Inilah Para Jawara yang akan Mewakili Indonesia ke WESG SEA Qualifier

WESG (World Electronic Sports Game), rangkaian turnamen esports tahunan garapan AliSports (anak perusahaan AliBaba), kembali digelar tahun ini dan mereka telah menyelesaikan proses kualifikasinya untuk memilih perwakilan dari Indonesia.

Proses kualifikasi WESG 2018 untuk Indonesia ini tergabung dalam rangkaian SEACA (South East Asia Cyber Arena) 2018 yang digelar dari tanggal 17-21 Oktober 2018.

E8. Sumber; Unipin Esports
E8. Sumber: Unipin Esports

Ada 5 game yang dipertandingkan dalam kualifikasi Indonesia untuk WESG 2018 yaitu Vainglory, Hearthstone (HS), Counter Strike: Global Offensive (CS:GO), StarCraft 2, dan Dota 2. Namun untuk HS dan CS:GO, ada juga cabang perlombaan yang khusus untuk kaum hawa.

Berikut ini adalah daftar lengkap pemenang kualifikasi Indonesia untuk WESG 2018:

  • Vainglory: Elite8
  • Hearthstone: DouAhou
  • Hearthstone Female: YukiUsagi
  • CS:GO: BOOM ID
  • CS:GO Female: FFGaming
  • StarCraft 2: LegendOfZerg
  • Dota 2: BOOM ID

Satu fakta yang unik datang dari cabang Hearthstone untuk perempuan karena ia adalah satu-satunya peserta di kualifikasi ini dari Indonesia. Karena itu, ia langsung berhak lolos ke babak regional.

YukiUsagi. Sumber: Unipin Esports
YukiUsagi. Sumber: Unipin Esports

7 perwakilan Indonesia di atas akan bertanding lagi di tingkat Asia Tenggara (SEA Qualifier) sebelum mereka bisa beraksi di panggung utama di Tiongkok.

Meski ‘hanya’ kualifikasi, WESG telah menyediakan hadiah yang cukup lumayan untuk para juara dari Indonesia. Untuk Dota 2 dan CS:GO, inilah distribusi hadiahnya:

Divisi CS:GO BOOM ID. Sumber: Unipin Esports
Divisi CS:GO BOOM ID. Sumber: Unipin Esports
  • Juara 1: US$750
  • Runner-up: US$450
  • Posisi 3 dan 4: US$150

Sedangkan untuk Vainglory, StarCraft 2, dan Hearthstone, berikut adalah distribusi hadiahnya:

  • Juara 1: US$375
  • Runner-Up: US$225
  • Posisi 3 dan 4: US$75
DouAhou. Sumber: Unipin Esports
DouAhou. Sumber: Unipin Esports

Bagaimana nasib para perwakilan kita nanti ya saat harus bertarung melawan tim-tim terbaik se-Asia Tenggara? Untuk beberapa game seperti Dota 2, CS:GO, Hearthstone, Vainglory, perwakilan kita memang sudah cukup banyak pengalaman bermain di tingkat SEA. Namun bagaimana untuk cabang yang lainnya ya?

Divisi Dota 2 BOOM ID. Sumber: Unipin Esports
Divisi Dota 2 BOOM ID. Sumber: Unipin Esports

Gelaran SEACA sendiri masih berlanjut sampai tanggal 21 Oktober 2018 untuk beberapa game yang tidak ada di WESG, seperti Mobile Legends ataupun Arena of Valor.

Serangkaian kompetisi yang digelar oleh Unipin Esports ini pun menyediakan hadiah sampai ratusan juta Rupiah dengan pembagian sebagai berikut untuk setiap game:

  • Setiap game punya prize pool Rp.100 juta
  • Juara 1: Rp.50 juta
  • Juara 2: Rp.25 juta
  • Juara 3: Rp.15 juta
  • Juara 4: Rp.10 juta

Gantikan TNC Predator, Tim Dota 2 EVOS Maju ke ESL One Hamburg

Turnamen Dota 2 ESL One Hamburg 2018 akan segera berlangsung pada tanggal 23 Oktober 2018 nanti. Sebelumnya, kompetisi bergengsi ini telah melalui babak kualifikasi terlebih dahulu di empat wilayah, yaitu Eropa, Amerika Utara, Tiongkok, dan Asia Tenggara. Empat tim yang lolos dari masing-masing wilayah adalah Alliance, compLexity Gaming, Team Aster, serta TNC Predator.

Sayangnya, TNC Predator terpaksa harus melepaskan kesempatan mereka tampil sebagai wakil Asia Tenggara. Alasannya sederhana, karena ternyata babak utama ESL One Hamburg 2018 bentrok dengan kompetisi lain, yaitu World Electronic Sports Games (WESG) 2018 Philippine.

EVOS Esports | Dota 2 Team
Tim Dota 2 EVOS Esports | Sumber: EVOS Esports

Sebenarnya bila hanya berbicara tentang uang, hadiah ESL One Hamburg lebih menggiurkan daripada WESG 2018 Philippines. Akan tetapi posisi TNC Predator di ESL One baru sampai di fase Group Stage. Sementara di WESG mereka sudah sampai di babak final. TNC Predator akan berhadapan dengan tim lokal lainnya yaitu Neon Esports, dan juaranya berhak maju mewakili Filipina di ajang WESG 2018 Southeast Asia Finals.

Akibat mundurnya TNC Predator, slot Asia Tenggara di ESL One Hamburg akhirnya diisi oleh tim Dota 2 asal Indonesia, EVOS Esports. EVOS Esports memegang peringkat dua di babak kualifikasi, dan mereka telah mengonfirmasi dapat mengurus visa tepat waktu. EVOS Esports akan terbang ke kota Hamburg, Jerman, untuk berhadapan dengan sebelas tim lain, delapan di antaranya adalah tim-tim kuat yang datang lewat jalur undangan.

ESL One Hamburg | Groups
Tim-tim yang berlaga di ESL One Hamburg | Sumber: ESL

Tim peserta ESL One Hamburg 2018 terbagi ke dalam dua grup sebagai berikut.

Group A:

  • Evil Geniuses
  • Mineski
  • Vici Gaming
  • paiN Gaming
  • Team Secret
  • Alliance

Group B:

  • pro
  • Forward Gaming
  • Ninjas in Pyjamas
  • Team Aster
  • EVOS Esports
  • compLexity Gaming

Kompetisi ini menggunakan format panjang yang menggabungkan babak round robin dan double elimination. Grand Final akan berlangsung pada tanggal 28 Oktober. Mengusung total hadiah US$300.000, ESL One Hamburg 2018 sudah setara dengan Dota 2 Minor walaupun turnamen ini tidak masuk sebagai bagian Dota 2 Pro Circuit. Semoga saja EVOS Esports dapat meraih prestasi dan mengharumkan nama Indonesia di kancah esports dunia.

Sumber: GosuGamers, ESL Indonesia,

Indomie Merambah Esports, Jalin Ikatan dengan Australian Esports League

Satu lagi brand terkenal dari Indonesia masuk ke dunia esports, yaitu Indomie. Hanya saja, kali ini bukan untuk esports dalam negeri, melainkan dari luar negeri. Indomie menjadi partner Australian Esports League (AEL) dalam kompetisi AEL University Cup 2018 yang kini tengah berlangsung.

AEL University Cup adalah turnamen esports yang melombakan cabang Counter-Strike: Global Offensive, Dota 2, dan Rocket League untuk para mahasiswa dari seluruh Australia. Turnamen ini telah memasuki season kedua di tahun 2018, dan sudah diakui secara resmi oleh asosiasi esports Australia, AESA. Perusahaan-perusahaan seperti PwC Australia, OVO, serta AOC juga terlibat dalam acara ini sebagai sponsor.

AEL University Cup X Indomie | Poster
Slogan yang cukup menarik | Sumber: AEL

AEL University Cup 2018 Season 2 dilaksanakan mulai bulan Agustus lalu, dan sebentar lagi akan memasuki babak Grand Final, tepatnya pada tanggal 2 – 4 November nanti. Grand Final tersebut diselenggarakan di Adelaide Showground sebagai bagian dari acara Supanova Comic Con & Gaming Adelaide 2018.

AEL University Cup menawarkan total hadiah senilai 15.000 dolar Australia, atau setara dengan 162,7 juta rupiah. AEL sendiri membawahi lebih dari 330 pelajar dari 55 tim di 26 universitas seluruh Australia. Jadwal AEL University Cup sendiri dirancang sehingga babak Grand Final bertepatan dengan akhir semester kampus-kampus di Australia.

AEL University Cup X OVO | Poster
OVO juga menjadi sponsor di kompetisi ini | Sumber: AEL

“Kami memahami bahwa esports membuka berbagai kemungkinan untuk pengembangan keahlian di bidang teknologi, kepemimpinan, pemecahan masalah, kreativitas, serta pemikiran strategis. Teknologi mengubah cara kita melakukan bisnis dan kami tahu bahwa menarik lulusan dengan keahlian-keahlian ini merupakan kunci kesuksesan kami di masa depan serta pertumbuhan kami sebagai perusahaan,” demikian kata Julie Duncan, Talent Acquisition Leader PwC, dilansir dari Esports Insider.

Menurut Executive Producer AEL, Darren Kwan, AEL dan AESA bekerja sama dengan para mahasiswa dan berbagai universitas untuk mengembangkan infrastruktur serta program-program untuk mendorong ekosistem esports yang adil, aman, serta inklusif. Berdasarkan beberapa informasi, esports di Australia saat ini memang masih belum matang. Kurangnya sponsor lokal disinyalir menjadi masalah utama, sehingga sulit bagi pemain-pemain untuk berkarier di dalam negeri. Turnamen-turnamen tingkat pelajar seperti ini diharapkan dapat menjadi salah satu pendorong iklim esports di negeri itu.

Sumber: Esports Insider.

Daftar Turnamen Esports Terseru di Indonesia Tahun 2018

Esports punya sejarah yang cukup panjang di Indonesia, bahkan sebelum istilah “esports” itu sendiri populer. Semenjak popularitas game online meledak, para penerbit game serta organizer sudah mencium aroma potensi yang ada dalam game kompetitif. Apalagi berkat persebaran internet yang semakin luas, komunitas gamer yang tadinya bahkan mungkin tidak berpikir bahwa game bisa dimainkan secara profesional, lambat laun mulai terpapar dunia olahraga elektronik tersebut.

Banyak game dan perusahaan berperan terhadap perkembangan esports tanah airnya. Salah satunya cikal bakal yang patut kita kenang adalah Ragnarok Online. MMORPG fenomenal ini memperkenalkan turnamen tingkat dunia bernama Ragnarok World Championship (RWC) pada tahun 2004. Iklim kompetitif itu lalu menular ke Indonesia dalam wujud Ragnarok Indonesia Championship (RIC).

Esports Indonesia sempat stagnan di era akhir 2000-an. Memang muncul beberapa pionir seperti Team nxl> yang berkecimpung di dunia Counter-Strike. Tapi tidak ada ajang kompetitif besar dengan skala nasional seperti sekarang. Bahkan ketika popularitas esports luar negeri meledak akibat Dota 2 dan League of Legends, posisi Indonesia masih sebatas pemirsa saja.

Ragnarok World Championship 2009
Ragnarok World Championship 2009 | Sumber: Coerce

Semua itu mulai berubah ketika League of Legends terbit resmi di Indonesia di bawah bendera Garena. Garena getol mendorong perkembangan esports, dan mereka tak segan-segan menawarkan hadiah miliaran Rupiah bagi tim yang berhasil jadi juara kompetisi. Mulai dari turnamen di acara Indonesia Game Show, hingga berkembang menjadi League of Legends Garuda Series (LGS), kiprah Garena betul-betul menaikkan standar penyelenggaraan turnamen profesional di dalam negeri.

Pertengahan era 2010-an, penetrasi game kompetitif di smartphone menjamur dengan cepat di Indonesia. Negara kita memang disebut-sebut punya pola konsumsi mobile-first, sehingga wajar bila game mobile jauh lebih diminati daripada console atau PC. Moonton dengan Mobile Legends: Bang Bang berhasil meraih lebih dari 20 juta pengguna tanah air. Garena pun tak mau kalah, mereka merilis Arena of Valor yang merupakan buatan Tencent, perusahaan game terbesar di dunia.

Kini kita berada di tahun 2018. Kompetisi olahraga elektronik sudah menjadi hal yang lumrah, tidak hanya di ibukota saja tapi juga di seluruh pelosok Indonesia. Pemain-pemain berbakat muncul dari mana-mana, sebagian di antaranya berkarier bersama tim luar negeri. Penerbit-penerbit game pun seperti berlomba-lamba mengadakan turnamen terbesar, terheboh, dan paling bergengsi.

Esports is the next big thing in marketing,” demikian kata Baldwin Cunningham dalam tulisannya yang dimuat di Forbes pada tahun 2016. Dua tahun kemudian, ungkapan itu terbukti. Kita telah tiba di saat di mana esports telah menjadi “big thing”, dan menurut para analis, esports masih akan terus menjadi lebih besar.

Turnamen esports Indonesia di tahun 2018

Sama seperti olahraga konvensional, esports juga memiliki turnamen atau liga-liga yang terbagi berdasarkan level kompetisinya. Hanya saja, karena jumlah game yang dipertandingkan sangat banyak, mengikuti semua cabang esports terkadang bisa cukup memusingkan.

Seorang penggemar sepak bola biasanya hanya mengikuti satu atau dua liga utama tempat tim favoritnya berada. Sekarang bayangkan bila Anda seorang penggemar esports yang menyukai lebih dari satu game sekaligus.

Saya, contohnya, menyukai Dota 2, Arena of Valor, Mobile Legends: Bang Bang, Overwatch, dan Pro Evolution Soccer sekaligus. Berusaha mengikuti kompetisi esports di kelima game itu sama saja seperti berusaha mengikuti Barclays Premier League, NBA, Bundesliga, Major League Baseball, dan STIHL Timbersports secara bersamaan. Padahal itu belum mencakup semua cabang esports yang ada.

Abuget Cup 2017
Abuget Cup 2017 | Sumber: Capcom

Di bawah ini saya mencoba merangkum beberapa cabang esports populer di Indonesia, beserta kompetisi/liga apa saja yang mereka miliki dan di mana Anda bisa menikmatinya. Jadi Anda yang menggemari esports dapat memilih jadwal tontonan lebih mudah, atau mungkin mencoba menyaksikan kompetisi yang selama ini tidak Anda ikuti. Ada esports apa saja di Indonesia tahun 2018 ini?

Counter-Strike: Global Offensive

IESPL – Tokopedia Battle of Friday

  • Penyelenggara: IESPL, Tokopedia
  • Jadwal: Setiap Jumat, mulai 18:30 WIB
  • Siaran: YouTube IESPL

Indonesia eSports Games (IEG) 2018

  • Penyelenggara: Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI)
  • Jadwal: November 2018
  • Siaran: Belum tersedia

Point Blank

IESPL – Tokopedia Battle of Friday

  • Penyelenggara: IESPL, Tokopedia
  • Jadwal: Setiap Jumat, mulai 18:30 WIB
  • Siaran: YouTube IESPL

Indonesia eSports Games (IEG) 2018

  • Penyelenggara: Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI)
  • Jadwal: November 2018
  • Siaran: Belum tersedia

South East Asia Cyber Arena (SEACA)

PlayerUnknown’s Battleground (PUBG)

Indonesia eSports Games (IEG) 2018

  • Penyelenggara: Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI)
  • Jadwal: November 2018
  • Siaran: Belum tersedia

South East Asia Cyber Arena (SEACA)

PUBG Mobile

Indonesia eSports Games (IEG) 2018

  • Penyelenggara: Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI)
  • Jadwal: November 2018
  • Siaran: Belum tersedia

PUBG Mobile Indonesia National Championship (PINC) 2018

Level Up!

GESC Indonesia Dota 2 Minor 2018 | Winners
Evil Geniuses, juara GESC Indonesia Dota 2 Minor 2018 | Sumber: NHBL

Dota 2

GESC Indonesia Dota 2 Minor 2018

IESPL – Tokopedia Battle of Friday

  • Penyelenggara: IESPL, Tokopedia
  • Jadwal: Setiap Jumat, mulai 18:30 WIB
  • Siaran: YouTube IESPL

Indonesia eSports Games (IEG) 2018

  • Penyelenggara: Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI)
  • Jadwal: November 2018
  • Siaran: Belum tersedia

South East Asia Cyber Arena (SEACA)

Indonesia High School League (IHSL) 2018

  • Penyelenggara: JD.ID
  • Jadwal: Oktober 2018
  • Siaran: Belum tersedia

Mobile Legends: Bang Bang

IESPL – Tokopedia Battle of Friday

  • Penyelenggara: IESPL, Tokopedia
  • Jadwal: Setiap Jumat, mulai 18:30 WIB
  • Siaran: YouTube IESPL

Mobile Legends: Bang Bang Professional League (MPL)

  • Penyelenggara: Moonton, RevivalTV, Game.ly
  • Jadwal: Setiap Jumat – Minggu, 16:00 – 22:00 WIB
  • Siaran: Facebook MLBB Indonesia

Indonesia eSports Games (IEG) 2018

  • Penyelenggara: Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI)
  • Jadwal: November 2018
  • Siaran: Belum tersedia

Level Up!

Indonesia High School League (IHSL) 2018

  • Penyelenggara: JD.ID
  • Jadwal: Oktober 2018
  • Siaran: Belum tersedia
EVOS ASL Season 1
EVOS saat menjuarai ASL Season 1 | Sumber: Kincir.com

Arena of Valor

Arena of Valor Star League (ASL)

Arena of Valor National Championship (ANC)

South East Asia Cyber Arena (SEACA)

Street Fighter V: Arcade Edition

Abuget Cup 2018

AMD Esports FIGHT! Championship 2018

Tekken 7

Abuget Cup 2018

Indonesia eSports Games (IEG) 2018

  • Penyelenggara: Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI)
  • Jadwal: November 2018
  • Siaran: Belum tersedia

AMD Esports FIGHT! Championship 2018

Telkomsel Gelar Liga Esports untuk Kelas Amatir, Mahasiswa, dan Profesional

Telkomsel nampaknya kian mantab bermain di industri gaming tanah air. Setelah sebelumnya merilis game Shellfire dan teken kontrak kerja sama dengan Singtel untuk garap pasar esports di Asia Tenggara, kemarin (17 Oktober 2018), resmi mengumumkan liga esports mereka sendiri.

Tak tanggung-tanggung ada 3 liga yang akan diusung oleh Telkomsel, lewat Dunia Games, yaitu Dunia Games League, Dunia Games Campus League, dan Dunia Games Pro League. Ketiga liga tersebut juga tergabung dalam rangkaian Indonesia Games Championship (IGC) 2019. Buat yang belum tahu, IGC sendiri merupakan gelaran kompetitif tahunan milik Dunia Games yang berawal dari tahun 2017.

Direktur Marketing Telkomsel Alistair Johnston mengatakan, “Menghadapi perkembangan industri esport di Indonesia, Dunia Games hadir untuk menjadi pendukung utama bagi industri ini melalui ajang Liga esport Dunia Games. Ajang ini kami hadirkan untuk memberikan wadah bagi pelanggan yang mencintai game dan esport serta sebagai salah satu upaya kami untuk membangun ekosistem digital entertainment lifestyle bagi masyarakat Indonesia.”

Dokumentasi: Telkomsel
Dokumentasi: Telkomsel

“Layanan game online akan memerlukan standar jaringan yang sangat bagus dengan kecepatan tinggi dan latensi yang rendah. Untuk itu kami selalu meningkatkan kualitas jaringan broadband 4G LTE untuk memastikan stabilitas layanan data sehingga para gamers dapat menikmati game online dengan nyaman. Hingga saat ini lebih dari 60 juta pengguna Telkomsel dari 90 juta pemain telah aktif yang bermain mobile games secara online di Indonesia,” tambah Alistair.

Baru ada 2 game yang akan dipertandingkan di liga ini. Dunia Games League akan mengusung Mobile Legends: Bang Bang (MLBB) dari Moonton. Sedangkan untuk Dunia Games Campus League dan Dunia Games Pro League akan mengusung Free Fire rilisan Garena.

Dunia Games League tadi nantinya akan diadakan di 141 kota dan 13 tim terbaik akan diadu lagi di tingkat nasional untuk memperebutkan gelar juara yang rencananya akan digelar pada bulan Maret 2019 di Dunia Games Esports Stadium. Sedangkan registrasi liga ini sudah dibuka sejak awal Oktober 2018 dan akan mulai dipertandingkan mulai akhir Oktober 2018.

Dokumentasi: Telkomsel
Dokumentasi: Telkomsel

Untuk Dunia Games League, turnamen ini hanya untuk para pemain MLBB tingkat amatir. Jadi, mereka-mereka yang terdaftar sebagai tingkat pro di database Telksomel tidak akan diperbolehkan untuk turut bertarung. Bagi Anda yang tertarik untuk cari tahu lebih lanjut soal liga ini, silakan langsung mengunjungi situs resmi Dunia Games League.

Sedangkan Dunia Games Campus League akan berlangsung di 13 kampus se-Indonesia dan 12 tim terbaik akan bertanding kembali di babak grand final. 

Masa pendaftaran untuk liga ini dibuka pada akhir November 2018 dan masa registrasi untuk Dunia Games Pro League akan dimulai pada awal Januari 2019.

Liga ini menarik karena Telkomsel berhasil menggandeng 2 publisher game besar dalam satu wadah, yaitu Moonton dan Garena, yang juga bisa dibilang kompetitor – antara MLBB dan AoV. Namun hal ini juga bukan yang pertama kalinya mereka buat. IGC 2018 kemarin juga Telkomsel bahkan mempertandingkan 3 game MOBA mobile yang sebenarnya saling bersaing, yaitu MLBB, AoV, dan Vainglory.

IGC 2018. Sumber: Dunia Games
IGC 2018. Sumber: Dunia Games

Lalu kenapa Free Fire yang dipilih jadi liga profesionalnya Dunia Games? Kenapa tidak Shellfire? Menurut pihak Telkomsel,  ada kriteria dari jumlah pemain per hari sebelum sebuah game bisa menjadi esports. Sedangkan Shellfire masih belum mencapai angka tersebut.

Dari sisi Garena, AoV memang sudah punya liga profesional (ASL) yang digarap langsung oleh Garena. Sedangkan Free Fire memang sebelumnya belum ada liga profesionalnya.

Mengupas Tuntas Gelaran Esports bersama Senior EO Esports Indonesia

Jika sebelumnya kita telah mengupas tentang organisasi esports bersama owner BOOM ID, kali ini, kita akan berbicara tentang serba-serbi event organizer untuk esports.

Saya telah menghubungi Tribekti Nasima yang merupakan salah satu dedengkot di lingkup EO esports Indonesia. Bekti adalah orang yang berada di balik megahnya gelaran LGS (League of Legends Garuda Series) dan Glorious Arena saat ia menjadi Garena Esports Manager untuk League of Legends (LoL) di Indonesia.

LGS sendiri merupakan liga LoL paling bergengsi di Indonesia yang digarap langsung oleh Garena. Pemenang dari LGS akan bertanding lagi ke level yang lebih tinggi di tingkat Asia Tenggara. Sayangnya, LGS ini sekarang sudah dihilangkan.

GPL Spring 2018. Sumber: Garena
GPL Spring 2018. Sumber: Garena

Buat yang belum terlalu familiar dengan esports Indonesia, faktanya, LGS merupakan pionir dari gelaran kompetitif yang epik di Indonesia. Meski memang bukan yang pertama di Indonesia, banyak EO esports lainnya menjadikan LGS pada era Bekti sebagai patokan proyek mereka.

Saat ini, ia sudah pindah ke Mineski Event Team (MET) sebagai Head of Operation.

Mari kita langsung masuk ke perbincangan saya bersama Bekti.

Yang paling penting dari sebuah event esports?

Saya pun langsung to-the-point untuk menanyakan pendapatnya tentang hal yang paling krusial dari sebuah gelaran. Menurutnya, “yang paling penting itu bisa diikutin. Jadi ada ceritanya. Jadi tahu siapa saja yang bertanding di sana.”

Maksudnya, event esports yang baik adalah yang punya cerita yang mudah diingat. Tanpa aspek naratif yang kuat, gelaran kompetitif tidak akan menarik sebagai sebuah hiburan/entertainment dan akan mudah terlupakan.

Bekti yang memang menjadikan LoL dan Riot Games (developer dan publisher-nya) sebagai ‘kiblat’nya menggarap event pun memberikan contoh soal aspek cerita tadi.

Gelaran kompetisi League of Legends di dunia itu memang lebih mudah untuk diikuti karena sistemnya. Seperti yang saya tuliskan tadi sebelumnya, pemenang dari liga Indonesia akan bertarung ke liga Asia Tenggara. Kemudian, pemenang dari tingkat Asia Tenggara tadi berhak melangkah lebih lanjut ke tingkat dunia a.k.a World Championship.

Sistem yang sama ini digunakan di banyak kawasan lainnya. Jadi, sistemnya memang mirip dengan yang digunakan FIFA di Piala Dunia. Tim-tim yang ingin beraksi di kancah internasional harus bisa menang di tingkat regional.

Oleh karena itu, tim-tim yang bertarung di World Championship telah memiliki latar belakang ceritanya masing-masing. Bagaimana perjuangan mereka, yang tak jarang dramatis, di tingkat regional, membuat tim-tim peserta memiliki karakteristik yang kuat.

Itu tadi elemen paling penting dari sebuah gelaran kompetitif menurut Bekti dan saya sangat setuju dengannya.

Aspek produksi di gelaran esports

Tribekti Nasima. Dokumentasi: Mutiara Donna Visca
Tribekti Nasima. Dokumentasi: Mutiara Donna Visca

Selain aspek naratif tadi, saya pun bertanya kepada Bekti tentang salah satu aspek penting juga yang tak boleh terlewatkan oleh para penyelenggara event esports; yaitu produksi.

Aspek produksi yang dimaksud di sini adalah soal panggung, pencahayaan, acara dan yang lain-lainnya yang dibutuhkan agar event dapat berlangsung.

Menurut Bekti sendiri aspek produksi sebenarnya sangat bergantung dari budget alias anggaran. “Kalau anggarannya kecil, memang susah untuk buat yang megah.”

“Namun,” lanjut Bekti “tantangan bagi para project manager adalah bagaimana membuat produksi maksimal dengan budget minimal.” Ia pun bercerita bahwa acara esports League of Legends, seperti World Championship, itu memang modalnya besar karena tujuan mereka buat event bukan untuk mencari margin (keutungan) dari event tersebut. Di Indonesia sendiri, menurutnya, kesulitannya memang ada di budget tadi karena marginnya saja memang sudah tipis.

Buat yang belum terlalu paham tentang gelaran esports dari League of Legends, ijinkan saya menjelaskan sedikit. Event esports dari League of Legends memang diselenggarakan dan diorganisir langsung oleh Riot Games, developer-nya, atau publisher game-nya seperti Garena di Indonesia (sebelum diganti sistemnya) ataupun Tencent di Tiongkok.

Sumber: es.me
Sumber: es.me

Jadi, karena memang bukan pihak ketiga yang menyelenggarakan, event tersebut tidak dibuat untuk mencari keuntungan materi. Tujuan mereka mengadakan event tersebut memang sebagai salah satu bentuk marketing dan branding untuk agar para pemain lamanya tetap setia ataupun menarik para pemain baru.

Selain itu, event esports yang dikontrol langsung oleh publisher-nya memang bisa lebih leluasa dalam menentukan kualitas seperti apa yang diinginkan. Namun demikian, sistem ini juga bisa dibilang memiliki kekurangan. Jika semua game membuat acaranya sendiri, para penyelenggara event esports pihak ketiga jadi tidak kebagian proyek.

Itulah perbedaan terbesar antara event esports League of Legends dengan kebanyakan game lainnya, baik di Indonesia ataupun di tingkat internasional. Riot, Tencent, Garena, ataupun para pemegang lisensi League of Legends lainnya memang punya divisi esports-nya masing-masing.

Sumber: LoL Esports
Sumber: LoL Esports

Meski demikian yang paling penting dari aspek produksi, bagi Bekti, adalah bagaimana caranya agar aspek produksi tersebut dapat membuat satu turnamen begitu berkesan.

Hal ini bisa tercapai berkat desain panggung yang megah, pertunjukkan di luar kompetisinya, ataupun yang lainnya. Memang, tak jarang event esports bisa sangat berkesan gara-gara pertandingannya seperti hasil pertandingan yang dramatis ataupun tim kuda hitam yang bisa menjadi juara di turnamen tersebut. Namun seorang project manager yang hebat tetap akan berusaha membuat turnamen tetap memorable tanpa menggantungkan nasib pada orang lain.

Aspek publikasi event esports

Berhubung memang saya cukup lama bermain di industri media dan sebelumnya pernah menangani publikasi untuk beberapa event esports di Indonesia, saya pun melihat masalah minimnya aspek publikasi di banyak event esports di Indonesia.

Bekti pun setuju dengan saya. Namun Bekti mengatakan bahwa memang semua EO (event organizer) di Indonesia masih belum sempurna di semua aspek. “Mereka (EO di Indonesia) punya kekuatan dan kelemahan masing-masing.”

Ia pun melanjutkan bahwa industri esports di Indonesia sendiri memang masih muda. Karena itu, mungkin para penyelenggara gelaran esports di Indonesia masih perlu belajar dari event yang pernah dibuat. “Dari 1-3 event kan jadi bisa dievaluasi. Setelah beberapa waktu, mungkin headcount-nya juga bisa dipenuhi (tambah personil).”

Sumber: ESL
Sumber: ESL

Karena memang banyak EO yang masih ‘muda’ di Indonesia, Bekti melanjutkan, masuknya ESL ke Indonesia (berkongsi dengan Salim Group) akan berdampak positif buat industri esports tanah air karena para penyelenggara tadi dapat memiliki patokan (benchmark) baru yang dapat dikejar.

Bekti pun menambahkan kadang event esports bahkan tak perlu publikasi tapi bisa populer. Ditambah lagi, beberapa sponsor juga sudah mulai berpikir soal kualitas. Namun demikian, Bekti juga tidak begitu saja menihilkan aspek publikasi itu tadi.

LoL merupakan salah satu game yang punya aspek publikasi hebat karena cerita rangkaian turnamen mereka yang relatif lebih mudah diikuti (karena digarap langsung oleh publisher dan punya jenjang kompetisi yang rapih). Namun demikian, hal ini juga sebenarnya dapat dilakukan di game-game lainnya Bekti pun berargumen.

Ia pun mencontohkan kompetisi Dota 2 yang lebih banyak digarap oleh pihak ketiga. Dalam hal ini, jurnalis atau medianya yang harus lebih pandai merajut cerita dari berbagai kompetisi tadi.

Masukan untuk para penyelenggara event esports

MPL Indonesia Season 1. Sumber: MLBB
MPL Indonesia Season 1. Sumber: MLBB

Saya pun menanyakan saran apa yang bisa diberikan oleh Bekti sebagai salah seorang yang senior di bidang ini. Menurutnya, ada 2 hal yang bisa dilakukan.

Pertama, menjaga dan memulainya dari komunitasnya masing-masing. Ia pun mencontohkan Advance Guard yang merupakan EO sekaligus komunitas yang spesialis menggarap game-game fighting di Indonesia. Meski memang masih kalah popularitasnya (karena genre game-nya), Advance Guard tidak bisa dibilang EO kecil karena turnamen mereka juga biasa ditunjuk oleh Capcom dan Bandai Namco menjadi turnamen kualifikasi Indonesia untuk Street Fighter ataupun Tekken ke jenjang turnamen yang lebih tinggi alias tingkat internasional.

Di PES (Pro Evolution Soccer) dan FIFA juga mirip seperti itu yang mengandalkan komunitas.

Dengan memperkuat jaringan komunitas, menurut Bekti, mereka-mereka yang ingin mengadakan turnamen untuk game-nya mau tidak mau harus melibatkan komunitas itu tadi.

Sumber: AMD
Sumber: AMD Indonesia

Hal kedua yang bisa dilakukan adalah terus mencari dan berpegang pada kekuatannya masing-masing. Misalnya, EO yang kuat di media bisa terus mengembangkan medianya. Komunitas tadi juga dapat dilihat sebagai kekuatan yang mungkin tak dapat ditawarkan oleh EO lainnya.

Selain itu, contoh lainnya, jika memang belum pernah eksekusi event Dota 2, ya jangan diambil. Pasalnya, meski memang mudah dibayangkan, akan ada hal-hal kecil yang terlupakan jika tidak biasa.

Terakhir, saya pun menanyakan hal ini sebagai penutup.

Menurutnya, hal apa yang biasanya menyebabkan satu gelaran esports jadi kacau? “Antara kebanyakan kaki tangan atau kebanyakan kepala.” Jawabnya.

Maksudnya, kebanyakan kaki tangan di sini adalah soal terlalu banyak menggunakan sub-vendor yang biasanya dilakukan untuk menghemat anggaran. Hal tersebut biasanya akan mengakibatkan koodinasi yang sulit.

Sedangkan kebanyakan kepala artinya terlalu banyak stakeholder yang jadinya terlalu banyak kepentingan sehingga sulit untuk fokus pada 1 tujuan.

Itu tadi secuil perbincangan saya dengan Bekti. Semoga hal ini bermanfaat bagi Anda yang penasaran ikut menggarap esports di dalam negeri.

Untuk Bekti, sukses terus ya bersama Mineski Event Team ataupun di tempat-tempat lainnya! Thanks untuk waktu dan insight-nya!

Team Liquid Mundur dari DreamLeague Season 10 karena Alasan Kesehatan

Kabar kurang menyenangkan datang di tengah kompetisi Dota 2 Minor, DreamLeague Season 10 yang diadakan di Swedia. Salah satu tim unggulan yang lolos ke babak playoff, Team Liquid, terpaksa harus mengundurkan diri. Melalui akun Twitter resminya, Team Liquid mengumumkan bahwa alasan pengunduran diri itu adalah karena masalah kesehatan, namun mereka tidak memberi info lebih detail apa masalah yang dimaksud.

Team Liquid adalah salah satu dari delapan tim Dota 2 yang berhak maju ke babak utama DreamLeague Season 10. Mereka menjadi wakil Eropa bersama tim asal negara tuan rumah, yaitu The Final Tribe. Seharusnya, karena Team Liquid mengundurkan diri, tim MangoBay berhak menjadi pengganti sebagai pemegang peringkat tiga kualifikasi. Tapi MangoBay baru saja bubar, sehingga slot pengganti diisi oleh tim Lithium yang meraih peringkat empat.

Dibandingkan Team Liquid yang sudah senior—bahkan pernah menjadi juara The International—Lithium memang jauh lebih tidak terkenal. Tapi sebagai tim yang baru saja dibentuk musim ini, performa Lithium tidak buruk-buruk amat. Mereka meraih posisi pertama di babak Open Qualifier Kuala Lumpur Major wilayah Eropa, serta posisi keempat di babak Closed Qualifier.

Lithium belum memiliki gelar juara, tapi kekuatan mereka cukup patut diperhitungkan. Mungkin saja absennya Team Liquid dapat menjadi kesempatan mereka untuk mengukir nama sebagai tim top dunia. Lithium akan bersaing memperebutkan hadiah senilai total US$300.000 melawan tujuh tim lainnya, antara lain The Final Tribe, compLexity Gaming, ROONS, Na’Vi, RNG Up, Infamous, serta Tigers.

Lithium | Madara
Madara (Omar Dabachach) dari tim Lithium | Sumber: Faces of Esports

Babak utama DreamLeague Season 10 akan dimulai pada tanggal 29 Oktober – 4 November di Monster Energy DreamHack Studios, kota Stockholm, Swedia. Selain meraih uang hadiah, pemenang kompetisi ini juga akan mendapat slot khusus untuk maju ke Kuala Lumpur Major pada tanggal 16 – 18 November nanti. Catat tanggalnya, dan jangan lupa untuk mendukung tim kesayangan Anda.

Sumber: GosuGamers, Team Liquid, DreamHack.

Megaxus Olimpiade 2018, Gerbang Menuju Turnamen AyoDance Tingkat Dunia

Apakah Anda sudah punya rencana untuk menghabiskan akhir pekan ini? Bila belum, Anda dapat hadir untuk menyaksikan acara turnamen esports yang akan diadakan di Neo Soho Mall, Jakarta, yaitu Megaxus Olimpiade 2018. Terutama jika Anda penggemar berbagai game online yang selama ini diterbitkan Megaxus di Indonesia.

Megaxus Olimpiade 2018 menghadirkan kompetisi esports berskala Nasional dengan total hadiah sebesar Rp91.300.000. Rangkaian kompetisi ini sudah berjalan sejak pertengahan September lalu, dengan acara puncak beserta babak Grand Final yang digelar pada tanggal 11 – 14 Oktober 2018.

Closers Online | Screenshot
Closers Online | Sumber: F2P.com

Ada empat game diusung dalam turnamen nasional Megaxus Olimpiade 2018, yaitu Audition AyoDance, AyoDance Mobile, Counter-Strike Online, serta Closers Online. Audition AyoDance menjadi bintang utama, sebab tak cuma uang hadiah, turnamen ini juga jadi ajang untuk memperebutkan 5 tiket maju ke turnamen tingkat dunia yaitu Audition AyoDance World Championship 2018 di Seoul, Korea Selatan.

Kiprah Indonesia di dunia Audition AyoDance sendiri tidak bisa diremehkan. Tahun lalu, pemain asal Indonesia berhasil menjadi juara pertama di Audition AyoDance World Championship 2017. Dia adalah Fadli Sahid Hermansyah, yang akhirnya membawa pulang hadiah senilai US$5.000. Bahkan Indonesia menyapu bersih seluruh gelar juara yang ada, baik gelar perorangan maupun tim. Tahun ini Fadli juga akan berangkat ke Seoul sebagai pemegang juara bertahan.

Audition AyoDance World Championship 2017 | Winners
Juara Audition AyoDance World Championship 2017 | Sumber: Megaxus

Selain turnamen esports, Megaxus Olimpiade 2018 juga menghadirkan hiburan-hiburan lainnya. Misalnya kesempatan untuk mencoba game secara gratis, serta kompetisi cosplay. Kompetisi akan diadakan pada hari Minggu, tanggal 14 Oktober 2018 di Neo Soho Mall, dengan lima tema berikut:

  • Megaxus Cosplay (AyoDance, Counter-Strike Online, Closers Online)
  • Anime, Manga, Console & Comic Cosplay (contoh: One Piece, Naruto, Final Fantasy, dan lain-lain)
  • Movie Character (contoh: Pirates of Carribean, Harry Potter, Star Wars, dan lain-lain)
  • Tokusatsu dan Mecha (contoh: Kamen Rider, Gundam)
  • Orisinal dan Superhero (contoh: Gatot Kaca, Superman, Iron Man)

Tersedia hadiah untuk lima pemenang, masing-masing sejumlah Rp350.000 serta plakat dan merchandise dari Megaxus. Registrasi dapat dilakukan secara online di situs Megaxus Olimpade 2018, ataupun on the spot hingga pukul 12.00 WIB.

Audition AyoDance | Screenshot
Audition AyoDance | Sumber: Megaxus

Untuk Anda yang berminat menyaksikan acara Megaxus Online 2018 namun berhalangan hadir, jangan khawatir. Megaxus juga akan melakukan live streaming pada tanggal 13 – 14 Oktober di channel YouTube resmi Megaxus, serta halaman Facebook Megaxus Infotech.

Sumber: Megaxus, Liputan6.

Wawancara Bersama Owner BOOM ID Tentang Pahit Manis Organisasi Esports

Dengan menjamurnya dan ‘latah’ esports di Indonesia, banyak orang beramai-ramai terjun ke industri ini; dari yang mulai jadi event organizer, media, ataupun tim esports.

Meski begitu, nyatanya, memang tidak mudah meraba industri baru ini jika tak ada teladan yang bisa diikuti. Karena itu, kami mengajak mereka-mereka yang sudah lebih dulu terjun untuk berbagi pengalamannya.

Kali ini, kita akan berbicara soal tim esports dan saya telah menghubungi Gary Ongko Putera yang merupakan owner sekaligus founder dari BOOM ID untuk menceritakan insight-nya.

Sebelumnya, buat yang tidak familiar dengan BOOM ID, organisasi esports ini adalah salah satu yang terbesar di Indonesia yang didirikan tahun 2016.

Sumber: BOOM ID
Sumber: BOOM ID

Saat artikel ini ditulis, mereka juga masih menjadi organisasi dengan divisi/tim game terbanyak mulai dari Dota 2, CS:GO, Mobile Legends, Point Blank, PUBG, PUGB Mobile, Vainglory, Hearthstone, dan FIFA Online. Mereka bahkan punya 3 tim untuk game Mobile Legends, 2 di Indonesia dan 1 di Singapura.

Selain itu mereka juga bisa dibilang paling konsisten performanya, dari aspek prestasi, di dunia persilatan Dota 2 dan CS:GO Indonesia.

Inilah perbincangan saya dan Gary.

Sumber: Duniaku
Sumber: Duniaku.net

Sejarah BOOM ID

Saya pun menanyakan cerita bagaimana dulu BOOM ID terbentuk. Gary pun bercerita bahwa saat ia masih SD atau SMP setiap hari main ke warnet. Dari sana, ia bermimpi untuk memiliki organisasi seperti Fnatic.

“Emang dari dulu patokannya Fnatic. Menurut gua, mereka salah satu organisasi paling keren.” Ungkapnya.

Dari impian itu, satu saat ia mendapatkan kesempatan karena tim CS:GO Kanaya ingin melepaskan diri dari manajemen dan mencari tempat berlabuh baru. “Kebetulan cocok. Jadi, mulailah BOOM ID.”

Kala itu, ada 4 pemain yang berasal dari Kanaya yaitu hazard, mindfreak, asteriskk, dan MaverickZz ditambah 1 pemain dari Recca Esports, 6fingers. Saat itu Ari Kurniawan, yang sekarang jadi COO Capcorn, manajer dari Kanaya Gaming juga ikut hijrah jadi manajer BOOM ID.

Gary (kiri) dan Owljan (kanan). Sumber: Owljan
Gary (kiri) dan Owljan (kanan). Sumber: Owljan

Ari pun mengenalkan Owljan untuk jadi graphic designer BOOM ID. Dari Owljan, ia pun mengenalkan BOOM ID ke tim Dota 2 yang mantan pemain Supernova. Maka bergabunglah InYourDream, Dreamocel, SaintDeLucaz, Varizh, dan SnowbaLL yang jadi susunan pemain pertama divisi Dota 2 BOOM ID.

Dari 2 divisi itu pun BOOM ID pelan-pelan berkembang besar sampai jadi sekarang ini. Beberapa divisi mereka juga sebenarnya baru saja direkrut di 2018 ini, seperti Hearthstone, FIFA Online, dan Point Blank.

BOOM Jr yang merupakan salah satu tim Mobile Legends BOOM juga baru direkrut sesaat setelah tim tersebut lolos ke MLBB Professional League (MPL) Indonesia Season 2. Sebelumnya, tim tersebut bernama Chronos Agent.

Tantangan Organisasi Esports

Saya pun menanyakan tantangan-tantangan yang harus ia hadapi sebagai pemilik tim esports.

“Kesulitannya… hmmm banyak sih. Kita sekarang punya anggota 50+. Jadi, setiap hari pasti ada susahnya. Entah result (prestasi) yang kurang memuaskan, (masalah) internal, cari sponsor, cari talent, cari coach yang mau tinggal di Indonesia, masalah internet dan yang lain-lainnya.”

Ia pun menambahkan beberapa cerita yang spesifik tentang kesulitan yang pernah ia rasakan. “Dulu pernah juga pakai provider internet yang kurang bagus. Jadi setiap nyari Grab atau Gojek ke BC selalu di-cancel. Pernah kebanjiran juga jadi harus angkat PC ke atas meja supaya ga konslet. Pernah mati lampu saat bertanding. Pernah gagal ikut 2 kualifikasi regional Asia Tenggara karena jadwal yang saling bertabrakan.”

“Netizen itu kesulitan juga sih yang harus dihadapi hahaha…” Katanya tertawa.

Tentang modal awal

Lalu bagaimana soal modal awalnya untuk membuat tim ini? Apakah ada kesulitan sendiri soal ini?

Gary pun bercerita bahwa ia harus meninggalkan perusahaan orang tuanya untuk fokus ke BOOM.

“Hahaha… Lumayan tegang ngomongnya (waktu itu). Tapi karena sudah passion dan pas S2 di Amerika juga sudah dipikirkan masak-masak business plan nya, jadinya untung lumayan smooth dan didukung (orang tua).” Kenang Gary.

Sekarang, BOOM ID memang telah mendapatkan banyak sponsor namun ia juga mengatakan bahwa punya sponsor itu tidak selalu menyenangkan. “Beberapa brand kadang-kadang memberikan janji yang muluk-muluk namun setelah dibantu semuanya berubah.”

Dari pengalaman itu, Gary juga memberikan pesan untuk para owner baru untuk benar-benar cari tahu brand yang menawarkan diri jadi sponsor.

Tim Dota 2 BOOM ID. Sumber: BOOM ID
Tim Dota 2 BOOM ID. Sumber: BOOM ID

Jadi, dari cerita tadi, sebenarnya masalah yang dihadapi oleh organisasi esports tak jauh berbeda dengan masalah perusahaan kebanyakan.

Masalah prestasi yang tak sesuai harapan adalah masalah KPI di perusahaan profit. Masalah internal pemain juga bisa disebut masalah SDM. Masalah internet dan teknis lainnya juga tak jarang dihadapi oleh perusahaan lainnya. Sedangkan masalah sponsor juga bisa diartikan masalah kesepakatan bisnis.

Namun demikian, meski bisa dibilang masalah yang dihadapi senada, kemampuan manajemen yang baik juga perlu diimbangi dengan pengetahuan esports yang memadai untuk mengatur sebuah organisasi esports.

Dari obrolan saya dan Gary, saya juga baru mengetahui ternyata owner BOOM ID ini bahkan lulusan S1 dan S2 dari US. Gelar S1 nya pun ganda (double degree) antara Ekonomi dan Psikologi. Untuk S2 nya, Gary mengaku mengambil jurusan Ekonomi.

“Jenius gua despite kerusuhan gua…  wakakkakaa.” Seloroh Gary.

Mungkin juga, karena latar belakang akademis Gary tadilah, ia berhasil membawa BOOM ID jadi sebesar ini sekarang.

Jadi, buat Anda yang masih meremehkan gamer, yang katanya malas, bodoh, dan tidak berpendidikan, saya akan bawa Gary ketemu Anda… Hehe…

Tentang regenerasi pemain

Satu hal yang sebenarnya menjadi perbincangan di kalangan manajemen tim esports Indonesia adalah soal minimnya regenerasi pemain di tanah air, khususnya di Dota 2 dan CS:GO.

Sumber: BOOM ID
Sumber: BOOM ID

Bagaimana menurut pendapat Gary?

Menurutnya soal regenerasi itu tergantung dari minat organisasi tersebut apakah serius memberikan insentif ke pemain untuk naik ke tingkat pro.

Ia pun tidak melihat regenerasi jadi masalah di Indonesia. “Dengan makin banyaknya organisasi di Indonesia, harusnya regenerasi talent (pemain) aman.”

Gary pun memberikan contoh bahwa sekarang organisasi-organisasi esports besar juga ramai-ramai buat tim CS:GO. Ia pun menyebutkan yang spesifik tentang organisasi esports PG Barracx yang sekarang punya PG Godlike dan PG Orca yang merupakan divisi baru dengan pemain-pemain muda.

Menurutnya, pandangan kaum awam dan masyarat generasi tua yang menjadi kunci terakhir tentang regenerasi ini. “Karena banyak pemain yang tidak diijinkan untuk mengejar ambisi menjadi pemain profesional sama orang tuanya. Padahal, dari segi gaji, lumayan banget jadi pro player.”

Berbicara soal gaji, memang berapa sih sebenarnya gaji yang bisa didapatkan oleh pemain baru?

Menurutnya, kisaran gaji yang bisa didapatkan oleh pemain baru di Indonesia bisa berkisar antara Rp3-4 juta rata-ratanya. “Semua tergantung prestasi sih kalau di BOOM. Kurang tahu kalau untuk tim-tim lainnya.”

BOOM ID saat juara IGC 2018. Sumber: BOOM ID
Tim Dota 2 BOOM ID saat juara IGC 2018. Sumber: BOOM ID

Keuntungan memiliki tim Esports

Setelah kita berbicara cukup panjang soal tantangan, bagaimana soal keuntungannya?

Dari sisi emosional, Gary mengaku bangga ketika timnya menang meski merasa sedikit kesal juga saat kalah. Gary memang benar-benar peduli dengan performa tim-timnya di sana.

Selain soal kemenangan tadi, ia juga merasa ada kepuasan sendiri jika banyak pemain yang berkembang setelah mereka bergabung dengan BOOM ID.

Ia juga senang ketika bisa melihat para pemainnya kerja keras selama latihan. “Rewarding aja bisa melihat pemain yang sangat peduli dengan pekerjaannya sebagai pro gamer.”

Bagaimana soal keuntungan materiil?

Ia mengaku bisa mendapatkan keuntungan materiil dari sponsor, hadiah turnamen, penjualan merchandise, dan streaming incentives.

Saat ini, Gary pun mengaku sebenarnya BOOM ID sudah profit (mendapatkan laba) namun ia justru menggunakan keutungan tersebut untuk melebarkan sayapnya alias expand.

Dari semua jenis pemasukan tadi, Gary mengatakan bahwa pemasukan dari sponsor yang cukup besar. Sebaliknya, hadiah turnamen di Indonesia tidak dirasa cukup besar.

Merchandise BOOM ID. Sumber: BOOM ID
Merchandise BOOM ID. Sumber: BOOM ID

“Paling PO jersey yang lumayan. Tapi ga bisa sering-sering haha…”

Itu tadi perbincangan singkat saya dengan Gary Ongko, yang empunya BOOM ID. Semoga perbincangan kami dapat bermanfaat bagi Anda yang tertarik untuk membuat tim esports.

Thanks juga buat Gary yang sudah menyempatkan waktunya dan berbagi cerita. Semoga kawan-kawan kita di BOOM ID bisa terus berkembang dari waktu ke waktu ya!

Liga Esports PUBG Pertama di Amerika Serikat Akan Digelar pada Januari 2019

PlayerUnknown’s Battlegrounds atau PUBG sudah cukup populer diusung menjadi salah satu cabang game kompetitif dalam turnamen. Namun belum ada liga profesional PUBG yang menaungi game tersebut dalam skala nasional, setidaknya di Amerika Serikat. Hal itu akan segera berubah berkat diluncurkannya liga esports PUBG dengan nama National PUBG League (NPL) mulai Januari 2019 nanti.

PUBG Corp. selaku penerbit PUBG bekerja sama dengan organisasi esports asal Korea Selatan, OGN, untuk pengadaan liga ini. Bagi PUBG Corp., NPL hanyalah salah satu dari rangkaian rencana jangka panjang untuk menciptakan ekosistem esports global yang berkesinambungan. Sebelumnya mereka juga telah meluncurkan turnamen esports bernama PUBG Global Invitational 2018 di Berlin, Jerman.

PlayerUnknown's Battleground | Screenshot
PlayerUnknown’s Battleground | Sumber: Microsoft

Sebagai partner eksklusif, OGN mendapat hak untuk ikut menjadi organizer NPL serta menyiarkan pertandingan di channel Twitch mereka. Untuk NPL musim pertama, PUBG Corp. dan OGN menawarkan hadiah uang senilai total 1 juta dolar. Hadiah tersebut merupakan yang terbesar dalam kompetisi PUBG di seluruh Amerika Serikat selama ini.

OGN sendiri sebelumnya sudah berpengalaman “membesarkan” judul-judul esports lain, termasuk StarCraft II dan League of Legends. Tidak tanggung-tanggung, OGN bahkan mendirikan arena esports baru yang terletak di Manhattan Beach, California. Total investasi OGN di Amerika Serikat ini dikabarkan mencapai lebih dari 100 juta dolar. Dengan kapasitas hingga 500 penonton dan 100 pemain, arena baru OGN ini dirancang khusus untuk mengakomodasi pertandingan esports bergenre battle royale.

OGN Manhattan Arena | Design
Rancangan arena OGN di Manhattan Beach | Sumber: OGN

Selain NPL, nantinya arena tersebut juga akan digunakan untuk OGN Super League (OSL) dan OGM Super Match (OSM). Keduanya adalah kompetisi rutin mingguan yang mempertandingkan berbagai game secara bergilir. Bedanya, OSL terbuka untuk semua orang, sementara OSM adalah turnamen invitational khusus untuk tim-tim terbaik. OSL dan OSM juga akan diluncurkan mulai tahun 2019.

Menurut Gary Kim, pimpinan produksi OGN, kerja sama dengan PUBG Corp. adalah langkah awal mereka untuk mengubah iklim esports Amerika Serikat menuju tingkat yang lebih tinggi. “Sejauh ini konten kami telah diterjemahkan ke berbagai bahasa (dan negara) di seluruh dunia, tapi kami belum mendapat kesempatan untuk memasukkan struktur di Amerika Serikat,” katanya dalam sebuah wawancara dengan CNBC.

OGN Survival Arena | Photo
OGN Survival Arena di Seoul, Korea Selatan | Sumber: OGN

Kim menambahkan, “Untuk berkembang menuju pasar global, kami butuh Amerika Serikat. Banyak developer game terkemuka ada di Amerika Serikat, dan kami ingin bekerja sama dengan mereka.” Amerika Serikat memang termasuk salah satu negara dengan perkembangan esports terbesar, tapi OGN merasa masih banyak potensi yang dapat digali.

Selain siaran turnamen dan acara-acara esports, OGN juga ingin menciptakan konten orisinal yang ditujukan untuk para pemirsa Amerika Serikat secara umum. Contohnya seperti pameran game, dokumenter seputar esports, pameran virtual reality, hingga pertandingan esports antara selebritas. OGN percaya bahwa mereka dapat menarik minat berbagai kalangan masyarakat, mulai dari para penggila esports sampai para pemirsa awam.

Sumber: Variety Gaming, CNBC.