Overwatch League Kenalkan Stats Lab, Sumber Statistik Lengkap

Statistik pertandingan memegang peran penting dalam perkembangan seorang atlet maupun tim esports. Karena itu, sudah banyak organisasi esports yang menyediakan analis dan juga pelatih untuk menilai performa pemainnya dan menentukan dalam aspek apa seorang pemain harus dilatih. Sebelumnya, para pemain Overwatch mengandalkan website WinstonsLab untuk mendapatkan berbagai data statistik. Erik “DoA” Lonnquist dalam sesi wawancaranya dengan Blitz Esports Overwatch juga sempat berkata “statistik seperti apa yang sebenarnya penting?” Anda tidak bisa menilai seorang bagus memainkan Reinhardt hanya dinilai dari damage blocked saja. Bagi DoA, sekarang masih sulit untuk menentukan statistik yang tepat untuk mengevaluasi setiap peran di Overwatch.

Dengan begitu Overwatch League akan membantu memperlihatkan data statistik yang lebih banyak lagi. Ben “CaptainPlanet” Trautman selaku Stats Producer untuk Overwatch League mengumumkan peluncuran Overwatch League Stats Lab. Dibagi menjadi beberapa kategori, Stats Lab akan memperlihatkan statistik dari players, heroes, matches dan team fight. 

Players

Menurut saya, bagian inilah yang paling penting bagi para pelatih, analis dan pemain. Mereka dapat menilai apa saja yang perlu ditingkatkan dan membanding performa mereka dengan pemain dari tim lain. Bagian match report berisikan tentang banyak sekali statistik setiap pemain seperti jumlah elims, final blows, deaths sampai ults earned. Anda bisa menentukan apakah Anda merasa kurang dalam jumlah elims atau Anda lambat dalam mengumpulkan charge ultimate. 

Rate ranks berisikan rata-rata data yang didapat oleh pemain selama 10 menit. Contohnya, berapa hero damage yang didapat oleh satu pemain dan siapa yang tertinggi. Data yang bisa Anda dapat adalah final blows, eliminations, hero damage, healing, solo kills, environmental kills dan deaths. Selanjutnya ada bagian career totals yang memberitahukan rekor atau jumlah suatu data untuk setiap pemain di Overwatch League.

Sumber: WinstonsLab
Sumber:WinstonsLab

Yang menarik adalah, tersedia statistik Fleta deadlift di Stats Lab. Fleta deadlift adalah keadaan dimana pemain bisa mendapatkan kill lebih dari setengah total kill timnya. Kim “Fleta” Byung-sun adalah pemain aktif Shanghai Dragons di Overwatch League musim ini. Ia pertama kali mencetak rekor Fleta deadlift, ketika ia bermain untuk Flash Lux di Overwatchh APEX season 3. Flash Lux berhadapan dengan MVP Space dan Fleta mencetak 36 jumlah kills, sedangkan total kills timnya adalah 34.

Heroes

Sumber: Stats Lab
Sumber: Stats Lab

Di kategori heroes, Anda akan diberikan informasi mengenai seberapa banyak persentase suatu hero dimainkan. Anda juga dapat melihat secara spesifik persentase penggunaan suatu hero di setiap map, pertandingan, pemain dan musim Overwatch League. Ada juga bagian Overwatch League history hero usage. Dengan data ini Anda bisa melihat trend penggunaan hero yang berganti di setiap musim dengan menunjukan persentase pemakaiannya.

Matches

Untuk melihat data setiap pertandingan, Anda bisa membuka kategori matches. Anda bisa mendapatkan data statistik seperti average map score, average map duration, kemenangan beruntun yang diperoleh tim dan kemenangan tim pada suatu map. Data ini lebih dipergunakan untuk menunjukan kemungkinan kemenangan suatu tim memenangkan pertandingan selanjutnya yang didasari pada sejarah permainan tim tersebut.

Teamfights

Apabila Anda bingung untuk menentukan komposisi tim. Anda bisa meniru komposisi tim yang bermain di Overwatch League. Di kategori teamfights ini Anda dapat melihat komposisi dua tim yang bertanding beserta teamfights win rates-nya. Jadi Anda bisa menentukan komposisi tim untuk melawan komposisi hero lawan secara spesifik.

Riset: Atlet Esports Cenderung Memilih Jurusan Sains dan Iptek

Sebuah penelitian dilakukan oleh GYO Score melihat hubungan antara atlet esports dan pilihan jurusan kuliah mereka. GYO Score adalah platform analisis data esports dan gaming yang mendukung para gamers dan atlet esports. Laporan ini dikumpulkan dari 1156 pengguna platform GYO Score melalui survey rekrutmen untuk beasiswa. Dari 1029 atlet esports yang menjawab mengenai jurusan pilihan mereka, 52.6% memilih jurusan yang berhubungan dengan science, technology, engineering and mathematics (STEM). Jurusannya meliputi ilmu komputer, ilmu keperawatan, engineering, dan ilmu terapan.

Sumber: GYO Score
Sumber: GYO Score

Shawn Smith selaku CEO dari Harena Data berkata, “selalu ada asumsi bahwa komunitas esports dan gaming dekat dengan komputer, ilmu pengetahuan dan matematika. Data ini semakin mendukung kebenaran dari asumsi tersebut.”

Selanjutnya, 13.30% dari atlet esports memilih fakultas seni meliputi desain grafis, fashion design, dan art design. Menurut saya, dunia gaming memang sangat dekat dengan content creation dan cosplay. Anda bisa melihat banyaknya cosplayer yang mengikuti karakter game. Di DeviantArt juga banyak sekali ilustrator yang membuat art work mengenai karakter game. Atlet esports yang memilih bisnis dan keuangan juga tidak sedikit. 11.1% dari mereka memilih jurusan bisnis, finance, ekonomi dan akuntansi.

Survey juga menunjukan 13.20% atlet esports berencana untuk memilih jurusan yang berhubungan dengan esports dan gaming. Memang masih jarang Universitas yang menyediakan jurusan yang berkaitan dengan esports. Tetapi Harrisburg University sudah menyediakan jurusan tersebut. Program sarjana esports yang disediakan oleh Harrisburg University memang tidak berfokus pada atlet esports. Namun mereka mengajarkan tentang pekerjaan lain yang ada di industri esports seperti event manager, marketing manager, team manager atau pembuatan konten media. Dengan demikian, setelah para atlet esports memutuskan untuk pensiun, mereka masih bisa berada di industri esports juga.

Apabila dibandingkan dengan atlet olahraga seperti football dan bola basket, atlet esports memiliki pemilihan jurusan kuliah yang lebih bervariasi. Pada tahun 2016, Bleacher Report menemukan bahwa atlet football mahasiswa lebih memilih ilmu komunikasi dan ilmu sosial dibandingkan jurusan yang berhubungan dengan STEM. Ilmu komunikasi merupakan jurusan yang juga berfokus pada media. Jurusan ini akan membantu para atlet untuk memasuki karir di penyiaran pertandingan olahraga, public relations dan menjadi selebriti

Umur karir yang pendek, atlet esports harus bersiap untuk masa depan

Sumber: Twitter Akke
Sumber: Twitter Akke

Rata-rata umur saat seorang atlet esports memutuskan untuk pensiun adalah 25 tahun. Sehingga rentang karir seorang atlet esports hanya 7-8 tahun lamanya. Belum lagi kemungkinan cedera bagi atlet esports seperti carpal tunnel, tennis elbow dan trigger finger cukup besar. Maka, seorang atlet esports harus mempersiapkan masa depannya setelah mereka pensiun.

Salah satu contoh mantan atlet esports yang akhirnya meneruskan karir sebagai professional adalah Joakim “Akke” Akterhall. Setelah mencetak prestasi sebagai juara The International 2013, Akke memutuskan untuk pensiun dari ranah kompetitif Dota 2 dan menjadi Software Developer. Ia menyelesaikan pendidikan di jurusan ilmu komputer dan, bersama kawan-kawannya, mendirikan Insert Coin yang menyediakan layanan Gamification as a service (GaaS)

Melihat Akke yang menyelesaikan pendidikan sebelum serius menekuni karir esports-nya, patut dicontoh oleh para calon atlet esports muda. Menyelesaikan kuliah dan membangun karir di esports secara bersamaan adalah jalan terbaik. Hal ini dipermudah juga dengan banyaknya universitas yang menyediakan jalur beasiswa untuk para gamer berprestasi dan munculnya liga mahasiswa. Sehingga ketika lulus kuliah, atlet esports dapat memilih apakah ia ingin melanjutkan karir esports-nya atau bekerja sebagai profesional. 

Apakah Perubahan DPC akan Membuat Dota 2 Kembali ke Puncak Kejayaannya di Indonesia

Valve berencana untuk mengubah sistem Dota Pro Circuit di musim 2020/2021. Kabarnya, perwakilan tim-tim besar Dota 2 telah diundang oleh Valve ke Seattle untuk membicarakan hal tersebut. Valve memang terus mencari sistem DPC yang lebih baik dengan mendengar suara dari komunitas juga. Beberapa perubahan dari DPC sempat terjadi di beberapa tahun ke belakang. Mungkin kali ini akhirnya Valve mulai peduli dengan perkembangan ranah kompetitif tier 2. Pasalnya, DPC di tahun-tahun kemarin lebih berorientasi kepada tim tier 1.

Kita tidak akan bisa melihat turnamen Minor lagi di DPC musim depan. Valve juga akan mengurangi jumlah turnamen Major dari lima menjadi tiga saja. Valve akan mengganti turnamen Minor ini dengan dua tier liga regional. Pembagian regionalnya sendiri akan tetap sama yaitu Amerika Utara, Amerika Selatan, Eropa, CIS, Tiongkok, dan Asia Tenggara. Liga regional ini akan berjalan dalam waktu yang panjang dan terbagi menjadi dua tier. Para tim harus mengikuti open qualifier untuk masuk ke tier dua. Lalu mereka akan menjalani sistem promotion and relegation untuk mencapai tier 1. Sedangkan tim yang berperingkat rendah di tier 2 akan keluar dari liga regional dan harus memulai dari open qualifier lagi.

Liga tersebut akan dijalankan secara online. Tetapi Valve menyebut tidak tertutup kemungkinan untuk menjadikan liga regional ini sebagai LAN event. Prestasi sebuah tim di liga regional juga akan menentukan poin DPC yang akan mereka dapatkan.

Kesempatan yang lebih besar untuk tim tier 2 bersinar

Sumber: Kincir
Sumber: Kincir

Liga regional ini akan memaksa semua tim untuk memulai dari open qualifier. Lalu gelaran liga ini akan berjalan lama, maka akan ada banyak kesempatan untuk banyak tim memperebutkan tempat di The International. Dibandingkan sebelumnya, regional qualifier hanya kesempatan yang datang sekali. Apabila satu tim gagal di regional qualifier, selesai sudah perjalanannya menuju turnamen Major atau Minor. Kali ini, tim harus konsisten untuk bermain di liga regional. Kalau tidak, mereka akan mengalami relegasi dan digantikan oleh tim lain.

Ranah kompetitif yang tidak datang sekali ini yang bisa memelihara tim-tim untuk tetap bermain. Kalau kita melihat di Indonesia sendiri, salah satu alasan banyak organisasi esports yang membubarkan tim Dota 2 nya adalah karena minimnya turnamen yang bisa mereka ikuti.

Sebelumnya, sudah ada yang menjalankan sistem promotion and relegation seperti ini di Dota 2 yaitu joinDOTA League. Di setiap regional, para tim bertanding untuk mencapai tier 1 joinDOTA League. Tetapi liga tersebut memiliki hadiah yang kecil dan para tim hanya menjadikannya sebagai sarana latihan saja. Seharusnya liga regional yang diterapkan oleh Valve akan memelihara ranah kompetitif Dota 2 menjadi lebih sustain lagi. Karena dengan ini, semua tim memiliki kesempatan dan tidak satu kali.

Logitech G Bekerja Sama dengan T1 Entertainment & Sports

Logitech G telah mengumumkan kerja sama dengan T1 Entertainment & Sports. Logitech G menjadi sponsor resmi untuk gaming gear T1. Kerja sama ini menambah daftar partner Logitech G di esports. Di League of Legends, Logitech G sudah menjalin kerja sama dengan Royal Never Give Up, Team Solo Mid, G2 Esports dan Origen.

Kali ini, mereka memutuskan untuk mendukung organisasi esports yang sudah menjuarai World Championship tiga kali. T1 Entertainment & Sports adalah organisasi esports asal Korea Selatan, dikenal dari tim League of Legends  mereka yang bermain di League of Legends Champions Korea. Selain League of Legends, T1 memiliki beberapa divisi tim dari game lain seperti Dota 2, PUBG, Fortnite, Hearthstone, Super Smash Bros dan Apex Legends.

Sumber: Twitter T1 LoL
Sumber: Twitter T1 LoL

Brent Barry selaku Head of Esports dari Logitech G berkata seperti dikutip dari rilis, “Logitech G sangat bangga untuk bekerja sama dengan T1. Para atlet ini bukan hanya sudah menjadi legenda di negeri mereka sendiri, tetapi mereka juga bertanding di kompetisi tertinggi yang bertaraf dunia. Kami menjalin kerja sama yang berfokus pada peningkatan performa para atlet ini di banyak genre game dan platform. Juga terus mengembangkan teknologi untuk para gamers di seluruh dunia. Kami mengharapkan T1 menjadi perwakilan kami bukan hanya di Asia tetapi di dunia.”

Logitech G akan menyediakan mouse, keyboards, mousepads dan headsets untuk para pemain T1 di setiap divisi. Anda juga akan melihat logo Logitech G ditempatkan pada jersey pemain T1 dan juga di tempat latihan mereka.

Joe Marsh selaku CEO dari T1 berkomentar mengenai kerja sama ini, “Kami sangat gembira untuk bekerja sama dengan global brand seperti Logitech G. Investasi mereka di tim kami adalah bukti dari kerja keras dari pemain kami.”

 

Korea Selatan bisa dibilang adalah region yang paling maju industri esports-nya. Tetapi ketika Anda mengingat organisasi esports mana yang paling sukses di Korea Selatan, bisa dijamin SKT T1 akan ada di pikiran Anda. Kerja sama ini bisa dianggap tepat dilakukan oleh Logitech G untuk menguasai pasar Korea Selatan. Lee “Faker” Sang-hyeok sudah menjadi idola di Korea Selatan. Bahkan ia sudah beberapa kali tampil di acara televisi lokal bersama para bintang k-pop seperti Kim Heechul. Sesi live stream dirinya di Twitch juga berhasil menarik banyak penonton.

Selesai Masa Beta, Inilah Tanggal Rilis dan Update Underlord Baru

Setelah delapan bulan, Valve akhirnya mengumumkan berakhirnya masa beta dari Dota Underlords. 25 Februari 2020 menjadi tanggal dimulainya Dota Underlords season 1. Sepertinya Valve benar-benar serius untuk mengalahkan TeamFight Tactics kali ini.

Pada halaman update-nya, Valve memperlihatkan promosi Dota Underlords yang mereka lakukan di halaman depan majalah PC Gamer. Walaupun mengalami penurunan jumlah pemain yang konsisten, Valve sepertinya masih semangat untuk tetap menjalankan Dota Underlords. Terbukti belum sepi, ketika mencoba memainkan game ini, saya selalu mendapatkan queue time yang terhitung cepat ketika bermain, setidaknya sampai tulisan ini ditulis.

Pada season 1 ini, Valve menyebutkan akan memperbaiki user interface dari Dota Underlords serta Battle Pass yang baru untuk membuat pemainnya semakin bersemangat dalam bermain dan menaikkan level.

Melihat kembali poster Dota Underlords dulu, memang terlihat ada total 4 Underlord di Whitespire. Yang pertama kali diperkenalkan oleh Valve adalah Anessix dan Hobgen. Lalu Jull yang masuk pada bulan Desember 2019 lalu. Melengkapi 3 Underlord sebelumnya, Enno akhirnya bisa dimainkan.

Enno yang tampak lucu dan imut ini membawa mekanik baru ke dalam Dota Underlords. Walau begitu, Enno akan mengeluarkan potensi tertinggi dari skill yang ia miliki apabila Anda memiliki susunan hero yang tepat.

Skill Enno

Mari kita bahas skill-nya. Sama seperti Underlord lain, Enno memiliki 2 build skill yang secara acak akan Anda dapatkan ketika memilih Underlord.

Sumber: Dota Underlords
Sumber: Dota Underlords

Rabid Furball adalah build skill pertama yang berisikan Death Spin dan All Out Attack. Death Spin adalah skill offensive Enno yang akan memberikan efek poison dan damage terhadap lawan Anda. Poison merupakan hal baru di Dota Underlords. Unit yang terkena poison akan menerima 15 physical damage per second dan pengurangan healing sebesar 10%. Poison akan sangat berguna apabila Anda melawan Warlock dan Healer. Selanjutnya, skill All Out Attack berguna mengikat lawan Anda, memberikan damage yang kecil, dan melempar lawan Anda secara acak. Skill ini bisa Anda manfaatkan ketika melawan Ranger atau Mage yang sulit diraih. Anda bisa membuat lawan Anda berada di posisi yang tidak bagus ataupun mematahkan combo mereka.

Build skill ini menurut saya akan berjalan apabila Anda bermain banyak hero melee seperti Assassin, Knight, Warrior atau Brute. Intinya adalah berbagai hero yang tidak memiliki gap closing yang baik untuk menggapai back line musuh. Sedangkan build skill ini tidak akan menguntungkan Anda apabila Anda bermain hero yang membutuhkan proteksi ketika bermain.

Apabila Anda bermain Ranger, besar kemungkinannya Enno akan menjatuhkan lawan tepat di samping Ranger Anda. Bloodseeker juga tidak akan diuntungkan oleh Enno. All Out Attack membutuhkan beberapa detik untuk melempar musuhnya. Sedangkan Bloodseeker harus tetap membunuh musuhnya untuk bertahan hidup.

Sumber: Dota Underlords
Sumber: Dota Underlords

Build skill kedua dari Enno adalah Healin’ N’ Stealin’! yang terdiri dari Dr. Enno’s Soothing Balm dan Yoink!. Lebih bermain defensive, Dr. Enno’s Soothing Balm akan memberikan healing kepada hero Anda dan efek poison terhadap musuh. Kemampuan healing-nya terhitung kecil apabila dibandingkan dengan Jull atau Anessix. Yoink! mungkin akan berguna di late game. Dengan Yoink!, Enno mencuri item dengan tier terkecil yang dimiliki musuh.

Apabila ada musuh yang tewas, Enno akan mengambil item-nya apabila musuh tersebut memiliki item dengan tier lebih tinggi. Namun, jujur saja, saya tidak pernah memilih Enno dengan build skill ini. Karena selain menambah elemen RNG di Yoink!, kemampuan healing-nya tidak lebih baik dibandingkan Underlord lain.

Kesimpulan saya adalah, Enno tidak sekuat yang saya kira. Walaupun baru dirilis, Enno terhitung lemah apabila dibandingkan dengan Underlord lain. Apabila Anda ingin bermain offensive, saya menyarankan Anda memainkan Hobgen. Apabila Anda ingin bermain defensive, Jull masih superior dibandingkan Enno.

Demi Regenerasi, 100 Thieves Meluncurkan 100 Thieves Next

League of Legends Amerika Utara memang memiliki permasalahan kualitas player pool. Impor pemain menjadi jalan keluar paling cepat dan efektif bagi tim yang bermain di NA LCS.

Tetapi mau sampai kapan region ini dijuluki sebagai rumah untuk pemain pensiunan? Contohnya adalah Bae “Bang” Jun-sik  yang pindah ke region Amerika Utara setelah memutuskan untuk berpisah dengan SKT T1. Bang, yang karirnya sudah menurun di tahun 2018, akhirnya menerima tawaran untuk bermain di region Amerika Utara.

Untuk perbandingan, NA LCS memiliki total 41 pemain yang berasal dari luar Amerika Utara. Sedangkan region Eropa LEC hanya memiliki 6 pemain impor. LPL Tiongkok sendiri ada 29 pemain dari luar Tiongkok. LCK Korea sama sekali tidak memiliki pemain impor.

Alasan dari meningkatnya pemain impor di NA LCS adalah kualitas talenta muda yang tidak mumpuni. Riot Games Amerika Utara sudah berusaha untuk membuat program guna membina talenta muda, yaitu dengan mengadakan NA Academy League. Merasa kurang efektif terhadap NA Academy League, 100 Thieves juga meluncurkan program mereka sendiri yaitu 100 Thieves Next.

 

Membina pemain yang masih sangat muda, 100X berisikan 3 pemain yang masih bersekolah. Chris “PapaSmithy” Smith sebagai General Manager League of Legends dari 100 Thieves berkata bahwa ia ingin memberikan kesempatan pada pemain muda untuk menjalani sekolah dan membangun karir esports mereka secara bersamaan. Sehingga ketika selesai bersekolah, mereka diharapkan untuk siap bersaing di NA LCS. Pemain-pemain ini diambil dari leaderboard peringkat Challenger League of Legends Amerika Utara.

Selain upaya dari organisasi dari 100 Thieves, Riot Games juga perlu mengembangkan programnya lebih lanjut lagi. Sampai saat ini masih terbukti bahwa NA Academy league belum sangat membantu untuk mengurangi pemain impor. Riot Games harus bekerja sama dengan para organisasi esports di Amerika Utara untuk membantu mereka melakukan scouting talenta baru.

InYourdreaM dan Jhocam Terdaftar Sebagai Pemain T1 di DPC 2019/2020

Redupnya ranah kompetitif Dota 2 di Indonesia membuat beberapa pemain memilih untuk meneruskan karir di luar negeri. Muhammad “inYourdreaM” Rizky dan Tri “Jhocam” Kuncoro sudah resmi terdaftar sebagai pemain di roster Dota 2 tim T1. Belum ada pengumuman resmi mengenai perubahan roster-nya. Tetapi Anda bisa melihat bahwa perubahan yang terjadi di T1 cukup banyak. Hengkangnya Kim “Febby” Yong-Min memang sudah diperkirakan. Pasalnya, Febby sekarang sudah berpindah tim ke TNC Predator sebagai pelatih. Masuknya Dominik “Black^” Reitmeier juga tertulis di halaman pendaftaran Major dan Minor untuk DPC musim 2019/2020.

Sumber: Dota2.com
Sumber: Dota2.com

InYourdreaM sendiri memang sudah dikabarkan akan bermain di luar negeri. Melihat beberapa post Instagram darinya memang terlihat sedang berada di luar negeri. Tetapi belum diberitakan secara resmi ke tim mana dia akan berlabuh. Jhocam yang kemarin sempat tidak ada kabar setelah memperkuat tim nasional Indonesia di SEA Games 2019, akhirnya terlihat akan menemani inYourdreaM di T1.

Mungkin masih banyak yang belum mengenal, T1 adalah organisasi asal Korea Selatan yang terkenal dengan roster League of Legends-nya. T1 pertama kali membentuk roster Dota 2 pada bulan Agustus tahun lalu, yang berisi Christian “Skadi” John Abasolo, Lee “XemistrY” Jae Hyung, Lee “Forev” Sang Don, Kim “Febby” Yong Min, Johan “pieliedie” Astrom. Tidak dapat meraih prestasi apapun dan gagal melaju ke DreamLeague Season 13 melalui kualifikasi Asia Tenggara, akhirnya T1 memutuskan untuk melakukan perubahan.

Black^ merupakan pemain veteran yang sudah lama tidak bertanding di ranah kompetitif. Ia terakhir kali bermain di tim Infamous pada bulan Juni 2019. Karena hal ini, saya tidak bisa berspekulasi apapun mengenai Black^. Hanya Lee “Forev” Sang-Don sendiri yang tersisa dari Roster Dota 2 T1 sebelumnya. Forev sendiri memang memiliki segudang pengalaman di ranah kompetitif Dota 2 bahkan di The International. Guo “qzxuan” Yixuan adalah pemain asal Kanada yang sempat bermain di tim Demon Slayers dan meraih peringkat runner-up di DreamLeague Season 12.

Menurut saya, susunan role dari roster ini adalah:

  • Black^ – Carry
  • inYourdreaM – Midlane
  • Forev – Offlane
  • Jhocam – Support 4
  • Qzxuan – Support 5

Seharusnya para penggemar Dota 2 di Indonesia juga tidak sabar untuk melihat mereka bermain. Dua pemain hebat dari Indonesia akhirnya memulai karir di luar negeri setelah Kenny “Xepher” Deo dan Andrew “Drew” Halim. Mungkin Anda dapat melihat mereka pertama kali bertanding di kualifikasi ESL One Los Angeles untuk Asia Tenggara.

Kembali Terbentuk, Roster Dota 2 Cloud9 dan LGD International telah Diumumkan

Cloud9 dan LGD.International mengumumkan pembentukan roster Dota 2 mereka. Walaupun terbilang agak terlambat memulai musim, mereka masih memiliki banyak turnamen Major dan Minor yang bisa diikuti. Dua organisasi ini memiliki pengalaman sebelumnya dalam menjalankan tim Dota 2. Pada tahun 2017, Cloud9 memutuskan untuk membubarkan roster Dota 2 mereka. Sedangkan terakhir kali LGD.International memiliki roster Dota 2 adalah pada tahun 2013. Karena ekspansi LGD ke Asia Tenggara, mereka akhirnya membentuk tim Dota 2 kembali dengan pemain yang berasal dari negara-negara di Asia Tenggara.

Dua veteran bersama tiga pemain bintang Asia Tenggara

Sumber: Cloud9
Sumber: Cloud9

Roster Dota 2 Cloud9 sangatlah menjanjikan untuk lolos ke turnamen Major. Rasmus “MISERY” Filipsen dan Johan “pieliedie” Åström merupakan mantan pemain Cloud9 beberapa tahun lalu. MISERY sempat memperkuat Cloud9 pada tahun 2015. Pieliedie sendiri mewakili Cloud9 di The International 2014 dan berhasil meraih peringkat 5. Kedua orang ini tidak perlu diragukan lagi kemampuan dan pengalamannya di ranah kompetitif Dota 2.

Tetapi pertanyaannya, bagaimana sisa tiga pemain lain yang ada di roster Dota 2 Cloud9? Rolen Andrei Gabriel “Skemberlu” Ong bisa dibilang sebagai salah satu pemain bintang di Asia Tenggara. Ia sudah menjadi langganan juara 1 di turnamen-turnamen tier 2 di Asia Tenggara. Skemberlu juga sempat memperkuat CompLexity Gaming di DreamLeague Season 10 dan meraih peringkat di turnamen tersebut.

Masing-masing pemain Dota 2 Cloud9 kali ini memang memiliki pengalaman dalam bermain di turnamen Major. Tidak terkecuali, Cheng “vtFaded” Jia Hao dan Francis “FrancisLee” Lee juga pernah berpartisipasi di turnamen Major. Di tahun 2019, vtFaded meraih peringkat 9 di MDL Chengdu Major saat bermain di EHOME. FrancisLee mungkin yang paling minim pengalaman dari semuanya. Sebelumnya ia bermain di region Amerika Utara dan bermain di babak playoff di Kuala Lumpur Major ketika memperkuat tim paiN X. Pada tahun 2019 kemarin, ia juga berhasil keluar sebagai runner-up di DreamLeague Season 12 saat bermain di Demon Slayer.

LGD.International di Asia Tenggara, minim pengalaman?

 

Valve memiliki peraturan untuk tidak memperbolehkan suatu organisasi esports memiliki dua wakil di The International. Tetapi sepertinya LGD tetap memperbanyak jumlah tim Dota 2 yang mereka miliki. Mungkin hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemungkinan adanya perwakilan LGD di The International.

Apabila dibandingkan dengan Cloud9, pemain yang ada di LGD.International seperti tidak begitu bersinar. Christian ‘Skadi’ John Abasolo dan Yuri ‘Yowe’ Dave Pacaña berasal dari tim asal Filipina yaitu Lowkey Esports. Lalu Wang ‘Gy’ Kok Guan dan Pang ‘BrayaNt`’ Jian Zhe merupakan pemain pindahan dari CDEC Avenger yang juga dimiliki oleh organisasi LGD. Yang terakhir adalah Rick Lee ‘darly’ Ryc Kee asal Malaysia yang bisa dibilang memiliki minim pengalaman bertanding di turnamen besar.

Roster Dota 2 Cloud9 dan LGD.International yang baru dibentuk ini, menurut saya, akan menambah api persaingan di ranah kompetitif Dota 2 Asia Tenggara. Setidaknya, di kualifikasi Asia Tenggara untuk ESL One Los Angeles nanti, Anda bisa mendapatkan tontonan yang lebih seru dari sebelumnya.

Melangkah ke Esports, Audio-Technica Gandeng Team Atlantis

Team Atlantis, organisasi esports yang berasal dari Lithuania, mengadakan kerja sama dengan produsen perlengkapan audio asal Jepang yaitu Audio-Technica. Menyasar pasar game Fortnite, kerja sama ini adalah langkah pertama Audio-Technicake industri esports.

Team Atlantis sendiri besar di ranah kompetitif Fortnite. Pertama kali didirikan pada tahun 2018 dan berisikan pemain asal Eropa. Team Atlantis juga memiliki perwakilan di Fortnite World Cup 2019 Solo Finals yaitu Blaž “K1nzell” Lešnik dan Kevin “LeTsHe” Fedjuschkin.

 

Mengutip Ayo.news, Rebecca Ward selaku Brand Marketing Manager dari Audio-Technica mengatakan bahwa ini adalah pertama kalinya mereka bekerja sama dengan tim esports. Audio-Technica berusaha menerapkan pengalaman panjang mereka dalam memproduksi perlengkapan audio ke lini produk gaming headset dan microphone untuk streaming-nya. Mereka berharap membantu performa Team Atlantis dengan perlengkapan dari Audio-Technica. Beberapa promosi juga sudah diluncurkan oleh Audio-Technica untuk para
penggemar Team Atlantis lewat akun Twitter Team Atlantis.

 

Partnership Manager dari Team Atlantis, James Mockler menyampaikan bahwa dengan berkembangnya industri esports mereka bangga bahwa Audio-Technica menganggap Team Atlantis sebagai pihak yang tepat untuk bekerja sama. “Kami sangat senang dapat membantu Audio-Technica untuk memulai langkah di industri ini. Membantu pemain kami dengan perlengkapan audio high-end dan memperkenalkan produk berkualitas ke penggemar kami. Dengan kesamaan visi yang dimiliki, kami dan Audio-Technica sangat bersemangat untuk menggapai tujuan di tahun 2020 ini”.

Sumber: JB Hi-Fi Official Youtube
Sumber: JB Hi-Fi Official Youtube

Audio-Technica memang sudah terkenal di dunia audiophile. Di pasar gaming sendiri memang sempat ada ‘kebimbangan’ , apakah lebih baik menggunakan headset audiophile atau headset khusus gaming saat bermain game. Dengan peluncuran lini produk gaming oleh Audio Technica ini, seharusnya hal tersebut akan mengurangi perdebatan.

Sayangnya, headset gaming Audio-Technica sendiri masih kesulitan untuk mengalahkan popularitas produk lain yang sudah ada di industri gaming sejak lama. Audio-Technica ATH-G1WL adalah produk unggulan dari lini gaming peripheral mereka. Dengan harga yang jauh lebih mahal dari kompetitornya, membuat Audio-Technica cukup sulit untuk menguasai pasar gaming peripheral. 

Perombakan yang Terjadi di Roster Dota 2 OG Sampai Saat ini

Setelah pengumuman rehatnya Anathan “Ana” Pham pada tanggal 25 Januari kemarin. OG mengumumkan keputusan Jesse “JerAx” Vainikka dari ranah kompetitif Dota 2. Ana dan JerAx memperkuat Roster Dota 2 OG sejak tahun 2016. Ana memang sempat beberapa kali memutuskan untuk beristirahat dari ranah kompetitif dan kembali bertanding pada The International. Bagi JerAx sendiri, bermain secara kompetitif sangat melelahkan baginya.

I’ve grown tired from always trying to compete, getting better and aiming for a win

Kalimat tersebut saya kutip dari penjelasan pribadi JerAx mengenai keputusannya untuk pensiun. Sebagai pemain profesional, ia selalu didorong untuk menjadi yang terbaik. Hal ini membuat dirinya tidak nyaman. Ia mengaku sangat lelah untuk selalu berkompetisi. Pada akhirnya dia merasa sangat sulit baginya untuk mengimbangi lawan-lawannya kini.

“These are feelings that initially got me deeply connected to the game, but have faded away. This is due to me seeing the game as a competition.”

Saya bisa mengerti apa yang dirasakan oleh Jesse mengenai kalimat di atas. Dota 2 adalah game untuk bersenang-senang. Anda bisa kecanduan bermain Dota 2 tentu karena seberapa menyenangkan game ini untuk dimainkan terlebih bersama teman-teman. Tetapi JerAx sudah sangat jauh dengan kesenangan yang ia dapat ketika ia bermain dulu. Yang ia rasakan hanyalah tekanan untuk menjadi yang terbaik dengan cara bereksperiman dan menciptakan satu formula untuk memenangkan pertandingan. Saya menganalogikannya jadi seperti robot yang terus berpikir, dibandingkan seseorang yang bermain game.

Tidak memiliki keinginan untuk bermain Dota 2

Sumber: Facebook OG
Sumber: Facebook OG

JerAx berkata bahwa ia ingin mengejar tujuan lain di hidupnya dan tidak ada lagi keinginan untuk bermain Dota 2. Hal tersebut bisa jadi wajar diucapkan oleh seseorang yang sudah mendapatkan uang setidaknya sebesar 88 miliar Rupiah dari karir profesionalnya. Pasalnya, ia sudah mendapatkan tahta tertinggi di Dota 2 dua kali berturut-turut. Yaitu juara The International pada tahun 2018 dan 2019. JerAx memiliki segala alasan untuk meninggalkan ranah kompetitif. Entah memulai bisnis baru atau melakukan investasi (di ekosistem esports mungkin?)dan membiarkan uangnya yang bekerja.

Lelah, tidak ada motivasi dan menginginkan hal lain

Sumber: ogs.gg
Sumber: ogs.gg

“It is time for me to take a step back, and remove myself from the active roster. I will be taking a role within OG in which I will be able to help all teams and players with increasing their performance.”

Sébastien “Ceb” Debs memberikan pernyataan bahwa dirinya mengundurkan diri dari roster aktif OG. Ia memutuskan untuk fokus membina pemain-pemain OG. Tidak hanya Dota 2, kini OG memiliki banyak divisi esports di organisasinya. Ceb memang memiliki kemampuan untuk memotivasi pemainnya. Anda tentu dapat melihatnya di film dokumenter “True Sight” dari Valve. Di film tersebut memperlihatkan cara Ceb untuk membuat timnya tetap berada pada keadaan mental yang positif. Peran tersebut memang biasanya dilakukan oleh pelatih atau psikolog.

“It truly feels like we went through most of what competitive DotA had to offer.”

Sama dengan alasan JerAx, Ceb memutuskan untuk keluar dari roster aktif karena ia merasa sudah meraih impiannya. Tidak ada lagi yang bisa ia gapai selanjutnya di kompetitif Dota 2. Merasa cukup terhadap perjuangan yang harus mereka lalui. Karena untuk menjadi yang terbaik tentu sangat melelahkan dan membutuhkan pengorbanan yang besar.

Memang tidak bisa dipungkiri, mereka sudah meraih semuanya di Dota 2. Menjadi juara turnamen Major, dua kali juara The International dan menjadi 5 atlet esports dengan pemasukan paling banyak saat ini. Tidak ada lagi yang bisa mereka kejar. “You either die a hero or you live long enough to see yourself become the villain” merupakan keputusan yang diambil oleh Ceb dan JerAx.

Free agent terbaik, Suma1L bergabung dengan OG

 

Tidak mudah bagi N0tail untuk mencari pengganti Ana di posisi carry. Beruntungnya, Sumail “Suma1L Hassan sedang dalam status free agent. Selepasnya Suma1L dari Evil Geniuses, ia seperti kebingungan untuk mencari tim yang tepat untuk bermain. Ia bahkan tidak bertahan lebih dari satu bulan di Quincy Crew.

Komunitas Dota 2 memang sudah mengira bahwa Suma1L atau Yeik “MidOne” Nai Zheng akan bergabung dengan OG. Untuk MidOne sendiri sepertinya tidak ada lagi posisi yang bisa dipilih. Pasalnya, MidOne adalah seorang pemain mid lane. Lalu di OG sudah ada Topias “Topson” Taavitsainen yang mengisi role tersebut. Suma1L sendiri sangat gembira untuk bergabung dengan OG. Ia berkata, “bersama OG, orang-orang yang memiliki prestasi yang lebih banyak dari saya di Dota. Saya sangat berharap bisa belajar banyak dari Ceb dan N0tail.” Pengumuman masuknya Suma1L ini dilakukan ketika penayangan perdana film dokumentar “True Sight” di Berlin.

MidOne dan Saksa melengkapi roster Dota 2 OG

 

Datangnya Yeik “MidOne” Nai Zheng dan Martin “Saksa” Sazdov telah melengkapi roster Dota 2 OG untuk berlaga di ESL One Los Angeles 2020. Berbeda dari sebelumnya, MidOne akan bermain sebagai offlaner. Agak ironis memang, apakah ia harus berganti nama menjadi OfflaneOne? Saksa sendiri akan mengganti posisi Jesse “JerAx” Vainikka di support 4.

Selesai sudah perombakan pemain yang terjadi di OG. Dengan begini, roster Dota 2 OG sekarang berisikan 3 midlaner. Suma1L dan MidOne mungkin akan membutuhkan beberapa waktu untuk menyesuaikan posisinya. Tetapi kita sudah melihat bagaimana N0tail memimpin sebuah tim dan membawa rooster lama OG ke titik tertinggi. Seharusnya mereka bisa tetap bersinar dengan roster baru ini.