ELEAGUE dan Microsoft Jalin Kerja Sama untuk Program Esports Gears of War

Gears of War sejak era Xbox 360 sudah berhasil meraih reputasi di kalangan gamer sebagai salah satu seri shooter terbaik dunia. Namun di kalangan pecinta esports gaungnya masih kurang begitu terdengar, kalah dengan judul-judul lain seperti PUBG atau Rainbow Six: Siege. Microsoft selaku penerbit eksklusif Gears of War tampaknya menyadari itu, dan kini ingin mendorong esports Gears of War supaya lebih “hidup” lagi.

Menyambut datangnya seri terbaru Gears of War di tahun 2019, yang berjudul Gears 5, Microsoft melalui Xbox Game Studios telah bekerja sama dengan ELEAGUE untuk meluncurkan program esports berskala besar. Program ini, bernama ELEAGUE Gears Summer Series: The Bonds and Betrayals of Brotherhood, terdiri dari dua bagian yaitu seri dokumenter dan turnamen.

Di sisi dokumenter, ELEAGUE akan menyoroti kehidupan enam pemain profesional Gears of War, bagaimana ikatan mereka dengan seri Gears of War itu sendiri, serta seperti apa keseruan dan keunikan dunia esports Gears of War (Gears Esports). ELEAGUE akan menunjukkan cara atlet-atlet ini beradaptasi dari Gears of War 4 ke Gears 5, baik itu dari potensi-potensi baru yang muncul serta apa saja kesalahan yang terjadi di masa lalu.

Sementara itu di sisi turnamen, ELEAGUE akan menyoroti pembukaan mode multiplayer Gears 5 Versus secara global. Kemudian mereka akan menggelar kompetisi bernama ELEAGUE Gears Summer Series, di mana delapan tim top Gears of War dari seluruh dunia akan berkumpul di ELEAGUE Arena, Atlanta, untuk unjuk keahlian dan saling beradu nyali.

Turnamen ini akan berlangsung pada tanggal 13 – 14 Juli 2019, ditayangkan langsung melalui Twitch dan layanan premium Bleach Report Live. Sayangnya belum ada informasi detail mengenai format kompetisi ataupun hadiah yang ditawarkan. Sementara itu seri dokumenternya direncanakan tayang di TBS mulai tanggal 14 Juni, dan terdiri dari enam episode.

Gears 5 - Screenshot
Sumber: Microsoft

Laporan Reuters mengatakan bahwa kerja sama ini adalah peluang bagi Turner (induk perusahaan TBS) untuk melayani audiens mereka di ranah olahraga dan hiburan, sekaligus juga menjangkau segmen baru yang terus berkembang yaitu audiens gaming. “Audiens ini adalah demografi yang paling diidamkan di lanskap media,” kata Craig Barry, Chief Content Officer di Turner Sports, kepada Reuters. “Kami tahu mereka ada di luar sana, kami tahu mereka telah terlibat. Tapi belum ada yang benar-benar tahu apa rahasianya.”

Langkah Microsoft, Xbox Game Studios, serta Turner dalam menggaet ELEAGUE terbilang sangat tepat. ELEAGUE selama ini sudah cukup berpengalaman menggelar turnamen ataupun menciptakan konten-konten menarik seputar esports. Kekuatan ELEAGUE terletak pada cara mereka mengemas program-program esports dengan unik, sehingga mampu menjadikannya hiburan seru walaupun game yang diangkat adalah cabang esports yang cukup niche. Gears Esports yang dibentuk oleh para penggemar dengan passion tinggi tampak merupakan pasangan tepat bagi ELEAGUE. Kita tunggu saja seperti apa hasil kerja sama ini nantinya.

Sumber: Microsoft, Reuters

Gen.G Terima Pendanaan Senilai US$46 Juta dari Sejumlah Investor Silicon Valley

Organisasi esports asal Korea Selatan, Gen.G, baru-baru ini mengumumkan pendanaan dari sejumlah investor ternama dunia. Jumlah dana yang dikucurkan itu pun cukup besar, mencapai US$46 juta atau sekitar Rp648,5 miliar. Menurut keterangan di situs resmi Gen.G, nama-nama yang terlibat dalam investasi ini antara lain Dennis Wong (pemilik klub basket LA Clippers), Will Smith (aktor papan atas Hollywood), Keisuke Honda (bintang sepak bola Jepang), Michael Zeisser (mantan Chairman of US Investments di Alibaba Group), serta David Rogier (co-founder MasterClass).

Will Smith dan Keisuke Honda sendiri merupakan pendiri dari perusahaan venture capital bernama Dreamers Fund yang berdiri sejak 2018 lalu, dan turut berpartisipasi dalam pendanaan ini. Peran keduanya di Gen.G nantinya tidak hanya sebagai pemilik modal, tapi juga masuk dalam jabatan Player Management Advisor bersama dengan mantan pemain NBA Chris Bosh. Mereka akan menjadi penasehat dalam urusan kreatif serta komersial, termasuk pengembangan brand Gen.G serta kegiatan para kreator konten.

Will Smith
Will Smith adalah pendiri Dreamers Fund bersama Keisuke Honda | Sumber: Variety

“Saya gembira melihat Dreamers Fund, badan pendanaan yang saya luncurkan bersama Will Smith, sekarang berinvestasi di Gen.G,” kata Keisuke Honda di situs resmi Gen.G. “Esports masih belum besar di Jepang, tapi kami melihat pertumbuhan luar biasa di sana maupun secara global, yang mana itu sangat positif. Kami memutuskan berinvestasi di Gen.G karena mereka memiliki tim hebat dan visi besar untuk menjadi pemimpin di bidang ini. Kami sungguh tak sabar bekerja bersama Gen.G untuk mendorong industri esports di seluruh dunia.”

Selain nama-nama di atas, pendanaan Gen.G juga diikuti oleh Silicon Valley Bank, yang sekaligus mengambil posisi sebagai banking partner Gen.G. Beberapa lembaga lain yang terlibat mencakup Stanford University, New Enterprise Associates (NEA), Conductive Ventures, Battery Ventures, dan Canaan Partners. Menurut Gen.G, Silicon Valley Bank punya peran besar dalam menggolkan pendanaan ini.

Gen.G tidak mengumumkan terlalu detail tentang isi kerja sama mereka. Namun beberapa program yang telah pasti adalah mereka akan menggunakan dana tersebut untuk meluncurkan program akademi pemain muda, mendirikan markas tim di Los Angeles, serta melakukan ekspansi ke cabang-cabang esports atau wilayah kompetisi baru. Markas baru tersebut rencananya akan dibuka pada musim panas tahun ini, sekitar bulan Juli 2019.

Seoul Dynasty
Seoul Dynasty, tim OWL di bawah Gen.G | Sumber: Seoul Dynasty

Gen.G (dulunya dikenal juga dengan nama KSV Esports) merupakan organisasi besar dengan kiprah besar di berbagai cabang esports berbeda. Selain tim League of Legends yang turut berlaga di League of Legends Championship Korea (LCK), Gen.G juga membawahi tim Overwatch League yaitu Seoul Dynasty.

Gen.G juga telah menjuarai kompetisi tingkat dunia di cabang Heroes of the Storm dan PUBG, meluncurkan tim Fortnite beranggota sepenuhnya perempuan, juga mengakuisisi tim Clash Royale, Call of Duty, serta Apex Legends dari berbagai negara. Hingga tahun 2020, Gen.G akan lebih fokus dalam program-program akademi, dan investasi ini memungkinkan mereka untuk menjalankan rencana itu dengan lebih mantap.

Sumber: Gen.G, The Esports Observer

Sepak Terjang Aerowolf Selama FACEIT Global Summit PUBG Classic 2019

Kalau kancah PUBGm Indonesia punya Bigetron yang tak terkalahkan dan sangat kuat, kancah PUBG ada Aerowolf yang kini sedang mewakili Indonesia di kompetisi PUBG internasional. Mereka sedang mengikuti London FACEIT Global Summit PUBG Classic 2019, salah satu bagian rencana panjang PUBG Corp menyelenggarakan esports PUBG secara global.

Turnamen yang sudah berjalan sejak tanggal 16 April 2019 lalu ini, merupakan penutup fase pertama dari rencana panjang tersebut. Sebagai salah satu kompetisi akbar di kancah PUBG, FACEIT Global Summit PUBG Classic 2019 mempertandingkan 24 tim dari 9 regional di seluruh dunia.

Sebelum lebih lanjut membahas sepak terjang Aerowolf di London, mari simak penjelasan singkat saya seputar format kompetisi FACEIT Global Summit PUBG Classic 2019.

Sumber: Twitter @FACEITPUBG
Sumber: Twitter @FACEITPUBG

FACEIT Global Summit PUBG Classic menggunakan format yang cukup baru. Biasanya turnamen PUBG hanya mempertandingkan 16-20 tim yang sama selama tiga hari beruturut-turut, FACEIT Global Summit ini cukup beda karena menggunakan sistem grup.

Ada 24 tim bertanding yang dibagi ke dalam tiga grup (A, B, dan C), dengan masing-masing grup berisikan 8 tim. Aerowolf diwakili oleh dua tim, pertama di grup A ada Aerowolf Team One yang dipunggawai Rizqie “Katou” Habibullah. Kedua di grup C ada Aerowolf Team Seven yang dipunggawai Alex “Entruv” Prawira.

Pertandingan fase grup diselenggarakan dengan format round robin. Artinya, satu grup akan bertemu dengan dua grup lainnya. Jadi pada fase grup akan mempertandingkan grup A vs grup B, grup B vs grup C, dan grup A vs grup C. Setiap pertemuan antar grup, 16 tim akan bertarung selama 6 ronde guna mengumpulkan poin sebanyak-banyaknya, untuk dapat lolos ke fase berikutnya.

Delapan tim dengan akumulasi poin terbesar akan berlanjut ke fase Grand Finals. Sementara itu, 16 tim sisanya harus bertanding lagi selama 6 ronde dalam fase Elimination Stage. Poin dari Group Stage masih terbawa ke fase Elimination Stage. Jadi tim yang kurang maksimal di babak sebelumnya harus berjuang lebih keras. Pada Elimination Stage, 8 tim peringkat terbawah akan tereliminasi dari FACEIT Global Summit PUBG Classic 2019.

Group Stage

Sumber: Twitter @ShootToKillPUBG
Sumber: Twitter @ShootToKillPUBG

Sejak dari fase grup, lawan Aerowolf sudah berat. Ada tim asal PUBG Korea League, VSG (Dulu Actoz Stars Red). Juga ada juara dunia PUBG tahun lalu, OMG. Tambah lagi, juga ada tim pendatang yang segera jadi sorotan karena permainannya, yaitu itm Shoot to Kill (STK).

Menghadapi tim-tim yang kemampuannya sudah terbukti secara internasional, ternyata Aerowolf tidak gentar. Terbukti, Aerowolf Team One berhasil membuat nama Indonesia bergaung di ICC Auditorium, London, saat mereka secara luar biasa mendapatkan Chicken Dinner untuk pertama kalinya. Momen tersebut terjadi pada ronde pertama, saat pertandingan grup A melawan grup C di map Miramar.

Pada pertandingan tersebut Aerowolf memang sudah mendapatkan sorotan sejak awal-awal permainan. Mengamankan area sekitar Minas Generales, Rizki “Ikyar” Andikarama berhasil mendapatkan First Blood, membunuh STK_Uncivil. Melihat circle pertama yang cukup berada di tengah-tengah map, tim Aerowolf Team One lalu mencoba bertaruh. Mereka langsung menusuk ke jantung circle, mengamankan satu bangunan yang sangat strategis. Bangunan strategis tersebut tepat berada di tengah antara Power Grid, Hacienda del Patron, dan Minas Generales.

Sumber: Twitter @FACEITPUBG
Sumber: Twitter @FACEITPUBG

Terbukti, mengamankan bangunan yang strategis memudahkan mereka memantau pergerakan musuh. Sehingga rencana jalur rotasi mereka jadi lebih matang, karena sudah memprediksi posisi lawan-lawan yang terpantau sebelumnya. Setelah STK_Uncivil, ternyata punggawa dari Ninja in Pyjamas hampir menjadi korban dari tangan dingin Ridho “RDK” Dwiki Sena. Untung mereka berhasil selamat. Circle terus menerus mengarah ke pusat, sehingga Aerowolf tak perlu banyak melakukan rotasi jarak jauh.

Kendati ada unsur keberuntungan secara posisi dan circle, tapi bidikan dari para pemain Aerowolf Team One tetap menjadi faktor utama dalam mendapatkan Chicken Dinner di ronde ini. Jelang akhir permainan, Aerowolf Team One berhasil mengamankan sumber daya yang cukup banyak. Menang jumlah personil dan perlengkapan, RDK dan kawan-kawan akhirnya amankan Chicken Dinner di game tersebut.

Sementara itu, adik dari Aerowolf Team One, yaitu Aerowolf Team Seven, masih belum mendapatkan hasil yang maksimal. Perolehan terbaik mereka adalah pada ronde 1, saat pertandingan grup B melawan grup C. Ketika itu mereka mendapatkan peringkat ketiga, karena circle yang berpihak ke kawan-kawan dari Aerowolf Team Seven.

Sayang, walau sempat mendapat posisi dan perolehan kill yang besar, permainan dua tim Aerowolf di kompetisi ini terbilang masih kurang konsisten. Alhasil dua tim Aerowolf ini harus bertanding di Elimination Stage, melawan 14 tim lain yang juga ingin memperebutkan slot di babak Grand Final.

Elimination Stage dan Grand Final

Sumber: twitter @FACEITPUBG
Sumber: twitter @FACEITPUBG

Tak banyak hal terjadi dalam Elimination Stage. Setelah pertarungan panjang di Group Stage, Aerowolf Team One ternyata masih cukup kokoh menempati peringkat 8 klasemen. Pada sisi lain, perjuangan Aerowolf Team Seven harus terhenti karena mereka hanya berhasil mencapai peringkat 14 saja.

Salah satu perolehan terbaik Aerowolf One di fase Elimination Stage adalah pada ronde pertama. Ketika itu, peringkat mereka di permainan memang tidak sebegitu baik. Walaupun begitu, mereka berhasil mengamankan 8 kill, yang membuat posisi mereka bisa bertahan di peringkat 8.

Lolos ke babak grand final, ini artinya Aerowolf harus menghadapi senior-senior di kancah PUBG dalam pertandingan maraton 12 ronde pertandingan. Dua belas ronde dibagi menjadi dua hari pertandingan. Setiap harinya mereka harus bertanding dalam enam ronde pada map Miramar dan Erangel.

Lawan mereka di sini adalah jagoan-jagoan PUBG dari negara atau regional yang sudah punya liga rutin tersendiri. Ada tim asal PUBG Korea League (KorSel), National PUBG League (Amerika Utara), dan PUBG European League (Eropa). Menghadapi raksasa-raksasa tersebut, Aerowolf jadi tidak berkutik. Untungnya, hanya pada hari pertama.

Aerowolf benar-benar babak belur melawan para kakak senior, di hari pertama. Dari enam ronde pertandingan, placement mereka selalu di bawah 10 besar dan tidak memperoleh kill. Salah satu pencapaian terbaik di hari pertama adalah ketika mereka berhasil meratakan tim 17 Gaming, yang datang menyergap secara tiba-tiba, namun berhasil dinetralkan Aerowolf. Sayang, mereka yang sudah babak belur dari pertarungan sebelumnya, harus menghadapi Armory Gaming setelahnya. Alhasil mereka harus rela tereliminasi di awal-awal, finish di posisi 15.

Walau babak belur di hari pertama, Aerowolf membuktikan sebuah ujaran yang mengatakan, bahwa para juara adalah mereka yang berhasil bangkit dari keadaan terburuk. Hari kedua, sepertinya mereka sudah menemukan tempo permainan mereka sendiri dan cara main lawan-lawannya. Mereka berhasil bangkit dan jadi beringas di hari kedua.

Placement mereka membaik, selalu dapat 5 besar di tiga ronde berturut-turut, dengan perolehan kill yang lumayan. Puncaknya ada pada ronde 10, ketika pertarungan berpindah ke map Erangel. Circle pada ronde tersebut adalah mimpi buruk bagi semua tim. Ketika kebanyakan pemain mendarat di sisi barat laut Erangel, circle malah menguncup ke sisi Tenggara.

Ketika itu circle pertama mencakup area Mylta Power dan sedikit bagian timur Military Base. Setelah terjun dari pesawat Aerowolf Team One langsung mengamankan tempat yang strategis sejak awal-awal, yaitu sisi selatan Pochinki dekat jembatan menuju ke pulau Sosnovka.

https://twitter.com/FACEITPUBG/status/1119998335107194881?s=19

Aerowolf mencoba bermain dengan strategi berpencar. Walau cukup pesimis melihat gaya permainan Aerowolf yang seperti ini, menariknya strategi ini malah berhasil! Bermain berpencar, rotasi mereka lewat laut cukup aman, mengurangi kemungkinan untuk rata satu tim sekaligus. Mengapa demikian? Karena rotasi laut biasanya hanya memanfaatkan satu kapal untuk satu skuad sekaligus. Aerowolf Team One cukup cerdik kali ini, mengamankan dua pelabuhan, dan berhasil membawa dua buah kapal ke dalam lingkaran.

Perjuangan keras mereka yang penuh peluh ternyata berbuah baik. Mengamankan sisi selatan kota Mylta, Team Envy menjadi korban pertama tim Aerowolf One. Mereka melanjutkan masuk ke dalam circle dan memilih untuk bertahan sampai tersisa dua tim saja. Aerowolf harus berhadapan dengan OGN Entus Force dan Cloud 9 pada circle fase 8. Dengan permainan yang sangat lihai, Aerowolf mencatatkan salah satu Chicken Dinner paling fenomenal dengan total 14 kill yang didapatkan.

Tersisa dua ronde, harapan Aerowolf untuk juara sebenarnya tidak begitu besar. Dengan total 63 poin yang dikumpulkan, RDK dan kawan-kawan masih terpaut 23 poin untuk dapat menyusul OP Ranges, sang pemuncak klasemen.

Sumber: Twitter @FACEITPUBG
Sumber: Twitter @FACEITPUBG

Game 11, circle kembali lagi menjadi mimpi buruk bagi para pemain. Circle lagi-lagi bergerak ke pojok tenggara map Erangel. Aerowolf kali ini dipaksa rotasi dari pojok timur ke sisi tenggara, tepatnya bagian atas dari Sosnovska Military Base. Dewi fortuna sepertinya tidak memihak Aerowolf Team One saat ini, sehingga keadaan jadi sangat buruk. Harapan Aerowolf menipis pada ronde ini. Sampai akhirnya rotasi disergap oleh lawan-lawan dan mereka terhenti di posisi 9.

Ronde terakhir beda poin klasemen posisi 1 sampai 6 sangat tipis sekali. Sementara itu, Aerowolf sepertinya cuma bisa berjuang semaksimal mungkin di ronde ini untuk memperbaiki peringkat mereka. Sayang Ninja in Pyjamas berhasil menghentikan mereka, dengan Shoot to Kill berperan sebagai algojo yang menutup perjuangan Aerowolf di FACEIT Global Summit PUBG Classic 2019.

Setelah 5 hari maraton pertandingan PUBG, perjuangan Aerowolf One membuahkan hasil berupa peringkat delapan di London FACEIT Global Summit PUBG Classic 2019. Memang bukan peringkat yang terbaik, namun Aerowolf sudah mempertaruhkan segalanya di dalam kompetisi ini, dan membuktikan bahwa Indonesia bisa berkompetisi di kancah PUBG internasional.

Sementara itu, tim OP Rangers berhasil keluar sebagai juara pertama dan mendapatkan hadiah sebesar US$150.000 (Rp2,1 miliar). Aerowolf sebagai peringkat 8 berhak menerima hadiah sebesar US$14.000 (Rp197 juta).

Selamat atas pencapaiannya bagi tim Aerowolf! Semoga pencapainnya bisa terus semakin membaik, dan membanggakan Indonesia di kancah PUBG Internasional!

Indonesia Pesta Kemenangan di PES Asia Finals 2019

20-21 April 2019 ini berlangsung sebuah kualifikasi bergengsi untuk esports Pro Evolution Soccer (PES) tingkat Asia, yaitu Final Regional Asia PES League 2019 (PES Asia Finals).

Di kualifikasi yang berlangsung di Tokyo, Jepang, Indonesia sendiri memang mengirimkan 7 pemainnya sekaligus; berkat performa gemilang para pemain tersebut. Rizky Faidan, pro player PES asal Bandung yang memang sedang berada di puncak performanya belakangan, pun lolos ke ajang ini untuk dua kategori; 1vs1 dan Co-Op (3vs3).

Performa gemilang Rizky pun kembali terjadi di PES Asia Finals kali ini. Pasalnya, ia kembali jadi juara di 2 kategori tadi. Rizky menjuarai PES Asia Finals untuk kategori 1vs1 dan 3vs3 (bersama tim WANI).

Di kategori Co-Op (3vs3), tim WANI yang berisikan Rizky FaidanMuchamad Lucky Ma’arif, dan Rio Dwi Septiawan, berhasil melenggang ke babak final untuk berhadapan dengan tim Beginners dari Jepang. Di pertandingan final ini, tim Wani memang cukup mudah mendominasi di awal jalannya pertandingan. Trio pemain Indonesia berhasil memimpin skor dengan 2-0 di akhir babak pertama.

Namun para pemain Jepang nyaris mengejar ketinggalan saat berhasil memanfaatkan kesalahan pemain kita dan mencetak 1 gol. Skor pun berubah jadi 2-1. Untungnya, WANI berhasil melesatkan bola ke gawang untuk yang ketiga kalinya. Skor sementara 3-1. Beginners pun kembali berhasil memanfaatkan peluang setelah kombinasi umpan-umpan cantik mereka dan menjadikan skor 3-2.

Skor 3-2 pun bertahan sampai peluit terakhir dibunyikan dan tim WANI berhasil jadi juara kategori 3vs3 di PES Asia Finals ini.

Tim WANI saat juara kategori 3vs3 PES Asia Finals. Sumber: Liga1PES
Tim WANI saat juara kategori 3vs3 PES Asia Finals. Sumber: Liga1PES

Di kategori 1vs1, Indonesia sebenarnya sudah mengamankan 1 kursi untuk ke World Finals yang rencananya akan digelar bulan Juni 2019 dari babak perempat final. Pasalnya, di babak tersebut, 2 pemain Indonesia (Rizky Faidan dan Akbar Paudie) bertemu untuk memperebutkan slot ke babak semi final dan ada 4 pemain terbaik di Asia Finals ini yang akan langsung mendapat kursi ke jenjang selanjutnya.

Rizky pun mengalahkan Paudie dan melenggang sampai ke babak final. Di babak pamungkas ini, Rizky harus berhadapan dengan Mayageka dari Jepang. Kedua pemain pun bertarung keras dan cukup berimbang. Sampai menit 75, skor pun masih sama 2-2. Namun, lewat serangan balik cepat dari Rizky, ia berhasil mencetak 1 gol dan membuat skor berubah jadi 3-2. Skor 3-2 pun berakhir sampai akhir pertandingan.

Rizky pun berhasil meraih piala keduanya di turnamen ini. Rizky, yang saya hubungi setelah kemenangannya, menyempatkan diri untuk memberikan komentarnya. “Titip salam dan makasih buat semua yang udah dukung aku, tim aliban, zeus, temen temen pes indonesia, sama semua yang udah support lewat IG dan YouTube.” Ujar Rizky.

Dari kemenangan mereka di final tingkat Asia ini, tim WANI dan Rizky Faidan akan kembali lagi berlaga di World Final PES League 2019 melawan tim-tim terbaik dari regional Eropa dan Amerika.

Saya lalu bertanya kepada Valentinus SanusiFounder Liga1PES dan dedengkot komunitas PES Indonesia, tentang peluang Indonesia di World Finals nanti. Menurutnya, Indonesia akan menjadi tim kuda hitam di gelaran kompetitif PES paling bergengsi di dunia.

Rizky Faidan. Sumber: Liga1PES
Rizky Faidan. Sumber: Liga1PES

“Untuk pemain yang lolos saat ini dengan Tim WANI & Rizky, saya yakin Indonesia bakal menjadi “kuda hitam” di WF (World Finals) nanti. Karena bisa lolos & tampil ke WF aja udah menjadi pencapaian yang luar biasa buat Indonesia. Jadi kita akan tampil tanpa beban, tapi yang pasti kita juga punya motivasi sendiri untuk memberi “perlawanan” dan menunjukkan kemampuan pemain-pemain Indonesia melawan dunia, termasuk sang juara bertahan.” Ungkap Valentinus.

Oh iya, menurut cerita Valentinus, kemenangan Rizky ini mungkin adalah yang pertama kali di dunia. “Belum pernah ada yang juara di regional manapun di 2 kategori berbeda. Bahkan di regional Eropa aja, juara dunia tahun lalu, Ettorito cuma juara regional Eropa di Co-Op. Di 1vs1 nya, ia bukan juaranya.

Bagaimanakah nanti perjuangan kawan-kawan kita di World Finals ya? Apakah kawan-kawan kita nanti berhasil jadi juara dunia? Kita dukung terus saja ya!

Menelaah Kondisi League of Legends di Tahun 2019 Lewat Data dan Fakta

Bagaimana kabar League of Legends di tahun 2019? Di kalangan penggemar esports, game PC, maupun MOBA, pertanyaan demikian kerap kali dilontarkan. Maklum, dewasa ini memang League of Legends semakin banyak punya saingan. Mulai game satu genre seperti Arena of Valor atau Mobile Legends, hingga pembawa tren baru seperti Fortnite dan PUBG, sementara jumlah pasar gamer dunia jelas ada batasnya.

Riot Games sendiri belakangan juga terkesan enggan membuka data. Terakhir kali mereka menyatakan bahwa League of Legends memiliki 100 juta pengguna aktif bulanan (monthly active users), tapi itu sudah lama sekali, yaitu tahun 2016. Data Statista di tahun 2017 menunjukkan bahwa game ini dimainkan oleh 100 juta orang, meskipun ada juga yang menyebutkan angka 111 juta pemain dari Tiongkok saja. Selepas itu kita belum melihat adanya data resmi terbaru.

Marc Merrill dan Brandon Beck, para co-founder Riot Games, dalam wawancara bersama Polygon memang pernah mengatakan bahwa mereka benci berbicara tentang angka. “Sulit untuk dijelaskan, tapi pada akhirnya, angka-angka itu bahkan tidak terasa nyata,” kata Beck. “Hal yang paling keren adalah ketika kita berada di acara live dan dapat bertemu dengan penggemar secara langsung. Saat itulah baru terasa nyata. Selain itu, semuanya hanya angka-angka di atas layar di berbagai penjuru dunia.”

Tapi sebagai orang-orang yang berada di posisi konsumen, sikap seperti ini mungkin kurang memuaskan. Kita tentu ingin tahu juga seperti apa kondisi pasar game ini sebenarnya, terutama bila kita memang merupakan penggemar setia. Beruntung, banyak data lain selain angka active users yang bisa kita telaah untuk mengukur sesehat apa kondisi League of Legends saat ini, dan apakah game tersebut masih sedang tumbuh, stagnan, atau justru sedang mengalami penurunan.

Viewership

Data pertama dan paling dekat adalah data resmi dari Riot Games tentang League of Legends World Championship 2018, alias Worlds 2018. Dalam artikel yang diterbitkan bulan Desember 2018, Riot Games menyatakan bahwa babak final Worlds 2018 berhasil mendatangkan 99,6 juta unique viewers, dengan puncak concurrent viewers sebesar 44 juta pemirsa. Concurrent viewers di sini adalah jumlah penonton yang menyaksikan acara secara bersamaan.

Worlds 2018 - Viewership
Sumber: Riot Games

Jumlah tersebut sangat fantastis, bukan hanya karena angkanya yang besar tapi juga karena pertumbuhannya yang sangat tinggi dari tahun sebelumnya. Data Worlds 2016 menunjukkan bahwa babak final ditonton oleh sebanyak 43 juta orang, sementara final Worlds 2017 disaksikan 58 juta orang. Artinya jumlah penonton Worlds 2018 naik sekitar 85% dari tahun sebelumnya, dan peak concurrent viewers Worlds 2018 lebih tinggi daripada total unique viewers Worlds 2016.

Tidak hanya turnamen Worlds yang punya angka viewership tinggi, namun juga tayangan-tayangan lain yang lebih kecil. Menurut laporan dari The Esports Observer, tayangan esports League of Legends sempat merajai Twitch di awal tahun 2019, dengan total waktu menonton hingga 3,46 juta jam dalam seminggu. Sejak saat itu peringkat Twitch ini sempat mengalami pergeseran, contohnya ketika Apex Legends dirilis. Tapi League of Legends konsisten terus menempati peringkat tinggi, bahkan ketika artikel ini ditulis, sedang bertengger di peringkat satu.

Angka tersebut memang tidak menggambarkan secara langsung berapa jumlah orang yang memainkan League of Legends saat ini. Tapi ada dua hal yang bisa kita simpulkan dari sana. Pertama, bahwa jumlah penggemar League of Legends itu sendiri masih sangat banyak, dan kedua, bahwa minat masyarakat terhadap esports League of Legends dalam dua tahun terakhir ini mengalami peningkatan drastis.

Prize Pool Turnamen

Berbeda dari angka viewership yang terus melesat, prize pool dari turnamen Worlds itu sendiri justru sempat menurun. Total hadiah Worlds 2016 berhasil mencapai US$5.070.000, dengan US$2.130.000 di alamnya berasal dari Riot Games dan sisanya dari kontribusi penggemar. Sementara di Worlds 2017 total hadiahnya justru mengecil, yaitu US$4.946.970. Padahal di tahun tersebut Riot Games sudah menaikkan hadiah awalnya menjadi US$2.250.000.

Untungnya, prize pool ini meningkat lagi sangat jauh di tahun berikutnya. Worlds 2018 menawarkan total hadiah hingga kurang lebih US$6.450.000. Hadiah awal dari Riot sendiri sama dengan tahun lalu yaitu US$2.250.000, namun kontribusi penggemar ternyata sangat besar, sekitar US$4.200.000. Itu artinya terjadi peningkatan kontribusi penggemar sebesar kurang lebih 55%.

Terlepas dari jumlahnya sendiri, yang lebih menarik adalah Riot Games mengambil langkah baru dalam distribusi hadiah itu. Kontribusi penggemar di prize pool turnamen Worlds biasanya mengambil 25% dari penjualan skin eksklusif yang telah ditentukan. Namun di tahun 2018, hanya 12,5% hasil penjualan itu yang jadi hadiah berdasarkan performa tim di Worlds. Sisa 12,5% lainnya dibagikan secara merata kepada seluruh tim yang lolos kualifikasi ke Worlds. Sistem distribusi ini dilakukan untuk memberi apresiasi lebih tinggi pada para tim yang lolos.

Worlds 2018 - Prize Pool Distribution
Sumber: Riot Games

Revenue

Riot Games boleh bangga dengan tingginya angka viewership dan prize pool di turnamen, akan tetapi ada satu pertimbangan yang tak kalah krusial, yaitu revenue secara keseluruhan. Dalam laporan yang diterbitkan oleh SuperData (Nielsen), revenue League of Legends di 2018 rupanya hanya mencapai angka US$1,4 miliar. Turun drastis dari tahun 2017 yang mencapai US$2,1 miliar, bahkan lebih rendah dari pencapaian tahun 2016 yaitu US$1,7 miliar.

Mungkin inilah penyebab utama yang memunculkan kekhawatiran seolah-olah League of Legends sedang sekarat. Mengacu pada data yang diterbitkan Statista, revenue tahun 2018 ini adalah revenue terendah League of Legends sejak tahun 2014. Setelah tiga tahun terus mengalami kenaikan, akhirnya di tahun 2018 League of Legends harus “tumbang”.

Mengapa revenue League of Legends turun sedemikian drastis? Ada beberapa pendapat. Sebagian orang menganggap penyebabnya adalah hubungan yang kurang baik antara Riot Games dengan Tencent yang merupakan pemilik saham terbesar Riot.

Konflik ini salah satunya berakar dari keengganan Riot Games untuk mengembangkan League of Legends versi mobile, padahal Tencent tahu bahwa ada potensi besar di ranah itu. Hasilnya, Tencent pun merilis game mobile mereka sendiri yang menyerupai League of Legends, yaitu Arena of Valor. Kini Arena of Valor justru menjadi saingan League of Legends, padahal keduanya berada di bawah induk yang sama yaitu Tencent.

Arena of Valor

Ongkos Penyelenggaraan Event

Penyebab lain yang turut berkontribusi terhadap revenue adalah ongkos untuk menggelar acara turnamen esports yang semakin lama semakin tinggi. Riot Games sempat menerima banyak kritik di tahun 2018 karena beberapa turnamen yang mereka gelar terkesan kurang anggaran. Tapi kemudian mereka menjawab dalam sebuah forum Reddit bahwa sebetulnya mereka tidak serta-merta memangkas ongkos, namun menyesuaikan anggaran dengan potensi pemasukan.

Hingga pertangahan 2018, Riot telah menginvestasikan kurang lebih US$100.000.000 per tahun untuk menggelar turnamen esports. Hasilnya memang mereka berhasil menciptakan turnamen-turnamen megah, tapi sebetulnya mereka sedang berada dalam fase “startup” dan belum memikirkan sustainability. Dengan kata lain, bisnis esports di Riot Games masih belum balik modal. 2018 menjadi penting karena di tahun inilah mereka mulai mengganti strategi lebih menuju profitability dan sustainability di bidang esports.

Worlds 2018 - Invictus Gaming
Sumber: Riot Games

Benar bahwa Riot sempat memangkas anggaran untuk beberapa turnamen, namun itu sebetulnya merupakan sebuah eksperimen saja tentang apa saja yang bisa dilakukan untuk menekan anggaran. Daripada menurunkan anggaran, Riot lebih ingin meningkatkan revenue, jadi itulah yang akan mereka fokuskan selama tiga tahun ke depan. Apabila revenue berhasil meningkat dalam jangka waktu tiga tahun, anggaran esports Riot Games tidak akan berubah, bahkan bisa meningkat. Tapi bila tidak berhasil maka anggaran itu akan diturunkan.

Ancaman Persaingan

Meski revenue League of Legends di tahun 2018 adalah yang terendah sejak 2014, bukan berarti angka tersebut jelek. Dalam laporan SuperData, League of Legends masih menempati urutan ketiga dalam peringkat top free-to-play games sepanjang tahun 2018. Mengalami penurunan memang benar, tapi mungkin terlalu berlebihan bila League of Legends dikatakan “sekarat”.

Bila League of Legends peringkat tiga, lalu siapa peringkat satunya? Anda pasti bisa menebaknya dengan mudah. Benar sekali, revenue tertinggi free-to-play 2018 ada di tangan sang raja battle royale, Fortnite. Karya Epic Games tersebut berhasil meraih revenue senilai US$2,4 miliar.

Fortnite

Ancaman dari Fortnite ini bukan main-main. Dalam laporan keuangan yang diterbitkan di bulan Januari 2019, Netflix menyatakan bahwa saingan mereka bukan hanya platform video seperti HBO, Amazon, atau Apple, tapi juga video game. Bahkan sebagaimana dilansir Forbes, ancaman terhadap Netflix datang lebih besar dari Fortnite daripada dari HBO.

Kalau Netflix—yang bukan perusahaan game—saja begitu tergerus oleh Fortnite, dampaknya terhadap League of Legends tentu lebih besar lagi. Ingat, Netflix dan Fortnite pada dasarnya cuma berebut screen time. Sementara League of Legends dan Fortnite bukan hanya berebut screen time tapi juga berebut play time.

Pengeluaran pengguna untuk Netflix sifatnya flat karena menggunakan sistem berlangganan, sementara Fortnite dan League of Legends sama-sama menjual in-game item sehingga jumlah pemasukan per orang bisa berubah-ubah. Setiap gamer tentu memiliki batasan akan berapa jumlah uang yang mau ia keluarkan untuk game free-to-play. Jumlah uang yang ia keluarkan akan proporsional dengan game yang paling sering ia mainkan.

Menunggu Hasil Diversifikasi

League of Legends sudah mencapai kesuksesan yang luar biasa, dan kini mungkin sudah waktunya sang raja menyerahkan takhtanya. Revenue yang turun setelah sekian lama menunjukkan bahwa tampaknya League of Legends sudah menyelesaikan fase pertumbuhan (growth) dan kini berada di fase kedewasaan (maturity). Dari sini, fokus Riot Games harus berubah, bukan lagi mencari pertumbuhan sebanyak-banyaknya, tapi mempertahankan League of Legends menjadi produk yang sustainable sebelum akhirnya masuk ke fase penurunan (decline). Strategi Riot Games dalam mengatur anggaran esports mencerminkan hal itu.

Menengok ke belakang, sebetulnya kondisi League of Legends tahun ini sudah diantisipasi oleh para pendiri Riot Games sejak dua tahun ke belakang. Menjelang akhir tahun 2017 lalu, Marc Merrill dan Brandon Beck menyatakan pengunduran dirinya dari posisi manajemen untuk kembali ke tim developer dan mengembangkan game baru. Seperti apa game baru itu, kita masih belum tahu. Yang jelas, Riot Games telah sadar bahwa mereka tidak bisa hanya mengandalkan satu produk selamanya. Tidak hanya Riot, Valve pun beberapa waktu lalu telah melakukan upaya serupa dengan merilis Artifact, meskipun keberhasilannya masih menjadi tanda tanya.

Game baru Riot Games ini sekarang masih berada dalam pengembangan. Riot Games telah membuka lowongan untuk developer di bulan Februari lalu, dan menurut cuitan dari Katie Chironis (Senior Game Designer di Riot Games), tim developer untuk game ini berjumlah kecil tapi sangat beragam. Belum detail yang diungkap oleh Riot mengenai produk baru ini, dan mungkin kita masih harus menunggu lama sebelum melihat hasilnya. Tapi yang jelas, langkah Riot untuk fokus pada sustainability di League of Legends sambil melakukan diversifikasi produk bisa dikatakan sudah tepat.

Rencana ke Depan

Di tahun 2019 ini, Riot Games melakukan beberapa langkah untuk membuat ekosistem esports League of Legends semakin rapi. Salah satunya yaitu pemisahan yang lebih jelas antara esports di Amerika Serikat dengan Eropa. Dulu League of Legends Championship Series (LCS) terbagi menjadi dua, yaitu NA LCS dan EU LCS. Akan tetapi mulai tahun ini Eropa memiliki liga sendiri dengan nama League of Legends European Championship (LEC). Sementara di Amerika, nama LCS tetap digunakan.

Riot juga meluncurkan situs baru yang menjadi pusat akan segala informasi yang berhubungan dengan esports League of Legends. Bila dulu penggemar harus membuka berbagai situs berbeda bila ingin membaca artikel, menonton pertandingan, dan mencari tiket event, kini semua disatukan dalam satu wadah yang disebut Nexus. Riot juga meluncurkan situs khusus untuk membeli merchandise, termasuk jersey tim-tim profesional yang berlaga di LCS.

Riot juga semakin mengembangkan liga mereka di level mahasiswa. Salah satu program yang diluncurkan tahun ini yaitu program College Season Streamer. College Season sendiri merupakan liga League of Legends yang diikuti oleh lebih dari 350 kampus, dan lewat program ini, Riot ingin menggaet para shoutcaster (baik amatir ataupun profesional) untuk menyiarkan pertandingan-pertandingan secara live streaming. Esports level mahasiswa ini sangat penting dalam memunculkan talenta-talenta baru yang memastikan ekosistem bisa berjalan secara berkelanjutan.

LEC 2019 Spring - G2
Sumber: lolesports

Selain itu, sejalan dengan keinginan Riot untuk meningkatkan revenue dari esports, sejak tahun 2018 mereka semakin gencar menjalin partnership dengan berbagai pihak. Beberapa sponsor yang kini terlibat meliputi SK Telecom, Mastercard, Dell/Alienware, SecretLab, hingga Nike. Kerja sama dengan Mastercard yang terjadi pada bulan September 2018 punya posisi yang cukup spesial, karena mereka menempati posisi sebagai Global Partner pertama bagi esports League of legends. Apalagi kerja sama ini diumumkan sebagai kerja sama jangka panjang. Mastercard sudah lebih dari dua puluh tahun menjadi sponsor dalam industri olahraga maupun hiburan, dan lewat kerja sama ini, Mastercard akan menghadirkan berbagai inovasi untuk membuat pengalaman esports League of Legends semakin unik dan tak terlupakan.

League of Legends sepanjang 2018 telah berhasil menjadi esports paling banyak ditonton di seluruh dunia. Di tahun 2019 ini, Riot tampaknya ingin fokus dalam menghadirkan pengalaman yang secara keseluruhan lebih nyaman kepada para penggemarnya. Esports League of Legends sudah berhasil menjadi yang terbesar. Kini saatnya Riot memastikan bahwa esports League of Legends adalah yang terbaik.

Kesimpulan

Apakah League of Legends sedang sekarat? Jawabannya, jelas tidak. Terjadi penurunan di beberapa aspek memang iya, dan itu adalah hal yang wajar. Akan tetapi walau dengan penurunan itu pun sebetulnya posisi League of Legends masih sangat kuat. Game ini masih merupakan raksasa dengan viewership tertinggi di dunia dan revenue tertinggi ketiga di dunia, jadi secara gambaran global, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Di beberapa daerah, minat masyarakat terhadap League of Legends bahkan semakin meningkat. Contohnya di Amerika Serikat. Dalam turnamen North America League of Legends Championship Series (NA LCS) Spring Split 2019, jumlah penonton babak final di Twitch dan YouTube mencapai 600.000 orang. Ini meningkat dari NA LCS Spring Split 2018 yang ditonton kurang lebih 520.000 orang. Jumlah penonton yang datang langsung ke venue pun melebih 10.000 orang, dan diprediksi akan meningkat di masa depan.

Jumlah penonton Worlds 2018 yang mencapai 99,6 juta orang itu bahkan lebih tinggi daripada penonton Super Bowl yang “hanya” 98 juta penonton. Padahal Super Bowl merupakan kejuaraan American Football tahunan yang selalu menghebohkan dan digandrungi masyarakat. Perbandingan ini, ditambah dengan prediksi bahwa pangsa pasar esports masih akan terus tumbuh hingga 2021, menunjukkan bahwa di tengah persaingan yang begitu ketat pun League of Legends masih mampu menjaga keberlangsungan ekosistemnya dengan sangat baik.

Di tahun 2009 ini League of Legends akan merayakan ulang tahunnya yang kesepuluh. Selama sepuluh tahun ini League of Legends telah berhasil menjadi hiburan, tontonan, bahkan mata pencaharian bagi berjuta-juta orang di seluruh dunia. Stakeholder game ini bukan lagi hanya Riot Games, tapi juga para sponsor, atlet, caster, organizer, dan segala pihak lain yang terlibat di dalamnya. Tidak ada yang abadi di dunia ini memang, dan League of Legends suatu hari pun pasti akan mati. Tapi selama seluruh stakeholder di atas mampu bekerja sama menciptakan ekosistem yang sustainable, saya rasa League of Legends masih akan tetap jaya untuk waktu yang lama.

Mendominasi, Bigetron Esports Menjadi Juara Metaco Circuit Cup Season 1

Setelah tiga pekan, perjalanan Metaco Circuit Cup Season 1 telah mencapai puncaknya pada akhir pekan lalu. Kualifikasi pekan ke-4 diselenggarakan pada hari Sabtu, 13 April 2019. Kualifikasi tersebut diikuti oleh berbagai nama-nama besar di kancah PUBG, seperti Bigetron, The Prime, PG.Barracx, dan banyak lagi. Alhasil, kualifikasi Metaco Circuit Cup jadi terasa beda kelas, jika dibandingkan dengan pekan-pekan sebelumnya.

Menariknya di kualifikasi ke-4 MCC, Bigetron malah terbilang tidak sebegitu ganas. Seperti biasa, kualifikasi mempertandingkan 3 ronde. 2 ronde pertama diselenggarakan dengan mode TPP mengguakan map Erangel dan Miramar, sementara ronde terakhir menggunakan map FPP Erangel.

Ronde pertama permainan terbilang cukup acak. Banyak tim yang tercecer dan mendarat di tempat yang kurang menguntungkan. Dranix yang berhasil mengamankan bangunan strategis sejak dini, berhasil mendapatkan chicken dinner di ronde ini.

Sumber: Metaco.gg
Sumber: Metaco.gg

Masuk ronde kedua, pertandingan berpindah ke Miramar. Menariknya, pertarungan di sini malah berlimpah kill. Padahal, map ini biasanya dimainkan secara pasif oleh para pemain. Membuka permainan, Bigetron melakukan atraksi clutch tiga lawan satu, yang membuat mata penonton terbelalak. Kendati demikian, Bigetron gagal mendapat chicken dinner, dilibas oleh tim The Prime.

Ronde ketiga, circle jadi tak kondusif karena mengerucut ke arah jembatan. Permainan terpaksa harus diakhiri dengan adu heal. Jelang akhir permainan, kedua pemain sudah terlanjur terjebak, yang satu di atas jembatan, lainnya di bawah jembatan. Ketika circle semakin mengerucut, keduanya jadi tak bisa melakukan konfrontasi. Adu heal akhirnya berhasil dimenangkan oleh Bigetron Game.ly.

Setelah kualifikasi ke-4, esok harinya langsung dilanjut dengan pertandingan Grand Final Metaco Circuit Cup. Kali ini pertandingan berjalan dengan lebih panjang. Pertandingan berlangsung 5 ronde, dengan komposisi 2 TPP Erangel dan Miramar, 2 FPP Erangel dan Miramar, ditutup 1 ronde TPP Erangel.

Ronde pertama, berhasil mengamankan bangunan strategis dapat bertahan hingga tersisa dua tim saja. Sayang, setelah lemparan granat yang luar biasa akurat ke Capital Esports, Aura.One terbunuh oleh Lexus Esports karena pergerakan yang ceroboh. Ronde pertama dimenangkan Lexus Esports.

Ronde kedua, Bigetron mendadak datang dan mengamuk. Lingkar terakhir yang berada di Los Leones dimanfaatkan dengan maksimal oleh Bigetron. Mereka mendapat chicken dinner dengan 17 kill, yang membuat posisi mereka di klasemen melesat jauh ke posisi pertama. Posisi mereka di klasemen semakin solid setelah menang kembali di ronde ketiga dengan mendapatkan 17 kill. Alhasil poin Bigetron di posisi pertama terpaut 20 poin lebih, dari tim posisi kedua yaitu Onic Esports.

Ronde keempat, permainan kembali ke mode FPP dengan peta Miramar. Lagi-lagi circle terakhir memaksa pemain bermain adu heal karena menutup area pegunungan dekat Impala. Tim 1FLA dapatkan chicken dinner setelah Streamer Bidut keok karena kehabisan pasokan obat-obatan.

Sumber: Metaco.gg
Sumber: Metaco.gg

Ronde terakhir kembali ke TPP Erangel. Setelah sebelumnya Streamer Bidut bermain dengan lebih low profile, mereka muncul ke permukaan pada ronde ini. Circle kembali ke area Rozhok dan mereka mengamankan tempat strategis di pinggir circle. Walau mereka mendapatkan Chicken Dinner, Streamer Bidut sayangnya tidak dapat menggoyahkan posisi Bigetron di puncak klasemen.

Setelah penghitungan poin total dari para kontestan, Bigetron berhasil menjadi juara pertama dengan perolehan poin yang sangat besar. Pemain Bigetron, yaitu BTR.Ryzen, juga berhasil mendapat titel terminator setelah membukukan jumlah kill terbanyak sepanjang gelaran Grand Final. Setelah Bigetron sebagai pemenang, posisi kedua diisi oleh Onic Esports, lalu posisi ketiga diisi oleh Armored Project.

Sepertinya Bigetron memang masih terlalu kuat untuk dikalahkan di musim ini. Selamat bagi para pemenang!

Muhammad “Naitomea” Bicara Soal BOOM.ID dan Karirnya di Esports AOV

Tempo hari (12 April 2019), BOOM.ID mengumumkan roster AOV terbaru mereka. Roster ini berisikan mantan punggawa divisi AOV tim besutan Reza “Arap”, We Against the Worlds (WAW), yang beranggotakan: Agung “Razor” Prasetyo, Muhammad “Naitomea”, Eka “Raze” Ady Putera, Faruk “Cassy”, dengan tambahan satu mantan pemain GGWP.ID, Randy “CL” Shimane

Roster yang kini berada di bawah bendera BOOM.ID ini bisa dibilang masih belum bisa bicara banyak di kancah AOV belakangan. Terakhir kali pada Kaskus Battleground, WAW terhenti di babak Lower Bracket setelah kalah 2-1 oleh GGWP.ID. Dari jajaran roster ini, salah satu sosok yang menarik untuk disorot adalah sosok Muhammad “Naitomea”. Dulu nama dari pemain ini sempat berkibar gemilang di kancah esports AOV.

Bermain sejak awal-awal ketika AOV masih bernama Mobile Arena, Naitomea melakukan langkah berani meninggalkan Mobile Legends, mencoba peruntungan di kancah AOV, dan bergabung dengan tim GGWP.ID. Potensinya sudah terlihat sejak saat itu, mengingat mental kompetitif sosok yang kerap disapa Ahmad ini sudah cukup terlatih. Hal tersebut karena dahulu ia juga sempat aktif berkompetisi di kancah Lost Saga. Saat berkompetisi di sana, Ia bahkan pernah mewakili Indonesia di Korea Selatan dalam pertandingan internasional.

Sumber: WAW Official Media
Sumber: WAW Official Media

Setelah hampir 2 tahun berada di kancah kompetitif AOV, Muhammad “Naitomea” bisa dibilang sudah merasakan berbagai pahit manis berkompetisi di kancah AOV. Membicarakan soal kepindahannya ke BOOM.ID serta kelanjutan karirnya di kancah AOV Indonesia, kami lalu mengajak Muhammad “Naitomea” untuk berbincang singkat.

Pertama-tama kami berbincang soal BOOM.ID. Kabar soal BOOM.ID yang ingin bergabung ke kancah AOV memang sudah santer terdengar di kalangan internal komunitas pro player AOV.  Namun kesempatan itu belum datang, setidaknya sampai saat ini, ketika akhirnya mereka melihat ada celah serta potensi pada sosok Naitomea dan kawan-kawan.

Bergabung dengan organisasi esports yang terkenal selalu mengedepankan prestasi, Naitomea mengaku merasa sangat senang. “Karena BOOM adalah satu team esports yang besar di Indonesia, jadi udah lebih matang dari sisi manajemen. Selain itu dari sisi player antar divisi juga udah deket banget, jadi udah tumbuh kekeluargaannya; yang juga jadi salah satu alasan kenapa gue pengen join di sini.” Jawab Naitomea.

Selama karirnya di AOV, salah satu pencapaian terbesarnya adalah berhasil memenangkan musim pertama AOV Star League bersama tim EVOS, mewakili Indonesia di gelaran eksibisi esports Asian Games 2018 cabang AOV, dan AOV World Cup (AWC) 2018. Bergabung dengan manajemen esports baru, bagaimana Naitomea melihat masa depan karirnya di kancah AOV?

Muhammad menjawab, menurutnya ia kini jadi lebih realistis. Pasca AWC, Ia keluar dari tim EVOS dan bergabung dengan tim WAW. Ketika bersama WAW, mereka gagal masuk ASL, walau berhasil memenangkan ANC. Untuk bisa kembali merebut tahta AWC, Naitomea mengakui bahwa kehadiran sosok coach, yaitu Randy “CL” Shimane, bisa sangat membantu perkembangan dirinya dan tim.

“Dulu nggak ada coach, jadi gue juga harus mikirin gimana caranya untuk menangin game. Buat sekarang sama BOOM.ID, itu biar jadi tugas coach gue aja. Gue lebih fokus untuk main sebaik mungkin dan kalau bisa gendong tim gue.” Jawab midlaner dari tim AOV BOOM.ID.

Bicara soal potensi roster kali ini, Ahmad kembali membicarakn soal pentingnya peran coach di dalam tim. “Kalau bicara potensi, sebenarnya sama aja seperti ketika bersama tim WAW, karena ini adalah roster WAW namun ditambah CL sebagai Coach. Tapi kehadiran CL sangat membantu, karena dia bisa memberi tahu kita sudut pandang dari luar pemain. Dia bisa memperhatikan pergerakan 5 orang pemain sekaligus, dan memberikan saran-saran untuk memperbaiki gaya permainan kita.”

Sumber: Garena AOV Indonesia
Sumber: Facebook Page Garena AOV Indonesia

Setelah membicarakan Naitomea dan BOOM.ID, obrolan kami berlanjut kepada soal bagaimana Ahmad melihat masa depan karir dirinya sebagai pro player AOV. Bicara soal karir, salah satu kenyataan pahit yang mungkin harus diterima oleh para player AOV adalah, kancah kompetitif AOV di Indonesia yang tidak sebesar saudara tirinya, yaitu Mobile Legends.

Kendati AOV punya jenjang yang jelas dan sempat dipertandingkan di Asian Games, namun kini banyak organisasi esports yang undur diri dari scene AOV; sehingga memunculkan sentimen negatif di kalangan fans. Namun demikian, Ahmad tetap bertahan di AOV, kenapa? Ia menjawab bahwa salah satu alasannya adalah karena ia percaya dengan skill permainan yang ia miliki.

“Gue merasa gue masih mampu di AOV. Gue sendiri melihat kalau gue nggak kalah bagus, bahkan bisa lebih baik, dibanding pemain lain dari segi gameplay atau playstyle. Kalau untuk sekarang, tinggal penyesuaian sama tim dan chemistry aja sih.” Ahmad menjawab dengan penuh percaya diri.

Kancah kompetitif AOV kini sedang berada dalam masa off-season, hal ini memberi ruang kepada para pemain mempersiapkan diri untuk musim mendatang. Lalu prestasi apa yang ingin diraih Ahmad untuk musim mendatang? Menurutnya, merebut kembali tahta juara ASL adalah yang utama. Lebih lanjut, Muhammad mengatakan: “Kalau bisa sih pengen berkembang terus sampai bisa bersaing di AWC atau AOV International Championship (AIC) sampai 4 besar.”

Berlanjut membahas soal karir, kami menyoroti soal kancah AOV di Indonesia yang bisa dibilang berkembang kurang maksimal. Tapi walau AOV di Indonesia kurang sebegitu besar, game MOBA besutan Tencent ini malah berkembang pesat di negara tetangga kita, yaitu Vietnam dan Thailand. Melihat hal tersebut, kami cukup penasaran, apakah Ahmad punya keinginan untuk bisa go internasional? Mencoba menjajaki karir sebagai player AOV di luar Indonesia.

Sumber: Facebook Page Garena AOV Indonesia
Sumber: Facebook Page Garena AOV Indonesia

Ahmad lalu menjawab dengan antusias bahwa ia ingin sekali mencoba menjajaki karir sebagai player AOV secara internasional. “Gue memandang diri gue sebagai orang yang rela berusaha keras demi mengembangkan skill permainan gue.” kata Ahmad. “Jadi kalau ditanya kepingin atau nggak, jelas sangat ingin bisa berkarir entah di Thailand atau Vietnam demi mengembangkan skill permainan. Kalau ada tim yang menawarkan sih, akan gue terima dengan sangat senang hati.”

Dalam keadaan off-season, bisa dibilang belum ada kompetisi lagi untuk dimainkan oleh Naitomea dan kawan-kawan BOOM.ID. Mengingat roster ex-WAW ini tidak memegang kunci bermain di ASL, bisa jadi mereka harus berjuang ekstra keras demi dapat lolos ke liga utama; juga tentunya mengalahkan EVOS AOV yang sedang berada dalam keadaan tak terkalahkan.

Mari kita doakan untuk Muhammad “Naitomea” agar bisa mendapatkan hasil yang lebih baik bersama BOOM.ID, dan juga mengharumkan nama Indonesia di kancah kompetitif AOV Internasional nantinya!

Beginner’s Guide – Tips Rainbow Six Siege untuk Para Pemula

Rainbow Six Siege (R6S) adalah sebuah game FPS (First Person Shooter) kompetitif yang unik dan berbeda dengan kebanyakan FPS kompetititf lainnya. Muasalnya, R6S merupakan sebuah game FPS yang tak hanya mengandalkan refleks dan ketepatan membidik (yang biasanya jadi kebutuhan terbesar game FPS) tetapi juga menuntut kecerdikan berpikir strategis.

Karena pembagian keterampilan bermain dan kecerdikan berpikir yang sama-sama 50% inilah yang biasanya membuat para pemain FPS ataupun pemain lainnya sedikit kebingungan saat awal bermain R6S. Maka dari itu, artikel ini kami buat untuk membantu Anda para pemula agar dapat bermain R6S lebih efektif.

Jujur saja, berhubung saya pribadi memang lebih lama bermain seri Counter Strike, Borderlands, Far Cry, atau malah BioShock, saya mengajak kawan-kawan saya dari komunitas R6 Indonesia / R6 IDN untuk berbagi ilmu mereka. Ada Bobby Rachmadi PutraAjie Zata Amani, dan Fauzan Yuzarli yang membantu saya kali ini.

Jadi, tanpa basa-basi lagi, mari kita bahas bersama-sama.

1. Kuasai Dasar Permainan (Gameplay) FPS

Sumber: Ubisoft
Sumber: Ubisoft

Berhubung R6S masih tetap sebuah FPS, ada banyak dasar permainan FPS yang wajib Anda kuasai terlebih dahulu; yang akan kita bahas terlebih sebelum masuk ke tips yang spesifik untuk R6S.

Movement

Ada banyak sekali hal soal pergerakan kita yang menjadi dasar permainan FPS sebenarnya. Namun, agar jadi tidak terlalu panjang, saya hanya akan menyebutkan beberapa dasar soal ini.

Pertama, kebanyakan pemula biasanya melakukan kesalahan dengan bukaan yang terlalu lebar. Bukaan di sini maksudnya adalah soal pergerakan kita saat ingin berbelok. Para pemain pro atau yang lebih biasa bermain sudah tahu bahwa mereka tak boleh terlalu jauh dengan tembok terdekat saat berbelok (ataupun temboknya habis). Kenapa bukaan terlalu lebar itu buruk? Karena badan Anda jadi lebih banyak terekspos dan lebih mudah ditembak saat bukaan terlalu lebar.

Jadi, yang bisa Anda sadari dan biasakan soal ini adalah mencoba mengintip dan menempel tembok sedekat mungkin sebelum belok. Di CS:GO, trik ini biasanya dikenal dengan istilah Shoulder Peek. Di R6S juga ada fitur leaning (Q untuk leaning ke kiri dan E untuk leaning ke kanan) yang bisa Anda manfaatkan untuk mengintip. Jangan lupa sadari dan biasakan hal ini setiap kali Anda bermain FPS, termasuk R6S.

Selain itu, pergerakan di FPS juga biasanya bisa dibagi jadi 2 kategori, jalan dan lari atau lari dan sprint. Buat yang sudah terbiasa bermain FPS, mereka tahu untuk tidak terlalu banyak lari atau sprint karena suara langkah tadi membuat kita ketahuan posisinya.

Aiming

Meski aiming (ketepatan dan kecepatan membidik) di R6S mungkin memang tidak sepenting di Counter Strike, namun tetap saja ada banyak kesempatan saat Anda harus berhadapan langsung dengan satu lawan atau lebih di game ini. Karena itulah, aiming juga merupakan salah satu faktor dasar penting yang wajib dipelajari di sini.

Skill dasar aiming yang wajib Anda ketahui adalah soal recoil control. Setiap senjata akan terdorong ke atas setiap kali ditembakkan (recoil), karena itulah Anda wajib mengarahkan mouse ke arah yang berlawanan dari dorongan senjata tadi. Misalnya, senjata A bergeser ke atas sejauh 2-3 pixel setiap kali ditembakkan, yang harus Anda lakukan adalah menggeser mouse ke bawah (ke belakang) sejauh 2-3 pixel setiap kali menembak untuk menetralisir recoil tadi.

Jujur saja, hal ini memang tak mudah dilakukan dan butuh waktu untuk menyesuaikan dengan senjata yang berbeda-beda. Namun, jika berhasil dikuasai, trik ini akan jadi pembeda terbesar Anda dengan pemain amatiran lainnya. Plus, trik ini juga dapat digunakan untuk semua game shooter (selama Anda sudah bisa menghitung seberapa besar recoil-nya di senjata yang ingin digunakan).

2. Kenali Roles dalam R6S

Sekarang kita masuk ke dalam aspek yang spesifik untuk R6S. Buat yang sudah pernah mencoba memainkan R6S, Anda pasti menyadari ada perbedaan besar antara R6S dengan seri Counter Strike. Di seri Counter Strike, karakter yang Anda gunakan tidak punya perbedaan apapun selain tampilannya. Sedangkan di R6S, masing-masing karakter (yang disebut Operator) memiliki skill, gadget, senjata, dan tugas yang berbeda-beda.

Di Counter Strike sendiri memang ada roles berbeda-beda (Entry Fragger, Sniper, Support, dkk.) namun hal tersebut benar-benar bergantung pada pemainnya. Sedangkan di R6S, roles ini juga bergantung pada Operator yang Anda mainkan dan tipe Anda sebagai seorang pemain FPS.

Sebelum kita masuk ke dalam pembahasan dasar Operator (yang akan kita bahas di lain waktu), mari kita pelajari lebih jauh tentang roles yang ada di R6S. Untuk memudahkan memahami roles di sini, saya akan membaginya ke dua bagian: Attackers dan Defenders.

Attackers

Sumber: Ubisoft
Sumber: Ubisoft

Attackers di R6S merupakan kubu yang harus mendapatkan Objective. Karena itu, ada 4 peran (roles) yang biasanya ditemukan di kubu Attackers. Inilah keempat peran tersebut dan penjelasannya.

Entry Fragger: Peran ini juga sebenarnya ada di Counter Strike ataupun di game-game FPS kompetitif lainnya. Sama seperti di game-game FPS kompetitif lainnya tadi, seorang Entry Fragger bertugas untuk menjadi pembunuh terbanyak di sebuah tim.

Karena itulah, pemain yang cocok untuk peran ini adalah para pemain yang punya kemampuan membidik (aiming) yang baik dan refleks yang cepat. Ia juga harus bernyali untuk bermain agresif. Jika di MOBA, peran ini mungkin dapat diibaratkan sebagai posisi Carry alias Pos 1/2.

Selain itu, layaknya Carry, seorang Entry Fragger juga harus tahu Operator lawan seperti apakah yang harus ia bunuh terlebih dahulu. Buat yang ingin mengambil peran ini, disarankan untuk memainkan Operator yang memiliki Speed 3.

Support: Peran ini juga sebenarnya ada di game FPS kompetitif lainnya. Namun mungkin perbedaan besarnya ada di apa saja yang bisa dilakukan. Tugas inti dari seorang pemain Support adalah mengumpulkan informasi sebanyak mungkin di setiap Round. Karena sekarang kita membahas kubu Attackers, pemain Support adalah pemain yang biasanya handal mengendalikan Drone.

Sama seperti namanya, pemain Support tidak boleh pemain yang egois dan mau menjadi pengasuh Entry Fragger. Pasalnya, pemain Support ini yang biasanya menemani Entry Fragger. Layaknya di MOBA, posisi Support atau Pos 5 adalah para pemain yang besar hati dan senang melihat Carry-nya tampil maksimal.

In-Game Leader (IGL) / Flank Watcher: Peran ini juga sebenarnya ditemukan di game-game FPS kompetitif lainnya. Seperti namanya, IGL adalah seorang pemain yang mampu memberikan komando ke timnya. Karena itulah, menurut saya, pemain IGL adalah seseorang yang seharusnya punya paling banyak pengetahuan/knowledge tentang game-nya dan mampu membaca situasi secara makro; seperti mengidentifikasi skill individu masing-masing pemain di tim sendiri ataupun tim lawan.

Breacher: Peran inilah yang mungkin tak ditemukan di game-game kompetitif lainnya. Pasalnya, di R6S, ada tembok-tembok yang bisa dihancurkan alias di-breach. Karena itu, Breacher menjadi salah satu peran paling krusial di game ini.

Breacher di sini juga bisa dibagi lagi jadi 2 kategori, yaitu: Soft Breach dan Hard Breach. Soft Breach adalah Breacher yang bisa menghancurkan penghalang yang tidak di-reinforce. Sedangkan Hard Breach adalah Breacher yang bisa menghancurkan penghalang yang sudah di-reinforce oleh Defenders.

Kedua tipe Breacher ini punya kesamaan pada tugasnya yaitu membuka jalan baru. Namun, perbedaannya, Soft Breach biasanya bisa lebih agresif ketimbang Hard Breach.

Itu tadi 4 peran di Attackers. Komposisi tim yang disarankan oleh kawan-kawan saya dari komunitas R6 IDN untuk Attackers adalah:

  • 1 Hard Breach
  • 1 Soft Breach
  • 2 Support
  • 1 Entry Fragger

Defenders

Sumber: Ubisoft
Sumber: Ubisoft

Di sisi yang berlawanan dengan Attackers adalah kubu Defenders. Defenders adalah kubu yang harus mempertahankan Objective. Di kubu ini juga bisa dibagi menjadi beberapa tipe roles. Berikut ini adalah peran-peran yang biasanya ditemukan di kubu Defenders:

Anchor: Anchor merupakan pemain yang bertahan di area sekitar Objective. Karena dia yang menjadi lini pertahanan terakhir, pemain yang berperan sebagai Anchor harusnya adalah pemain yang sabar. Ia harus bisa tahan godaan untuk tidak terlibat pertempuran dari awal permainan. Jika di sepak bola, anggaplah seorang Anchor seperti layaknya seorang penjaga gawang.

Roamer: Seperti namanya, Roamer adalah tipe peran yang harus keluar dari area Objective dan berkeliling map.  Tugas utama peran ini adalah memperlambat kubu Attacker untuk masuk ke area Objective. Kenapa? Karena waktu permainan berpihak pada kubu Defenders. Jika para Defenders bisa bertahan hidup dan menahan kubu Attackers tidak mendapatkan Objective, mereka dapat memenangkan Round tersebut.

Hal ini juga berarti seorang Roamer adalah pemain yang berani agresif dan paling hafal dengan map match tersebut.

Support: Seorang Support di kubu Defenders harus bekerja tandem dengan Roamer. Namun demikian, ia juga biasanya berperan sebagai Anchor kedua. Seorang Support di kubu Defenders juga disarankan bagi para pemain yang cukup handal memainkan Gadget.

Flex: Flex yang dimaksud di sini adalah flexibel, fleksibel, alias bisa mengisi berbagai peran. Pemain dengan role ini bisa berubah-ubah perannya, menjadi Anchor ataupun Semi-Roamer. Karena itulah, peran ini juga menuntut para pemainnya untuk bisa menghafalkan peta pertempuran.

Itulah tadi 4 peran dari kubu Defenders. Komposisi peran untuk kubu Defenders yang disarankan oleh tim R6 IDN adalah sebagai berikut:

  • 2 Roamer
  • 1 Support
  • 1 Anchor
  • 1 Flex

3. Speed dan Armor

Sumber: Lexsor920 via Reddit
Sumber: Lexsor920 via Reddit

Selain peran yang berbeda-beda tadi, setiap Operator juga memiliki stats yang berbeda. Stats di R6S hanya ada 2 yaitu Speed dan Armor. Dari namanya saja, kedua stats ini cukup mudah dipahami.

Speed itu menentukan kecepatan berlari seorang Operator. Sedangkan Armor yang menjadi penentu seberapa banyak/lama seorang Operator bisa menerima tembakan. Meski pemahamannya sederhana, ada beberapa hal yang bisa Anda pelajari dari stats Speed dan Armor ini.

  • Armor dan Speed di setiap Operator biasanya berbanding terbalik. Semakin besar Armor, biasanya semakin kecil Speed-nya. Jadi, tidak akan mungkin ada Operator yang punya Speed 3 dan Armor 3. Opsi paling balanced adalah Speed 2 dan Armor 2.
  • Seperti yang tadi saya tuliskan Armor menentukan seberapa banyak tembakan di badan yang bisa diterima sebelum tewas. Menurut cerita dari kawan-kawan saya di komunitas R6 IDN, seorang Operator dengan Armor 3 biasanya baru tewas dengan 4-5 tembakan (di badan). Sedangkan Operator dengan Armor 1 bisa langsung tewas hanya dengan 1-3 tembakan (di badan).
  • Selain menentukan sedikit atau banyak tembakan yang bisa diterima, Armor juga menentukan suara yang dikeluarkan. Maksudnya, semakin tinggi Armor dari seorang Operator, semakin berisik pula suara yang ia hasilkan saat bergerak.
  • Terakhir, yang paling penting tapi juga paling mudah dipahami, di R6S juga menggunakan konsep yang biasanya di RPG disebut Glass Cannon. Konsep ini maksudnya, semakin mudah satu karakter membunuh lawannya, semakin mudah juga ia dibunuh. Di R6S, hal ini berarti senjata Operator dengan Armor 3 biasanya memang tidak menyakitkan alias tidak mudah digunakan untuk membunuh lawan.

4. Map Knowledge

Map knowledge alias penghafalan peta pertempuran adalah salah satu aspek wajib yang harus dimiliki oleh para pemain R6S yang ingin naik level di atas pemula. Sebelumnya, map knowledge ini juga tidak bisa dikuasai dalam waktu singkat.

Satu-satunya cara untuk menguasai soal ini adalah dengan cara banyak bermain namun sembari benar-benar memperhatikan dan menghafalkan letak dan lokasi peta pertempuran. Hal ini penting untuk disadari karena banyak bermain saja tidak akan efektif untuk menguasai map knowledge. Selain itu, berikut ini ada beberapa tips dari R6 IDN soal map knowledge yang bisa Anda gunakan untuk mempercepat proses Anda.

Default (Security) Camera

Hafalkan lokasi setiap Default Camera yang tersebar di setiap medan pertempuran (map). Kenapa hal ini jadi aspek paling penting di map knowledge? Karena Default Camera dapat memberikan informasi lokasi pemain Attackers dan informasi lokasi bisa jadi penentu kemenangan ataupun kekalahan di setiap Round.

Kenapa menghafal lokasinya menjadi penting? Karena kubu Attackers harus menghancurkannya agar lokasi mereka tak terdeteksi oleh kubu Defenders. Sebaliknya, pemain Defenders yang sudah hafal dengan lokasi Default Camera dapat memprediksi seberapa jauh posisi musuh dengan area Objective ataupun lokasi Roamer.

Buat yang ingin menghafalkan lokasi kamera-kamera tadi, ada contekan yang bisa Anda lihat di Steam Community Guide yang dibuat oleh Stokedx.

Breachable Walls and Floors

Setelah Default Camera tadi, hal berikutnya yang penting disadari dan dipelajari oleh para pemula R6S adalah soal lokasi Breach; baik untuk Defenders ataupun Attackers. Dengan mengetahui lokasi Breach, para Defenders dapat mengetahui dari mana saja entry point yang mungkin terbuka dan mana saja yang sebaiknya di-reinforce. Sebaliknya, para Attackers juga perlu tahu untuk menyusun strategi yang lebih efektif.

Idealnya, mengetahui titik/lapisan mana yang bisa dijebol (di-breach) dan mana yang tidak bisa dapat dipelajari dengan jam terbang bermain dan menghafalkan peta. Namun, ada beberapa tips yang bisa digunakan untuk para pemula dalam mempelajarinya.

  • Pertama, penghalang yang terbuat dari kayu (baik itu tembok atau lantai) biasanya bisa dijebol. Selain itu penghalang berbahan tipis alias drywall (gipsum dkk.) juga bisa dikategorikan sebagai softwall yang bisa dijebol oleh Operator Soft Breacher.
  • Anda juga bisa menggunakan lampu penanda Breach Charge untuk mengetahui mana yang bisa dijebol atau tidak. Jika lampu penanda Breach Charge berwarna hijau, penghalang itu bisa dihancurkan sepenuhnya. Jika berwarna kuning atau oranye, penghalang itu bisa dihancurkan sebagian. Jika berwarna merah, penghalang itu tak bisa dihancurkan.

Map Callout

Bagian selanjutnya di soal map knowledge ini adalah soal map callout. Map callout adalah menyebutkan alias mengomunikasikan lokasi map ke rekan satu tim setiap ada kejadian penting. Kejadian penting ini misalnya saat Anda bertemu lawan ataupun saat Anda mati.

Buat para pemula, nama lokasi tersebut ada di bagian bawah layar, sebelah kanan kompas.

Nama lokasi map bisa ditemukan di sebelah kanan kompas. Sumber: Jäger Main via Reddit
Nama lokasi map bisa ditemukan di sebelah kanan kompas. Sumber: Jäger Main via Reddit

Map callout ini memiliki 2 fungsi penting. Pertama, buat para pemula, hal ini membantu Anda menghafalkan medan pertempuran. Dengan membiasakan diri menyebut lokasi, Anda bisa lebih mudah menghafalkan map-nya juga. Kedua, buat permainan casual ataupun kompetitif, sekali lagi, informasi lokasi bisa jadi penentu kemenangan ataupun kekalahan sebuah Round. Jadi, map callout ini penting sekali untuk dibiasakan.

Spawn Peek/Kill

Terakhir, ada tips penting dari kawan-kawan R6 IDN yang harus diketahui buat para pemula. Hati-hatilah dengan yang namanya spawn peekSpawn peek/kill ini maksudnya Anda bisa langsung dibunuh sesaat setelah spawn (muncul) di medan pertempuran di lokasi-lokasi tertentu.

Jadi, Anda wajib memerhatikan pintu atau jendela yang terlihat saat Anda baru saja tiba di map. Anda juga bisa melihat contekan lokasi dan cara mengatasinya yang telah dibuat oleh 117x di Steam Community Guide.

5. Preparation Phase Tips

Satu elemen pembeda terbesar yang ada di R6S, yang tak ada di seri Counter Strike ataupun kebanyakan game FPS lain, adalah adanya fase persiapan (preparation phase).

Karena itulah, mungkin ada banyak pemula yang tak tahu apa yang sebaiknya dilakukan saat preparation phase ini. Berikut adalah tips dari R6 IDN tentang apa yang sebaiknya dilakukan saat fase tersebut:

  1. Buat kubu Attackers, fase ini juga bisa disebut sebagai Drone Phase. Jadi, manfaatkan sebaik mungkin drone yang Anda punya di fase ini. Setiap Operator di kubu Attacker akan memiliki 2 drone dan salah satu akan secara otomatis digunakan saat fase ini. Ada beberapa tujuan yang bisa Anda kejar saat Drone Phase (45 detik) yaitu, mencari lokasi Objective, mengidentifikasi Defenders, ataupun mencari lokasi untuk menyembunyikan drone agar bisa digunakan sebagai kamera tambahan saat action phase.
  2. Buat kubu Defenders, fase ini bisa digunakan untuk melakukan reinforcement ke beberapa titik soft breach. Namun ingat, jangan semua entry point juga di-reinforce karena hal tersebut akan membatasi ruang gerak Roamer.
  3. Lakukan setup unique gadget dari setiap Operator dengan efisien alias jangan terlalu lama. Tidak sedikit juga para pemula (biasanya Roamer) yang bahkan lupa men-deploy unique gadget mereka.

Penutup

Terakhir, satu hal yang pasti, sebanyak apapun tulisan atau video tips, guide, ataupun trik yang Anda baca ataupun tonton; Anda tak akan bisa bermain lebih bagus tanpa jam terbang tinggi. Bagaimanapun juga, latihan adalah satu-satunya jalan untuk menuju level permainan yang lebih tinggi.

Namun demikian, guide dan tips & trik seperti ini bisa membantu Anda mempersingkat waktu untuk menuju level selanjutnya. Jangan lupa juga, Anda bisa bertanya ke komunitas R6S jika Anda punya pertanyaan ataupun kesulitan. Berikut ini adalah 3 tempat untuk Anda bertanya yang bisa saya sarankan:

  1. Komunitas R6S Indonesia di Facebook
  2. Komunitas R6S di Steam
  3. /r/Rainbow6 di Reddit (pakai VPN)

Jadi, selamat berlatih untuk mengasah kemampuan dan jangan malu bertanya ya…

Disclosure: Hybrid adalah media partner dari Rainbow Six: Siege Indonesia Community (R6 IDN)

Sony Patenkan Teknologi Esports Spectator untuk Virtual Reality

Seiring tumbuhnya jumlah penikmat esports di mancanegara, turnamen esports pun semakin bertambah besar dan mewah. Beberapa turnamen bahkan dihadiri hingga puluhan ribu orang, seperti laga final North America League of Legends Championship Series Spring Split 2019. Namun di antara para penggemar itu mungkin saja ada yang tidak bisa hadir menonton secara langsung, baik karena lokasi yang jauh atau alasan-alasan lainnya.

Beruntunglah mereka. Berkat perkembangan teknologi, ada kemungkinan mereka akan bisa menikmati tontonan esports yang imersif meski tanpa harus datang langsung, caranya dengan perangkat virtual reality. Dilansir dari VentureBeat, baru-baru ini Sony dilaporkan telah mendaftarkan paten untuk teknologi tontonan esports yang akan membuat Anda seolah-olah sedang berada di lokasi event esports.

PSVR - Esports Spectator
Sumber: Sony

Paten teknologi tersebut, yang disebut “Spectator View Into An Interactive Gaming World Showcased In A Live Event Held In A Real-World Venue”, memanfaatkan sejumlah kamera untuk menangkap suasana lokasi pertandingan, kemudian memancarkannya ke dalam perangkat PlayStation VR. Kamera dan mikrofon juga ditempelkan di kursi-kursi di lokasi acara, sehingga penonton VR bisa menikmati acara lewat berbagai sudut pandang. Di kursi-kursi ini juga diletakkan sensor jarak untuk mendeteksi bila kursi itu sedang digunakan oleh orang lain.

Selain menikmati sudut pandang seperti penonton di venue, teknologi ini juga mencakup kemampuan untuk melihat langsung ke dalam game. Sekali waktu Anda merasa seperti penonton esports biasa, tapi kemudian dengan satu tombol Anda bisa menyaksikan permainan seolah sedang berada di medan pertempuran itu sendiri.

PSVR - Sensors
Sumber: Sony

Bayangkan bila kita menyaksikan hero-hero Overwatch bertarung langsung di depan mata kita, atau bila kita dapat ikut “masuk” ke dalam mobil Gran Turismo dan menyaksikan balapan langsung dari sudut pandang pengemudi. Tentu akan seru sekali, bukan? Teknologi ini juga memungkinkan adanya tampilan hibrida, di mana berbagai unsur sebuah game dimunculkan di sekitar penonton dalam ruang VR. Cara ini disebut sebagai “virtual augmented reality”.

Sony bukan perusahaan pertama yang berusaha memanfaatkan teknologi VR untuk tayangan esports. Sebelumnya, Valve dengan Dota 2 juga telah merilis fitur serupa yang disebut sebagai Dota 2 VR Spectator Mode. Memanfaatkan perangkat HTC Vive, kita bisa seolah-olah menonton dengan layar besar, atau langsung “masuk” ke dalam game dan melihat gerakan para hero dari dekat. Teknologi Sony akan menghadirkan pengalaman serupa pada para pengguna PlayStation, yang jumlahnya ada puluhan juta orang di seluruh dunia.

Sony tidak menjelaskan teknologi ini akan digunakan untuk game atau kompetisi esports apa. Namun dalam paten tersebut ada beberapa tulisan yang menyebutkan nama “PlayStation Plus League”. Mungkinkah ini artinya Sony berencana meluncurkan liga esports sendiri di masa depan? Bisa saja. Untuk sekarang, hita hanya bisa menunggu pengumuman lebih lanjut dari Sony tentang teknologi ini.

Sumber: VentureBeat

Penuh Pendatang Baru, SIXSENSE Juarai R6IDN Community Cup 11

Salah satu kompetisi rutin komunitas Rainbow Six Indonesia, Community Cup, kembali digelar akhir pekan ini (13 April 2019). Kompetisi Community Cup (ComCup) kali ini sudah masuk seri ke-11, dengan tim SIXSENSE berhasil keluar sebagai pemenang, setelah mengalahkan SPiCA. Nama SIXSENSE ini sendiri sebenarnya cukup lama malang melintang di komunitas R6IDN, walau terbilang masih cukup belia jika dibandingkan dengan para seniornya.

ComCup 11 ini menjadi bukti bahwa banyak peminat baru di kancah kompetitif R6. Bukti nyata hal ini salah satunya adalah, banyaknya tim mungkin belum terdengar sebelumnya dan belum muncul di kompetisi lain besutan R6IDN, namun mengikuti kompetisi ini. Ada 1z Academy yang merupakan divisi 2 dari tim 1z Esports, lalu ada tim SPiCA, dan tim SIXSENSE. Bukan hanya itu saja, ada juga tim Beyond The Limit yang bisa dibilang sebagai pendatang baru.

Menariknya para pendatang baru ini datang bukan tanpa persiapan. Bahkan, semua nama yang disebutkan barusan berhasil sampai di babak semi-final, dan memberikan permainan yang sangat mengagumkan. 1z Academy yang merupakan pemenang ComCup 10, sayangnya harus tumbang oleh SPiCA di babak semi final. Sementara itu Beyond The Limit, yang juga merupakan pendatang baru, juga harus tumbang di babak semifinal, oleh SIXSENSE .

Sumber: R6IDN Official Media
Sumber: R6IDN Official Media

Tersisa SPiCA dan SIXSENSE di babak final. Secara riwayat kompetisi, sejauh ini pencapaian SPiCA terbilang lebih baik dibanding SIXSENSE. Tempo hari SPiCA berhasil lolos dari Division Takedown dan naik ke divisi 2 R6IDN Star League. Sementara SIXSENSE masih belum bisa lolos dari Division Takedown, dan kini masih bertengger di divisi 3 R6IDN Star League.

Menariknya, di sini SIXSENSE malah tampil lebih memukau, berhasil menang 2-0 dari seri best-of-3. Hal ini terjadi salah satunya berkat permainan memukau dari Prayogo “Yokuxo” Tantono. Ia berkali-kali berhasil make play, sehingga membuat ia bisa dibilang sebagai pemain kunci yang berperan besar atas kemenangan SIXSENSE di seri ini.

Kemenangan ini menjadi kemenangan perdana bagi SIXSENSE, yang juga menobatkan mereka sebagai juara baru ComCup. Hal ini mengingat ComCup sebelumnya yang cenderung didominasi oleh nama-nama penuh pengalaman seperti Ferox, iNation, ataupun Limitless Gaming.

Terkait hal ini, ternyata memang ada peraturan baru yang diterapkan oleh R6 IDN untuk ComCup kali ini. “Jadi mulai dari ComCup 9, kita ubah sedikit peraturannya. Peraturan tersebut adalah melarang tim divisi 1 Star League untuk mengikuti kompetisi Community Cup.” Jawab Bobby Rachmadi Putra selaku founder dari R6IDN.

“Saat itu kita belum merasakan panasnya kompetisi, karena sepertinya banyak tim yang belum siap dengan peraturan baru ini. Masuk di ComCup 11 ini saya senang sekali melihat banyak tim baru bermunculan, dan beberapa tim lama yang performanya meningkat seperti SPiCA, ataupun SIXSENSE sang juara.” Bobby bercerita kepada Hybrid.

Sumber: R6 IDN Official Media
Sumber: R6 IDN Official Media

Bertajuk Community Cup, SIXSENSE sebagai juara berhak mendapatkan hadiah berupa 5 buah 1200 R6 Credit. Lebih lanjut soal ComCup dan komunitas R6IDN, Bobby menyatakan harapannya agar bisa lebih banyak tim baru yang bermunculan lewat kompetisi ini. “Saya juga berharap dengan ComCup, kemampuan bermain para tim bisa meningkat, dan nantinya bisa berlaga di Indonesia Series League, Star League, atau bahkan mengharumkan nama Indonesia di kancah R6 Indonesia” tambah Bobby.

Selamat untuk tim SIXSENSE, telah menjadi juara ComCup 11! Dengan kehadiran peraturan baru ini tentu akan membuat ComCup jadi semakin dinamis. Kira-kira, siapa nama baru yang bakal muncul di ComCup seri ke 12? Tunggu saja kelanjutannya ya!

Disclosure: Hybrid adalah media partner dari Rainbow Six: Siege Indonesia Community (R6 IDN)