Google dan Samsung Lebur Wear OS dan Tizen Jadi Satu

Belakangan ini santer dibicarakan rumor mengenai Samsung yang akan merilis smartwatch Wear OS. Rumor tersebut hampir bisa dipastikan akurat, sebab ke depannya kita tidak akan lagi menjumpai smartwatch baru dari Samsung yang menjalankan sistem operasi Tizen. Sebagai gantinya, Google dan Samsung rupanya telah bekerja sama untuk melebur Wear OS dan Tizen menjadi satu.

Hasil perkawinan kedua platform perangkat wearable itu dinamai “Wear” saja, tanpa embel-embel apa-apa. Gagasan utamanya adalah menggabungkan kelebihan-kelebihan dari masing-masing platform, dengan tujuan untuk menyuguhkan performa yang lebih baik, konsumsi daya yang lebih efisien, dan ekosistem aplikasi yang lebih kaya di Google Play Store.

Dari segi performa, Google bilang bahwa proses loading awal aplikasi bakal berlangsung 30% lebih cepat pada smartwatch Wear yang ditenagai chipset generasi terbaru, dan itu selagi menampilkan animasi-animasi yang lebih mulus sekaligus mengonsumsi lebih sedikit energi. Developer aplikasi tentu juga bakal dimudahkan mengingat mereka tidak perlu lagi membuat aplikasi untuk dua platform yang berbeda.

Berbagai fitur anyar tentu juga bakal hadir di Wear, mulai dari yang sepele seperti shortcut untuk berganti-ganti aplikasi, sampai Google Maps yang sudah dirombak secara drastis dan dapat beroperasi tanpa perlu menebeng ke smartphone.

Suksesor Galaxy Watch3 tidak lagi menggunakan Tizen, tapi kemungkinan besar masih mempertahankan bezel memutarnya / Samsung

YouTube Music dipastikan bakal tersedia di Wear tahun ini juga, lengkap dengan fitur download untuk digunakan secara offline (fitur yang sama juga bakal tersedia untuk Spotify). Google juga berniat memperluas jangkauan layanan Google Pay ke 26 negara di luar 11 negara yang sudah tersedia.

Wear juga akan kedatangan integrasi fitur-fitur kesehatan milik Fitbit. Seperti yang kita ketahui, proses akuisisi Google terhadap Fitbit sudah sepenuhnya terselesaikan pada awal 2021 ini, dan itu berarti tim Fitbit dan tim Wear kini berada di bawah naungan satu divisi yang sama.

Lalu bagaimana dengan nasib Fitbit OS? Sejauh ini belum ada kejelasan, tapi yang pasti Fitbit sendiri bakal merilis smartwatch premium yang berjalan pada platform Wear, seperti disinggung oleh James Park selaku CEO Fitbit dalam pengumuman Wear di acara Google I/O 2021.

Dari kubu Samsung, meski mereka sudah tidak lagi menggunakan Tizen, smartwatch Wear mereka ke depannya dipastikan bakal tetap mempertahankan fitur-fitur yang sudah menjadi ciri khas selama ini, seperti misalnya bezel yang dapat diputar untuk menavigasikan perangkat.

Sumber: Google dan Wired.

Google Luncurkan Aplikasi Gboard untuk Smartwatch Wear OS, Lebih Praktis daripada Keyboard Bawaan

Kabar baik bagi para pengguna smartwatch Wear OS. Google baru saja merilis aplikasi keyboard-nya, Gboard, untuk Wear OS. Dibandingkan keyboard bawaan Wear OS, Gboard terkesan jauh lebih nyaman digunakan sekaligus lebih kaya fitur.

Saya bilang lebih nyaman karena layout tombol-tombolnya kelihatan lebih rapi dan berjarak, memudahkan proses mengetik menggunakan layar smartwatch yang memang berukuran imut-imut jika dibandingkan dengan layar smartphone. Normalnya pengguna memang tidak akan menghabiskan waktunya chatting menggunakan smartwatch, tapi sesekali mereka mungkin bakal perlu mengetik di smartwatch untuk memberikan balasan secara cepat di tengah kesibukan masing-masing.

Pada baris paling atas, terdapat tombol untuk mengakses emoji, number pad, dan fitur dictation. Di keyboard bawaan Wear OS, pengguna harus lebih dulu menutup tampilan keyboard-nya agar bisa mengakses fitur dictation. Selagi pengguna mengetik, baris teratasnya juga akan menampilkan sejumlah rekomendasi kata yang bisa diklik dan di-scroll untuk menampilkan lebih banyak kata.

Seperti halnya di smartphone, Gboard di Wear OS juga membawa dukungan banyak bahasa. Secara default, Gboard akan menggunakan pengaturan bahasa yang sama seperti bawaan perangkat, tapi pengguna juga bisa mengubahnya jika diperlukan dengan cara menekan dan menahan tombol space bar. Sama seperti di keyboard bawaan, Gboard versi Wear OS turut mendukung swipe gesture.

Kemunculan Gboard di Wear OS bisa dilihat sebagai pertanda bahwa Google belum sepenuhnya lupa akan sistem operasi smartwatch bikinannya. Sebelum ini, komunitas pengguna Wear OS sempat dibuat geger ketika Google memensiunkan aplikasi Google Play Music tanpa menghadirkan YouTube Music sebagai penggantinya. Kesannya seakan komitmen Google terhadap segmen wearable sudah memudar.

Semoga saja Gboard baru satu dari sederet pembaruan yang sudah Google persiapkan untuk Wear OS. Kalau boleh menebak, Google sepertinya bakal menyingkap lebih banyak soal Wear OS pada event Google I/O yang akan dihelat pada tanggal 18-20 Mei mendatang. Seperti yang kita tahu, tahun kemarin tidak ada Google I/O, dan tahun ini Google bakal menggelarnya secara online sekaligus menggratiskannya.

Sumber: 9to5Google.

Update Terbaru Wear OS Diracik untuk Meningkatkan Daya Tahan Baterai Smartwatch

Agustus lalu, Google merombak tampilan Wear OS demi menyuguhkan mekanisme pengoperasian yang jauh lebih mudah daripada sebelumnya. Sekarang, giliran faktor penunjang di balik layar yang dibenahi Google, spesifiknya yang berdampak langsung pada daya tahan baterai perangkat.

Melalui forum Wear OS, Google mengumumkan update Wear OS versi “H”, yang dijadwalkan meluncur dalam beberapa bulan ke depan. Pembaruan yang dibawa tidak terlalu banyak, akan tetapi seperti yang saya bilang, punya pengaruh besar terhadap jangka waktu penggunaan tiap-tiap perangkat.

Utamanya berkat mode Battery Saver baru yang akan menyulap smartwatch menjadi murni sebagai penunjuk waktu ketika sisa baterainya sudah mencapai batas 10%. Cara kerjanya sejatinya mirip seperti fitur Battery Saver bawaan chipset Qualcomm Snapdragon Wear 3100, yang sejauh ini baru tersedia di dua smartwatch, yaitu Montblanc Summit 2 dan Fossil Sport.

Ini berarti konsumen tak harus membeli dua smartwatch baru tersebut untuk bisa dimanjakan oleh fitur Battery Saver yang lebih efektif. Lebih lanjut, smartwatch yang menerima update ini juga dapat masuk ke mode Deep Sleep demi semakin meningkatkan efisiensi baterai ketika tidak terdeteksi ada aktivitas apa-apa selama 30 menit.

Selanjutnya, ada fitur Smart App Resume untuk semua aplikasi, dimaksudkan supaya proses pergantian aplikasi berjalan lebih seamless, sebab pengguna bisa langsung melanjutkan apa yang mereka lakukan sebelumnya di tiap-tiap aplikasi.

Pembaruan yang terakhir cukup sepele, namun tetap bisa memberikan keuntungan bagi pengguna. Usai menerima update versi H ini, pengguna bisa lebih mudah mematikan smartwatch-nya. Cukup dengan menekan dan menahan tombol power, lalu memilih opsi “power off” atau “restart”.

Sumber: Droid-Life dan Google.

Mobvoi Kembali Luncurkan Smartwatch Wear OS, Ticwatch C2

Mobvoi menggebrak pasar smartwatch di tahun 2016 lewat perangkat bernama Ticwatch 2. Dari situ mereka terus melebarkan portofolio produknya ke jalur yang lebih mainstream: Ticwatch E dan S untuk kategori budget di tahun 2017, dan Ticwatch Pro dengan teknologi layar ganda pada bulan Mei lalu, yang keduanya sama-sama bersaing di platform Wear OS.

2018 belum berakhir, namun Mobvoi rupanya masih belum puas. Mereka baru saja memperkenalkan Ticwatch C2 (Classic 2) sebagai penerus langsung dari Ticwatch 2. Perubahan terbesarnya, Ticwatch C2 menjalankan sistem operasi Wear OS, bukan lagi bikinan Mobvoi sendiri seperti sebelumnya.

Mobvoi Ticwatch C2

Secara estetika, Ticwatch C2 tampak lebih dewasa ketimbang pendahulunya. Tidak ada lagi varian dengan casing aluminium, semuanya stainless steel, dengan diameter 43 mm. Selain warna hitam dan silver, C2 juga tersedia dalam warna rose gold. Khusus varian ini, casing-nya sedikit lebih tipis, dan lebar strap kulit yang digunakan 18 mm, bukan 20 mm seperti pada varian hitam dan silver.

Layarnya menggunakan panel AMOLED 1,3 inci dengan resolusi 360 x 360 pixel. Sangat disayangkan, lagi-lagi chipset yang digunakan masih Qualcomm Snapdragon Wear 2100, bukan Snapdragon Wear 3100 yang paling baru, seperti yang terdapat pada Montblanc Summit 2.

Mobvoi Ticwatch C2

Beruntung kapabilitas fitness tracking-nya tidak dikurangi, yang mencakup heart-rate monitor dan GPS. Ticwatch C2 turut dilengkapi NFC sehingga dapat dipakai untuk membayar transaksi menggunakan layanan Google Pay.

Berbekal baterai 400 mAh, Ticwatch C2 diyakini bisa beroperasi hingga dua hari sebelum perlu diisi ulang. Secara keseluruhan, fisik perangkat tahan air dengan sertifikasi IP68.

Awal Desember adalah jadwal pemasaran yang ditetapkan Mobvoi untuk Ticwatch C2. Harganya dipatok $200, sama seperti pendahulunya.

Sumber: Engadget.

Montblanc Summit 2 Resmi Dirilis, Smartwatch Pertama dengan Chipset Snapdragon Wear 3100

Saat hendak membeli smartphone flagship baru tahun ini, Anda tentu mengincar yang dibekali chipset Snapdragon 845, bukan 835 keluaran tahun lalu. Prinsip serupa semestinya juga perlu diterapkan saat tengah mengincar smartwatch Wear OS baru; cari yang menggunakan chipset Snapdragon Wear 3100 yang masih sangat baru, bukan Wear 2100 yang sudah uzur.

Sayang pilihannya sejauh ini belum banyak, bahkan LG Watch W7 yang diluncurkan bulan ini saja masih menggunakan chipset berusia dua tahun. Pada kenyataannya, untuk sekarang baru ada satu smartwatch Wear OS yang memakai chipset terbaru Qualcomm, yaitu Montblanc Summit 2.

Tidak seperti pendahulunya, Summit 2 dirancang sebagai jam tangan unisex, meski diameter 42 mm mungkin masih terasa terlalu besar untuk sebagian konsumen wanita. Terlepas dari itu, penampilannya secara keseluruhan memang kelihatan lebih ringkas, terutama di bagian bezel yang mengitari layar.

Montblanc Summit 2

Sebagai sebuah Montblanc, kesan mewah tentu tidak luput darinya. Selain varian stainless steel, Summit 2 juga ditawarkan dalam varian titanium. Crown-nya yang berbentuk seperti matahari juga terbuat dari bahan stainless steel, dan ketika diapit oleh dua tombol tambahan, tampak mirip seperti desain jam tangan klasik Montblanc 1858 Chronograph.

Layar sentuhnya yang berlapis kristal safir menggunakan panel AMOLED 1,2 inci beresolusi 390 x 390 pixel (327 ppi). Tebal perangkat secara menyeluruh tidak lebih dari 14,3 mm, dan strap 22 mm yang terpasang tentu dapat dilepas dan diganti dengan yang lain yang berbahan kulit, nilon, silikon maupun yang bergaya Milanese.

Montblanc Summit 2

Kembali ke angle utama, yang menjadi sorotan utama di sini tentu saja adalah chipset Snapdragon Wear 3100, yang ditemani oleh RAM 1 GB dan penyimpanan internal 8 GB. Chipset baru ini berdampak langsung pada daya tahan baterainya, yang diklaim tahan sampai satu hari penuh, atau sampai satu minggu dalam posisi “Time Only Mode”.

Ambient Mode yang dimiliki Summit 2 juga berbeda, dengan tingkat kecerahan layar yang lebih tinggi, serta mampu menampilkan live complication beserta pergerakan jarum detik yang mulus. Terkait software, Summit 2 telah menggunakan versi terbaru Wear OS yang tampilannya sudah dirombak.

Secara keseluruhan, Montblanc Summit 2 mengemas fitur yang cukup lengkap, termasuk halnya NFC, GPS dan heart-rate monitor. Montblanc saat ini telah memasarkannya dengan harga mulai $995.

Sumber: 9to5Google.

Armani Exchange Luncurkan Smartwatch Wear OS Pertamanya

Nyaris semua smartwatch dari brand fashion ternama digarap oleh Fossil Group, sehingga sebenarnya kita bisa menebak fitur-fitur yang diunggulkan dari smartwatch yang mengusung merek Fossil sendiri. Untuk tahun ini, smartwatch yang saya maksud adalah Fossil Q Venture dan Q Explorist, yang mengandalkan tiga fitur: GPS, NFC dan heart-rate monitor.

Dari situ fitur-fiturnya pun diwariskan ke berbagai brand, mulai dari Michael Kors sampai Skagen. Sekarang, giliran Armani Exchange yang menyusul dengan smartwatch Wear OS perdananya, setelah sebelumnya mengawali debutnya dengan smartwatch analog – jangan bingungkan dengan Emporio Armani Connected, sebab Emporio Armani dan Armani Exchange memang merupakan divisi yang berbeda meski masih di bawah satu perusahaan induk.

Seperti yang saya bilang, GPS, NFC dan sensor laju jantung menjadi suguhan utama dari Armani Exchange Connected. Kehadiran GPS berarti ia bisa dipakai untuk memonitor aktivitas seperti jogging atau bersepeda tanpa mengharuskan penggunanya membawa ponsel, sedangkan NFC disiapkan untuk keperluan pembayaran elektronik.

Armani Exchange Connected

Semua informasinya ditampilkan pada layar sentuh AMOLED 1,19 inci. Satu hal yang sangat disayangkan, chipset yang digunakan masih Snapdragon Wear 2100 yang sudah berumur, bukan Snapdragon Wear 3100 yang diluncurkan baru-baru ini. Ini semakin terasa mengecewakan setelah mengetahui bahwa Fossil Group adalah salah satu yang pertama kebagian jatah pasokan chipset anyar besutan Qualcomm tersebut.

Terlepas dari itu, penggemar brand Armani Exchange sekarang setidaknya punya pilihan smartwatch Wear OS dengan fitur yang cukup lengkap. Perangkat bakal ditawarkan dalam empat pilihan warna; emas, silver, hitam dan abu-abu, tapi hanya satu ukuran saja (42 mm). Harganya dibanderol mulai $295.

Sumber: SlashGear.

Google Sempurnakan Desain Tampilan Wear OS Demi Mudahkan Pengoperasian

Ketika Google mengganti nama Android Wear menjadi Wear OS pada bulan Maret lalu, saya mengira keputusan itu hanya sebatas rebranding. Namun ternyata saya salah, sebab Google rupanya juga telah menyempurnakan desain tampilan Wear OS.

Revisi desain ini bertujuan untuk memudahkan pengoperasian. Dari tampilan utamanya (watch face), pengguna sekarang bisa mengakses berbagai fitur yang berbeda dengan satu usapan (swipe) pada layar. Google percaya cara seperti ini dapat membantu pengguna memaksimalkan waktunya di jam-jam sibuk. Seperti apa memangnya?

Wear OS redesign

Yang pertama, swipe dari atas ke bawah akan menampilkan deretan shortcut ke berbagai fungsi macam airplane mode, Google Pay, find my phone, dan lain sebagainya. Selanjutnya, swipe dari bawah ke atas akan menampilkan deretan notifikasi. Untuk notifikasi pesan masuk, pengguna dapat merespon menggunakan fitur smart reply dengan satu tap saja.

Yang ketiga, swipe dari kiri ke kanan akan menampilkan Google Assistant. Di sini pengguna dapat melihat ringkasan informasi yang disuguhkan secara proaktif oleh Assistant. Seiring waktu, Google memastikan bahwa bantuan dari Assistant akan terasa makin esensial.

Terakhir, swipe dari kanan ke kiri bakal menampilkan widget Google Fit. Google Fit sendiri baru-baru ini telah dirombak ulang, dan versi barunya juga akan tersedia pada update Wear OS ini, yang dijadwalkan meluncur mulai bulan depan. Sayang sejauh ini belum ada info smartwatch apa saja yang bakal kebagian jatah update.

Sumber: Google.

Fossil Luncurkan Smartwatch Q Venture dan Q Explorist Generasi Keempat

Pilihan smartwatch yang ada di pasaran sudah beragam sekali ya. Karena tak cuma dihadirkan oleh perusahaan teknologi saja, perusahaan jam tangan mewah juga sudah terjun menghadirkan aneka ragam bentuk smartwatch premium.

Salah satunya Fossil, mereka baru saja memperkenalkan smartwatch berbasis OS Android Wear generasi keempat miliknya yaitu seri Fossil Q Venture HR dan Q Explorist HR dengan desain klasik tapi berteknologi modern.

Perbedaan utama keduanya ialah ukurannya – Q Venture HR berdiameter 40mm dengan band interchangeable berukuran lebih kecil yakni 18mm, sementara Q Explorist HR berdiameter 45mm dengan band 22mm.

Soal fitur dan spesifikasi, keduanya cukup identik – keduanya dibekali sensor detak jantung, GPS, NFC, dan swimproof  dengan sertifikasi 3 ATM. Fitur lainnya seperti memori internal 4GB, di mana Anda bisa menyimpan musik offline dan lainnya. Lalu, konektivitas Bluetooth 4.1 low energy, WiFi b/g/n, dan daya tahan baterai yang diklaim tahan sepanjang hari.

Terlepas dari sebuah fashion, penggunaan smartwatch tentunya memiliki lebih banyak manfaat ya dibanding jam tangan analog. Terutama fitur fitness tracker yang membantu penggunanya tetap bugar.

Smartwatch juga terhubung dengan smartphone, di mana notifikasi yang masuk bisa langsung diketahui dan dibaca. Tapi semakin canggih sebuah smartwatch, biasanya daya tahan baterainya sangat buruk – cukup repot juga ya kalau harus charge smartphone dan juga smartwatch bersamaan setiap hari.

Terakhir untuk harga, smartwatch Fossil Q Venture HR dan Q Explorist HR juga sama. Edisi dengan band leather dibanderol US$255 (Rp3,6 jutaan) dan band stainless steel US$275 (Rp3,9 jutaan).

Sumber: GSMArena

Smartwatch Ticwatch Pro Andalkan Layar Ganda Demi Baterai yang Lebih Awet

Meski belum bisa dibilang tenar, Mobvoi bukanlah nama yang asing di segmen smartwatch. Tahun lalu, mereka resmi menjalani debutnya bersama platform Wear OS (Android Wear) lewat Ticwatch E dan Ticwatch S, keduanya sama-sama ditawarkan dalam harga yang sangat kompetitif.

Baru-baru ini, Mobvoi kembali memperkenalkan smartwatch terbarunya, Ticwatch Pro. Sesuai namanya, jam tangan ini datang dengan seabrek fitur unggulan di samping sebatas memonitor jumlah langkah kaki, katakanlah sensor laju jantung dan NFC untuk membantu memuluskan pembayaran elektronik.

Ticwatch Pro masih menjalankan sistem operasi Wear OS seperti kedua pendahulunya. Namun yang sangat unik adalah kehadiran layar kedua, yang bakal aktif hanya ketika smartwatch sedang tidak digunakan, alias sedang duduk diam di pergelangan tangan. Gunanya apa? Untuk membantu meningkatkan daya tahan baterai perangkat.

Ticwatch Pro dalam posisi idle dan layar LCD yang aktif / Mobvoi
Ticwatch Pro dalam posisi idle dan layar LCD yang aktif / Mobvoi

Layar kedua ini merupakan panel FSTN LCD yang transparan, sama seperti yang umum kita jumpai pada jam tangan digital, diposisikan tepat di atas panel OLED yang menjadi layar utamanya. Jadi selagi kita berinteraksi dengan perangkat, yang aktif adalah layar OLED, tapi begitu kita abaikan, maka layar LCD monokrom ini yang akan aktif secara otomatis, menampilkan sejumlah informasi macam denyut jantung dan lain sebagainya.

Ketika jari kita kembali menyentuh layar, maka layar OLED-nya akan kembali aktif. Menurut Mobvoi, metode unik ini memungkinkan Ticwatch Pro untuk beroperasi sampai dua hari nonstop. Pengaruhnya memang tidak banyak, tapi toh implementasinya diyakini tidak akan mengganggu penggunaan sehari-hari.

Ticwatch Pro dalam posisi normal, dengan layar OLED yang aktif beserta Wear OS / Mobvoi
Ticwatch Pro dalam posisi normal, dengan layar OLED yang aktif beserta Wear OS / Mobvoi

Andai kita membutuhkan daya baterai yang lebih lama lagi, Ticwatch Pro juga menyimpan fitur bernama Essential Mode. Saat fitur ini aktif, Wear OS bakal dimatikan, dan yang menyala hanya layar LCD-nya saja. Sejumlah fitur masih akan aktif, seperti kemampuan memonitor langkah kaki dan laju jantung, tapi tidak untuk notifikasi maupun pembayaran via NFC sebelum Anda mematikan Essential Mode dan kembali ke Wear OS dengan waktu boot up sekitar satu menit.

Mobvoi rencananya bakal menjajakan Ticwatch Pro mulai musim panas ini seharga $300. Ada kemungkinan Mobvoi juga bakal menawarkan varian yang dilengkapi konektivitas LTE.

Sumber: The Verge via Android Central.

Qualcomm Siap Luncurkan Chipset Smartwatch Baru Musim Gugur Nanti

Belum banyak smartwatch baru sejak Android Wear resmi berganti nama menjadi Wear OS. Salah satu di antaranya adalah Gc Connect yang dirilis bulan lalu. Meski baru, ada yang janggal dari spesifikasi smartwatch tersebut: chipset yang digunakan adalah Snapdragon Wear 2100 yang sudah berumur dua tahun, dan sama persis seperti yang tersemat pada smartwatch keluaran tahun 2016 macam Nixon The Mission.

Jadi semisal ditanya mengapa perkembangan smartwatch Wear OS, terkesan stagnan, saya bakal maklum jika ada yang menyalahkan Qualcomm. Dibandingkan dengan chipset smartphone, Qualcomm terkesan malas mengembangkan chipset smartwatch, terbukti dari tidak adanya chipset baru dalam kurun waktu dua tahun.

Namun kabar baiknya, Qualcomm berencana meluncurkan chipset smartwatch baru tahun ini juga, tepatnya di musim gugur mendatang, bersamaan dengan sebuah smartwatch kelas flagship. Kabar ini didapat dari wawancara Wareable dengan Pankaj Kedia selaku salah satu petinggi divisi wearable Qualcomm.

Smartwatch Wear OS

Beliau menjelaskan bahwa chipset baru ini bakal lebih dioptimalkan lagi untuk smartwatch karena telah didesain dari nol. Seperti yang kita tahu, chipset smartwatch generasi pertama, Snapdragon 400, tidak lebih dari chipset smartphone yang dimodifikasi. Snapdragon Wear 2100 sendiri hanyalah hasil modifikasi yang lebih menyeluruh.

Lain halnya dengan chipset generasi ketiga ini. Qualcomm bilang bahwa ada kemungkinan mereka merilis beberapa varian, dan masing-masing akan disesuaikan dengan skenario penggunaan. Jadi yang untuk smartwatch kategori olahraga sendiri, dan yang untuk kategori fashion pun juga disendirikan.

Perubahan lain yang tak kalah penting adalah dari segi fisik, di mana Qualcomm mengklaim chipset baru ini memungkinkan produsen untuk merancang smartwatch yang berdimensi lebih ringkas lagi dari sebelumnya. Lebih lanjut, daya tahan baterai juga bakal meningkat secara signifikan berkat penggunaan chipset baru ini.

Memang sudah waktunya konsumen disambut oleh deretan smartwatch Wear OS baru yang mengemas spesifikasi baru pula. Selama tiga generasi, Apple Watch memang tidak banyak berubah soal desain, tapi masing-masing selalu menggunakan chipset baru, dan itu juga sebenarnya yang dibutuhkan oleh smartwatch Wear OS.

Sumber: Wareable.