Rekap ASL Indonesia Season 3 Week 2: EVOS Esports Masih Merajai Dunia Persilatan AoV

Arena of Valor Star League (ASL) adalah liga kompetitif dengan kasta tertinggi untuk Arena of Valor di tiap negara. Jika sebelumnya, di Season 1 dan 2, ASL dijalankan langsung oleh Garena sebagai publisher AoV di Indonesia, ASL Season 3 kali ini dijalankan oleh ESL Indonesia dan masuk dalam rangkaian ESL Indonesia Championship Season 2.

Sampai artikel ini ditulis, ASL Indonesia Season 3 telah merampungkan semua pertandingan mereka untuk pekan kedua. EVOS Esports, yang merupakan juara bertahan dari ASL Indonesia Season 2 sekaligus ESL Indonesia National Championship dan Clash of Nations 2019, memang masih mendominasi dunia persilatan AoV Indonesia di 2019 ini.

Di musim kedua ini, EVOS yang hanya memasukkan 1 pemain baru, Gilang “Fall” Dwi Fallah sebagai midlaner, berhasil memuncaki klasemen sementara ASL Indonesia S3 dengan kemenangan sempurna.

Mereka berhasil kokohkan posisinya di puncak klasemen dengan perolehan 12 poin. Melawan BOOM.ID pada pekan ini, EVOS hanya terpeleset satu kali. Namun setelahnya, mereka berhasil membalikkan keadaan dan memenangkan pertandingan dengan skor 2-1. Hal ini menarik karena sebelumnya, BOOM ID yang mendominasi dunia persilatan Dota 2 Indonesia menaklukkan EVOS di ESL Indonesia Championship S2 untuk Dota 2.

Selain perebutan posisi sebagai pemuncak klasemen yang sangat sengit, pertarungan klasemen papan tengah juga jadi tidak kalah menarik karena kehadiran tim Comeback. Merupakan tim kuda hitam yang baru muncul di musim ini, Comeback menjadi penantang keras organisasi-organisasi besar yang sudah lama bertengger di kancah AOV, seperti SES, Bigetron, ataupun DG Esports.

Berisikan pemain-pemain baru, mereka membuktikan juga bisa bicara banyak di dalam liga kasta utama. Pekan ini, mereka bertanding sebanyak tiga kali, melawan Bigetron, SES, dan BOOM.ID. Dari semua rangkaian pertandingan, pertarungan Comeback melawan BOOM.ID adalah yang paling mendebarkan.

Dari seri best of 3, Comeback tergelincir pada game pertama. Hanya karena satu kesalahan dalam teamfight, yaitu 4 pemain Comeback secara berbarengan terkena stun Ormar dari BOOM.Fracel. Dalam satu tarikan nafas, Comeback terkena wipeout, BOOM.ID fokus push lewat tengah, yang langsung memenangkan permainan game 1. Untungnya, dua game selanjutnya Comeback bisa membayar kesalahan tersebut dan menang secara berturut-turut. Permainan berakhir dengan skor 2-1 untuk kemenangan Comeback.

Kemenangan tersebut berhasil mendongkrak posisi Comeback ke peringkat 4. Dengan perolehan dua kali menang dan dua kali kalah dari empat partai pertandingan yang dijalani, poin Comeback dan BOOM.ID kini jadi setara; sama-sama 6 poin. Setelah pertandingan yang panas di pekan ketiga, berikut keadaan klasemen ASL Season 3:

Dalam pertempuran panjang liga dengan model double round-robin, 7 tim Arena of Valor terbaik se-Indonesia harus berjuang selama 6 pekan untuk memastikan 4 slot di babak playoff yang diselenggarakan tatap muka pada pertengahan September 2019. Turnamen gelaran ASL Season 3 yang diselenggarakan oleh ESL ini didukung oleh Mercedez sebagai Premium Sponsor serta Garena Indonesia selaku Official Partner, dan menyuguhkan total hadiah sebesar Rp1 Miliar. Kini, turnamen ini masih menyisakan 3 pekan pertandingan dengan jadwal lengkap yang bisa dilihat di bawah ini:

 

  • Pekan 1: 17-19 Juli 2019
  • Pekan 2: 3-5 Agustus 2019
  • Pekan 3: 14-16 Agustus 2019
  • Pekan 4: 19-21 Agustus 2019
  • Pekan 5: 23-25 Agustus 2019
  • Pekan 6 (Semifinal): 30 Agustus – 1 September 2019

Siapakah 4 tim yang nantinya akan berlaga di babak Playoff? Akankah dominasi EVOS dapat ditumbangkan pada musim ini? Dapatkan para kuda hitam buktikan diri bahwa mereka bukanlah penantang yang bisa diremehkan pada ASL musim ini? Saksikan setiap pertandingan Arena of Valor Star League di kanal YouTube ESL Indonesia ataupun Facebook Fanpage ESL Indonesia.

Disclosure: Hybrid adalah perwakilan Media Relations untuk ESL Indonesia Championship Season 2

Di Balik Alasan Fore Coffee Mau Jadi Sponsor ONIC

Sekilas, mungkin tidak ada kesamaan antara kedai kopi dengan tim esports. Namun, jika diteliti lebih dalam, keduanya memiliki target audiens yang sama, yaitu generasi milenial.

Terutama jika kedai kopi yang dimaksud adalah kedai kopi yang menggunakan pendekatan digital, seperti Fore Coffee. Satu hal yang membedakan Fore dengan kedai kopi lainnya adalah sistem yang sangat digital.

Di gerai kopi Fore, pelanggan akan didorong untuk mengunduh aplikasi untuk memesan secara online dan bahkan membayar menggunakan sistem pembayaran mobile. Per Januari tahun ini, Fore memiliki 16 outlet. Dari belasan outlet itu, ada beberapa yang hanya menerima pemesanan online.

fore

Salah satu gerai Fore Coffee. Sumber: DailySocial

Belakangan industri kedai kopi memang tengah naik, khususnya di kalangan generasi milenial. Dan tebak siapa mayoritas penonton esports? Milenial.

Dikutip dari RetailWire, menurut laporan The Esports Report dari Video Advertising Bureau, 65 persen fans esports adalah milenial. Sebanyak 58 persen fans esports berumur di atas 25 tahun.

Sementara menurut laporan Kepios — yang dibuat dengan kerja sama We Are Social dan HootSuite — jumlah pengguna internet di rentang umur 16-24 tahun yang tertarik dengan esports sedikit lebih banyak dari netizen yang tertarik dengan olahraga tradisional, seperti basket dan sepak bola.

Dengan target konsumen yang sama, milenial, tidak heran jika Fore memutuskan untuk menjadi sponsor dari tim ONIC, salah satu tim mobile esports Indonesia yang cukup populer.

Marketing Lead Fore Coffee, Rifkhi Triya Putra mengatakan bahwa tujuan mereka menjadi sponsor dari ONIC memang untuk mendekatkan diri dengan fans esports, khususnya mobile esports.

“Kami melihat bahwa sekarang tren mobile games semakin populer di kalangan pengguna smartphone. Berdasarkan hal tersebut Fore ingin menjangkau penggiat mobile games dengan mensponsori ONIC,” kata Rifkhi saat dihubungi via pesan singkat.

Ketika ditanya apa yang diharapkan oleh Fore dengan menjadi sponsor ONIC, ini jawaban Rifkhi: “Yang pasti selain ingin dikenal penggemar mobile gaming, kami juga ingin mendorong mereka untuk mencoba kopi Fore.”

Ini sejalan dengan omongan COO Fore Coffe, Elisa Suteja, yang berharap bahwa menjadi sponsor ONIC akan membuat nama Fore dikenal di kalangan fans ONIC dan penggemar mobile esports.

“Dengan kerja sama ini kami berharap Fore dapat menjadi coffee brand yang menjadi top of mind ONIC Players, fans dan tentunya mobile gamer Indonesia,” kata Elisa pada Hybrid.co.id.

“Meski sebelumnya Fore lebih erat dikaitkan dengan mereka yang sudah ada di usia produktif, namun kami percaya bahwa energi kopi Fore sebetulnya dapat dinikmati oleh rekan-rekan di segala usia.”

Rifkhi percaya, esports di Indonesia masih akan tumbuh, terutama karena ada dukungan dari pemerintah. Sebagai industri di tingkat global, esports diperkirakan akan memiliki nilai mencapai US$1,8 miliar pada 2022, menurut laporan Newzoo.

Sementara dari segi penonton, Newzoo menyebutkan bahwa penonton esports pada tahun ini naik 15 persen dari tahun lalu menjadi 453,8 juta orang.

esports audience growth newzoo jpeg

Sumber: Newzoo

Rifkhi mengatakan, ONIC adalah satu-satunya tim esports yang Fore sponsori saat ini. “Karena, Fore baru pertama kali mensponsori tim esports, yang kami cari adalah dari segi prestasi dan juga program-program apa yang dimiliki oleh tim esports tersebut,” katanya.

“ONIC menjadi salah satu pilihan kami karena prestasi dan juga misi ONIC yang membawa tim ini menjadi wadah untuk mengembangkan tim, sehingga mereka tidak sekadar menjadi gamers.”

Sementara Elisa berkata, alasan Fore memutuskan untuk menjadi sponsor ONIC karena keduanya memiliki kesamaan visi. “Baik ONIC maupun Fore memiliki visi untuk menjadi yang terdepan di sektornya, dan ingin terus memberikan dampak sosial yang positif untuk masing-masing stakeholder-nya,” ujar Elisa.

Setelah menjadi sponsor, Fore akan membuat konten bersama para pemain ONIC. Selain itu, Fore juga akan menyediakan “program menarik” di aplikasi mereka. Sayangnya, Rifkhi enggan untuk memberikan penjelasan lebih detail tentang apa program khusus yang dia maksud.

Indonesia Jadi Tuan Rumah Point Blank International Championship 2019

Sebuah kabar gembira baru saja datang untuk para penggemar setia Point Blank. Zepetto baru saja mengumumkan bahwa Indonesia akan menjadi tuan rumah kejuaraan dunia, Point Blank International Championship (PBIC) 2019. Dalam acara ini, tim-tim kuat dari Rusia, Brasil, Thailand, Amerika Latin, Filipina, Turki, dan tentu saja Indonesia, akan bertanding untuk membuktikan siapa yang berhak merajai dunia esports Point Blank.

Kesempatan menjadi tuan rumah PBIC ini menjadi hadiah khusus bagi Indonesia yang merayakan 10 tahun perjalanannya bersama game Point Blank. First-person shooter online ini bisa dibilang sudah melalui berbagai lika-liku di Indonesia. Mulai dari pertama kali diterbitkan oleh Gemscool, diambil alih olrh Garena, hingga kini kembali ke tangan developer aslinya yaitu Zepetto, tentunya para Trooper (sebutan pemain Point Blank) juga punya kenangan tersendiri dalam waktu yang cukup panjang tersebut.

RRQ TCN - PBWC 2019 Winner
RRQ TCN, juara PBWC 2019 | Sumber: Point Blank Indonesia

Tak hanya menjadi tempat digelarnya acara, Indonesia juga memperoleh kesempatan untuk mengirim 2 perwakilan ke ajang PBIC 2019. Slot perwakilan ini akan diberikan kepada tim yang menjadi juara 1 dan runner-up dalam kompetisi Point Blank National Championship (PBNC) 2019 Season 2. PBNC 2019 Season 2 sendiri digelar mulai bulan Agustus, dengan babak Grand Final pada tanggal 11 Oktober. Kemudian langsung dilanjutkan dengan PBIC pada tanggal 12 – 13 Oktober 2019.

Di antara tim-tim yang mengikuti PBNC 2019 Season 2, tim yang paling mencolok jelas adalah RRQ TCN. Tidak dianggap sebagai unggulan di Season 1 kemarin, RRQ TCN ternyata berhasil membuktikan kemampuan mereka dan meraih juara nasional. Prestasi tersebut membuat RRQ TCN berhak maju ke Season 2 lewat jalur undangan khusus tanpa kualifikasi.

Lebih dahsyat lagi, tim yang beranggotakan Pradipta, Seno, Hilal, Iqbal, dan Yusuf ini bulan Mei lalu juga berlaga di kejuaraan dunia Point Blank World Challenge (PBWC) 2019, bahkan menjadi juara! Mereka mengalahkan tim asal Thailand, Attack All Around (AAA), di babak Grand Final, dan salah satu pemain RRQ TCN yaitu Seno alias Magic dinobatkan sebagai MVP kejuaraan.

EVOS Galaxy Sades - PBIWC 2019 Winner
EVOS Galaxy Sades juga meraih prestasi di PBWC 2019 | Sumber: Point Blank Indonesia

Para penggemar esports Point Blank sebentar lagi akan dapat menyaksikan pertandingan antara Indonesia melawan tim-tim negara lain secara langsung. Tentunya akan seru sekali bila terjadi runback (tanding ulang) antara RRQ TCN melawan AAA. Tapi apakah itu benar-benar terjadi, kita tunggu saja tanggal mainnya. Pihak Zepetto juga belum mengumumkan di mana venue PBIC 2019 nanti pastinya.

Selain menggelar turnamen terbuka PBNC dan kejuaraan dunia PBIC, jangan lupa bahwa Zepetto juga menggelar kompetisi U-15 yang disebut Point Blank Junior League (PBJL). Ekosistem esports Point Blank di Indonesia tahun ini sedang berada dalam masa yang sangat seru, jadi jangan sampai Anda melewatkannya.

Jalan Berliku Esports Mobile Legends Meraih Emas SEA Games 2019

Sudah sejak lama kompetisi menjadi satu elemen dalam komunitas gamers. Awalnya, ini hanya menjadi hiburan di kala bermain seorang diri jadi membosankan. Kalau Anda sempat mengalami era warnet, Anda mungkin pernah mengalami saling berkompetisi demi mendapatkan billing gratis.

Seiring perjalanan waktu, perebutan billing gratis berubah menjadi sebuah industri, menjadi apa yang kini kita kenal sebagai esports. Kini, esports kembali berevolusi. Berawal sebagai ajang membela ambisi pribadi, tahun 2019 esports telah berubah menjadi ajang bela negara.

Desember 2018, esports diumumkan menjadi cabang resmi SEA Games 2019. Dengan total 6 medali yang diperebutkan, 6 game yang menjadi pertandingan dalam cabang esports adalah: Dota 2, StarCraft II, Tekken 7, Arena of Valor, dan Mobile Legends.

Jalan Berliku Atlet Mobile Legends Indonesia Merebut Emas SEA Games 2019

Indonesia punya 5 cabang kontingen yang akan diberangkatkan untuk SEA Games 2019. Lewat gelaran Indonesia Esports National Championship 2019 (IENC 2019), tersaring pemain-pemain terbaik untuk bertanding dalam 3 cabang Dota 2, Tekken 7, dan Mobile Legends.

Dari tiga cabang tersebut, sorotan tentu tertuju pada cabang Mobile Legends. Selain sebagai game dengan komunitas terbesar di Indonesia, cabang ini adalah kesempatan terbesar Indonesia untuk mendapatkan emas di SEA Games 2019.

Bagaimana tidak, dari segi talent pool, Indonesia punya banyak pemain berbakat. Secara historis, belakangan prestasi Indonesia di kancah Mobile Legends juga sedang keren-kerennya. Mulai dari RRQ yang jadi Mobile Legends Star League, sampai ONIC Esports yang berhasil meraih titel tertinggi lewat gelaran Mobile Legends SEA Championship 2019 (MSC 2019).

ONIC saat jadi juara MLBB Southeast Asia Cup 2019
ONIC saat jadi juara MLBB Southeast Asia Cup 2019

Kendati demikian, merebut emas di cabang Mobile Legends SEA Games 2019 adalah perjuangan yang saya sebut panjang dan berliku. 6 Agustus 2019, panitia Kerja Timnas Mobile Legends berbagi segala hal seputar pengiriman kontingen Mobile Legends untuk SEA Games 2019, dalam sebuah gelaran konfrensi pers.

Pertama-tama, soal pelatih. Dalam acara tersebut, Panitia Kerja Timnas Mobile Legends mengumumkan dua orang pelatih, yang akan menyaring pemain-pemain yang sudah lolos ke pelatnas sebelumnya. Dua orang tersebut adalah Jeremy “Tibold” Yulianto dan Afrindo “G” Valentino.

Keduanya sudah cukup di kenal di kalangan komunitas. Jeremy sempat aktif berkompetisi di kancah League of Legends. Ia bersama kawan-kawan kampus Universitas Pelita Harapan pernah mewakili Indonesia dalam ajang kompetisi League of Legends antar kampus di Taiwan.

Setelah itu, ia memutuskan untuk gantung keyboard, dan menjadi pelatih tim League of Legends Bigetron Esports. Ketika menjadi pelatih, ia juga berhasil membawa timnya menjadi yang terbaik di tingkat Nasional, menjuarai League of Legends Garuda Series: Spring 2019 (LGS Spring 2019).

Sementara itu Afrindo “G”, juga merupakan sosok yang kerap disebut pemain yang lengkap secara otak dan otot. Tak hanya sangat lihai mengendalikan hero-hero yang ia mainkan, ia juga kerap menjadi mastermind yang membangun strategi permainan dan pemilihan hero untuk tim EVOS. Menjadi asisten pelatih bagi Jeremy, kemampuannya dalam menganalisis kemampuan serta strategi permainan seharusnya sudah tak perlu diragukan lagi.

Afrindo Valentino (tengah kiri) dan Jeremy Yulianto (tengah kanan) dua sosok pelatih timnas Mobile Legends untuk SEA Games 2019. Sumber: Hybrid - Akbar Priono
Afrindo Valentino (tengah kiri) dan Jeremy Yulianto (tengah kanan) dua sosok pelatih timnas Mobile Legends untuk SEA Games 2019. Sumber: Hybrid – Akbar Priono

Selanjutnya adalah soal seleksi. Ini adalah alasan mengapa proses ini saya sebut panjang dan berliku. Timnas Mobile Legends Indonesia untuk SEA Games 2019 bukanlah sesederhana mengirim satu tim yang sudah biasa bermain bersama untuk berangkat.

Prosesnya sebagai berikut: semua tim yang lolos dari IENC, dengan total ada 40 pemain yang jadi peserta pelatnas, akan disaring. Dari 40 disisakan 10 pemain saja untuk saling tanding. Lalu terakhir, disisakan 7 atlet terbaik saja yang akan menjadi kontingen timnas Mobile Legends SEA Games 2019. Proses ini dilakukan oleh para pelatih dalam jangka waktu yang cukup singkat, yaitu mulai dari 12-18 Agustus 2019 mendatang.

“Seperti yang kita tahu, kancah Mobile Legends Indonesia Indonesia punya banyak pemain bintang dan disegani oleh negara-negara lain. Para pemain kita pun tahu bahwa mereka adalah yang terbaik. Jadi tantangan dalam seleksi memang lebih soal menahan ego masing-masing pemain. Jawab Jeremy, membahas penyeleksian pemain untuk timnas Mobile Legends Indonesia.

“Selain itu membuat mereka untuk tetap humble, dan bisa saling bekerja sama mungkin jadi tantangan lain. Menyatukan 5 kepala menjadi 1 itu tidak mudah. Kami akan mencoba fokus membuat tim juara, bukan tim terkuat. Jika semuanya lancar, kami optimis bisa mendapatkan emas.” Tambah Jeremy “Tibold”.

Seleksi dan Persiapan Timnas Mobile Legends Indonesia

Kini, tinggal tersisa 3 sampai 4 bulan menuju SEA Games; yang akan diselenggarakan November nanti. Durasi seleksi dan pelatihan intens juga terbilang singkat, hanya 6 hari saja. Penyaringannya juga sangat ketat, dari 40 menjadi 7 pemain. Melihat beberapa hal ini, jujur saya skeptis, jika nantinya timnas Mobile Legends Indonesia bisa bicara banyak di SEA Games 2019.

Membahas hal ini, saya juga berbincang dengan Yohannes Siagian, VP Esports tim EVOS Esports, yang juga punya banyak pengalaman dalam persiapan atlet untuk SEA Games, ASIAN Games.

Yohannes Paraloan Siagian while attending JD.ID pers conference High School League. Source: Line Today
Yohannes Paraloan Siagian saat mendatangi konfrensi pers JD.ID High School League. Sumber: Line Today

Pertama-tama soal durasi pelatnas. Saya sebenarnya cukup penasaran, apakah proses dengan jangka waktu yang sempit ini terjadi di seluruh cabang kontingen SEA Games? Ternyata menurut Joey sendiri, durasi ini terbilang relatif sempit. “Kalau cabang olahraga lain, harusnya saat ini sudah masuk fase pencoretan akhir.” Jawab Joey yang memang punya pengalaman dalam proses persiapan atlet untuk festival olahraga seperti SEA Games.

“Tetapi karena esports berbeda dengan olahraga tradisional, menurut saya masih possible untuk memadatkan jadwal latihan intensif. Berhubung latihan bermain bisa dilakukan kapan saja oleh sang pemain, jadi sebenarnya tinggal mencari waktu untuk melatih chemistry, kekompakan dan strategi saja.” jawab Joey membahas durasi pelatnas yang cukup sempit ini.

Soal penyaringan, Joey juga memberikan satu pendapat yang cukup menarik. Seperti yang saya katakan pada paragraf awal bagian ini, saya sebenarnya skeptis kalau diharuskan membuat tim dari awal dengan membawa pemain-pemain terbaik dari berbagai tim. Akan lebih baik jika mengirim satu tim yang sudah jelas solid, demi memastikan emas untuk kontingen Mobile Legends bukan?

“Alasan soal chemistry, strategi dan lain sebagainya ini memang wajar, tapi menurut saya terlalu dilebih-lebihkan.” Joey membuka pembahasan. “Menurut saya, pemain-pemain Mobile Legends Indonesia sudah tidak lagi di level tersebut. Justru memang seharusnya caranya seperti ini. Kumpulkan 7 pemain terbaik, kemudian jalankan latihan intensif untuk membangun kekurangan tersebut. Terus terang, melihat kualitas pemain Indonesia, mendapat medali perak saja sudah bisa dibilang terasa kurang maksimal. Kenapa? Karena kita punya komposisi pemain yang sanggup meraih medali emas.”

Sumber: Hybrid - Akbar Priono
Tim Panitia Kerja Timnas Mobile Legends. Andrian Pauline (AP – Kiri) sedang menjawab pertanyaan dari awak media saat gelaran konfrensi pers. Sumber: Hybrid – Akbar Priono

Bicara soal latihan, uji coba, dan proses pembabakan skuat timnas Mobile Legends Indonesia, Panitia Kerja Timans Mobile Legends, yang diwakili oleh Andrian Pauline juga turut membeberkan beberapa hal.

“Untuk timnas Mobile Legends, kita sebetulnya memang disiapkan budget dari pemerintah untuk tanding uji coba di luar negeri.” tukas AP. “Tapi mengingat ada kepentingan liga, jujur, ini sulit untuk dilakukan. Jadi jalan tengah yang kami usahakan adalah dengan cari waktu saat break liga. Setelahnya, kami akan mendatangkan tim dari luar negeri untuk tanding uji coba di Indonesia.” AP menjelaskan lebih lanjut.

Jadi, apakah benar bahwa kekhawatiran ini bersifat dilebih-lebihkan seperti apa yang dikatakan Joey? Pada akhirnya Jeremy “Tibold” kembali menegaskan kepada awak media yang hadir dalam gelaran konfrensi pers kemarin untuk kedua kalinya. “Saya percaya dengan modal pemain yang kita miliki. Jadi saya pede kontingen Mobile Legends untuk SEA Games 2019 bakal dapat emas.”

Walau bukan yang pertama kali, esports menjadi cabang festival olahraga antar negara tetap menjadi hal yang baru bagi ekosistem ini. Tak heran, jika dalam praktek penyeleksian dan prosesnya terbilang masih meraba dan mencari metode yang paling efisien untuk bisa menghasilkan tim yang dapat menjadi juara.

Apapun hasilnya, bagaimanapun prosesnya, sudah menjadi tugas kita semua untuk kawal dan dukung kontingen esports Indonesia. Mari kita bersama doakan agar kontingen ini bisa mendapatkan hasil yang terbaik di SEA Games 2019.

Gandeng Alibaba, Gameloft Bakal Rilis Asphalt 9: Legends di China

Para gamer China akhirnya bisa memainkan Asphalt 9: Legends. Bekerja sama dengan Alibaba Digital Media & Entertainment Group, Gameloft akan meluncurkan game terbaru Asphalt itu pada 8 Agustus di App Store dan pada 15 Agustus untuk Play Store.

“Kami sangat senang untuk mendukung peluncuran Asphalt 9: Legends di China dan memberikan kesempatan pada gamer China untuk menjadi legenda di game balap paling populer di dunia,” kata Simon Shi, General Manager Alibaba Interactive Entertainment di rilis yang kami terima.

“Sebagai merek yang inovatif, kemitraan ini menunjukkan dedikasi kami untuk menghadirkan pengalaman terbaik bagi ratusan juta pemain game mobile di China.”

Asphalt 9: Legends menawarkan banyak mobil, termasuk 65 mobil super dan hyper. Game ini juga memiliki berbagai mobil mewah seperti McLaren P1, Lamborghini Terzo Millenio, dan Bugatti Chiron.

asphalt 01

Secara global, Asphalt 9: Legends pertama kali diluncurkan pada 2018. Game ini sangat populer di kalangan gamer mobile. Hal ini terbukti dari banyaknya orang yang mengunduh game itu tak lama setelah ia diluncurkan. Dalam waktu kurang dari satu minggu, game ini telah diunduh sebanyak empat juta kali.

Tidak hanya itu, pada Mei lalu, Gameloft menggandeng Xiaomi Black Shark untuk mengadakan turnamen Asphalt Esports Series. Sayangnya, turnamen itu hanya bisa diikuti oleh pemain dari 9 negara, yaitu Amerika Serikat, India, Inggris raya, Italia, Jepang, Jerman, Korea Selatan, Perancis, dan Spanyol. Alasannya karena negara-negara itu memiliki peringkat paling tinggi di Asphalt 9: Legends.

Pasar gaming dan esports di China
Sebagai negara dengan penduduk terbanyak di dunia — lebih dari 1,3 miliar orang — China menjadi pasar yang menarik bagi banyak perusahaan, termasuk developer game. Sayangnya, regulasi dari pemerintah pun ketat.

Untuk bisa meluncurkan game di China, perusahaan harus memiliki entitas lokal. Tidak hanya itu, mereka juga kemudian harus mendapatkan lisensi dari pemerintah, menurut E-Link Entertainment.

Proses pembuatan perusahaan di China biasanya memakan waktu yang tidak sebentar. Itulah kenapa banyak developer yang akhirnya memilih untuk bekerja sama dengan perusahaan lokal untuk merilis game buatannya di China. Dalam kasus ini, Gameloft memilih Alibaba.

Meskipun Alibaba dikenal sebagai perusahaan ecommerce, mereka juga memiliki divisi digital dan entertainment. Menurut Motley Fool, alasannya adalah karena Alibaba ingin bisa bersaing dengan dua perusahaan teknologi raksasa China lainnya, Baidu yang dikenal dengan mesin pencarinya dan Tencent, konglomerasi yang bergerak di berbagai layanan, termasuk game.

Sampai saat ini, divisi digital Alibaba juga masih merugi. Namun, potensi pasar gaming dan esports di China memang sangat besar. Menurut data Statista, jumlah mobile gamers di China mencapai 586 juta orang.

Angka ini terus naik dari tahun 2010, meski seperti yang bisa Anda lihat pada grafik di bawah, tren peningkatan mobile gamer di China mulai melambat dalam beberapa tahun belakangan.

gamer in china

Sumber: Statista

Pasar esports di China juga tidak kalah besar. Mennurut laporan IHS Markit, 57 persen dari total penonton esports berasal dari China dengan total durasi menonton mencapai 3,5 miliar jam pada tahun 2018.

“Populasi yang besar dan padat di China membuat industri hiburan menjadi sangat berbeda dari industri di Amerika Serikat dan Eropa,” kata Associate Vice-President, IDC, Antonio Wang, dikutip dari SCMP.

“Hiburan elektronik, seperti PC atau perangkat mobile, jauh lebih populer di China. Kebanyakan gamer juga merupakan generasi digital native, yang terbiasa bermain game di smartphone mereka dan menonton turnamen esports.”

EDward Gaming (EDG) adalah salah satu tim League of Legends yang populer di China. Mereka menyebutkan, setiap sesi live-streaming, jumlah penonton mereka bisa mencapai 800 ribu orang. Tidak hanya itu, para penonton juga terkadang tidak segan untuk memberikan hadiah pada para anggota tim.

“Kami sering mendapatkan hadiah dari pendukung kami, seperti mainan, pakaian, figurine, dan bahkan bunga,” kata Ming “clearlove7” Kai, salah satu anggota EDG, lapor SCMP.

Semua ini menunjukkan besarnya potensi pasar gaming dan esports di China. Tidak heran jika Gameloft mau menggandeng Alibaba untuk bisa masuk ke pasar negara dengan populasi terbanyak ini.

Sumber: Motley Fool, South Morning China Post, E-Link Entertainment

AI di Esports: Coach Baru yang Lebih Efektif?

Pada April, AI buatan OpenAI, organisasi yang didukung oleh Elon Musk, berhasil mengalahkan OG, tim profesional yang memenangkan The International 2018, salah satu turnamen Dota 2 paling bergengsi.

Meskipun begitu, ini bukan berarti AI akan menggantikan atlet profesional. Ada banyak batasan yang ditetapkan dalam pertandingan yang mengadu AI dengan pemain manusia ini. Misalnya, di Dota 2, ada lebih dari 100 karakter. Namun, dalam pertandingan tersebut, kedua tim hanya bisa menggunakan 17 karakter.

Selain itu, OpenAI juga tidak berencana untuk mengembangkan AI yang dapat bermain Dota 2 ini lebih lanjut. Karena, pada akhirnya, tujuan utama OpenAI adalah untuk membuat AI yang bisa belajar tentang dunia nyata dan bukannya AI khusus untuk bermain game.

“OpenAI Five menggunakan metode deep reinforce learning, yang berarti kami tidak membuat kode tentang cara bermain Dota 2. Kami membuat AI itu agar bisa belajar,” kata Chairman dan Co-Founder OpenAI, Greg Brockman, lapor The Verge.

Anda bisa menonton video di bawah ini untuk tahu cara kerja AI yang dapat memainkan Dota 2 buatan OpenAI.

Esports kini menjadi industri dengan nilai US$1,1 miliar, menurut Newzoo. Seiring dengan semakin banyaknya perusahaan endemik dan non-endemik yang tertarik untuk mendukung industri esports, semakin banyak pula kompetisi esports yang diadakan.

Tidak hanya itu, besar hadiah yang ditawarkan juga semakin fantastis. Siapa yang tidak mau menjadi seperti Kyle “Bugha” Giersdorf, remaja 16 tahun yang memenangkan US$3 juta dari Fortnite World Cup?

Untuk bisa menjadi pemain profesional, selain bakat, seseorang juga harus berlatih. Falcon AI melihat ini sebagai kesempatan. Mereka mengembangkan AI, bernama SenpAI, yang dapat membantu seseorang untuk dapat bermain dengan lebih baik.

Pada awalnya, SenpAI hanya tersedia untuk game Dota 2. Namun, sekarang, SenpAI juga tersedia untuk pemain League of Legends. Menurut situs resminya, ada tiga hal yang SenpAI tawarkan: rekomendasi strategi, statistik pemain, dan pelacakan performa pengguna.

Co-founder dan CEO Falcon AI, Olcay Yilmazcoban mengatakan bahwa AI buatan mereka akan membantu para pemain untuk tahu kelemahan dan kekuatan mereka. Tidak berhenti sampai di situ, SenpAI juga akan memberitahukan cara bagi pemain untuk menang.

“Kami memberdayakan pemain agar mereka bisa bermain dengan lebih baik, terutama gamer kelas pemula dan menengah yang memang masih bisa berkembang,” kata co-founder Falcon AI, Berk Ozer pada Inc.com.

“Kami mengembangkan AI yang bisa membuat replika dari para pemain dan menyarankan tindakan yang bisa dilakukan pemain untuk meningkatkan performanya.”

Sumber: Team Liquid
Sumber: SAP

AI tidak hanya digunakan oleh pemain pemula, tapi juga profesional. Pada tahun lalu, SAP mengumumkan kerja samanya dengan Team Liquid.

Dalam situs resminya, SAP berkata bahwa kerja sama ini akan bertujuan untuk mengembangkan software yang dapat membantu tim esports tersebut untuk menganalisa permainan mereka. Tujuan akhirnya, tentu saja, adalah untuk meningkatkan performa mereka.

Selain membantu para pemain, AI juga bisa digunakan untuk membantu caster. Pada Maret lalu, IBM menunjukkan bagaimana AI mereka — bernama Watson — bisa membantu para caster dalam menyampaikan jalannya pertandingan.

IBM mengakui bahwa esports adalah industri yang besar dan masih bertumbuh. Selain itu, turnamen esports juga mengundang banyak penonton, baik penonton yang datang langsung ataupun menonton secara online.

“Para ahli dan developer di IBM mengembangkan cara bagi promotor acara untuk menarik fans menggunakan video cerdas, dan memberikan informasi penting pada komentator pertandingan,” kata IBM pada Variety.

IBM menggunakan teknologi yang sama dengan teknologi yang digunakan di turnamen tenis US Open.

Pada dasarnya, AI buatan IBM akan dapat menunjukkan momen penting dari sebuah pertandingan secara real-time berdasarkan ratusan jam konten yang ia konsumsi. Dengan begitu, sang caster akan bisa memastikan bahwa komentar mereka tetap relevan selama pertandingan berlangsung.

Selain itu, ada beberapa cara lain AI bisa digunakan di industri esports. Untuk lebih lengkapnya, Anda bisa membacanya di sini.

Sumber: The Verge, Inc.com, Variety, Forbes

Capcom Pro Tour di Hong Kong Dibatalkan karena Alasan Keamanan

Geliat ekosistem esports Street Fighter saat ini adalah perbincangan yang sedang hangat-hangatnya di kalangan para penggemar. Sisa euforia kompetisi akbar EVO 2019 masih terasa, dan konten-konten baru yang telah dirilis oleh Capcom kembali membuat komunitas bergairah untuk bermain sambil mengulik isinya. Pemain-pemain profesional seperti Daigo Umehara, Sonic Fox, dan Itazan juga ikut andil membuat diskusi semakin menarik.

Dalam kondisi demikian meriah, seharusnya sirkuit kompetisi Capcom Pro Tour (CPT) juga turut mendapat dampak positif. Apalagi CPT 2019, yang sudah berjalan selama setengah musim, terbukti telah memunculkan performa tak terduga dari beberapa pemain. Tadinya, Capcom akan menggelar salah satu turnamen resmi CPT itu di Hong Kong, tepatnya dalam acara Esports Festival Hong Kong 2019 tanggal 24 – 25 Agustus nanti. Namun belum lama ini Capcom mengumumkan pembatalan acara tersebut.

Esports Festival Hong Kong 2019 - Poster
Sumber: Cyber Games Arena

Alasan pembatalan ini adalah karena kondisi Hong Kong yang saat ini sedang kurang aman. Bila Anda tidak familier dengan situasinya, secara singkat yang terjadi adalah perselisihan antara masyarakat Hong Kong dengan pemerintahan Tiongkok. Hong Kong memiliki status kenegaraan yang cukup rumit, berakar pada sejarah kolonialisme kerajaan Inggris di abad XIX. Selama beberapa minggu terakhir, banyak anggota masyarakat Hong Kong yang melakukan aksi protes besar-besaran, dan tidak ada yang tahu kapan atau bagaimana gerakan tersebut akan berakhir.

Menanggapi isu tersebut, Capcom memutuskan untuk menarik status CPT dari turnamen fighting game di Esports Festival Hong Kong 2019 demi menjaga keselamatan para pemain maupun komunitas. Menurut pengumuman di situs resmi Capcom Pro Tour, keputusan pembatalan ini sepenuhnya ada di tangan Capcom, dan bukan disebabkan oleh organizer acara yaitu Cyber Games Arena. Perlu diketahui juga bahwa turnamen CPT yang direncanakan untuk acara ini tadinya memiliki status Premier, setara dengan turnamen-turnamen besar lainnya seperti Combo Breaker, VSFighting, dan CEO 2019.

“Capcom memandang keselamatan para pemain dan komunitas kami secara sangat serius. Sehubungan dengan kekeruhan masyarakat yang sedang terjadi di Hong Kong, kami memutuskan untuk menghapus Esports Festival Hong Kong dari Capcom Pro Tour tahun ini,” demikian bunyi pernyataan dari Capcom. Menurut informasi yang di-retweet oleh akun Twitter resmi Capcom Fighters, Esports Festival Hong Kong sendiri masih akan berjalan dan memiliki turnamen Street Fighter V berhadiah, hanya saja pemenangnya tak lagi berhak mendapat CPT Point.

Capcom juga tidak akan mengganti atau memindahkan hadiah dan CPT Point yang tadinya direncanakan untuk Esports Festival Hong Kong ke acara lain. Dengan kata lain total CPT Point yang tersedia untuk diperebutkan di tahun 2019 akan berkurang. Tapi keputusan ini cukup bisa dimengerti karena jadwal CPT 2019 sudah ditetapkan hingga akhir tahun, dan perubahan tiba-tiba kemungkinan sulit untuk dilakukan.

Dengan dihapuskannya Esports Hong Kong Festival, artinya turnamen CPT Premier berikutnya yang akan hadir adalah Celtic Throwdown 2019, tanggal 31 Agustus – 1 September nanti. Mudah-mudahan saja situasi di Hong Kong dapat segera diselesaikan dengan baik, dan esports di negara tersebut bisa terus tumbuh sehat di masa depan.

Sumber: Capcom Pro Tour, Capcom Fighters, BBC

NetEase Bangun Stadium Bernilai Rp10 Triliun di Shanghai

NetEase akan membangun stadion esports senilai CN¥5 miliar (sekitar Rp10 triliun) di Shanghai. Rencana ini diumumkan dalam acara 2019 Tiongkok digital Entertainment Congress yang diadakan pada hari Sabtu lalu.

“Shanghai memiliki banyak keuntungan, seperti regulasi pemerintah, industri upstream dan downstream, infrastruktur, dan daya beli masyarakatnya,” kata President of NetEase’s Game Business, Ding Yingfeng, seperti dikutip dari TechNode.

NetEase mengklaim bahwa stadion yang akan dibuat di Qingpu District ini akan menjadi “stadion kelas-A untuk esports profesional pertama di Tiongkok”. Menurut regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah Shanghai, stadion kelas A memiliki luas setidaknya 50 ribu meter persegi dan tempat duduk setidaknya 5.000 kursi.

Sejatinya, stadion tersebut akan menjadi tempat diselenggarakan turnamen esports. Namun, selain itu, ia juga akan digunakan untuk hal-hal lain terkait industri esports dan gaming, seperti pelatihan pemain dan tim serta pengembangan game.

Ini sejalan dengan rencana pemerintah Shanghai untuk menjadikan kota tersebut sebagai “ibukota esports“. Pada bulan Juni, mereka mengeluarkan “panduan” terkait rencana mereka untuk mengembangkan indsutri esports.

Saat ini, telah cukup banyak turnamen yang diadakan di Shanghai, termasuk The International 2019, salah satu turnamen Dota 2 terbesar. Ke depan, pemerintah Shanghai juga ingin agar ada lebih banyak kompetisi esports yang diadakan, termasuk kompetisi tingkat sekolah.

Untuk merealisasikan hal itu, pemerintah mendorong para pelaku industri untuk membuat tiga atau empat stadion besar yang dapat menjadi tempat untuk turnamen kelas dunia. Tidak hanya itu, pemerintah juga berharap stadion yang lebih kecil juga akan dibangun.

Semakin banyak stadion esports bermunculan

Tiongkok bukan satu-satunya negara yang sibuk membangun stadion esports. Amerika Serikat juga melakukan hal yang sama.

Salah satu proyek paling ambisius di AS adalah pengembangan stadion bernilai US$50 juta (sekitar Rp711 miliar) oleh Comcast untuk tim esports Overwatch mereka, Philadelphia Fusion. stadion dengan 3.500 tempat duduk itu akan menjadi bagian dari komplek sebesar 47 hektar.

fusion arena COMCAST SPECTACOR CORDISH POPULOUS
Ilustrasi markas Fusion. Foto: COMCAST SPECTACOR / CORDISH / POPULOUS

Alasan Comcast membuat stadion itu adalah karena mulai tahun depan, semua tim dalam Overwatch League harus memiliki stadion yang menjadi kandang di kota yang mereka wakilkan. Alasannya karena liga tersebut akan menggunakan sistem pertandingan kandang-tandang (home-away) layaknya pertandingan olahraga tradisional, seperti sepak bola.

Selain Fusion, 19 tim Overwatch League kini juga mulai mencari stadion yang bisa menjadi markas mereka. Tidak semua tim akan membuat stadion sendiri. Ada tim yang memilih untuk merombak fasilitas yang sudah ada.

Selain pembangunan stadion esports, universitas-universitas di Amerika Serikat juga mulai membuat program khusus untuk esports, khususnya universitas yang terkenal dengan jurusan olahraganya, seperti University of Washington dan The Ohio State University.

Di Indonesia, ada setidaknya 20 sekolah dan kampus yang menawarkan program pendidikan terkait game dan esports.

Jenjang pendidikan yang ditawarkan pun beragam, mulai dari sekadar pembinaan seperti pada Universitas Dian Nuswantoro (UDINUS) Semarang sampai ke jenjang S2 seperti yang ditawarkan oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) atau Institut Teknologi Bandung (ITB).

Sumber: Technode, Forbes, Esport Observer.

BOOM ID Tunjuk Grey Indonesia Jadi Konsultan Brand

BOOM ID menunjuk Grey Indonesia sebagai konsultan brand dan media sosial. Dalam situs resminya, BOOM ID mengatakan bahwa kerja sama ini diharapkan akan dapat membantu mereka untuk mengembangkan tim serta bisnis mereka.

Grey Indonesia merupakan bagian dari Grey Group, perusahaan asal Amerika Serikat yang kini beroperasi di 96 negara. Perusahaan yang telah didirikan sejak 1917 ini merupakan perusahaan iklan dan marketing. Mereka memiliki berbagai klien, dari startup, perusahaan, hingga badan pemerintah seperti Traveloka, Honda, Mandiri, dan Jamsostek.

Di situs resminya, BOOM ID menyebutkan bahwa tujuan mereka adalah untuk “menemukan talenta paling menjanjikan di Indonesia dan membawa mereka untuk mendominasi turnamen kelas dunia”.

“Kami percaya dengan kehadiran beast di dalam kami merupakan hal krusial di segala aspek kehidupan dan kami sangat percaya dengan kehadiran Grey yang dikenal dengan mantra ‘terkenal efektif’ akan membawa kami mendapatkan pengaruh maksimal terhadap brand di industri esports lokal maupun global,” kata CEO BOOM ID, Gary Ongko Putera dalam pernyataan resmi kerja sama BOOM ID dengan Grey di situs resminya.

Ini adalah pertama kalinya BOOM ID bekerja sama dengan perusahaan iklan dan marketing. Ketika ditanya tentang apa yang mendorong BOOM ID bekerja sama dengan Grey, General Manager BOOM ID, Marzarian “owljan” Sahita mengatakan bahwa mereka ingin membuat inovasi baru terkait brand mereka.

“Semakin hari esports semakin berkembang. Kami juga perlu melakukan inovasi-inovasi terkait brand kami. Kerja sama dengan Grey sebagai agency yang memiliki pengalaman lebih dari 100 tahun bertujuan agar inovasi yang akan kami lakukan bisa lebih tepat sasaran,” kata Marzarian ketika dihubungi melalui pesan singkat.

“Kami juga berharap inovasi-inovasi ini tidak hanya mempengaruhi dan bermanfaat untuk BOOM secara organisasi, tapi juga esports secara keseluruhan.”

Apa pentingnya branding?

Pada awalnya, tim esport mungkin dibuat karena kecintaan seseorang bermain game. Namun, sekarang, esports telah berkembang menjadi sebuah industri. Tim esports berani menawarkan gaji bulanan dan berbagai benefit lain untuk para pemain profesionalnya. Untuk memenuhi semua itu, sebuah tim esport memerlukan sumber pemasukan.

Sponsor dan investasi adalah salah satu cara bagi tim esports untuk mendapatkan uang. Cara lainnya adalah dengan membuat merchandise. Ini telah dilakukan oleh EVOS Esports yang bekerja sama dengan Thanksinsomnia dan Andbox di Amerika Serikat.

Dengan semakin banyaknya tim esports di Indonesia, branding menjadi penting karena inilah yang akan membedakan sebuah tim esport dengan tim lainnya. Dengan branding yang tepat, sebuah tim esports akan dapat meningkatkan tingkat awareness di masyarakat.

Branding yang kuat juga bisa meningkatkan nilai sebuah bisnis, atau dalam kasus ini, tim esports. Ini bisa memancing perusahaan venture capital unutk menanamkan investasi atau untuk menggaet sponsor.

Ketika sebuah tim esports memiliki reputasi yang kuat, itu berarti, mereka sukses memberikan kesan yang positif di mata penonton. Dan mereka memiliki image yang berkesan, penonton akan lebih terbuka untuk melakukan transaksi bisnis, misalnya, membeli merchandise.

Marzarian menjelaskan, ada beberapa tujuan yang ingin BOOM ID capai dengan bekerja sama bersama Grey. “Untuk saat ini, awareness menjadi salah satu cakupannya,” katanya. “Sebagai tim yang juga sering berlaga di mancanegara, maka awareness yang dimaksud juga tidak terbatas hanya di Indonesia.”

Menurut Marzarian, jumlah follower di media sosial adalah salah satu indikator tingkat awareness masyarakat akan keberadaan tim BOOM ID.

Tentang image tim, dia berkata, “Kita ingin dikenal sebagai tim yang mampu mengumpulkan, membina, dan mengantarkan potensi-potensi terbaik Indonesia ke panggung tertinggi di setiap cabang games.”

Saat ini, BOOM ID bisa dibilang sebagai salah satu tim Dota 2 terkuat di Indonesia. Selain memenangkan ESL Indonesia Championship Season 1 — dan mendominasi Season 2 — BOOM ID juga pernah menjadi juara dua di Asia Pacific Predator League 2019.

Mereka juga pernah bertanding di beberapa turnamen mancanegara Major dan Minor, seperti The Bucharest Minor dan OGA Dota PIT Minor 2019.

Sumber tambahan tentang branding: Branding Mag.

Pemain Vexed Gaming Bakal Gunakan Baju dari Kappa

Kappa mengumumkan kerja sama dengan Vexed Gaming, organisasi esports asal Inggris yang memiliki tim Apex Legends, CS:GO, Fortnite, dan Heartstone.

Perusahaan pakaian olahraga asal Italia ini jadi merek non-endemik terbaru yang mendukung industri esports. Tidak heran, mengingat esports kini telah menjadi indsutri dengan nilai US$1,1 miliar pada tahun ini, menurut Newzoo.

Kappa bukanlah merek pakaian pertama yang bekerja sama dengan tim esports untuk bisa menjangkau para fans esports, yang sebagian besar merupakan milenial.

Pada bulan Juni lalu, FILA mengumumkan kerja samanya dengan Counter Logic Gaming. Sementara Nike menandatangani kerja sama selama empat tahun dengan League of Legends Pro League (LPL) di China pada bulan Februari dan kerja samanya dengan FURIA dari Brasil pada Juli lalu.

Keikutsertaan sebuah merek non-endemik dalam industri esports memiliki bentuk yang beragam. Sebagai contoh di ranah lokal, ada yang sudah puas dengan sekadar menjadi sponsor, seperti GoPay dengan RRQ. Ada juga yang menyediakan produknya sebagai hadiah seperti yang dilakukan oleh Honda Motor di ESL Jagoan Series – Free Fire.

Sebagai merek pakaian, Kappa memberikan dukungan dengan menyediakan pakaian kasual untuk para pemain Vexed Gaming. Pakaian tersebut akan pemain gunakan baik ketika mereka berkompetisi di turnamen atau dalam kegiatan sehari-hari.

Menariknya, koleksi pakaian hasil kerja sama Kappa dan Vexed Gaming juga akan dijual kepada masyarakat luas mulai September mendatang.

Di Indonesia, EVOS Esports bekerja sama dengan Thanksinsomnia untuk menyediakan koleksi streetwear bertema esports. Mereka mengklaim, ini adalah kerja sama pertama antara merek fashion dengan tim esports di Indonesia.

kappa vexed gaming 02 license global
Sumber: License Global

“Komunitas gaming dan esports dipenuhi dengan orang-orang penuh semangat yang selalu ingin mendapatkan yang terbaik — sesuatu yang juga kami lakukan di Kappa,” kata Sports Marketing Executive, Kappa UK, Joe Pilato, seperti dikutip dari Esports Insider.

“Karakteristik ini ada di Vexed Gaming dan kami dengan bangga mengumumkan keputusan kami untuk masuk ke esports dengan mendukung aspirasi dari organisasi esports yang sangat berbakat ini.”

Melihat merek endemik — seperti prosesor, komputer, dan aksesori gaming — menjadi sponsor tim esports bukanlah hal yang aneh. Namun, belakangan, semakin banyak merek non-endemik yang juga ikut serta.

Menurut laporan Nielsen, nilai sponsorship yang diberikan oleh merek non-endemik di industri esports pada tahun ini naik 13 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu.

Salah satu alasan mengapa merek non-endemik tertarik untuk mendukung komunitas esports adalah jumlah penggemar yang terus bertambah. Belum lama ini, studi menunjukkan bahwa ada hampir 1 miliar orang yang menonton turnamen esports secara langsung.

Tidak hanya itu, para penggemar esports biasanya adalah konsumen yang sulit untuk dijangkau oleh para pengiklan. Alasannya, karena kebanyakan dari mereka tidak suka menonton televisi dan memblokir iklan ketika mereka menjelajah internet.

“Fans esports punya karakteristik unik yang membuat mereka sulit untuk dipahami tapi berpotensi jadi konsumen yang lebih menguntungkan untuk pengiklan,” kata eMarketer Principal Analyst, Paul Verna, menurut laporan Retail Wire.

“Mereka biasanya adalah milenial muda yang tak suka menonton TV dan memiliki pendapatan disposibel yang lebih tinggi dari rata-rata.”

Dengan memasang iklan dan menjadi sponsor, merek non-endemik akan bisa mendukung industri esports dan menjangkau para esports enthusiasts.

Sumber: Esports Insider, Retail Wire.