mereka untuk menyadari bahwa esports itu adalah sebuah bisnis yang layak; yang menjanjikan.” Ujar Tio.

Sedangkan negatifnya, menurut Tio, terlalu banyak event juga akan membuatnya terlalu monoton buat para esports enthusiast ataupun mereka-mereka yang ada di belakang layar.

Itu perbincangan singkat saya bersama 3 narasumber tadi tentang sponsor, tim, dan event esports. Semoga hal ini berguna buat Anda yang berencana membangun tim esports ataupun menyelami industri/ekosistem esports lebih dalam.

RamStig Juara Turnamen Sim Racing di GT Sport Technofest

Jika di pekan sebelumnya Techno Fest menggelar kompetisi untuk Tekken 7 dengan R-TecH dari Alter Ego yang keluar sebagai sang jawara, hari Sabtu dan Minggu (24-25 November 2018) kemarin Technofest masih melanjutkan serangkaian acaranya dengan menggelar turnamen untuk game balap simulasi (sim racing) — Gran Turismo Sport (GT Sport).

Di turnamen ini, Andika “RamStig” Rama Maulana yang boleh dibilang sebagai pembalap simulasi / virtual nomor 1 di Indonesia menjadi juaranya. Meski memang namanya tak sepopuler pemain Mobile Legends dan minimnya exposure esports sim racing di Indonesia, RamStig punya segudang prestasi di tingkat internasional.

Ia bahkan terakhir turut bertarung di Mercedes-AMG Motorsport eRacing di Jerman mewakiliki Indonesia. Kala itu, RamStig juga bahkan jadi satu-satunya pembalap yang mewakili benua Asia.

Selain Rama, berikut ini adalah urutan juara GT Sports di Techno Fest beserta hadiah yang mereka dapatkan:

Dokumentasi: Andika Rama
Dokumentasi: Andika Rama
  1. Andika Rama Maulana (Rp1 juta)
  2. Raditya Indera Syahreza (Rp750 ribu)
  3. Tubagus Farhan (Rp500 ribu)
  4. Prawira Jalu N (Rp250 ribu)

Setelah kemenangannya, saya sempat berbincang-bincang sejenak untuk pendapatnya tentang turnamen ini.

Rama pun mengatakan bahwa ada beberapa kekurangan yang mungkin bisa dicatat di turnamen ini. Pertama, layar yang terlalu tinggi membuat lehernya sakit. Kursi untuk balapannya juga bisa diganti agar tidak goyang atau geser saat menjejak pedal. Ia juga bercerita bahwa rencana pertandingan berbentuk battle alias balapan bersama-sama harus dibatalkan karena kekhawatiran atas koneksi internet yang digunakan.

Dokumentasi: Hybrid
Dokumentasi: Hybrid

Sistem kompetisi yang digunakan di sini adalah sistem time-attack alias mencetak waktu terbaik namun dilakukan bergantian. Setiap peserta berhak mencoba 3x memacu mobil sebanyak 3x putaran (3 lap).

Terlepas dari itu, ia mengatakan turnamen ini tetap layak diapresiasi. “Turnamennya cukup organized. Acaranya on-time banget, salut untuk Mas Bram (dari Advance Guard sebagai organizer turnamen). Cukup rapih walau kurang banyak pesertanya.” Ujar Rama.

Andika Rama. Sumber: RamStig
Andika Rama. Sumber: RamStigSimRacing

Ia pun berharap akan ada lebih banyak dan rutin turnamen sejenis ini agar lebih banyak masyrakat luas yang mengetahui esports sim racing.

Prediksi Dunia Persilatan MLBB Pasca MPL ID S2, JessNoLimit: Saya Ingin Liburan

Gelaran kompetitif Mobile Legends: Bang Bang (MLBB) paling bergengsi di Indonesia, MPL Indonesia Season 2, sudah selesai dengan Rex Regum Qeon (RRQ) O2 yang keluar sebagai juaranya.

Sebelum kita membahas perkiraan bursa transfer yang terjadi pasca gelaran ini, mari kita lihat sejenak urutan juara di turnamen ini.

  1. Juara 1: Rex Regum Qeon (RRQ)
  2. Juara 2: EVOS Esports
  3. Juara 3: ONIC Esports
  4. Peringkat 4: Louvre
  5. Peringkat 5: Saints Indo
  6. Peringkat 6: Aerowolf Roxy
  7. Peringkat 7: Bigetron Esports
  8. Peringkat 8: SFI Esports

Pasca turnamen-turnamen besar, kebanyakan tim memang akan melakukan evaluasi performanya masing-masing dan bisa jadi merombak formasinya – seperti yang terjadi pasca MPL ID S1.

RRQ dan EVOS Esports

Sumber: MLBB
Sumber: MLBB

Jika melihat performa tim dan individu di MPL ID S2, boleh dibilang hanya RRQ yang meraih hasil memuaskan; bukan hanya karena mereka juara tapi juga karena performa masing-masing pemainnya yang stabil di atas.

Baik Tuturu, Lemon, AyamJGO, AmpunOM (Instinct), dan Liam bermain cantik sepanjang musim dan di fase Grand Final. Formasi ini bahkan boleh dibilang yang terbaik dari RRQ.O2 sejak terbentuk. Jadi, kemungkinan besar, pihak manajemen RRQ tak perlu pusing merombak formasi. Para pemainnya pun juga seharusnya tak perlu mencari tempat berlabuh baru.

Dokumentasi: MPL Indonesia / Muhammad Thirafi Sidha
Dokumentasi: MPL Indonesia / Muhammad Thirafi Sidha

Aerowolf Roxy (yang dulu menggunakan nama TEAMnxl>) juga tak mengubah formasi pemainnya pasca kemenangan mereka di Season 1.

Di posisi juara 2, EVOS Esports bisa jadi berubah formasinya pasca MPL ini. Mereka mengalami jungkir balik performanya sepanjang musim, meski memang berujung cukup positif. Di pekan-pekan awal Regular Season MPL ID S2, EVOS Esports memang boleh dibilang mengecewakan namun mereka berhasil memutarbalik kondisi dan berakhir jadi Runner Up.

Di media session EVOS Esports yang digelar saat MPL ID S2 berjalan, tim ini bercerita bahwa mereka berhasil bangkit performanya setelah fokus latihan dan mengesampingkan kesibukan mereka lainnya sebagai content creator.

Sumber: MLBB
Sumber: MLBB

Meski berhasil jadi juara 2, capaian tersebut bisa jadi tak memuaskan buat manajemen ataupun para pemainnya. Apalagi jika kita melihat Eko “Oura” Julianto yang tetap tampil memukau meski saat rekan-rekan satu timnya terpuruk saat awal-awal musim, pemain ini tentunya sangat menggoda untuk dipinang oleh banyak klub esports lainnya.

JessNoLimit sendiri juga sebenarnya berhasil mematahkan anggapan para haters-nya yang mengatakan dia cuma menang populer. Performanya sepanjang musim terakhir juga memuaskan, meski bagi saya pribadi, masih sedikit di bawah Oura tadi. Hasil performanya ini tentunya membuat banyak tim MLBB lain kebelet membawanya keluar dari EVOS Esports. Apalagi, organisasi esports mana yang akan menolak gamer paling populer di Indonesia (setidaknya sampai artikel ini ditulis) yang punya lebih dari 3 juta subscribers YouTube jika ia ingin keluar?

Dokumentasi: MPL Indonesia / Muhammad Thirafi Sidha
Dokumentasi: MPL Indonesia / Muhammad Thirafi Sidha

Saat media session kedua bersama EVOS Esports setelah mereka berhasil jadi juara 2, JessNoLimit mengatakan ingin liburan dulu saat saya tanyakan rencananya pasca MPL ID S2. Oura, Emperor, Marsha, dan IOS juga mengutarakan hal yang serupa. Mereka ingin liburan melepas penat. Namun IOS juga menambahkan, “saya akan stay di EVOS jika masih dibutuhkan.”

Melihat sejarah pasca MPL ID S1 yang kala itu EVOS juga juara 2, mereka merombak formasinya cukup drastis. Ada Donkey yang pindah ke Louvre. Sedangkan KneEr dan Oreo juga dilepas dari EVOS. Mereka pun memasukkan Marsha (dari RRQ) dan Emperor (dari Bigetron PK) pasca MPL ID S1.

Bagaimana formasi EVOS pasca MPL ID S2? Kita tunggu saja bersama-sama.

Aerowolf Roxy dan ONIC Esports

Sumber: MLBB
Sumber: MLBB

Berbicara mengenai dunia persilatan Mobile Legends, tentunya tidak sah juga jika kita tidak berbicara soal Aerowolf Roxy dan ONIC Esports. Kedua tim ini masuk ke daftar tim papan atas meski memang tak sepopuler RRQ dan EVOS.

Ada yang menarik antara interaksi Aerowolf Roxy dan ONIC Esports pasca Regular Season namun sebelum fase Grand Final. Pasalnya, mereka bertukar pemain saat itu. Supriadi “Watt” Dwi Putra dari Aerowolf pindah ke ONIC. Sedangkan Muhammad “Ichsan” Ichsan dari ONIC pindah ke Aerowolf.

Sumber: MPL
Afrindo “Lucky” Valentino. Sumber: MPL

Afrindo “Lucky” Valentino mengaku performa formasi baru mereka di Regular Season melebihi ekspektasinya. “Saat tim-tim besar lainnya naik turun, performa kita malah lebih stabil dengan bergabungnya Ichsan dan Lian.” Katanya saat media session untuk Aerowolf Roxy di gelaran MPL ID S2.

Sayangnya, performa baik mereka di Regular Season tak dapat dilanjutkan di babak selanjutnya. Karena itulah, Aerowolf Roxy bisa jadi juga akan mengubah formasi mengingat performa mereka yang mungkin boleh dibilang mengecewakan di babak Grand Final kemarin. Muasalnya, mereka menempati peringkat 2 di akhir babak Regular Season namun harus gugur cukup awal di Grand Final dan berakhir di posisi 6.

Sumber: MLBB
Sumber: MLBB

Di sisi lainnya, Watt yang berganti-ganti peran (role) di ONIC mengaku lebih suka memainkan role tetap seperti saat ia bermain untuk Aerowolf. Namun ia terpaksa berganti-ganti peran di ONIC karena memang harus menutupi keterbatasan penguasaan hero (hero pool) dari rekan-rekan satu timnya.

Watt memang menarik untuk diboyong keluar dari ONIC mengingat ia boleh dibilang paling mencolok skill individunya dibanding rekan-rekan satu timnya. Ia bisa berganti peran dengan mudah, menutupi keterbatasan rekan satu tim, namun tetap menunjukkan kualitas papan atas.

Spade. Sumber: MLBB
Spade. Sumber: MLBB

Satu lagi pemain dari ONIC yang menarik untuk dibahas adalah Hansen “Spade” Meyerson. Spade merupakan MVP Regular Season di MPL ID Season 1. Performanya memang tak sefantastis di Season 1 namun ia tetap saja termasuk salah satu dari 3 pemain Marksman terbaik se-Indonesia, bersama Tuturu dari RRQ dan Rekt dari Louvre. Kemungkinan besar, Spade juga sudah masuk ke dalam daftar pemain incaran bagi tim-tim yang mencari pemain Marksman.

Tim-Tim Lainnya

Selain dari 4 tim besar tadi, ada beberapa nama yang menarik untuk dibahas di sini kali ini. 2 nama pertama yang ada di kepala saya adalah Haji Kakap dan Hinelle dari Saints Indo yang mungkin bisa dirayu untuk pindah. Kedua pemain ini berhasil mencuri perhatian dengan menampilkan performa yang menawan sepanjang musim bersama Saints Indo.

Ditambah lagi, secara organisasi dan manajemen, Saints Indo boleh dibilang belum sematang organisasi esports lainnya seperti 4 organisasi besar yang saya bahas di atas. Menarik saja membayangkan Haji Kakap atau Hinelle berbaju kuning bersama ONIC atau berbaju biru di bawah naungan EVOS Esports.

Sumber: MLBB
Sumber: MLBB

Setiap pemain Louvre, Rmitchi, Donkey, Rekt, Kiddo, dan Yor, juga punya keistimewaan di perannya masing-masing. Mengingat Louvre juga tak mampu meraih hasil yang memuaskan kali ini meski berisikan pemain-pemain hebat, ada kemungkinan, baik dari sisi pemain ataupun manajemen; mereka mencoba formasi baru.

Fabiens dan Jeel dari Bigetron juga layak disebutkan sebagai pemain yang wajib dilirik, meski Fabiens memang lebih mencolok performanya di musim kedua ini. Fabiens adalah pemain lama yang muncul namanya sejak MSC 2017. Ia pun cukup piawai dalam memainkan peran (role) sebagai Assassin ataupun Marksman.

Sumber: MLBB
Sumber: MLBB

Jeel juga pemain yang cukup lama di dunia persilatan MLBB meski memang baru di Season 2 inilah ia merasakan ketatnya persaingan di MPL. Ia mengaku MPL memang beda prestige-nya dibanding kompetisi-kompetisi tingkat nasional lainnya, saat saya tanyakan di sesi media untuk Bigetron di acara yang sama.

Oh iya, nama terakhir yang mungkin layak untuk dipertimbangkan adalah Doyok dari SFI Esports. Doyok bisa jadi adalah pemain Mobile Legends terbaik asal Pontianak. Ia memang sedikit tenggelam namanya di MPL ID S2 karena timnya, SFI, sepertinya benar-benar belum menemukan gaya bermain yang tepat. Namun skill individu Doyok sendiri sebenarnya setingkat atau bahkan lebih tinggi dari pemain-pemain lainnya yang lebih populer namanya.

Sebenarnya ada satu pemain yang sudah mengutarakan keinginannya ke saya untuk keluar dari timnya. Namun karena off-the-record, saya tidak dapat menyebutkan nama ataupun timnya sekarang. Pemain itu juga sangat istimewa dari sisi skill individu ataupun tim dan mulai dikenal sejak MPL ID Season 1. Dia biasanya juga bermain sebagai Mage. Siapa dia ya? Apakah ia benar akan keluar dalam waktu dekat?

Sumber: MLBB
Sumber: MLBB

Itu tadi hanya ‘penerawangan’ saya atas beberapa tim dan pemain pasca MPL ID Season 2. Seharusnya, para pemain dan orang-orang manajemen sudah mulai bergerilya di balik layar untuk bursa transfer yang mungkin akan mewarnai beberapa pekan ke depan.

Seperti apakah peta dunia persilatan MPL Indonesia di Season 3 nantinya? Menarik untuk terus diikuti.

Bagaimana Event Esports Berperan Sebagai Sarana Marketing dan Branding?

Di 2018 ini, selalu ada saja event esports yang berbeda setiap bulannya. Namun demikian, membuat event esports tatap muka, atau yang biasa disebut offline, butuh dana yang tidak sedikit juga.

Dari sejumlah obrolan off-the-record saya dengan beberapa penyelenggara ataupun sponsor event, ajang kompetitif tatap muka tadi yang berskala nasional atau lebih besar, kebanyakan – jika tidak bisa dibilang semua – butuh dana sampai miliaran Rupiah (sayangnya, saya tidak dapat merinci lebih spesifik tentang detail turnamen atau penyelenggaranya).

Karena besaran dana tadi, tentunya dibutuhkan para sponsor untuk saling bahu membahu menanggung besaran biayanya. Untungnya, event esports sendiri bisa berperan sebagai sebuah sarana pemasaran (marketing) ataupun penjenamaan (branding) buat semua yang terlibat di sana.

Kali ini, saya telah mengumpulkan 3 narasumber dari perspektif yang berbeda-beda yang akan berbagi pendapatnya mengenai peran event esports sebagai sebuah sarana marketing dan branding.

Peran Event Esports untuk Publisher Game dan Sponsor

AoV World Cup 2018. Sumber: Garena
AoV World Cup 2018. Sumber: Garena

Sebagai salah satu publisher game yang paling aktif mengembangkan ekosistem esports di Indonesia, tentunya tidak sah jika saya tidak mengajak Garena untuk membagikan pendapatnya di sini.

Ada 3 game yang mereka rilis sendiri yang (pernah) digarap cukup intensif esports-nya oleh Garena, League of Legends (LoL), Point Blank (PB), dan Arena of Valor (AoV).

Adalah Wijaya Nugroho, Business Development – Esports, Garena Indonesia, yang akan mewakili Garena Indonesia untuk menjadi salah satu narasumber kita kali ini.

Ia mengatakan “Garena melihat bahwa esports lebih dari sekedar sarana marketing/branding dari produk game. Esports juga merupakan salah satu sarana dari publisher/developer game untuk give back ke komunitas game itu sendiri dan menjadi katalis pertumbuhan industri game.”

Wijaya juga melanjutkan, “contohnya saat ini, stakeholder dalam industri (game dan esports) tidak hanya developer, publisher ataupun pemain, tetapi juga telah melebar ke pihak lain seperti video platform providers, tournament organizer, dan bahkan perusahaan-perusahaan lain yang menjadi sponsor dalam event-event dan klub esports.”

Sumber: ESL
Sumber: ESL

Selain itu, buat developer ataupun publisher gameesports juga sebenarnya dapat memperpanjang umur (life-cyclegame itu sendiri; meski memang tidak mutlak menjadi satu-satunya faktor yang berpengaruh. Bagi Garena, esports dapat memperpanjang umur produk dengan menciptakan engagement antara game dengan pemainnya.

Ditambah lagi, Wijaya mengklaim, “perkembangan produk game Garena tidak terlepas dari peran para permainnya.”

Buat komunitas game itu sendiri, mekanisme esports secara otomatis mampu membentuk pemain loyal yang terus mengikuti pertandingan di berbagai tingkat turnamen yang diadakan. Garena juga percaya bahwa esports juga bisa menjadi ruang bagi para gamer untuk mengembangkan bakat dan minatnya masing-masing.

Meski begitu, banyak juga developer/publisher game yang masih percaya bahwa umur satu produk game lebih bergantung pada kualitas game itu sendiri; terlepas dari ada atau tidaknya esports-nya. Bagaimana Garena menanggapi pandangan tersebut?

Wijaya pun berargumen, “kita mungkin perlu mencoba membayangkan seperti apa industri game apabila tidak ada esports, mungkin tetap sama seperti tahun-tahun yang lalu: gamer hanyalah gamer, tidak ada tontonan pertandingan, tidak ada tim professional, tidak banyak brand lain yang masuk.

Memang benar bahwa tidak semua game memerlukan esports, tetapi tidak berarti esports tidak diperlukan. Esports telah membentuk ekosistem yang ada sekarang dan mengembangkan pasar industri game menjadi seperti apa yang kita ketahui saat ini.”

Itu tadi pendapat dari Garena tentang peran esports bagi developer/publisher game yang bersangkutan. Lalu bagaimana peran esports buat brand yang menjadi sponsor event?

Sumber: Lenovo
Sumber: Lenovo

Saya pun menghubungi Lenovo untuk mewakili brand yang kerap menjadi sponsor ajang esports. Mereka juga bahkan menjadi sponsor salah satu organisasi esports terbesar di Indonesia, EVOS Esports.

Diantika, Consumer Marketing Lead Lenovo Indonesia, yang akan mewakili Lenovo untuk berbincang-bincang dengan saya di sini. Lenovo sendiri tak hanya menjadi sponsor berbagai event esports namun juga menggelar event mereka sendiri di Indonesia, seperti League of Champion untuk LoL, Rise of Legion untuk sejumlah game seperti Dota 2, PUBG, dan yang lainnya. Mereka juga bekerja sama dengan JD.ID untuk menggelar ajang esports buat para pelajar yang bertajuk High School League 2018.

Di tingkatan global, Lenovo juga dirangkul oleh Ubisoft untuk official PC dan monitor untuk game FPS Tactical mereka, Rainbow Six Siege (R6S).

Menurut Diantika, tujuan Lenovo mendukung esports karena mereka ingin berkembang bersama esports yang berkembang pesat sekarang ini. Menurutnya, gamer bertambah banyak jumlahnya dan mereka butuh perangkat yang mampu mengakomodir kebutuhan bermain game.

Lenovo juga bahkan pernah melakukan survei ke sejumlah warnet atau iCafe tentang pertanyaan apa saja yang diminta oleh para gamer dari brand. Dari survey tersebut, ada 3 jawaban tertinggi yang mereka dapatkan yaitu, kompetisi, workshop (pelatihan), dan promosi produk. Menariknya, dari 3 jawaban tadi, justru promosi produk lah yang menjadi jawaban terbanyak yang diminta gamer berdasarkan data internal Lenovo.

Dari jawaban survei tadilah, Lenovo pun menjalankan strateginya. Mereka telah menjalankan turnamen seperti yang saya tuliskan beberapa contohnya di atas. Bersama EVOS Esports, mereka juga telah mengadakan workshop di 5 kota di tahun 2017. Di workshop tersebut, EVOS Esports berbicara seputar esports seperti bagaimana caranya membangun tim esports.

EVOS Esports
Sumber: ESL

Lebih lanjut menjelaskan, Diantika malah mengungkapkan bahwa esports sendiri memang masih jadi satu-satunya sarana/strategi branding dan marketing untuk pasar gamer. Ia juga mengungkapkan bahwa pasar gamer sendiri memang sedikit berbeda dengan pasar yang lain. Gamer adalah loyalis. Mereka ingin terlibat dan mereka ingin cari tahu, belajar saat menonton pertandingan.

Sebagai contoh, Diantika juga menjelaskan strategi yang berbeda yang mereka gunakan untuk lini produk mereka yang lainnya. Strategi pemasaran di esports mereka memang dibuat untuk lini gaming Lenovo, yaitu Legion. Namun untuk lini produk mereka yang lain, Lenovo Yoga, yang diperuntukkan untuk anak muda dan profesional, mereka menggunakan cara yang berbeda.

Activity campaign-nya berbeda.” Ujar Diantika. Ia juga mengaku Lenovo memang tidak banyak menggelar event untuk target pasar Lenovo Yoga. Sedangkan target pasar Legion memang lebih banyak ke grass root. Esports memungkinkan Lenovo mendatangi langsung para gamer di tempat pasar ini berkembang cepat, yang kebanyakan berada di daerah pulau Jawa seperti Surabaya dan Bandung, karena gamers juga lebih butuh yang engage langsung dengan mereka.

Sumber: PUBG Mobile Esports
Sumber: PUBG Mobile Esports

Andrew Tobias, salah seorang yang cukup lama berkiprah di esports Indonesia juga sempat saya tanyai pendapatnya. Ia telah malang melintang di industri esports Indonesia sejak beberapa tahun silam sebelum akhirnya bergabung dengan Tencent untuk PUBG Mobile sebagai Esports Manager. Meski begitu, pendapatnya di sini bukan mewakili perusahaan gaming raksasa asal Tiongkok tadi, melainkan atas kapasitasnya sebagai ‘aktivis’ esports Indonesia.

Hal yang sama seperti yang dikatakan oleh Diantika, Andrew juga mengutarakan bahwa brand atau vendor memang butuh orang-orang, tim, gamers yang bisa membantu mempromosikan produk. “Kalau tidak ada game atau esports-nya, lalu bagaimana cara promosinya?”

Saya sangat setuju dengan semua narasumber kita kali ini. Pasalnya, industri game dan esports sendiri memang pada dasarnya tak bisa dipandang sebagai bagian-bagian yang terpisah antara para stakeholders-nya. Game, perangkat, turnamen (event esports), dan profesional players memang saling membutuhkan satu sama lainnya.

Hitung-Hitungan (RoI) Event Esports

Sumber: ESL
Sumber: ESL

Di era digital ini, industri advertising berevolusi jadi lebih transparan dan tepat sasaran dibanding saat jaman iklan tradisional. Perhitungan Return of Investment (RoI) pun jadi jauh lebih mudah dan transparan dibanding era sebelumnya karena ada banyak sekali takaran yang bisa digunakan di digital advertising mulai dari CPM (Cost per Miles), CPC ( Cost per Click), CPI (Cost per Installation), CPA (Cost per Activation), dan yang lain sebagainya.

Lalu, pertanyaan besarnya adalah bagaimana cara menghitung RoI ketika sebuah brand atau vendor ingin menjadi sponsor event esports?

Muasalnya, pelaku bisnis tentunya ingin tahu seberapa besar keuntungan yang bisa ia dapatkan saat mereka menaruh investasi. Apalagi, seperti yang saya tuliskan tadi, digital advertising yang sekarang jadi mainstream untuk para pelaku bisnis mampu menawarkan kejelasan dari hitung-hitungan RoI.

Bagaimana cara meyakinkan sponsor baru, misalnya para pemilik brand non-endemicyang ingin terjun ke esports? Apakah event esports juga dapat membantu publishers atau developers mengenalkan game mereka ke masyarakat yang lebih luas?

Wijaya Nugroho mengatakan, “tidak semua hal dapat dikuantifikasi dalam hitung-hitungan, esports salah satunya. Dalam melakukan bisnis, kami di Garena percaya bahwa customer harus selalu ada di top-of-mind kami dan esports merupakan salah satu sarana bagi Garena untuk give back kepada komunitas game.”

Sedangkan untuk efektifitas esports dalam mengenalkan sebuah game, ia menjelaskan bahwa event esports sendiri butuh beberapa faktor penunjang lain dalam menentukan efektifitasnya, seperti publikasi sebuah event yang dapat menentukan tingkat pemaparan masyarakat terhadap event esports.

“Di sinilah rekan-rekan media memainkan peran besar mereka.”

GPL Spring 2018. Sumber: Garena
GPL Spring 2018. Sumber: Garena

Terlepas dari hitung-hitungan tadi, ia juga menambahkan satu hal yang tak kalah penting yaitu esports juga bisa digunakan untuk menyingkap sisi positif dari kegiatan bermain game. Kerjasama tim, kerja keras para pemain berlatih, penyusunan strategi, kepemimpinan seseorang dalam tim, dan sejumlah hal lainnya itu bisa disampaikan ke masyarakat untuk mengubah paradigma banyak orang tentang game dan industrinya lewat esports.

Hal tersebut mungkin memang termasuk salah satu keuntungan yang tak dapat dihitung dari esports. Muasalnya, tak dapat dipungkiri, salah satu tantangan yang dihadapi oleh para stakeholders dalam memajukan industri game dan esports memang ada di paradigma negatif kaum awam tentang kegiatan bermain game.

Andrew juga mengutarakan pendapat yang serupa karena perhitungan RoI di event esports memang tricky. Ia juga menambahkan karena ada banyak faktor yang bisa berpengaruh terhadap kesuksesan event esports sebagai sarana marketing. Misalnya saja, apakah produk sponsor tersebut cocok dengan target market dari event esports?

Sumber: PUBG Mobile Esports
Sumber: PUBG Mobile Esports

Meski begitu, ia menjelaskan bahwa ia sendiri merasakan ada hype yang terbangun untuk PUBG Mobile dari PUBG Indonesia National Championship (PINC) 2018 yang digelar beberapa waktu lalu.

Untungnya, Diantika dari Lenovo memberikan jawaban yang lebih konkrit soal hitung-hitungan ini.

Lenovo sendiri memiliki 3 objective yang bisa dikejar saat mereka menggelar atau menjadi sponsor event esports, yaitu:

  1. Engagement Rate
  2. Partisipasi tim
  3. Click Through Rate (CTR)

Engagement Rate tadi bisa di-set targetnya sebagai salah satu tujuan dan target dari penyelenggaraan event.

Partisipasi tim juga bisa menjadi benchmark dalam penyelenggaraan event. Misalnya pun tak semua pendaftar bisa turut serta di turnamen karena keterbatasan slot, data tersebut bisa menjadi leads baru yang sangat berharga.


Kedua hal tersebut bisa membentuk para pengguna agar menjadi loyalist brand baru, yaitu orang-orang yang memang setia menggunakan merek-merek tertentu. Buat yang memang sudah cukup lama berkecimpung di industri gaming ataupun teknologi, hal ini tentunya sudah tidak asing lagi karena memang loyalist brand itu riil di sini.

Contohnya saja baik Apple ataupun Android punya fans loyalnya masing-masing. Demikian juga antara AMD dan NVIDIA, ataupun Intel.

Ditambah lagi, brand awareness yang bisa didapat saat menjadi sponsor juga tak kalah penting karena menurut Diantika, “awareness itu yang akan menjadi jembatan ke purchase (sales).”

Sedangkan untuk CTR, yang dimaksud di sini adalah seberapa banyak orang yang masuk ke dalam landing page dari promo campaign yang memang telah disiapkan berjalan bersama dengan event-nya.

Sumber: ESL
Sumber: ESL

Diantika mengakui memang saat ini belum ada measurement tools yang bisa digunakan untuk mengukur berapa konversinya. Maksudnya, apakah pembelian di saat promo tersebut memang di-drive oleh campaign tadi atau bukan.

Namun, biasanya yang mereka lakukan adalah menghitung penjualan sebelum dan sesudah campaign. Penjualan mereka memang faktanya naik berdasarkan pengamatan tadi namun boleh dibilang perhitungan ini juga masih berada di batas asumsi. Bukannya tidak valid juga, hanya saja korelasi yang masih memang belum ditunjukkan secara eksplisit.

Itu tadi obrolan saya dengan 3 narasumber kita soal peran esports sebagai sarana marketing/branding.

Saya tahu pembahasan kali ini mungkin masih terlalu dangkal untuk sebagian orang namun anggaplah saja ini bisa jadi pengantar untuk pembahasan-pembahasan lain yang lebih mendalam di lain waktu.

Grand Final MPL ID S2 Buktikan Antusiasme Esports di Luar Ibu Kota

Hari Sabtu dan Minggu (18-19 November 2018) kemarin, Moonton menggelar babak Grand Final MPL ID Season 2 di JX International, Surabaya, Jawa Timur. Hasilnya, fans esports Mobile Legends: Bang Bang (MLBB) pun membanjiri lokasi.

Pihak RevivalTV sebagai sang penyelenggaranya pun dibuat kewalahan karena jumlah dan antusiasmenya yang jauh di luar ekspektasi. Menurut RevivalTV, di hari pertama, kapasitas area yang digunakan untuk MPL mampu menampung sampai 1500 orang sedangkan penonton yang hadir jumlahnya sampai 2x kapasitas area tadi.

Karena itulah, di hari kedua, mereka terpaksa melebarkan area MPL agar muat lebih banyak pengunjung.

Kepadatan pengungjung yang memenuhi JX International, Surabaya.
Kepadatan pengunjung yang memenuhi JX International, Surabaya.

Irliansyah Wijanarko, Chief Growth Officer untuk RevivalTV, bercerita kenapa Surabaya menjadi tempat pemilihan Grand Final MPL ID S2 ini. “Kenapa di Surabaya? Karena, pertama, Surabaya menjadi kota ketiga yang punya pemain MLBB paling banyak se-Indonesia.

Kedua, kita (RevivalTV) juga mendapatkan permintaan dari Moonton untuk melebarkan sayap di luar Jakarta. Ketiga, MPL ini juga ingin dijadikan bukti bahwa ajang esports sekelas ini juga bisa diselenggarakan di luar Jakarta.

Harapannya, MPL ini dapat menjadi katalis untuk esports scene dalam negeri sehingga banyak mata yang terbuka dengan antusiasme di luar ibu kota sehingga lebih banyak lagi yang mau investasi di esports.”

Lalu bagaimana dengan Season 3?

Irli pun mengatakan bahwa Moonton ingin Season 3 nantinya bisa lebih luas lagi menjangkau lebih banyak kota.

Irliansyah Wijanarko saat presentasi di Press Conference MPL ID S2. Sumber: MLBB
Irliansyah Wijanarko saat presentasi di Press Conference MPL ID S2. Sumber: MLBB

Keinginan Moonton dan RevivalTV tadi memang layak untuk diacungi jempol. Pasalnya, meski esports bertumbuh pesat sekali tahun ini, ajang kompetitif berskala nasional yang memakan anggaran sampai miliaran Rupiah memang kebanyakan masih diadakan di ibu kota.

Sampai hari ini, memang hanya Garena yang cukup rajin mengadakan berbagai gelaran esports berskala nasional di luar Jakarta. Minggu depan, akan ada lagi gelaran esports, Ultimo Hombre, yang akan diorganisir oleh Supreme League di Surabaya; di Pakuwon Trade Center.

Semoga saja lebih banyak gelaran-gelaran esports besar lainnya yang akan diadakan di luar ibu kota agar semua fans esports di Indonesia bisa merasakan kemeriahan yang sama dengan yang tinggal di Jakarta.

onic landak

Bagaimana dengan MPL ID Season 3? Semoga saja keinginan untuk menyebarluaskan antusiasme esports di kota-kota lain selain Jakarta tadi bisa tercapai ya!

RRQ Under 18 Tournament: Cara RRQ Cari Talenta Baru untuk Mobile Legends

Salah satu organisasi esports terbesar di Indonesia, Rex Regum Qeon (RRQ) menggelar turnamen unik yang ditujukan untuk para pemain muda Mobile Legends: Bang Bang (MLBB).

Turnamen ini bertajuk RRQ Under 18 Tournament. Dalam rilis resminya, RRQ mengatakan bahwa tujuan dari turnamen ini adalah untuk mencari talenta-talenta muda baru di esports. Turnamen ini digelar karena RRQ menyadari betapa pentingnya regenerasi di esports.

RRQ Under 18 Tournament juga didukung oleh Tokopedia dan Esports for Everyone (salah satu program baru dari Moonton, publisher dan developer dari MLBB).

“Turnamen ini diadakan sebagai ajang untuk mencari kandidat RRQ Junior. Namun, tidak hanya itu, kompetisi ini merupakan sebuah kesempatan bagus untuk para player muda khususnya game Mobile Legends untuk menunjukan kemampuan mereka dan diharapkan dengan munculnya talenta-talenta muda baru akan baik untuk iklim esports di tanah air.” Kata Andrian “AP” Pauline selaku CEO RRQ di rilis yang sama.

Herman Widjaja, VP Engineering di Tokopedia juga mengungkapkan antusiasmenya terhadap perkembangan industri esport, “Kami sangat senang bekerjasama dengan RRQ untuk mengadakan turnamen ini dan menciptakan panggung baru bagi para gamer profesional muda di Indonesia. Kami harap, turnamen berkualitas dan kompetitif seperti ini bisa mendorong lebih banyak talenta terbaik negeri untuk kemudian mendunia.”

Menariknya, awalnya pendaftaran yang dibuka dari tanggal 1-9 November 2018 kemarin rencananya hanya untuk 128 tim, ditambah menjadi 512 tim karena antusiasme yang para pendaftar yang melebihi ekspektasi. Menurut mereka, ada sampai 1000 tim yang mendaftar di sini.

Turnamen ini akan dibagi jadi 2 babak kualifikasi (256 tim/grup). Babak kualifikasi, baik grup A atau B, akan menggunakan sistem Bo1 dan Single Elimination. Setelah babak kualifikasi, 4 tim terbaik dari masing-masing grup akan melaju ke babak Playoff yang akan menggunakan sistem Bo3.

Untuk jadwal pertandingannya, berikut adalah detailnya:

  • Kualifikasi Grup A: 19-22 November 2018
  • Kualifikasi Grup B: 26-29 November 2018
  • Babak Playoff: 1-2 Desember 2018.

Babak Playoff-nya nanti dapat disaksikan di kanal YouTube resmi dari RRQ.

RRQ pun telah menyiapkan total hadiah sebesar Rp15 juta dan 19K Diamond buat para pemenang turnamen ini dengan distribusi sebagai berikut:

1st place Rp6.750.000,- +  2000 Diamond/player + Certificate + 1 RRQ Official Merchandise with RRQ ML player Signange.

2nd place Rp4.875.000,- + 1000 Diamond/player + Certificate + 1 RRQ Official Merchandise  with RRQ ML player Signange.

3rd place Rp3.375.000,- + 500 Diamond/player + Certificate + 1 RRQ Official Merchandise with RRQ ML player Signange.

4th place 300 Diamond/player

Sumber: RRQ
Sumber: RRQ

Selain total hadiah tadi, akan ada pemain yang mendapatkan kesempatan untuk bergabung dengan divisi baru RRQ, yaitu RRQ Junior.

Mengingat RRQ punya banyak divisi game, bagaimana dengan game lainnya? Apakah RRQ akan menggelar turnamen serupa untuk mencari bibit-bibit baru untuk divisi lain mereka?

Wilbert Marco, Manager Tim dari RRQ, menyampaikan bahwa saat ini memang masih untuk MLBB lebih dulu. “Ke depannya, kemungkinan ada untuk game lainnya.”

Masalah regenerasi pemain memang merupakan aspek krusial yang harus dipertimbangkan oleh semua stakeholder, termasuk organisasi esports dan, untungnya, RRQ menyadari pentingnya hal ini.

Kita tunggu saja bibit-bibit baru yang akan muncul dari turnamen ini dan, semoga saja, RRQ juga akan menggelar turnamen serupa untuk divisi mereka lainnya.

BOOM ID Lepas SaintDeLucaz, Salah Satu Pemain Terlama Mereka

Kemarin (14/11),  BOOM ID memberikan kabar mengejutkan. Divisi Dota 2 mereka melepas Dolly “SaintDeLucaz” Van Pelo (SDL), salah satu pemain yang membela tim ini dari pertama kali dibentuk.

Musababnya adalah alasan personal yang mengharuskan SDL harus vakum sementara dari dunia kompetitif Dota 2.

Saya pun menghubungi Marzarian Ojan Sahita (Owljan), General Manager untuk BOOM ID, dan Brando Oloan, Manager Tim BOOM ID untuk Dota 2, untuk berbincang-bincang mengenai SDL.

“Betul sekali. Tanpa Dolly, BOOM ga akan sampai ke titik sekarang ini,” kata Owljan mengawali pembicaraan kami.

Lebih lanjut dia bercerita, “ketika gua berbicara soal ‘kita gak akan sampai di sini tanpa Dolly’, itu gak hanya soal performa in-game karena ada banyak sekali yang sudah terjadi di BOOM ID. Bukan tanpa alasan juga di tim dia dijuluki ‘papa’. Orangnya lumayan objektif tanpa menyampingkan perasaan orang lain. Sebagai player, di mata organisasi, Dolly adalah orang yang punya komitmen dan kemauan serta dedikasi. Salah satu player yang secara attitude masuk ke dalam kriteria ‘professional’ gua.”

Owljan mengakui bahwa haru dan duka menyertai mereka (BOOM ID) ketika berdiskusi soal kepergian SDL. Bahkan, menurut Owljan, tak hanya divisi Dota 2 nya saja yang sedih atas kepergian itu, pemain dan staff divisi lain juga merasakannya. Bagi Owljan, hal tersebut adalah bukti bahwa Dolly merupakan orang yang sangat bersahabat dan menyenangkan sehari-harinya.

Divisi Dota 2 BOOM ID. Sumber: Unipin Esports
Divisi Dota 2 BOOM ID. Sumber: Unipin Esports

Alfi “Khezcute” Nelphyana, kapten tim dari divisi Dota 2 BOOM ID, juga sempat memberikan pendapatnya atas SDL. “Dia teman yang baik dan menyenangkan, punya semangat, dan daya juang. Semoga ketika seluruh urusannya selesai, Dolly bisa kembali aktif di kompetisi.” Ujarnya.

Brando juga bercerita bahwa Dolly merupakan pemain yang lumayan agresif di dalam game dan ia juga sering menjadi inisiator saat di Mid Game. Selama ini, ia mengisi posisi offlaner, alias posisi 3. Dolly juga disebut Brando sebagai seorang space creator. Terkadang, Dolly juga yang memberikan komando saat di Mid Game.

Menurut penuturan Brando, komando permainan di BOOM ID sendiri memang dinamis. Di awal permainan, alias Early Game, sang kapten Khezcute yang memegang komando. Sedangkan di akhir, Late Game,  Randy “Dreamocel” Sapoetra, sang carry, yang mengatur tempo.

Lebih lanjut Brando menjelaskan SDL memiliki 2 hero favorit, yaitu Dark Seer dan Enigma. Kedua hero tersebut punya laning phase yang kuat dan skill yang baik untuk team fight. Hal itu sejalan dengan gaya permainan SDL yang memang suka push lane cepat. Oh iya, karena mengisi posisi 3, SDL alias Dolly juga merupakan pemain yang bisa berkontribusi tanpa farming terlalu lama.

Menariknya, BOOM ID juga langsung mengumumkan pemain penggantinya, yaitu Rafli “Mikoto” Fathur di hari yang sama; sore harinya. Hal ini menarik karena Mikoto bukanlah pemain yang biasa bermain di posisi 3, melainkan di posisi 2 yang butuh farming lebih lama.

Namun demikian, Mikoto sendiri bukanlah pemain baru juga. Ia telah malang melintang di dunia persilatan Dota 2 Indonesia. Sebelum bergabung ke BOOM ID, Mikoto adalah pemain dari Alter Ego dan, sebelum ke sana, ia adalah pemain Pandora Esports.

Meski telah menggandeng pemain baru, SDL masih tetap akan bermain saat BOOM ID akan bertarung untuk kualifikasi Asia Tenggara WESG 2018 karena memang aturan dari turnamen tersebut yang tidak mengijinkan pergantian pemain.

Pergantian pemain dari SDL ke Mikoto ini menarik karena, seperti yang saya tuliskan tadi, perbedaan posisi antara keduanya. Jadi, apakah BOOM ID, yang mungkin selama ini bisa dibilang tim Dota 2 Indonesia yang paling stabil performanya, bisa mempertahankan gaya permainannya?

Umpan Lambung dari Liga1PES Menggarap Esports PES di Indonesia

Setelah beberapa waktu lalu kami membahas soal dunia persilatan fighting game di Indonesia bersama dengan Advance Guard, kali ini kita kembali membahas tentang satu lagi esports yang juga boleh dibilang minoritas, yaitu Pro Evolution Soccer.

Karena itulah, saya menghubungi Valentinus Sanusi, Founder Liga1PES, untuk berbincang. Liga1PES sendiri merupakan komunitas PES terbesar di Indonesia yang menjadi tempat berkumpulnya para gamer bola besutan KONAMI.

Kondisi Esports PES di Indonesia

Sumber: Liga1PES
Sumber: Liga1PES

Untuk memulai perbincangan, saya pun menanyakan seperti apa kondisi ekosistem esports PES di Indonesia. “Untuk PES atau yang dulu dikenal dengan nama Winning Eleven itu bisa dibilang hampir tiap minggu ada lomba yang diadakan di rental PS (PlayStation) oleh komunitas ataupun pemilik rental.” Jawab Valentinus.

“Kita dari Liga1PES melihat apa yang dilakukan komunitas tadi tidak terwadahi dan terkelola dengan baik. Makanya, sejak tahun 2016, kita di Liga1PES mencoba untuk mengembangkan sistem kompetisi yang sifatnya nasional dan terstruktur bersama dengan rental-rental PS dan komunitas tadi,” tambahnya.

Seperti biasanya, sejak dahulu kala, seri PES selalu dibanding-bandingkan dengan FIFA rilisan EA. Keduanya, sekarang memang boleh dibilang minoritas karena platform mobile yang jadi mayoritas dari segi platform dan MOBA dari sisi genre (yang dibuntuti ketat oleh Battle Royale).

Bagaimana perbandingan kondisi esports antara FIFA dan PES di Indonesia? Sebelum Anda yang fans FIFA protes, lain kali kita akan ambil jawaban dari perwakilan FIFA Indonesia ya.

Valentinus pun bercerita cukup panjang soal ini. Kompetisi Liga1PES sudah memasukin tahunnya yang keempat. Lewat kompetisi ini, komunitas tidak hanya mencari pemain PES terbaik di level nasional namun mereka juga mencoba menyalurkan atau memberikan kesempatan bagi para pemain nasional untuk bertanding lagi di tingkat yang lebih tinggi, seperti di tingkat SEA (Asia Tenggara) ataupun internasional.

Muasalnya, Liga1PES akan membawa pemain terbaik Indonesia untuk bersaing lagi dengan pemain PES terbaik di ajang SEA melawan pemain-pemain dari negara tetangga, seperti Malaysia, Vietnam, Thailand, Singapura, ataupun Myanmar.

“Jadi secara esports, saya bisa bilang PES jauh lebih unggul dibanding FIFA karena kita sudah memiliki sistem kompetisi skala nasional yang berjalan rutin, terkoneksi dengan kompetisi tingkat regional, dan saat ini juga kita sedang menjajaki kompetisi level internasional bekerja sama dengan komunitas di Eropa dan Amerika.”

Tantangan Esports PES di Indonesia

Satu hal yang menarik dari PES di Indonesia adalah game ini mungkin bisa dibilang game paling laris di jamannya, saat era PS1 dan PS2. Muasalnya, kemungkinan besar, PES merupakan game terlaris di setiap rental yang ada di Indonesia. Sebagian besar gamer, baik PC ataupun console, juga setidaknya pernah memainkan PES atau WE saat itu.

Namun demikian, seiring waktu dan perkembangan teknologi, PES pun meredup popularitasnya digantikan oleh MOBA (Multiplayer Online Battle Arena) yang sekarang masih menjadi esports terlaris. PC dan console pun juga tergerus popularitasnya gara-gara platform Android.

Bagaimananakah Valentinus melihat hal tersebut?

Sumber: Liga1PES
Sumber: Liga1PES

“Saya rasa hal ini tidak berlaku di PES saja sih. Esports sendiri memang industri baru yang pertumbuhannya sangat luar biasa yang sayangnya masih didominasi oleh platform PC dan mobile.

Ia juga menambahkan banyak faktor yang berpengaruh terhadap popularitas PES yang menurun. Namun satu hal yang tak dapat dipungkiri, menurut Valentinus, adalah pasar mobile yang lebih besar ketimbang console. 

“Mayoritas penduduk Indonesia punya ponsel dan bisa akses game-nya tanpa ribet bawa-bawa TV seperti kita di konsol. Faktor ini yang saya rasa buat MOBA lebih cepat dan bahkan sangat cepat pertumbuhannya karena aksesnya yang sangat mudah.”

Lebih jauh menjelaskan, Valentinus juga percaya bahwa ada faktor pembajakan yang begitu kental di Indonesia yang membuat pihak publisher atau developer game console seolah ogah melirik dan mengeluarkan dana untuk pasar Indonesia.

Itu tadi kondisi yang spesifik dengan kondisi di Indonesia, bagaimana dengan di luar sana? Apakah PES juga bisa dibilang kurang laris di luar sana?

Valentinus pun mengatakan, “kalau di luar sendiri bukan dibilang kurang laris sih, hehehe… Namun memang kalah exposure saja.” Ia juga kembali mengatakan bahwa pasar console memang lebih segmented ketimbang PC ataupun mobile.

“Ibaratnya penggemar RPG sedunia juga lebih besar dari penggemar MOBA tapi perbandingan ini bukan apple-to-apple, seperti halnya membandingkan MOBA dengan PES.”

Valentinus juga percaya bahwa PES sebenarnya punya potensi pasar yang lebih besar dibandingkan genre lainnya. Pasalnya, PES merupakan genre olahraga dan sepak bola juga merupakan cabang olahraga favorit di Indonesia dan dunia.

Maka dari itu, ia pun berargumen bahwa lebih mudah untuk mengajak masyarakat awam untuk nonton esports bola dari genre lainnya. Hal ini juga terbukti dengan perkembangan pesat esports PES di dunia olahraga di negara-negara Eropa dan Asia. Klub-klub bola besar sudah mulai merekrut para pemain PES untuk menjadi wakil klubnya.

“Kancah esports PES di Thailand bahkan juga sudah didukung pemerintah dan KONAMI juga akan menggelar liga esports untuk klub-klub sepak bola Thailand. Dengan perkembangan ini, saya rasa exposure gabungan antara sepak bola dan esports game bola bakal jadi kombinasi yang luar biasa banget di tahun-tahun mendatang.”

Sumber: Liga1PES
Sumber: Liga1PES

Dukungan Berbagai Pihak ke Komunitas PES

Meski memang nyatanya bisa dibilang kurang exposure di Indonesia, komunitas PES di Indonesia sudah mendapatkan banyak dukungan dari berbagai pihak.

Liga1PES yang memiliki visi untuk menjadikan gamer PES sebagai teladan masyarakat dan komunitas gamer sendiri dengan menjadi wadah bagi komunitas untuk bermain PES secara positif dan meraih prestasi baik di dalam ataupun luar negeri ini, menurut pengakuan Valentinus, telah mendapatkan dukungan dari True Digital Plus Indonesia, Telkom Group dan sejumlah partner lokal.

Sumber: Liga1PES
Sumber: Liga1PES

Mereka juga punya hubungan dekat langsung dengan KONAMI. Liga1PES juga mengantongi lisensi (endorsement dan validasi) resmi dari KONAMI untuk turnamen mereka. Misalnya saja salah satunya adalah PES League Asia 2v2 di awal tahun ini (2018). Liga1PES bersama-sama dengan KONAMI menyelenggarakan kualifikasi di 7 kota dan juga online. Mereka juga berhasil membawa pemain-pemain Indonesia untuk bertanding di Bangkok, Thailand. Saat itu, Indonesia berhasil meraih posisi Runner-Up karena kalah dari Jepang di partai final.

Menyoal Asian Games 2018, Liga1PES juga turut andil di sana. Mereka didukung KONAMI untuk menyelenggarakan PES Party menjelang Asian Games kemarin. Liga1PES sendiri juga menjadi organizer untuk kualifikasi mencari wakil Indonesia di Asian Games 2018.

Valentinus juga mengatakan bahwa mereka bisa memberikan feedback langsung ke pihak KONAMI, baik dalam aspek game itu sendiri ataupun untuk urusan komunitas, esports, ataupun pemasaran mereka. Sebaliknya, KONAMI juga bisa mengakses perkembangan komunitas PES Indonesia melalui Liga1PES.

“Tentunya, dengan hubungan ini, kita sangat mengharapkan ada aksi konkrit yang bisa kita realisasikan di komunitas. Hanya saja, untuk setiap kebijakan atau program yang berhubungan dengan KONAMI selalu membutuhkan proses yang panjang dan tidak mudah.” Tutupnya.

Itu tadi obrolan singkat saya dengan Valentinus tentang komunitas PES Indonesia dan Liga1PES.

Valentinus Sanusi. Dokumentasi: Valentinus
Valentinus Sanusi. Dokumentasi: Valentinus

Di satu sisi, mungkin memang benar apa yang dikatakannya tadi soal sepak bola yang mudah diterima banyak orang. Namun demikian, di sisi lainnya, game bola juga sebenarnya tidak hanya PES. FIFA besutan EA selalu menjadi rival beratnya.

Lain kali, saya akan mengajak perwakilan dari komunitas FIFA untuk mendengarkan pendapatnya. Namun satu hal yang pasti, pertarungannya sebenarnya bukan hanya pada komunitasnya. Andil KONAMI dan EA sendiri juga nantinya akan sangat berpengaruh besar atas perkembangan esports-nya, termasuk di Indonesia.

Saya pribadi inginnya dua-duanya sama besarnya dan sama populernya, bahkan dibanding MOBA sekalipun. Makanya, saya sengaja bawa-bawa nama FIFA di sini karena harapannya KONAMI seharusnya tambah panas jika EA yang lebih dulu investasi besar-besaran di Indonesia – demikian juga sebaliknya. Hahaha…

Terima kasih buat Valentinus yang sudah menuangkan waktu dan ceritanya di sini. Semoga komunitas PES dan Liga1PES semakin kuat ke depannya ya!