Skype Kini Tampilkan Suara Penelpon dalam Bentuk Teks

Skype selangkah lebih maju dengan melakukan peluncuran dua fitur baru yang cukup menarik, live caption dan subtitle. Diluncurkan hari ini, kedua fitur sudah bisa dipergunakan oleh pengguna setia Skype. Bertepatan dengan hari disabilitas Internasional, fitur baru ini akan menampilkan transkrip real-time apa yang diucapkan oleh lawan bicara dalam panggilan, mempermudah mereka penderita disabilitas pada indera pendengaran.

Caption dan subtitle dapat dengan mudah diaktifkan oleh pengguna baik di perangkat mobile ataupun desktop. Saat sedang melakukan panggilan, pengguna dapat mengaktifkan pengaturan dengan memilih ikon “+” dan beralih “Turn subtitles on”. Jika Anda ingin menggunakannya di setiap panggilan, Anda dapat menuju ke bagian “Calling” di pengaturan Skype, kemudian aktifkan “Show subtitles for all voice and video calls.”

Tak terbatas di Skype, Microsoft juga meluncurkan fitur yang sama ke PowerPoint dan kemungkinan besar akan menjadi tambahan di banyak aplikasi mereka lainnya. Fitur ini akan tersedia untuk pelanggan Office 365 di PowerPoint pada akhir Januari 2019, sedangkan untuk Skype sudah bisa ditemui mulai hari ini. Skype juga akan mendapatkan dukungan untuk penerjemahan 20 bahasa dalam beberapa minggu mendatang.

Seperti di Skype, PowerPoint mulai mengadopsi teknologi AI dan pengenalan suara untuk membuat presentasi lebih mudah diakses, terutama oleh mereka yang memiliki masalah pendengaran atau non-pribumi. Saat peluncuran, teks PowerPoint akan mendukung 12 bahasa lisan dan subtitle di layar untuk lebih dari 60 bahasa.

Sumber berita Skype.

Fitur Pencarian Bing Kini Hadir di Aplikasi Keyboard SwiftKey

Setelah diumumkan pertama kali tengah diuji di fase beta, pengembang SwiftKey akhirnya merilis pembaruan berupa pencarian Bing yang memungkinkan pengguna mencari banyak hal tanpa harus meninggalkan aplikasi.

Penambahan tombol Bing di SwiftKey bukanlah sebuah langkah baru yang mengesankan, sebab sebelum ini Gboard sudah lebih dulu menghadirkan fitur serupa di aplikasinya. Penggunaan kolom pencarian juga dipastikan merebut ruang yang dihuni oleh tombol-tombol papan ketuk yang sudah ada. Apapun itu, Microsoft terlihat hanya berusaha untuk tetap menempal Google sebagai salah satu rival terberatnya.

swiftkey-search-640x525

Hasil pencarian akan ditampilkan dalam overlay browser tab yang isinya bisa dibagikan menggunakan screenshot. Fungsi pengambilan screnshot ini juga digulirkan sebagai fitur pendamping yang akan mempermudah dan mempercepat aktivitas berbagi. Setelah screenshot diambil, pengguna SwiftKey juga bisa memotong area yang tak diinginkan lalu mengirimkan hasil akhir atau tautan ke dalam percakapan.

Keempat fitur baru ini sudah mentas dari fitur beta dan digulirkan secara bertahap, dimulai dari 11 negara terpilihan, antara lain Inggris, AS, Perancis, Kanada, Australia, Jerman, Jepang, Italia, India, Spanyol, dan Brazil.

Di versi beta, SwiftKey punya beberapa pekerjaan rumah, salah satunya menguji tiga layout baru dan satu pengetikan bahasa.

  • Layout Arabic
  • Layout script Jawi Malay
  • Layout Pinyin 12-key baru
  • Pengetikan tipe bahasa msa_MY: Malay (Jawi)

Sumber berita Ubergizmo.

Application Information Will Show Up Here

Fitur Fast Pair di Android Kini Dapat Tersinkronisasi Antar Perangkat

Setahun yang lalu, Google mengumumkan fitur baru untuk smartphone Android bernama Fast Pair. Fitur tersebut sejatinya merupakan jawaban Google atas kemudahan pairing yang ditawarkan oleh Apple AirPods, memungkinkan pengguna untuk menyambungkan headphone atau speaker Bluetooth ke smartphone dengan satu sentuhan saja.

Fast Pair bukanlah fitur eksklusif untuk lini smartphone Pixel. Pada kenyataannya, Google baru saja memperbarui fitur tersebut supaya dapat tersinkronisasi antar perangkat. Maksudnya begini: anggap Anda sudah punya smartphone dan headphone yang terhubung via Fast Pair. Lalu ketika Anda beralih ke ponsel lainnya dengan akun Google yang sama, headphone yang sama juga akan tersambung secara otomatis.

Singkat cerita, pembaruan ini memungkinkan akun Google kita untuk mengingat-ingat headphone atau speaker Bluetooth yang pernah tersambung ke salah satu perangkat kita, lalu mentransfer koneksinya ke perangkat lain. Sekali lagi inspirasinya kembali merujuk pada AirPods, sebab Apple memang juga menawarkan sinkronisasi serupa bagi konsumennya.

Google juga bilang bahwa Fast Pair kini sudah kompatibel dengan lebih banyak perangkat, termasuk dari brand populer seperti Anker SoundCore dan Bose. Tahun depan, Google berencana menghadirkan fitur Fast Pair dengan kapabilitas yang sama untuk Chromebook.

Sumber: The Verge dan Google.

Beat Sync Maker Bantu Para DJ Amatir Ciptakan Video Musik yang Lebih Menarik

Beat bisa dibilang merupakan komponen terpenting dari musik dance alias EDM. Di saat yang sama, efek visual juga tidak kalah krusial ketika EDM disuguhkan dalam format video. Sering kali, beat dan efek visual disiapkan untuk tidak melupakan satu sama lain; keduanya berjalan berbarengan dan selalu tersinkronisasi.

Untuk mewujudkannya, para DJ maupun kru editor videonya tentu membutuhkan ketelitian dalam menyunting videonya. Namun tentu tidak semua DJ punya sumber daya atau waktu berlebih hanya untuk menambahkan efek-efek visual pada video musiknya. Buat mereka ini, Roland sudah menyiapkan solusi yang cukup menarik.

Solusi tersebut datang dalam bentuk aplikasi iOS bernama Beat Sync Maker. Roland merancangnya agar bisa menambahkan beragam efek visual ke suatu video musik secara otomatis, dan tentu saja efeknya akan tersinkronisasi dengan beat yang tersaji. Keahlian teknis dalam mengedit video sama sekali tak diperlukan di sini.

Roland Beat Sync Maker

Jadi ketimbang video hanya menampilkan adegan jari-jari yang menari di atas drum machine, video bisa tampak lebih menarik dan tidak monoton berkat efek visual yang dihadirkan aplikasi. Kalau perlu, pengguna juga bisa menambahkan klip video lain di atas video musik yang tengah diedit.

Hasilnya jelas belum bisa menandingi video musik para DJ profesional yang diedit dengan komputer, tapi setidaknya masih jauh lebih menarik ketimbang tanpa efek visual sama sekali. Beat Sync Maker tidak bisa membantu para DJ amatir mengasah skill-nya lebih jauh, namun setidaknya ia bisa membantu mereka ‘menjual’ karyanya ke audiens.

Lebih menarik lagi, Beat Sync Maker bisa diunduh tanpa dipungut biaya, tapi video yang bisa dibuat dibatasi durasinya pada 30 detik saja. Kalau butuh lebih, pengguna harus membeli in-app purchase, atau bisa juga dengan menyambungkan perangkat Roland Go:Mixer.

Sumber: Engadget dan Roland.

Smartphone Huawei Jadi yang Pertama Mengadopsi Sistem Operasi Baru Google, Fuchsia OS?

Dua tahun silam, Google diberitakan memulai proyek pengembangan sistem operasi baru bernama Fuchsia OS. Setahun setelahnya antarmuka OS tersebut mulai merebak di dunia maya, memperlihat kemiripannya dengan Android meskipun disebut tak benar-benar sama.

Setelah bocoran itu, Fuchsia OS seperti lenyap dari bumi. Tak banyak pemberitaan yang bisa dijumpa, tetapi sejumlah media mengatakan Google masih mengerjakan OS ini dan tengah bersiap untuk melakukan debut.

Kini, di situs kolaborasi online Gerrit muncul barisan kode yang mengungkapkan bahwa Fuchsia OS tengah diuji untuk berjalan di perangkat buatan Huawei, tepatnya Honor Play, smartphone keluaran baru yang mengemas chipset Kirin 970. Chipset Kirin 970 sendiri merupakan prosesor kelas atas yang menjadi dapur pacu di sejumlah perangkat flaghsip, seperti Mate 10 dan P20.

Menemukan brand Huawei dalam pemberitaan Fuchsia OS bukanlah hal mengejutkan. Pasalnya, Huawei dan Google memiliki hubungan bisnis yang sangat baik. Pabrikan asal Tiongkok ini pernah digandeng oleh Google untuk meracik smartphone seri Nexus 6P yang cukup sukses di pasaran. Hanya saja, di seri Nexus ini Google dan Huawei sepakat menggunakan chipset Snapdragon buatan Qualcomm. Lebih lanjut, insinyur Huawei juga disebut berkontribusi pada kode proyek Fuchsia beberapa kali selama setahun terakhir, tetapi tidak secara signifikan.

Dalam sebuah postingan, seorang insinyur dari Huawei secara langsung mengungkapkan bahwa pihaknya sedang bekerja untuk membuat OS yang baru berjalan mulus di perangkat ber-prosesor Kirin 970, dimulai dengan smartphone Honor Play.

“Booted Zircon di Kirin 970 menggunakan perangkat Honor Play.”

fuchsia-huawei-honor-play

Sebagai informasi, bahwa “Zircon” adalah platform inti yang menggerakkan Fuchsia OS.

Sumber berita 9to5Google.

Viber Luncurkan Fitur Grup yang Menampung 1 Miliar Anggota dan Bisa Dimonetasi

Hampir semua aplikasi pesan instan mempunyai fitur grup yang menawarkan tempat bagi komunitas atau kelompok orang dengan minat yang sama untuk saling bercengkrama. Tetapi fitur ini seringkali dibatasi dengan jumlah yang bervariasi. WhatsApp misalnya membatasi anggota grup maksimal sebanyak 256 orang, kemudian Telegram lebih banyak, mencapai 10.000 orang.

Yang terbaru, Viber membuat gebrakan yang lebih berani dengan meluncurkan layanan baru bernama Viber Communities yang dapat menampung anggota sebanyak 1 miliar orang atau secara harfiah bisa diartikan tanpa batas. Tapi yang menarik, Viber juga menawarkan opsi monetasi sehingga pemilik grup bisa menguangkan interaksi yang terjadi di dalam grupnya.

Communities-PR2

Dan berbeda dari fitur grup di aplikasi lain. Viber Communities menawarkan fungsional yang lebih luas, beberapa di antaranya:

  • Pertama tentu saja jumlah anggotanya yang tak terbatas, karena Viber membatasinya sampai dengan 1 milar anggota.
  • Anggota bisa gabung dengan satu klik mudah
  • Anggota bisa melihat arsip percakapan grup
  • Fitur pesan tersemat, di mana admin bisa melekatkan pesan sebagai pesan unggulan yang nantinya tampil di urutan teratas sampai dihapuskan secara manual oleh admin.
  • Pengaturan visibilitas, di mana super admin punya hak untuk menentukan visibilitas grup, apakah terlihat oleh publik atau private.

Viber mengonfirmasi fitur ini akan digulirkan secara bertahap ke seluruh penggunanya.

Sumber berita blonde20.

Google Assistant Kini Mendukung Fitur Siri Shortcuts di iOS 12

Dibandingkan Siri, Google Assistant jauh lebih superior dalam banyak hal. Masalahnya, mengakses Assistant di perangkat iOS tidak sepraktis di Android. Kalau di Android kita tinggal mengucapkan “OK Google” diikuti oleh instruksi atau pertanyaannya, di iOS kita harus membuka aplikasi Assistant secara manual terlebih dulu.

Namun Google seakan tidak kehabisan akal. Mereka baru saja meluncurkan update aplikasi Assistant yang menghadirkan dukungan atas fitur Siri Shortcuts pada iOS 12. Siri Shortcuts, bagi yang tidak tahu, memungkinkan pengguna untuk meracik frasa custom guna mengakses beragam fungsi aplikasi pihak ketiga via Siri.

Berkat Siri Shortcuts, pengguna sekarang bisa menetapkan frasa seperti “OK Google” atau “Hey Google”. Lalu ketika mereka mengucapkan frasa tersebut ke Siri, aplikasi Assistant akan dibuka secara otomatis, dan ganti Assistant yang siap mendengarkan instruksi atau pertanyaan selanjutnya dari pengguna.

Semuanya bakal terdengar lucu dan kurang elegan ketika kita mengucapkan “Hey Siri, OK Google” demi memanggil Assistant di iOS secara lebih mudah. Namun itu masih lebih praktis ketimbang harus memanfaatkan widget Assistant pada lock screen atau sebelah kiri home screen.

Berhubung Google Assistant sendiri bisa dipakai untuk mengontrol perangkat smart home, pengguna perangkat iOS juga dapat memanfaatkan Siri Shortcuts untuk keperluan tersebut. Contohnya, frasa “Goodnight Google” yang kita ucapkan ke Siri bakal membuka aplikasi Assistant dan menjalankan fungsi untuk mematikan semua lampu pintar yang terhubung secara otomatis.

Saya yakin sampai kapan pun Apple tak akan membiarkan Google Assistant bisa terintegrasi langsung ke iOS, sehingga teknik berbasis Siri Shortcuts ini adalah cara paling praktis buat pengguna iOS yang lebih memilih Assistant ketimbang Siri. Untuk menggunakannya, pastikan Anda sudah meng-update aplikasi Assistant ke versi yang paling baru (versi 1.4.6108).

Sumber: The Verge.

Google Find My Device Sudah Bisa Menampilkan Layout Gedung Tempat Smartphone Berada

Teknologi ada untuk memudahkan hidup manusia, dari kemudahan dalam melakukan perjalanan, berkomunikasi, bekerja hingga hal-hal bersifat personal misalnya membantu menemukan gadget yang tertinggal di suatu tempat atau bahkan hilang.

Untuk yang terakhir, kita punya banyak pilihan salah satunya menggunakan Google Find My Device. Sejak pertama diluncurkan, fitur Find My Device memanfaatkan navigasi melalui peta virtual seperti halnya yang Anda jumpai di aplikasi Google Maps. Bedanya, aplikasi akan memberikan informasi pergerakan perangkat dengan syarat perangkat tersebut terhubung ke jaringan internet.

Makin canggih, karena di pembaruan teranyarnya Find My Device kini mendapatkan kemampuan baru. Kini, tidak hanya berupa peta digital tapi juga mampu menampilkan layout di mana smartphone berada, misalnya di mall atau bandar udara. Dengan begini, pengguna tidak hanya mengetahui di mana lokasinya tapi juga mendapatkan informasi keberadaannya yang lebih spesifik.

Sayangnya belum diketahui dengan pasti gedung apa saja yang bisa terindentifikasi oleh aplikasi Find My Device. Google juga belum buka suara apakah fitur ini akan sepenuhnya bekerja di semua bentuk ruang atau hanya di bangunan-bangunan populer yang ada di database Google Maps.

Lalu, apakah fitur ini akan membantu korban yang kehilangan smartphone karena kejahatan jalanan? Belum tentu. Karena ada kondisi tertentu yang harus dipenuhi terlebih dahulu, pertama smartphone harus dalam kondisi hidup, terhubung ke internet dan masih menggunakan akun yang sama. Tanpa itu, kecil kemungkinan untuk ditemukan sangat kecil. Tetapi, jika smartphone hanya tertinggal di suatu tempat, fitur baru ini tentu akan memberikan informasi lokasi yang lebih presisi, terutama jika bangunan tersebut mempunyai banyak ruangan dan lantai.

Sumber berita Theverge dan gambar header Naijatechguide.

Aplikasi Cortana Versi 3.0 Hadirkan Tampilan dan Sejumlah Fitur Baru

Microsoft baru saja merilis aplikasi Cortana versi 3.0 untuk perangkat Android dan iOS usai menjalani tahap pengujian selama sebulan. Seperti yang bisa Anda lihat pada gambar di atas, tampilannya berubah cukup signifikan menjadi lebih rapi ketimbang sebelumnya.

Namun perubahan visual barulah kulit luarnya, sebab Microsoft turut menjanjikan pengalaman berinteraksi yang lebih “conversational“, kalau menggunakan istilah Microsoft sendiri. Mungkin yang mereka maksud adalah percakapan yang lebih alami dengan Cortana, atau yang tidak terlalu terbatas pada penggunaan frasa-frasa tertentu saja.

Hal itu sebenarnya bisa dibuktikan melalui manuver akuisisi Microsoft belakangan ini. Pada bulan Mei lalu, mereka mengakuisisi Semantic Machine dengan tujuan membuat cara berbicara Cortana jadi lebih mirip manusia, dan sepertinya hasil kerja keras mereka sudah bisa konsumen nikmati melalui Cortana versi 3.0 ini.

Pembaruan lainnya adalah fitur untuk memutar musik atau podcast, dan aplikasi Cortana kini juga berperan sebagai tempat untuk mengatur konfigurasi awal perangkat-perangkat yang mengusung integrasi Cortana, macam Surface Headphones misalnya.

Terakhir, integrasi Cortana dengan ekosistem layanan Microsoft juga kian dimatangkan pada versi terbaru aplikasinya ini. Selain mengakses kalender, reminder, to-do-list dan email, aplikasi Cortana juga dapat dipakai untuk bergabung ke percakapan video di Skype maupun di Microsoft Teams.

Sumber: The Verge.

Application Information Will Show Up Here

Update Terbaru Wear OS Diracik untuk Meningkatkan Daya Tahan Baterai Smartwatch

Agustus lalu, Google merombak tampilan Wear OS demi menyuguhkan mekanisme pengoperasian yang jauh lebih mudah daripada sebelumnya. Sekarang, giliran faktor penunjang di balik layar yang dibenahi Google, spesifiknya yang berdampak langsung pada daya tahan baterai perangkat.

Melalui forum Wear OS, Google mengumumkan update Wear OS versi “H”, yang dijadwalkan meluncur dalam beberapa bulan ke depan. Pembaruan yang dibawa tidak terlalu banyak, akan tetapi seperti yang saya bilang, punya pengaruh besar terhadap jangka waktu penggunaan tiap-tiap perangkat.

Utamanya berkat mode Battery Saver baru yang akan menyulap smartwatch menjadi murni sebagai penunjuk waktu ketika sisa baterainya sudah mencapai batas 10%. Cara kerjanya sejatinya mirip seperti fitur Battery Saver bawaan chipset Qualcomm Snapdragon Wear 3100, yang sejauh ini baru tersedia di dua smartwatch, yaitu Montblanc Summit 2 dan Fossil Sport.

Ini berarti konsumen tak harus membeli dua smartwatch baru tersebut untuk bisa dimanjakan oleh fitur Battery Saver yang lebih efektif. Lebih lanjut, smartwatch yang menerima update ini juga dapat masuk ke mode Deep Sleep demi semakin meningkatkan efisiensi baterai ketika tidak terdeteksi ada aktivitas apa-apa selama 30 menit.

Selanjutnya, ada fitur Smart App Resume untuk semua aplikasi, dimaksudkan supaya proses pergantian aplikasi berjalan lebih seamless, sebab pengguna bisa langsung melanjutkan apa yang mereka lakukan sebelumnya di tiap-tiap aplikasi.

Pembaruan yang terakhir cukup sepele, namun tetap bisa memberikan keuntungan bagi pengguna. Usai menerima update versi H ini, pengguna bisa lebih mudah mematikan smartwatch-nya. Cukup dengan menekan dan menahan tombol power, lalu memilih opsi “power off” atau “restart”.

Sumber: Droid-Life dan Google.