Menang Atas Punk di VSFighting 2019, Bonchan Buktikan Diri Sebagai Karin Terkuat

Pada tanggal 20 – 21 Juli lalu, kompetisi tahunan VSFighting 2019 telah digelar di kota Birmingham, Inggris. Kompetisi yang merupakan salah satu ajang esports fighting game paling bergengsi di benua Eropa itu telah digelar sejak tahun 2010, dan VSFighting kali adalah gelaran yang kesembilan kalinya.

Delapan judul dipertandingkan dalam VSFighting tahun ini, dan sebagian di antaranya merupakan bagian dari sirkuit turnamen resmi. Judul-judul itu adalah:

  • Tekken 7 (Tekken World Tour Master Event)
  • Street Fighter V: Arcade Edition (Capcom Pro Tour Premier Event)
  • Mortal Kombat 11 (Interkontinental Kup Event)
  • Dead or Alive 6 (Dead or Alive World Championship Event)
  • Dragon Ball FighterZ (Tenkaichi Event)
  • Samurai Shodown
  • Soulcalibur VI
  • Super Street Fighter II Turbo

Bila Anda bertanya-tanya mengapa judul lawas seperti Super Street Fighter II Turbo bisa muncul di event, bahkan bukan sebagai turnamen sampingan, jawabannya adalah karena hal ini sudah menjadi semacam tradisi. Dari pertama kali diadakan, VSFighting hampir selalu mempertandingkan Street Fighter klasik, meskipun pernah juga beberapa kali judul tersebut absen dari acara.

Dari sekian banyak cabang turnamen, Tekken 7 berhasil menjadi judul yang paling banyak diminati dengan 359 peserta. Mengikuti di bawahnya adalah Street Fighter V: Arcade Edition dengan 178 peserta, lalu disusul Mortal Kombat 11 dan Dragon Ball FighterZ. Daftar nama pemain yang tampil pun cukup mengesankan, meskipun ada juga beberapa nama favorit yang tidak hadir seperti Arslan Ash, Sonic Fox, atau Tokido.

Salah satu highlight menarik dari VSFighting 2019 adalah Street Fighter V: Arcade Edition, ketika babak Grand Final mempertemukan Victor “Punk” Woodley melawan Masato “Bonchan” Takahashi. Bukan hanya menjadi rivalitas antara dunia fighting game timur dan barat, pertemuan ini juga merupakan mirror match di mana kedua pemain sama-sama menggunakan karakter Karin Kanzuki sebagai andalan.

Punk yang berasal dari Amerika Serikat, meski usianya tergolong muda, sudah lama menjadi pemain yang ditakuti (sekaligus dihormati) oleh para pemain Jepang termasuk Bonchan. Karin miliknya terkenal sangat ketat dalam teknik footsies, dan ia sering melakukan hal-hal sulit yang menurut pemain lain mustahil dilakukan, apalagi di bawah tekanan. Dalam turnamen ini pun Punk tampil mendominasi di Winners’ Bracket.

Pertemuan antara Punk dan Bonchan sudah terjadi sejak babak Winners’ Final. Di sini Bonchan mencoba menggunakan karakter signature miliknya yaitu Sagat. Akan tetapi Karin secara umum adalah matchup yang buruk bagi Sagat, sehingga Bonchan terpaksa harus kalah 3-1 dan turun ke Losers’ Bracket.

Setelah mendaki Losers’ Bracket, Bonchan akhirnya siap untuk runback melawan Punk di Grand Final dengan mirror match. Di sini Bonchan menunjukkan permainan yang cukup dahsyat. Ia bertahan dengan begitu rapi, dan selalu mencari celah untuk melakukan whiff punish krusial ketika Punk lengah. Sempat menang perfect, Bonchan akhirnya melakukan bracket reset dan “memulangkan” Punk dengan skor ketat 3-2.

Kemenangan Bonchan ini artinya Punk telah mendapat rival berat untuk memperebutkan takhta sebagai pemain Karin nomor satu dunia. Dulunya Punk juga memiliki rivalitas dengan Justin Wong sebagai sesama penggemar Karin, akan tetapi belakangan ini performa Wong di turnamen sedang menurun karena ia lebih sibuk beraktivitas untuk mengembangkan potensi pemain-pemain muda. Bonchan juga menunjukkan betapa pentingnya menguasai teknik-teknik fundamental bila kita ingin menjadi pemain Street Fighter yang baik.

Tampaknya nanti EVO 2019 akan menjadi semakin menarik, karena Bonchan bisa jadi salah satu favorit juara. Apalagi ia beberapa waktu lalu juga menjuarai CEO 2019, artinya Bonchan baru saja menjadi juara dua turnamen CPT Premier berturut-turut.

Berikut ini adalah daftar peringkat hasil turnamen VSFighting 2019, dilansir dari EventHubs.

Peringkat Top 8 Tekken 7:

  • ROX|Knee (Steve, Kazumi, Jin, Lars)
  • UYU|LowHigh (Law, Shaheen, Steve, Kazumi)
  • CRaZY|SuperAkouma (Akuma)
  • Liquid|Gen (Shaheen, Law, Leo)
  • Dinosaur (Bryan)
  • MVP|Pekos (Geese, Katarina)
  • Talon|Kkokkoma (Dragunov, Kazumi, Geese, Paul)
  • AXL|Fergus (Asuka, Katarina)

Peringkat Top 8 Street Fighter V: Arcade Edition:

  • RB|Bonchan (Karin, Sagat)
  • REC|Punk (Karin)
  • YOG|Machabo (Necalli)
  • NASR|AngryBird (Zeku, Ibuki)
  • CYG|Infexious (Zeku)
  • NVD|Phenom (Karin, Necalli, M. Bison)
  • RB|Gachikun (Rashid)
  • FAV|Sako (Menat)

Peringkat Top 8 Mortal Kombat 11:

  • PxP|A Foxy Grampa (Kung Lao, Jacqui, Cassie Cage, Sub-Zero)
  • PND|OmegaK (Geras)
  • DizzyTT (Sonya, Liu Kang, Cassie Cage)
  • LOK|Nivek (Kabal, Jacqui)
  • ED|SeaCyat (Sub-Zero)
  • SonicNinja (Kabal)
  • VideoGamezYo (Shao Kahn, Jax)
  • ED|UndeadJim (Jax)

Peringkat Top 8 Dead or Alive 6:

  • CRaZY|Gehaktball (Bass, Zack)
  • COMP|Siologica (NiCO)
  • Ky-Dragon (Mai, Kasumi, NiCO)
  • COMP|TeruRock (Kasumi)
  • ULTIMa|Ivanov (Christie)
  • Snow (Phase 4, Kula)
  • UGS|BBoyDragon (NiCO, Kula)
  • ElenaBathory (Helena)

Peringkat Top 8 Dragon Ball FighterZ:

  • CO|Go1 (Bardock, Kid Goku, Goku)
  • CO|Fenrich (Cell, Bardock, Vegeta)
  • Wawa (Kid Goku, Base Goku, Goku)
  • NRG|HookGangGod (Piccolo, Bardock, Vegeta | Piccolo, Bardock, Kid Goku)
  • VGIA|Shanks (Android 18, Adult Gohan, Goku)
  • WrNx|Kayne (Teen Gohan, Goku Black, Kid Goku)
  • Maddo (Kid Buu, Yamcha, Adult Gohan)
  • BC|Kazunoko (Kid Buu, Adult Gohan, Yamcha)

Peringkat Top 8 Samurai Shodown:

  • BC|Kazunoko (Haohmaru, Genjuro)
  • MVP|Pekos (Haohmaru)
  • UYU|OilKing (Haohmaru)
  • Lord Tenners (Genjuro, Tam Tam)
  • SWW|Rycroft (Charlotte)
  • Neilo (Yoshitora)
  • MFGC|Baaltzelmoth (Genjuro)
  • PND|Mustard (Galford)

Peringkat Top 8 Soulcalibur VI:

  • GO|Keev (Nightmare)
  • Oplon|Skyll (Mitsurugi)
  • YUZU|Ganondeurf (Azwel)
  • AndyrooSC (Zasalamel)
  • Abysses|Jason (Seong Mi-Na)
  • HolyCarp (Ivy)
  • LOK|VaanGR (Ivy)
  • Aelz (Tira)

Peringkat Top 4 Super Street Fighter II Turbo:

  • GMC|GolcarJack (Guile)
  • Fuzzy (Ryu, Cammy)
  • Jin (Ken, Guile)
  • TwiF (Vega)

Sumber: EventHubs, VSFighting, Bonchan

Dota 2 Roster Shuffle: Hengkangnya Jhocam dan Kembalinya InYourDream ke BOOM.ID

Akhir pekan lalu (20 Juli 2019) menjadi pekan yang cukup ramai bagi para penikmat kancah kompetitif Dota 2 di Indonesia. Terjadi roster shuffle yang cukup heboh pada beberapat tim Dota 2 Indonesia. Satu yang paling santer terdengar adalah kepergian Muhammad “InYourDream” Rizky dari EVOS Esports yang dikabarkan kembali ke pangkuan BOOM.ID. Ditambah lagi, ada juga Tri “Jhocam” Kuncoro yang meninggalkan BOOM.ID.

InYourDream pindah ke EVOS setelah sebelumnya ia sempat bermain dengan tim ThePrime. Kepindahan ini mungkin bisa dibilang jadi perjalanan singkat lainnya dari sang bintang Dota Indonesia.

Setelah selesai dari Tigers, ia berpindah ke tim The Prime, dan hanya menetap sekitar 2 bulan saja, lalu pindah ke EVOS Esports. Perjalanan InYourDream bersama dengan tim EVOS Esports juga terbilang cukup singkat. Masuk ke dalam tim pada 29 Maret 2019 lalu, tercatat ia hanya membela EVOS Esports untuk 4 bulan saja.

Sumber: Instagram @evosesports
Sumber: Instagram @evosesports

Ketika bersama EVOS Esports ia sempat bermain untuk beberapa pertandingan, seperti ESL Indonesia Championship Season 2, dan SEA Open Qualifier Dota 2 The International.

“Meski hanya sebentar bersama EVOS, dan mungkin target yang ingin kami kejar bersama tidak tercapai, tetapi kami tetap sangat mengapresiasi semua perjuangan IYD bersama tim EVOS. Kami juga ucapkan banyak terima kasih kepada IYD. Thank you IYD, and good luck in your future endeavors!!” Yohanes Siagian, VP of Esports dari tim EVOS Esports mengatakan kepada tim redaksi Hybrid.

Pasca dari EVOS Esports, lewat sebuah pengumuman resmi, InYourDream ternyata akhirnya dipastikan akan kembali membela BOOM.ID untuk musim depan. Sebelumnya, ia sempat membela BOOM.ID pada tahun 2017 sampai tahun 2018 lalu. Tetapi pada tahun 2018, ia memutuskan untuk keluar dan berpindah ke The Prime Esports.

“Dengan kehadiran InYourDream ke dalam tim, harapannya sih semoga kita bisa mendapatkan hasil yang lebih baik dibandingkan pada DPC musim 18-19 ini. Kami cukup yakin, dengan penambahan IYD, nama BOOM.ID akan ada di Major DPC musim 19-20” Jawab Brando, manajer tim divisi Dota BOOM.ID, kepada tim redaksi Hybrid.

Jhocam Meninggalkan BOOM.ID

Selain soal InYourDream, hal mengejutkan lain datang dari divisi Dota 2 BOOM.ID. Setelah bersama selama kurang lebih satu sampai dua musim, kini akhirnya Dreamocel dan kawan-kawan harus rela ditinggal oleh sang support, Tri “Jhocam” Kuncoro. Tercatat, Jhocam sudah bersama dengan BOOM.ID sejak tahun 2017 lalu.

Bersama-sama Saieful “FBZ” Ilham dan kawan-kawan, mereka sudah berjuang melalui banyak sekali kompetisi. Mulai dari memenangkan Dota 2 Indonesia Games Championship 2018, bertanding di PVP Esports Championship, sampai berjuang bersama di berbagai Minor yang dijalani oleh BOOM.ID.

Sumber: boomid.gg
Sumber: boomid.gg

“Yang pasti sih best of luck aja buat Jhocam. Menurut gue, dia adalah pemain yang berpotensi untuk bisa main di luar negeri, bahkan menurut gue dia adalah best Indonesia position 4 Dota Player.” Jawab Brando, membicarakan soal kepergian Jhocam.

Sebenarnya, BOOM.ID dengan roster sebelumnya sudah cukup solid. Tapi apa mau dikata jika sudah tidak sejalan lagi. Dengan kembalinya InYourDream ke BOOM.ID, akankah roster ini menjadi roster all-Indonesia paling solid untuk dapat lolos ke The International 2020?

[Opini] Posisi Media Esports Ketika Esports Semakin Diminati Media Mainstream

Ketika suatu bidang berkembang menjadi industri, maka bidang tersebut pasti tak akan lepas dari yang namanya jurnalisme. Jurnalisme video game telah menjadi hal yang lumrah semenjak era 90an dulu, dan kini pun mengikuti perkembangan ke arah kompetitif sebagai jurnalisme esports. Malah meskipun keduanya masih beririsan, dapat dikatakan bahwa reportase video game (core gaming) dengan reportasi esports merupakan hal yang sebetulnya jauh berbeda. Sebab fokus hal yang dibahas, cara pembahasan, serta target pasarnya pun berbeda.

Bila kita menengok beberapa tahun ke belakang, lima tahun lalu misalnya, media yang membahas tentang esports masih tergolong jarang. Akan tetapi sekarang esports telah menjadi buzzword yang sangat populer, dan tayangan esports pelan-pelan berubah dari sesuatu yang geeky menjadi hiburan umum di kalangan anak muda. Ditambah dengan nilai industrinya sendiri yang begitu besar, wajar bila kemudian semakin banyak media esports bermunculan. Fenomena yang mulai terjadi belakangan adalah bukan hanya media khusus esports yang membahas tentang esports, namun juga media-media mainstream.

Coba saja Anda melakukan pencarian di Google News dengan kata kunci “Mobile Legends”, maka Anda akan menemukan sejumlah nama-nama media non-esports, bahkan non-gaming, muncul di sana. Mulai dari Liputan 6, Republika, Detik, Kompas, hingga Tribun, semuanya kini membahas esports. Esports memang belum 100% menjadi mainstream di kalangan masyarakat, tapi dengan banyaknya media mainstream yang membahas, tampaknya tren mulai bergerak ke arah sana.

Tentunya tetap ada perbedaan antara “media mainstream yang membahas esports” dengan “media esports”. Secara simpel, perbedaannya ada pada level fokus dan dedikasi. Jurnalis atau media yang memang mengkhususkan diri untuk membahas esports, selain mengabarkan berita-berita umum juga dapat memberikan wawasan lebih mendalam terhadap berbagai aspek industri esports.

Jurnalis esports senior Duncan “Thooorin” Shields menyatakan bahwa orang-orang seperti inilah yang dibutuhkan oleh industri esports. Mereka yang benar-benar paham seluk-beluknya, sudah lama menggelutinya, dan dapat menyampaikan kisah-kisah industri esports lewat konten bermutu. Dalam hal ini, kita bisa menyimpulkan bahwa media esports tidak akan kalah dari media mainstream, setidaknya dalam hal kedalaman dan ketajaman konten esports yang disajikan.

Thooorin - Esports Journalist Award
Duncan “Thooorin” Shields menerima gelar Esports Journalist of the Year | Sumber: Esports Awards

Akan tetapi lain ceritanya bila kemudian ada media mainstream yang merekrut kru khusus untuk membahas esports secara terdedikasi. Seperti dilakukan The Washington Post beberapa waktu lalu. Mereka membuka beberapa lowongan untuk reporter video game serta editor esports, untuk “membantu mengembangkan cakupan industri video game yang terus tumbuh serta dunia esports”. Terlebih lagi posisi ini bukan posisi untuk junior, mereka menginginkan editor dan reporter yang sudah berpengalaman. Artinya dalam waktu dekat kita bisa saja melihat adanya konten dengan kualitas setara media khusus esports, namun tampil di media mainstream.

Bagi sesama pelaku media, langkah The Washington Post ini dapat memunculkan kekhawatiran. Karena bila kelebihan media esports—yaitu kualitas kontennya—bisa dimiliki juga oleh media mainstream, masyarakat akan kehilangan alasan untuk mengakses media esports. Lebih baik mereka membuka media mainstream saja, toh isinya sama. Apalagi bila nantinya, jurnalis yang masuk ke dalam media mainstream itu adalah jurnalis senior yang dulunya punya pengaruh besar di industri esports.

The Washington Post
Sumber: The Pulitzer Prizes

Sebaliknya, bagi industri esports secara keseluruhan, langkah The Washington Post ini adalah kabar yang menggembirakan. Dengan jangkauan massa yang jauh lebih besar, berita di industri esports akan menyebar lebih luas dan lebih cepat. Prestasi-prestasi para atlet akan mendapat lebih banyak apresiasi, begitu juga para pemilik brand akan lebih tertarik untuk berinvestasi karena visibilitas mereka meningkat. Tidak menutup kemungkinan di masa depan esports akan jadi hal yang sangat lumrah di masyarakat, tak ubahnya industri sepak bola profesional, dan stigma negatif akan esports akan benar-benar hilang sepenuhnya.

Meski demikian bukan berarti media esports akan mati. Hanya saja segmentasinya pelan-pelan akan berubah. Karena bagaimana pun juga selama media mainstream itu masih menjadikan esports sebagai hanya “bagian dari mereka”, mereka pun tetap akan menemui keterbatasan. Baik itu keterbatasan jumlah kru, ruang konten di media, hingga keterbatasan topik yang dapat dibahas. Tidak mengherankan bila media mainstream pada akhirnya hanya membahas cabang esports yang mainstream saja. Sementara cabang-cabang esports lainnya hanya jadi topik sampingan.

Sebagian penikmat esports yang sudah puas dengan konten tersebut akan pindah ke media mainstream, dan hal itu tak bisa dihindari. Tapi di antara para penikmat esports itu pun akan ada sebagian yang tidak puas. Mereka lapar akan konten mendalam, dan haus akan reportase cabang-cabang esports tertentu yang tidak ada di media mainstream. Mereka tidak hanya ingin mendengar berita tentang event, namun ingin mengenal esports lebih jauh, siapa tokoh-tokohnya, seperti apa game yang dipertandingkan, hingga bagaimana cara kerja industrinya. Mereka ingin ulasan, opini, dan data. Guide, ulasan, atau sejarah. Analisis seperti Core-A Gaming, gosip seperti Lambe Moba, hingga meme seperti Dota Watafak. Serta segudang jenis konten lainnya.

Hal-hal seperti inilah yang, saya rasa, tidak bisa muncul di media mainstream dan akan menjadi alasan para penggemar esports untuk tetap setia pada media khusus esports. Berbagai data sudah menunjukkan bahwa di era modern ini, keinginan masyarakat akan konten panjang (longform) berkualitas tumbuh semakin besar. Sebagai kreator konten kita dituntut untuk terus stand out, menunjukkan keunikan, melakukan spesialisasi dan memiliki karakter. Karena bila tidak demikian maka kita tidak akan bisa bertahan di tengah lautan media yang kini bisa dibuat oleh siapa saja. Improvise, adapt, overcome. Karena memang itu satu-satunya pilihan yang tersedia.

Sumber Gambar: Joe Brady/Top Mid Esports

ESL Gandeng Mountain Dew dan AT&T, Beri Hiburan Baru untuk Pengunjung Event

ESL beberapa waktu lalu mengumumkan kerja sama dengan perusahaan PepsiCo (pemilik brand Pepsi, Mountain Dew, Gatorade, dsb) untuk menjadikan minuman energi MTN DEW APM GAME FUEL partner minuman resmi untuk seluruh event ESL global hingga sepanjang tahun 2020. Kerja sama ini berlaku mulai acara turnamen CS:GO Intel Extreme Masters (IEM) Chicago 2019, tanggal 18 Juli lalu, dan akan berlanjut ke berbagai kompetisi berikutnya. Termasuk ESL One dan ESL Pro League.

Sebagai bagian dari kerja sama ini, di dalam siaran-siaran event ESL akan disisipkan segmen khusus berjudul “MTN DEW AMP GAME FUEL Power Plays”. Segmen ini berisi analisis pertandingan, baik itu CS:GO ataupun Dota 2, pada babak semifinal dan final turnamen. Analisis serupa juga akan muncul di pertandingan-pertandingan ESL Pro League.

Ini bukan pertama kalinya ESL dan Mountain Dew berkolaborasi. Di tahun 2016 lalu, mereka pernah menjalin kerja sama untuk meluncurkan kompetisi CS:GO bertajuk Mountain Dew League (MDL). Liga ini sampai sekarang masih berjalan, dengan operasi yang ditangani oleh ESEA. Selain itu Mountain Dew juga mensponsori Call of Duty World League, juga beberapa tim esports ternama seperti OpTic Gaming, Immortals, dan SK Gaming.

Pada saat yang bersamaan, ESL juga meluncurkan kerja sama lain, yaitu dengan provider seluler AT&T. Sebetulnya kedua pihak ini sudah memiliki kerja sama sebelumnya, namun kini mereka melakukan pengembangan supaya kerja sama itu mencakup lebih banyak event. Kini brand AT&T turut hadir di acara IEM Chicago dan ESL One New York di bulan September mendatang.

Aktivasi brand yang dilakukan AT&T di IEM Chicago berupa promosi “Best Seat in the House”, di mana para pengunjung bisa memenangkan upgrade tiket ke kursi premium dengan cara memenangkan kompetisi di booth milik AT&T. Bentuk aktivasi lainnya antara lain sesi tanda tangan bersama para pemain yang terikat brand AT&T, serta fitur early access yang memperbolehkan pengunjung terpilih masuk ke arena sebelum acara dibuka untuk umum.

“Dengan pengembangan kerja sama ini, kami benar-benar fokus di beberapa area. Pertama: bagaimana kita dapat meningkatkan pengalaman on-site? Itu adalah area yang sangat penting bagi kami. Kami selalu berpikir: bagaimana cara kita memberi keuntungan pada para gamer dan penggemar gaming?” demikian ujar Shiz Suzuki, Assistant Vice President of Experiential Marketing & Sponsorship di AT&T, dilansir dari The Esports Observer.

Kolaborasi ESL dan AT&T sebelumnya meliputi peluncuran turnamen ESL Mobile Open yang musim pertamanya berlangsung pada bulan Maret – Juni kemarin, dengan babak final pada acara DreamHack Dallas. Pengembangan ini akan membawa ESL Mobile Open season berikutnya keluar dari Amerika Serikat, menjadi mencakup seluruh wilayah Amerika Utara, dengan babak puncak di acara ESL One New York (September 2019). Selanjutnya, puncak season tiga akan digelar di DreamHack Atlanta pada bulan November. AT&T juga akan hadir dalam acara-acara tersebut.

Sumber: The Esports Observer

Prediksi Para Caster Indonesia Seputar Dota 2 The International 2019

Bulan Agustus semakin dekat. Ini artinya kita semakin dekat dengan helatan terbesar bagi penggemar esports Dota 2 yaitu The International. Tahun ini, Dota 2 The International hadir sedikit beda karena diselenggarakan di Shanghai, Tiongkok.

Mulai bertanding pada 15 Agustus 2019 mendatang, ini berarti kita sudah tinggal menghitung hari menuju pertandingan fase grup Dota 2 The International 2019. Tahun ini, ada 18 tim yang akan bertanding di Dota 2 TI 9. Jika Anda mungkin saja kelewatan proses Dota 2 Pro Circuit ataupun kulaifikasi TI 9, berikut daftar tim yang akan bertanding di Dota 2 TI 9.

Tim dari Dota 2 Pro Circuit 2019

  • Team Secret – DPC #1
  • Virtus Pro – DPC #2
  • Vici Gaming – DPC #3
  • Evil Geniuses – DPC #4
  • Team Liquid – DPC #5
  • PSG.LGD – DPC #6
  • Fnatic – DPC #7
  • Ninja in Pyjamas – DPC #8
  • TNC Predator – DPC #9
  • OG – DPC #10
  • Alliance – DPC #11
  • Keen Gaming – DPC #12

Tim dari Kualifikasi Regional

  • Forward Gaming – Kualifikasi NA
  • Infamous – Kualifikasi SA
  • Chaos Esports Club – Kualifikasi EU
  • Natus Vincere – Kualifikasi CIS
  • Royal Never Give Up – Kualifikasi CN
  • Mineski – Kualifikasi SEA

Jika melihat dari perjalanan Dota 2 Pro Circuit 2018-2019 mungkin kita bisa dengan mudahnya memprediksi Team Secret akan menjadi juara. Sejauh ini, permainan Nisha, Puppey dan kawan-kawan memang terbilang sangat solid. Dari 5 major yang diselenggarakan, Team Secret berhasil menangkan 2 dan menjadi runner-up pada salah satunya. Merajai klasemen DPC, apakah ini artinya ia juga akan merajai Dota 2 The International?

Setelah pembahasan singkat dari saya, mari kita simak pembahasan dari para caster-caster Dota 2 Indonesia seputar The International tahun ini.

Dimas “Dejet” Surya Rizky

Sumber: Facebook Page @dejetttt
Sumber: Facebook Page @dejetttt

Saya membuka obrolan tebak-tebakan juara TI 9 dengan Dimas “Dejet”. Senada dengan saya, prediksi Dimas ada pada Team Secret. “Gue orangnya percaya data menurut gue stats don’t lie! Jadi harusnya yang bakal terlihat kuat adalah Team Secret” kata Dejet.

Aside from the data, permainan Team Secret memang luar biasa. Mereka dengan gampang ngacak-ngacak meta selama DPC Season 2019, sehingga mereka jadi top team pada musim ini.” Dejet melanjutkan. “Tapi lagi-lagi, TI have their own curse. Walaupun Secret sejago itu musim ini, tapi nggak bisa dipastikan juga bahwa mereka yang bakal angkat Aegis of Champion tahun ini.”

Seperti apa yang saya bahas sebelumnya, musim berjalan tidak bisa memprediksi juara The International. Selain VP, contoh lain kasus ini adalah tim OG. Mereka jadi raja di musim 2017, tapi anjlok saat TI 7. Kebalikannya, ketika mereka susah payah saat musim 2018, OG malah jadi juara saat TI 8.

Setelah kita tebak-tebakan, pertanyaan selanjutnya adalah, siapa yang dijagokan oleh Dejet? Kalau dari sisi pemain, katanya ia ingin melihat bagaimana Aliwi “w33” Omar membela Team Liquid di The International. Kalau dari sisi tim, dia sendiri malah mendukung PSG.LGD.

“Kenapa PSG.LGD? Simple, gue suka main dan punya set item Terrorblade yang keren. Karena Ame juga main Terrorblade, makanya gue dukung… hahahaha.”

Yudi “JustInCase” Anggi

Prediksi TI #2
Sumber: ESL Official Media

Hampir senada dengan Dejet, Yudi “JustInCase” juga mengatakan bahwa TI sulit untuk ditebak “TI susah diprediksi, karena setiap tahun TI akan memunculkan meta baru yang dibuat para tim yang bertanding di sana.” Jawab Yudi kepada saya.

Lanjut bicara soal tim top tier dalam gelaran The International 2019, jawaban Yudi adalah 4 tim yang memang sedang berada di peringkat atas pada DPC 18-19. Mereka adalah Vici Gaming, Team Secret, Virtus Pro, Team Liquid, dan PSG.LGD. Dan lagi-lagi, Team Secret kembali menjadi sorotan.

“Secret terbilang yang terkuat di musim ini, god tier team. Bicara peluang, ya pastinya cukup besar. Tapi nggak bisa dibilang Team Secret sudah pasti juara. Menurut gue, siapapun yang sudah sampai TI itu kemampuannya setara. Yang membedakan kalah-menang betul-betul tinggal siapa yang lebih banyak atau lebih sedikit membuat kesalahan di dalam game.” Jelas Yudi.

Vinzent “Oddie” Indra

Sumber: Facebook Vinzent Putra
Sumber: Facebook Vinzent Putra

Pembahasan selanjutnya datang Vinzent “Oddie” Putra, jagoan analis di antara para caster Dota Indonesia. Selain soal tim powerhouse selama Dota 2 TI9 nanti, kami juga membincangkan soal kebangkitan tim Tiongkok pada TI kali ini. Kalau Anda mengikuti perkembangan kancah kompetitif Dota 2 internasional, Anda pasti tahu seputar istilah TI curse.

Tahun lalu, kutukan atau pola tersebut berhasil dipatahkan. Tim-tim asal Tiongkok gagal menjadi juara di tahun genap, dan TI dimenangkan oleh tim asal barat, OG. Apa yang terjadi dengan tim-tim Tiongkok?

“Ini sih agak susah sebenernya ya” Oddie membuka jawaban. “Tapi menurut gue, masalah utama tim China mungkin karena mereka terlalu memikirkan soal strategi paling efektif. Sedangkan kalau tim barat, mereka mendominasi karena mereka nggak terlalu mikirin soal efektif. Mereka cuma mikir soal kecocokan personal. Jadi kalau mereka merasa Hero-nya cocok untuk mereka pakai, ya mereka pakai.” Oddie memperjelas.

“Tapi yang pasti di TI9 sudah waktunya Virtus Pro untuk jadi juara! Hahahaha” Oddie menambahkan sambil setengah bercanda.

Gisma “Melondoto” Priayudha

Sumber: Melondoto via Instagram
Sumber: Melondoto via Instagram

Terakhir, tak lengkap bicara Dota tanpa memasukkan sosok peternak “lele”, yaitu Gisma “Melondoto” Priayudha. Prediksi dari Melon, lagi-lagi masih cukup senada dengan para caster lainnya, yaitu Team Secret, yang menurutnya adalah calon juara TI tahun ini.

“Soalnya tahun ini hero metanya, hero midwan kamil semua.” Jawab Melon seraya berkelakar mempleseti nama Yeik “MidOne” Nai Zheng. “Ember, Monkey King, dan Invoker, tiga hero MidOne yang kebetulan lagi meta juga. Pokoknya TI9 ini adalah saatnya anak muda untuk berjaya.” tambah Melon membicarakan MidOne, dan tentunya juga Nisha, pemain muda dari Team Secret yang sedang bersinar.

Terakhir, menanggapi Oddie yang membahas soal Virtus Pro, saya juga jadi penasaran. Apa mungkin, VP bisa jadi juara di tahun ini? Melon menanggapinya dengan cukup santai. Ia menganggap permainan VP yang stagnan adalah salah satu alasan kegagalan VP sejauh ini.

“Roster dari 2016, mainan kombinasi heronya juga gitu-gitu aja, hampir no hope lah. Hero STR kalau nggak pakai Sven, ya Tidehunter, udah aja gitu terus sampai Dota 3… Hahahaha.” jawab Melon mengomentari Virtus Pro.

The International 2019 tentu akan memiliki dinamika yang sangat intens lagi. Apalagi mengingat peta kekuatan tim yang sudah bergeser-geser, terutama pada tim kelas papan tengah. Akankah TI tahun ini menjadi kejutan seperti saat OG menjadi juara? Atau seperti tebakan banyak caster Dota Indonesia, akankah Team Secret yang jadi juara?

Divisi Dota The Prime Kembali Bangkit dengan 2 Pemain Filipina

The Prime Esports kembali menghadirkan divisi Dota 2 ke dalam organisasi mereka. Sebelumnya, mereka putuskan untuk bubarkan divisi Dota 2 setelah juga ditinggal oleh sang pemain bintang, Muhammad “InYourDream” Rizky. Dalam sebuah wawancara singkat dengan redaksi Hybrid, Anton Sarwono, General Manager tim The Prime, mengatakan bahwa salah satu alasan pembubaran tersebut adalah karena perkara regenerasi.

Kendati demikian, Anton kembali menegaskan setelah itu, bahwa Dota 2 adalah identitas dari tim The Prime. Seperti yang dijanjikan, tim dengan julukan “Pasukan Uler” akhirnya mengembali divisi dota mereka.

Sumber: Instagram @theprime.esports
Sumber: Instagram @theprime.esports

Penggemar esports Dota Indonesia tentu akan merasa sangat familiar melihat daftar skuat The Prime. Ada Rizky “Varizh” dan Ario “Panda” Susilo yang sebelumnya memang mengisi skuat Pasukan Uler. Mungkin yang kurang hanya Azam “Nafari” Aljabar, yang kini membela tim Anthropy bersama Yabyoo dan kawan-kawan untuk kompetisi ESL Indonesia Championship Season 2.

Tapi ada sesuatu yang beda. Anda bisa melihat dua nama yang terasa kurang akrab, dan tidak berasal dari Indonesia. Benar, Levi “YoungGod” Legaret dan Erin “Japoy” Jesper.

“Memang kendala bahasa adalah masalah. Tetapi setelah didiskusikan oleh manajemen, ditambah ada beberapa faktor yang mendukung, akhirnya kami memutuskan untuk mencoba dan melakukan trial and error. Untuk roster saat ini, kami memiliki 1 orang dengan peran sebagai jembatan antara pemain luar dengan pemain lokal.” jawab Anton kepada redaksi Hybrid.

Walaupun terdengar cukup asing, namun Braces sebenarnya sudah cukup familiar dengan scene Dota Indonesia. Sebelum akhirnya bergabung dengan tim The Prime, ia sebelumnya membela divisi Dota 2 Louvre JG. Sementara itu, Young God adalah pemain yang mungkin cukup baru di scene Indonesia. “Young God kita ambil pas dulu dia trial bareng Varizh di Clutch Gamers.” jawab Anton menjelaskan.

Sumber: ESL Official Media
Sumber: ESL Official Media

Mengingat musim kompetisi Dota 2 yang sudah hampir habis mengingat Dota 2 The International sudah di depan mata, maka kini tersisa kompetisi ESL Indonesia Championship Season 2 saja yang bisa diperjuangkan The Prime. “Kalau bicara target, dari kecil sampai besar pasti ada. TI berikutnya pasti kita kejar. Tetapi kita berusaha meregenerasi pemain terlebih dahulu. Target pertama, kita mencoba dengan dominasi scene lokal dulu. Step by step lah pokoknya.” tambah Anton.

Melihat roster baru The Prime, sepertinya menyimpan banyak potensi prestasi ke depannya. Jujur, saya cukup penasaran melihat keberanian The Prime mencoba menggunakan mixed roster. Mari kita doakan semoga The Prime bisa mendapatkan hasil yang terbaik dengan roster baru ini.

 

EVOS Esports Umumkan Kolaborasi Dengan Logistik J&T Express

Seiring dengan meledaknya industri esports pada tahun 2018 lalu, tak heran jika brand non-endemic berbondong-bondong terjun ke esports. Seperti apa yang dilaporkan oleh Nielsen, bahwa secara global, sebanyak 49% sponsor di ekosistem esporst malah datang dari brand non-endemic. Ternyata, fenomena ini juga terjadi, tak terkecuali di Indonesia.

Setelah beberapa saat lalu ada Bigetron yang disponsori oleh GoPay, kali ini ada EVOS yang baru saja mengumumkan partnership mereka dengan J&T. Hal ini bisa dibilang sebagai buah keberhasilan EVOS dalam mengembangkan brand organisasi esports. Kesuksesan ini terjadi, salah satunya lewat cara EVOS Esports menciptakan bintang-bintang esports yang dikagumi para gamers.

Ivan Yeo, founder sekaligus CEO EVOS Esports, sempat menceritakan hal ini lewat sebuah artikel yang ia tulis sendiri. Pada seri kedua artikel tersebut, Ivan menceritakan bagaimana perjuangannya menciptakan brand EVOS Esports. Dari ceritanya membangun EVOS Esports, Ivan bercerita bahwa membuat tim yang bisa menjadi jaura tidak selalu menjadi strategi yang baik bagi sebuah organisasi esports.

Sumber: Instagram @evosesports
Sumber: Instagram @evosesports

Ia menceritakan lewat pengalamannya membuat divisi League of Legends EVOS Esports yang beroperasi di Vietnam. Setelah gagal masuk liga LoL utama Vietnam, VSCA, Ivan menemukan bagaimana menciptakan bintang esports ternyata berhasil membuat EVOS Esports jadi lebih maju.

Kini nama EVOS pun jadi semakin membumbung tinggi lewat bintang-bintang esports mereka seperti JessNoLimit (Mobile Legends), Jeixy (Mobile Legends), ataupun InYourDream (Dota 2).

“Kami merasa senang bahwa saat ini EVOS Esports dilengkapi dukungna dari jasa pengiriman yang berbasis teknologi, yang mana dekat sekali dengan dinamisnya industru esports.” Hartman Harris Christian, Co-Founder EVOS Esports mengatakan lewat sebuah rilisan pers. “Bersama J&T Express, kami juga dapat memberikan opsi pengiriman yang lebih sesuai dengan kebutuhan penggemar esports melalui EVOS Goods.”

Sumber: Instagram @evosgoods
Sumber: Instagram @evosgoods

Berdiri sejak Agustus 2015 lalu, J&T bisa dibilang merupakan salah satu perusahaan logistik terpercaya, juga bisa dibilang salah satu yang terbesar di Indonesia. Mengutip dari marketeers.com, pada tahun 2017 lalu saja, J&T tercatat sudah memiliki 1025 cabang dan 1000 unit mobil di seluruh Indonesia.

Kolaborasi EVOS dan J&T Express nantinya akan hadir lewat beberapa program. Salah satunya adalah roadshow edukasi 10 kampus di Indonesia pada September 2019 mendatang. Program lainnya yang direncanakan adalah program Mystery Box, yang akan hadir pada Oktober 2019. Lewat program ini, setiap pembelian merchandise di EVOS Goods menggunakan J&T Express akan mendapatkan 3 kotak misteri berisi hadiah eksklusif yang akan dikirimkan oleh J&T Express.

Kerja sama ini tentu semakin mengokohkan nama EVOS Esports menjadi salah satu organisasi esports yang dipercaya oleh brand. Dengan kerja sama ini, diharapkan kepercayaan brand non-endemic terhadap ekosistem esports di Indonesia bisa semakin meningkat.

88 Atlet Esports Tiongkok Diakui Sebagai Atlet Resmi Kota Shanghai

Asosiasi Esports Shanghai minggu lalu mengumumkan bahwa mereka baru saja memberikan persetujuan terhadap pendaftaran 88 atlet esports di kota tersebut. Dengan ini, 88 atlet itu telah dinyatakan sebagai atlet esports resmi kota Shanghai. Mereka berasal dari berbagai cabang esports berbeda, antara lain Honor of Kings (Arena of Valor versi Tiongkok), Dota 2, League of Legends, Hearthstone, Warcraft III, FIFA Online 4, serta Clash Royale.

Menjadi atlet resmi kota Shanghai artinya 88 orang tersebut berhak mendapatkan fasilitas dari pemerintah layaknya atlet olahraga resmi lainnya. Contohnya seperti fasilitas pendidikan dan dukungan visa internasional. Program ini pertama kali dicanangkan pada November 2018 kemarin, ketika pemerintah Shanghai mengumumkan kerja sama dengan berbagai organisasi esports di Shanghai Mercedes-Benz Arena. Hadir dalam acara tersebut beberapa perusahaan ternama dunia esports, termasuk Tencent, NetEase, Perfect World, dan PandaTV.

The International 2019 - Prize Pool
TI9 di Shanghai menjadi TI dengan prize pool terbesar sepanjang masa | Sumber: Wykrhm Reddy

Menjadi atlet esports resmi Shanghai bukan hal yang bisa dilakukan sembarang orang. Ada beberapa syarat dan panduan yang ditetapkan oleh Asosiasi Esports Shanghai untuk hal ini. Di antaranya, pendaftar haruslah atlet profesional dengan usia minimal 18 tahun, serta memiliki kontrak kerja dengan suatu organisasi esports.

Pada saat peraturan ditetapkan, Asosiasi Esports Shanghai hanya memfasilitasi lima judul game (LoL, Dota 2, Hearthstone, Warcraft III, dan FIFA Online 4). Tapi rupanya program ini sudah melebar ke beberapa judul lain seperti disebut di atas.

Pemerintah Tiongkok baik pusat maupun daerah memang belakangan ini cukup gencar menunjukkan dukungan terhadap esports. Wakil walikota Shanghai Weng Huitie misalnya, turut hadir dalam acara di bulan November itu. Bersamaan dengan pengumuman bahwa turnamen Dota 2 The International 2019 akan digelar di Shanghai, Valve juga mengungkap peluncuran Steam China, cabang platform distribusi game Steam yang merupakan hasil kerja sama Valve, pemerintah Tiongkok, dan Perfect World.

Steam China
Sumber: Shanghai Municipal People’s Government via The Esports Observer

Keputusan pemerintah Tiongkok untuk mengakui esports sebagai bidang profesi resmi di awal 2019 lalu tampaknya memang berbuah manis. Kini para pekerja industri esports bisa mendapatkan perlakukan yang lebih layak dan serta berbagai keuntungan lebih lengkap di dunia kerja. Pemerintah juga terus berusaha mendukung ekosistemnya, misalnya dengan membuat regulasi-regulasi yang diperlukan.

Bila perkembangan ini terus berlanjut, tidak mustahil prediksi bahwa Tiongkok akan memiliki hingga 2 juta tenaga kerja esports dalam lima tahun ke depan benar-benar terwujud. Bagaimana dengan Indonesia?

Sumber: The Esports Observer

Konami Gelar Hands-On eFootball PES 2020, Undang Rizky Faidan ke Singapura

Konami baru saja mengumumkan bahwa mereka akan menggelar hands-on perdana eFootball PES 2020 dalam kompetisi International Champions Cup (ICC) 2019 di Singapura. Kompetisi ini merupakan tur pemanasan alias pre-season untuk berbagai klub sepak bola dari benua Eropa serta Amerika Serikat. 12 tim ternama menjalankan 18 pertandingan di berbagai negara, dan dari 18 laga itu 2 di antaranya digelar di Singapore National Stadium.

Laga ICC 2019 di Singapura terdiri dari pertandingan antara Manchester United melawan Inter Milan pada tanggal 20 Juli, dan Juventus kontra Tottenham Hotspur di tanggal 21 Juli. Sebagai sponsor resmi ICC 2019, Konami akan hadir membawa versi demo dari eFootball PES 2020, entri terbaru seri PES (Pro Evolution Soccer) yang rencananya akan dirilis pada bulan September mendatang. Ini merupakan hands-on perdana eFootball PES 2020 di wilayah Asia, sedangkan wilayah Amerika Serikat sudah berkesempatan mencicipi lebih dahulu di acara E3 bulan Juni kemarin.

Dua laga ICC di Singapura itu punya posisi cukup spesial terhadap eFootball PES 2020. Pasalnya Konami juga baru saja mengungkap kerja sama penting dengan klub Manchester United dan Juventus. eFootball PES 2020 nantinya akan memiliki lisensi klub Manchester United. Kerja sama dengan Juventus lebih heboh lagi, karena eFootball PES 2020 memperoleh lisensi eksklusif atas klub Serie A tersebut. Alhasil, FIFA 20 terpaksa harus mengganti nama tim Juventus menjadi Piemonte Calcio. Tentunya akan sangat menarik menonton para bintang sepak bola bertanding secara nyata sambil membandingkan mereka dengan versi virtualnya.

PES 2020 - ICC

Konami juga secara khusus mengundang Rizky Faidan, atlet esports PES Indonesia yang beberapa waktu lalu bertanding di PES World Finals 2019. Dalam kompetisi tersebut Rizky bersama tim WANI berhasil menjadi runner-up dunia di kategori co-op. Sementara di nomor perorangan, Rizky meraih predikat Top 4 setelah gugur di babak semifinal. Performa Rizky cukup memukau banyak pihak, termasuk Konami, apalagi ia masih berusia 16 tahun. Tentunya akan sangat menarik melihat pendapat atlet sekaliber Rizky terhadap game baru ini.

Rizky Faidan (kiri) bersama rekan-rekan timnya | Sumber: Facebook Liga1 PES
Rizky Faidan (kiri) bersama rekan-rekan timnya | Sumber: Facebook Liga1 PES

eFootball PES 2020 adalah wujud keseriusan Konami untuk mengembangkan ekosistem esports di sekitar franchise ini. Selain perubahan nama yang mencerminkan olahraga virtual, Konami juga memasukkan fitur-fitur yang mendukung aktivitas kompetitif. Contohnya mode baru bernama Matchday, di mana pemain dapat memilih satu dari dua kubu berbeda untuk bertanding dan mengumpulkan poin. Setiap minggunya, akan dipilih satu pemain dari tiap kubu untuk menjadi perwakilan yang bertarung di Grand Final. Pertarungan Grand Final ini kemudian bisa ditonton secara livestream langsung dalam mode Matchday.

Selain itu Konami juga melakukan beberapa perombakan besar, seperti Master League Remastered yang membuat mode ini menjadi semakin imersif, serta gameplay yang dirancang dengan bantuan pemain legendaris Andres Iniesta. Secara lisensi tim keseluruhan, mungkin eFootball PES 2020 masih akan kalah dengan FIFA 20 nantinya. Tapi bila faktor-faktor penunjang lainnya bisa tampil optimal, tampaknya kekurangan lisensi itu akan tertutupi dan eFootball PES 2020 bisa punya daya tarik tersendiri.

Dominasi Indonesia Atas Malaysia dalam Soulcalibur VI Exhibition Match

Di antara genre-genre esports yang ada, fighting game sudah lama punya ciri khas yaitu komunitasnya yang solid. Bukan hanya sebagai penggemar atau penonton, tapi komunitas fighting game juga gemar berkompetisi sendiri, mengadu dan mengasah skill melawan sesama petarung dari mana pun. Mirip jalan hidup seorang pendekar, pemain fighting game kompetitif tidak akan puas sebelum bisa membuktikan bahwa dirinya adalah petarung terkuat.

Salah satu komunitas di Indonesia yang gemar melakukan pertandingan itu adalah Indonesian Soul Calibur Community alias ISCC. Tak hanya berpartisipasi di turnamen berhadiah seperti Fight Fest, mereka juga kerap kali menggelar pertandingan persahabatan bahkan melawan komunitas-komunitas luar negeri. Contohnya bulan Januari lalu, ISCC mengadakan team battle melawan komunitas Hong Kong SoulCalibur Big Association (HK SCBA). Dalam pertandingan itu tim Indonesia berhasil menjadi pemenang.

Beberapa waktu lalu tepatnya hari Minggu tanggal 14 Juli 2019, ISCC kembali melakukan pertandingan eksibisi—kali ini melawan komunitas fighting game Malaysia yang bernama Infinite Carnage. Acara ini didukung oleh MyRepublic Jakarta selaku penyedia konsumsi dan venue yang berlokasi di wilayah Menteng, juga D’fox Dojo yang membantu koordinasi dengan pihak tim Malaysia.

ISCC vs Malaysia - Poster
Sumber: ISCC

Team battle ISCC melawan HK SCBA menggunakan format 7v7 eliminasi, sementara kali ini digunakan format 10v10 first to ten. Artinya tiap tim diwakili 10 pemain, dan tim pertama yang berhasil meraih 10 angka keluar sebagai pemenang. Setiap pemain dibatasi hanya boleh meraih maksimal dua kali kemenangan. Yang menarik di pertandingan kali ini adalah jumlah pesertanya bertambah jadi lebih banyak. Sebagian mereka juga turut bertanding melawan HK SCBA, seperti Fabiozwei, Wahontoys, dan Permac. Tapi banyak juga wajah baru yang hadir. Berikut lineup pemain dari kedua tim.

Tim Indonesia:

  • Marumaruru (Raymond)
  • Jems (James)
  • Vendread (Ghifar)
  • Indokiber (Davey)
  • Fabiozwei (Fabio)
  • Ashiaap (Firas)
  • Permac (Bima)
  • Wahontoys (Andrew)
  • Fujiwaralunasa (Jovan)
  • Komodoboy (David)

Tim Malaysia:

  • Neptunia
  • Vermivermi
  • Grimrst
  • Seribr0
  • DRFierce
  • Meguseyf
  • SkyesT
  • NeonFaith
  • VentroArgento
  • MyOffstage

Watch GrandBlue Versus beta out now from DRFierce1993 on www.twitch.tv

Tim Indonesia sempat unggul terlebih dahulu berkat permainan Marumaru yang menggunakan karakter Talim. Ia meraih dua angka sekaligus, membuat Indonesia memimpin dengan kedudukan 2-0. Namun kemudian Grimrst menyamakan angka menjadi 2-2 dengan mengalahkan dua pemain Indonesia yaitu Jems dan Vendread. Wakil Malaysia ini memilih Nightmare sebagai jagoannya.

Dominasi Indonesia berlanjut dengan aksi Indokiber dan Fabiozwei, masing-masing menjagokan 2B dan Siegfried. Dua orang ini sama-sama mencuri poin sempurna. Pemain berikutnya yaitu Ashiaap juga sempat meraih kemenangan dengan Cervantes. Tapi kemudian ia tumbang di tangan VentroArgento yang mengandalkan Raphael. Skor sementara Indonesia unggul 7-3.

ISCC vs Malaysia - Stream
Pertandingan Soulcalibur VI Indonesia vs Malaysia | Sumber: DRFierce

Ronde berikutnya, Permac (Maxi) berhadapan dengan VentroArgento (Raphael). Permac membuktikan keahliannya sebagai salah satu pemain Soulcalibur terkuat di Indonesia. Tidak hanya mengalahkan dua orang yaitu Ventro Argento dan MyOffstage (Nightmare), ia juga sempat meraih hasil perfect.

Dengan kekalahan MyOffstage artinya tim Malaysia sudah mengerahkan sepuluh orang pemainnya, namun pertandingan belum berakhir. Wahontoys (Seong Mi-na) dari tim Indonesia maju ke ronde berikutnya, sementara sisi Malaysia kembali diwakili oleh VentroArgento. Pertarungan ini dimenangkan dengan baik oleh Wahontoys, menghasilkan skor akhir 10-3 untuk keunggulan Indonesia.

Watch Soul Calibur 6 exhibition match with Indonesia from DRFierce1993 on www.twitch.tv

Pertandingan antara tim Indonesia dan Malaysia ini merupakan cara yang baik untuk mempererat persaudaraan di kalangan komunitas fighting game. Pihak Malaysia pun di akhir tayangan streaming menyatakan keinginan untuk mengadakan pertandingan serupa di masa depan dalam wujud offline. Semoga saja keinginan tersebut dapat terwujud, dan kedua negara ini bisa bahu-membahu membesarkan ekosistem esports fighting game bersama-sama.