Moto 360 Bangkit Kembali dengan Mengusung Sejumlah Revisi

Para pemerhati smartwatch pastinya masih ingat dengan Moto 360. Jauh sebelum Apple Watch mendominasi pasar, Moto 360 adalah salah satu yang paling menonjol dari seluruh deretan smartwatch Android Wear generasi pertama, utamanya berkat desainnya yang berkelas.

Usai menghilang cukup lama, Moto 360 kini sedang bersiap untuk kembali menyapa konsumen. Sebuah perusahaan bernama eBuyNow telah mengantongi lisensi dari Motorola, dan mereka hendak memasarkan kembali Moto 360 yang sudah direvisi. Skenarionya kurang lebih mirip seperti Nokia yang bereinkarnasi di bawah payung HMD Global, atau BlackBerry di bawah arahan TCL.

Secara keseluruhan, desain Moto 360 versi baru ini tidak jauh berbeda dari sebelumnya. Namun jika kita amati layarnya, tidak ada lagi garis hitam kecil kontroversial seperti pada Moto 360 generasi pertama maupun kedua. Perkembangan teknologi terbaru rupanya berhasil mewujudkan layar yang benar-benar membulat pada Moto 360.

Moto 360 (3rd Gen)

Layarnya sendiri merupakan panel AMOLED always-on dengan diameter 1,2 inci dan resolusi 390 x 390 pixel. Di sebelah kanan layarnya, tampak ada sepasang tombol (sebelumnya cuma ada satu), dan yang atas rupanya juga dapat diputar layaknya crown pada arloji tradisional.

Juga direvisi adalah deretan komponen yang tertanam di balik casing stainless steel tahan airnya. Mengikuti tren terkini, Moto 360 ditenagai oleh chipset Qualcomm Snapdragon Wear 3100, RAM 1 GB, dan storage internal 8 GB. Baterai berkapasitas 355 mAh miliknya sudah mendukung fast charging, dapat diisi sampai penuh dalam waktu satu jam saja.

Moto 360 (3rd Gen)

Penggunaan chipset terbaru berarti perangkat ini punya baterai yang cukup awet, apalagi sistem operasinya juga sudah memakai Wear OS versi teranyar. Andai baterainya sedang kritis, pengguna dapat mengaktifkan mode battery saver supaya perangkat masih bisa menampilkan waktu hingga selama tiga hari ke depan.

Rencananya, Moto 360 edisi comeback ini bakal dipasarkan mulai bulan Desember mendatang seharga $350 dalam tiga pilihan warna. Sayangnya sejauh ini belum ada informasi apakah ia juga akan dijual di luar AS, Kanada dan Inggris.

Sumber: Engadget.

Louis Vuitton Tambour Horizon Edisi 2019 Usung Chipset Terbaru Qualcomm

Ketika Qualcomm mengumumkan chipset Snapdragon Wear 3100 bulan September lalu, mereka bilang bahwa ada tiga brand yang siap merilis smartwatch berbekal chipset itu: Montblanc, Fossil Group, dan Louis Vuitton. Montblanc dan Fossil Group sudah lebih dulu memenuhi klaim tersebut, dan kini giliran Louis Vuitton yang menyusul.

Menjelang pergantian tahun kemarin, brand fashion asal Perancis itu mengumumkan Louis Vuitton Tambour Horizon generasi baru. Wujudnya cukup mirip seperti versi pertamanya yang dirilis di tahun 2017, akan tetapi tentu saja yang menjadi sorotan adalah chipset anyar besutan Qualcomm itu tadi.

Secara teknis, Snapdragon Wear 3100 menjanjikan konsumsi daya yang jauh lebih efisien, sehingga Tambour Horizon generasi terbaru ini sekarang bisa beroperasi selama sehari penuh sebelum perlu diisi ulang baterainya. Kalau dipakai sebagai penunjuk waktu saja, baterainya malah bisa tahan sampai enam hari.

Lousi Vuitton Tambour Horizon 2019

Lebih lanjut, Snapdragon Wear 3100 juga memungkinkan perangkat untuk mengaktifkan mode ambient yang lebih kapabel ketimbang sebelumnya, dan ini diwujudkan oleh LV melalui bezel layar yang dilengkapi indikator 24 jam dan indikator siang/malam, yang semuanya dapat dilihat meski perangkat sedang dalam mode minim fitur tapi irit daya itu.

Dari segi kosmetik, LV tentunya sudah menyiapkan pilihan warna serta motif strap baru untuk Tambour Horizon edisi 2019. Mereka yang menginginkan kemewahan ekstra juga dapat memilih varian dengan bodi berbahan keramik. Selebihnya, pembaruan yang dibawa mencakup layar beresolusi lebih tinggi, meski seberapa tinggi tepatnya tidak dijabarkan.

Sayangnya sejauh ini belum ada informasi mengenai jadwal pemasaran maupun harganya. Sudah pasti mahal memang, apalagi mengingat versi pertamanya dulu dibanderol seharga $2.500.

Sumber: Engadget.

Montblanc Summit 2 Resmi Dirilis, Smartwatch Pertama dengan Chipset Snapdragon Wear 3100

Saat hendak membeli smartphone flagship baru tahun ini, Anda tentu mengincar yang dibekali chipset Snapdragon 845, bukan 835 keluaran tahun lalu. Prinsip serupa semestinya juga perlu diterapkan saat tengah mengincar smartwatch Wear OS baru; cari yang menggunakan chipset Snapdragon Wear 3100 yang masih sangat baru, bukan Wear 2100 yang sudah uzur.

Sayang pilihannya sejauh ini belum banyak, bahkan LG Watch W7 yang diluncurkan bulan ini saja masih menggunakan chipset berusia dua tahun. Pada kenyataannya, untuk sekarang baru ada satu smartwatch Wear OS yang memakai chipset terbaru Qualcomm, yaitu Montblanc Summit 2.

Tidak seperti pendahulunya, Summit 2 dirancang sebagai jam tangan unisex, meski diameter 42 mm mungkin masih terasa terlalu besar untuk sebagian konsumen wanita. Terlepas dari itu, penampilannya secara keseluruhan memang kelihatan lebih ringkas, terutama di bagian bezel yang mengitari layar.

Montblanc Summit 2

Sebagai sebuah Montblanc, kesan mewah tentu tidak luput darinya. Selain varian stainless steel, Summit 2 juga ditawarkan dalam varian titanium. Crown-nya yang berbentuk seperti matahari juga terbuat dari bahan stainless steel, dan ketika diapit oleh dua tombol tambahan, tampak mirip seperti desain jam tangan klasik Montblanc 1858 Chronograph.

Layar sentuhnya yang berlapis kristal safir menggunakan panel AMOLED 1,2 inci beresolusi 390 x 390 pixel (327 ppi). Tebal perangkat secara menyeluruh tidak lebih dari 14,3 mm, dan strap 22 mm yang terpasang tentu dapat dilepas dan diganti dengan yang lain yang berbahan kulit, nilon, silikon maupun yang bergaya Milanese.

Montblanc Summit 2

Kembali ke angle utama, yang menjadi sorotan utama di sini tentu saja adalah chipset Snapdragon Wear 3100, yang ditemani oleh RAM 1 GB dan penyimpanan internal 8 GB. Chipset baru ini berdampak langsung pada daya tahan baterainya, yang diklaim tahan sampai satu hari penuh, atau sampai satu minggu dalam posisi “Time Only Mode”.

Ambient Mode yang dimiliki Summit 2 juga berbeda, dengan tingkat kecerahan layar yang lebih tinggi, serta mampu menampilkan live complication beserta pergerakan jarum detik yang mulus. Terkait software, Summit 2 telah menggunakan versi terbaru Wear OS yang tampilannya sudah dirombak.

Secara keseluruhan, Montblanc Summit 2 mengemas fitur yang cukup lengkap, termasuk halnya NFC, GPS dan heart-rate monitor. Montblanc saat ini telah memasarkannya dengan harga mulai $995.

Sumber: 9to5Google.

Armani Exchange Luncurkan Smartwatch Wear OS Pertamanya

Nyaris semua smartwatch dari brand fashion ternama digarap oleh Fossil Group, sehingga sebenarnya kita bisa menebak fitur-fitur yang diunggulkan dari smartwatch yang mengusung merek Fossil sendiri. Untuk tahun ini, smartwatch yang saya maksud adalah Fossil Q Venture dan Q Explorist, yang mengandalkan tiga fitur: GPS, NFC dan heart-rate monitor.

Dari situ fitur-fiturnya pun diwariskan ke berbagai brand, mulai dari Michael Kors sampai Skagen. Sekarang, giliran Armani Exchange yang menyusul dengan smartwatch Wear OS perdananya, setelah sebelumnya mengawali debutnya dengan smartwatch analog – jangan bingungkan dengan Emporio Armani Connected, sebab Emporio Armani dan Armani Exchange memang merupakan divisi yang berbeda meski masih di bawah satu perusahaan induk.

Seperti yang saya bilang, GPS, NFC dan sensor laju jantung menjadi suguhan utama dari Armani Exchange Connected. Kehadiran GPS berarti ia bisa dipakai untuk memonitor aktivitas seperti jogging atau bersepeda tanpa mengharuskan penggunanya membawa ponsel, sedangkan NFC disiapkan untuk keperluan pembayaran elektronik.

Armani Exchange Connected

Semua informasinya ditampilkan pada layar sentuh AMOLED 1,19 inci. Satu hal yang sangat disayangkan, chipset yang digunakan masih Snapdragon Wear 2100 yang sudah berumur, bukan Snapdragon Wear 3100 yang diluncurkan baru-baru ini. Ini semakin terasa mengecewakan setelah mengetahui bahwa Fossil Group adalah salah satu yang pertama kebagian jatah pasokan chipset anyar besutan Qualcomm tersebut.

Terlepas dari itu, penggemar brand Armani Exchange sekarang setidaknya punya pilihan smartwatch Wear OS dengan fitur yang cukup lengkap. Perangkat bakal ditawarkan dalam empat pilihan warna; emas, silver, hitam dan abu-abu, tapi hanya satu ukuran saja (42 mm). Harganya dibanderol mulai $295.

Sumber: SlashGear.

Michael Kors Access Runway Adalah Salah Satu Smartwatch Wear OS Berfitur Terlengkap

Meski masuk dalam kategori brand fashion, Michael Kors bukan pemain baru di segmen smartwatch. Mereka pun juga tergolong produktif meski perkembangan teknologi di segmen ini terkesan lambat. Untuk tahun 2018, mereka sudah menyiapkan smartwatch baru, yaitu Michael Kors Access Runway.

Secara estetika, desainnya banyak mengacu pada lini jam tangan Michael Kors Runway yang cukup populer. Access Runway dideskripsikan sebagai smartwatch untuk kaum hawa, akan tetapi beberapa variannya masih pantas disebut unisex – terutama kombinasi strap hitam dan bezel silver (gambar paling kiri) – apalagi mengingat diameternya cukup besar di angka 41 mm.

Angka tersebut berarti 1 mm lebih kecil ketimbang Michael Kors Access Sofie yang dirilis tahun lalu, yang desainnya sangat jelas ditujukan buat konsumen wanita. Secara total ada 9 kombinasi warna dan bahan untuk Access Runway yang mencakup tiga pilihan warna bezel (plus satu dengan butiran kristal), dan ia pun diklaim tahan air hingga kedalaman 30 meter.

Michael Kors Access Runway

Spesifikasinya standar smartwatch Wear OS (Android Wear): layar AMOLED 1,19 inci beresolusi 390 x 390 pixel, chipset Qualcomm Snapdragon Wear 2100, RAM 512 MB, storage 4 GB dan baterai 300 mAh (± 1 hari pemakaian). Yang membuatnya lebih istimewa dibanding Michael Kors Access lainnya adalah kehadiran GPS, NFC serta heart-rate monitor, sama seperti Fossil Q Venture dan Q Explorist yang masih satu grup.

Michael Kors Access Runway saat ini sudah dipasarkan dengan harga mulai $295 untuk varian dengan strap silikon, atau mulai $350 untuk yang ber-strap stainless steel.

Sumber: Wareable.

Susul Pesaing, Marc Jacobs Luncurkan Smartwatch Wear OS Meski Terlambat

Sudah ada banyak brand fashion yang memasarkan smartwatch Android Wear Wear OS, tapi ternyata Marc Jacobs bukan salah satunya. Namun terlambat memang lebih baik daripada tidak sama sekali, sebab brand asal Amerika Serikat itu baru saja memperkenalkan smartwatch berlayar sentuh pertamanya, Marc Jacobs Riley Touchscreen.

Label “Touchscreen” pada namanya itu penting karena sebelum ini sudah ada smartwatch buatan Marc Jacobs bernama Riley Hybrid yang berwajah analog. Secara desain Riley Touchscreen cukup identik dengan Riley Hybrid, hanya saja ia mengemas panel layar AMOLED 1,19 inci, dan jumlah tombol di sisi kanannya bukan tiga, melainkan satu.

Jeroannya juga berbeda, meski kurang lebih sama seperti smartwatch Wear OS lain. Utamanya ada chipset Qualcomm Snapdragon Wear 2100 yang sudah berumur dua tahun lebih. Namun jangan salahkan Marc Jacobs, salahkan Qualcomm yang terkesan terlalu nyaman sehingga malas berinovasi di segmen wearable.

Marc Jacobs Riley Touchscreen

Penggunaan Wear OS juga berarti Google Assistant telah terintegrasi dengan baik. Tidak berbeda dari brand lain, Marc Jacobs juga menyediakan opsi kustomisasi watch face yang diklaim bisa mencapai 1.000 kombinasi yang berbeda.

Soal baterai, Riley Touchscreen jelas kalah jauh dibanding saudara berwajah analognya, di mana dalam satu kali pengisian ia cuma sanggup bertahan selama 24 jam. Terlepas dari itu, setidaknya penantian panjang fans Marc Jacobs akan sebuah smartwatch berlayar sentuh akhirnya bisa terkabulkan.

Riley Touchscreen saat ini sudah dipasarkan seharga $295. Pilihan warna case dan strap silikonnya ada tiga: emas dengan strap putih, rose gold dengan strap cokelat abu-abu, dan full-hitam.

Sumber: PR Newswire.

Smartwatch Ticwatch Pro Andalkan Layar Ganda Demi Baterai yang Lebih Awet

Meski belum bisa dibilang tenar, Mobvoi bukanlah nama yang asing di segmen smartwatch. Tahun lalu, mereka resmi menjalani debutnya bersama platform Wear OS (Android Wear) lewat Ticwatch E dan Ticwatch S, keduanya sama-sama ditawarkan dalam harga yang sangat kompetitif.

Baru-baru ini, Mobvoi kembali memperkenalkan smartwatch terbarunya, Ticwatch Pro. Sesuai namanya, jam tangan ini datang dengan seabrek fitur unggulan di samping sebatas memonitor jumlah langkah kaki, katakanlah sensor laju jantung dan NFC untuk membantu memuluskan pembayaran elektronik.

Ticwatch Pro masih menjalankan sistem operasi Wear OS seperti kedua pendahulunya. Namun yang sangat unik adalah kehadiran layar kedua, yang bakal aktif hanya ketika smartwatch sedang tidak digunakan, alias sedang duduk diam di pergelangan tangan. Gunanya apa? Untuk membantu meningkatkan daya tahan baterai perangkat.

Ticwatch Pro dalam posisi idle dan layar LCD yang aktif / Mobvoi
Ticwatch Pro dalam posisi idle dan layar LCD yang aktif / Mobvoi

Layar kedua ini merupakan panel FSTN LCD yang transparan, sama seperti yang umum kita jumpai pada jam tangan digital, diposisikan tepat di atas panel OLED yang menjadi layar utamanya. Jadi selagi kita berinteraksi dengan perangkat, yang aktif adalah layar OLED, tapi begitu kita abaikan, maka layar LCD monokrom ini yang akan aktif secara otomatis, menampilkan sejumlah informasi macam denyut jantung dan lain sebagainya.

Ketika jari kita kembali menyentuh layar, maka layar OLED-nya akan kembali aktif. Menurut Mobvoi, metode unik ini memungkinkan Ticwatch Pro untuk beroperasi sampai dua hari nonstop. Pengaruhnya memang tidak banyak, tapi toh implementasinya diyakini tidak akan mengganggu penggunaan sehari-hari.

Ticwatch Pro dalam posisi normal, dengan layar OLED yang aktif beserta Wear OS / Mobvoi
Ticwatch Pro dalam posisi normal, dengan layar OLED yang aktif beserta Wear OS / Mobvoi

Andai kita membutuhkan daya baterai yang lebih lama lagi, Ticwatch Pro juga menyimpan fitur bernama Essential Mode. Saat fitur ini aktif, Wear OS bakal dimatikan, dan yang menyala hanya layar LCD-nya saja. Sejumlah fitur masih akan aktif, seperti kemampuan memonitor langkah kaki dan laju jantung, tapi tidak untuk notifikasi maupun pembayaran via NFC sebelum Anda mematikan Essential Mode dan kembali ke Wear OS dengan waktu boot up sekitar satu menit.

Mobvoi rencananya bakal menjajakan Ticwatch Pro mulai musim panas ini seharga $300. Ada kemungkinan Mobvoi juga bakal menawarkan varian yang dilengkapi konektivitas LTE.

Sumber: The Verge via Android Central.

AsteroidOS Siap Berikan Nafas Baru Bagi Smartwatch Android Wear yang Sudah Uzur

Menjajal satu demi satu custom ROM merupakan keasyikan yang hanya bisa dinikmati pengguna perangkat Android. Namun situasinya sedikit berbeda di smartwatch. Meski mayoritas menjalankan Wear OS (Android Wear) yang berbasis Android, tidak banyak sistem operasi alternatif yang bisa konsumen coba.

Namun sekarang setidaknya sudah ada satu sistem operasi open-source yang dapat digunakan di sejumlah smartwatch. Namanya AsteroidOS, dan versi stabil pertamanya (v1.0) baru saja dirilis ke publik setelah dikembangkan selama sekitar empat tahun.

AsteroidOS menawarkan fitur-fitur esensial yang sudah semestinya menjadi standar untuk smartwatch, mulai dari notifikasi, kalender, alarm, kalkulator, remote control pemutar musik sampai aplikasi ramalan cuaca. Pengembangnya juga telah menyiapkan SDK (software development kit) agar komunitas developer bisa membuat aplikasi untuk AsteroidOS.

AsteroidOS

Karena berbasis Linux, SDK AsteroidOS pada dasarnya juga menawarkan kemudahan untuk membuat porting aplikasi dari platform lain. Semua ini tentu harus menunggu keterlibatan dari kalangan developer, tapi setidaknya sekarang pengguna bisa bermain-main dengan sejumlah watch face dan aplikasi bawaan AsteroidOS.

Guna memudahkan konsumen, pengembang AsteroidOS juga telah menyediakan panduan instalasi bagi para pengguna Asus ZenWatch, ZenWatch 2, ZenWatch 3, Sony Smartwatch 3, LG G Watch, G Watch R dan G Watch Urbane. Namun mungkin yang menjadi pertanyaan, mengapa kita harus meninggalkan Android Wear dan beralih ke AsteroidOS?

Well, coba Anda lihat deretan perangkat yang kompatibel itu tadi. Mayoritas adalah smartwatch lama, dan kebanyakan juga sudah tidak menerima update OS terbaru dari pabrikannya masing-masing. Alternatif seperti AsteroidOS ini setidaknya masih bisa memberikan nafas baru seandainya pengguna masih ingin menggunakan perangkat lamanya.

Sumber: Liliputing dan AsteroidOS.

Smartwatch Perdana Hublot Didedikasikan untuk Piala Dunia 2018

Dalam waktu kurang dari tiga tahun, produsen jam tangan asal Swiss, Tag Heuer, sudah melahirkan tiga smartwatch: Tag Heuer Connected, Connected Modular 45 dan Connected Modular 41. Kendati demikian, tidak ada kata terlambat bagi produsen arloji asal Swiss lain untuk menyusul jejak Tag Heuer.

Di event Baselworld 2018, ‘sepupu’ Tag Heuer yang masih di bawah satu konglomerasi LVMH, Hublot, dengan bangga memperkenalkan smartwatch perdananya. Smartwatch debutan ini bukan sembarangan, melainkan yang dirancang secara spesifik untuk ajang Piala Dunia 2018, di mana semua wasit yang berpartisipasi nantinya akan mengenakan jam tangan pintar tersebut.

Hublot Big Bang Referee 2018 FIFA World Cup Russia

Bernama lengkap Hublot Big Bang Referee 2018 FIFA World Cup Russia, desainnya cukup identik dengan seri Hublot Big Bang lainnya. Casing berdiameter 49 mm-nya terbuat dari bahan titanium, demikian pula bezel yang mengitari layarnya. Secara keseluruhan, perangkat tahan air hingga kedalaman 50 meter.

Layarnya sendiri merupakan touchscreen, dengan panel AMOLED berdiameter 35,4 mm, dan resolusi 400 x 400 pixel (287 ppi). Sejauh ini spesifikasinya terdengar mirip seperti Tag Heuer Connected Modular 45, dan ternyata prosesor yang menenagai keduanya pun juga sama, yakni Intel Atom Z34XX.

Melengkapi spesifikasinya adalah sederet sensor, mulai dari accelerometer, gyroscope sampai GPS. Baterainya diperkirakan punya daya tahan sekitar satu hari dalam satu kali charge.

Hublot Big Bang Referee 2018 FIFA World Cup Russia

Big Bang Referee menjalankan sistem operasi Wear OS (nama baru Android Wear yang diumumkan belum lama ini). Hublot tentunya tidak lupa menyematkan sejumlah fitur eksklusif, salah satunya watch face yang menampilkan 32 bendera negara yang berpartisipasi di Piala Dunia 2018.

Lebih lanjut, Big Bang Referee juga akan mengirim notifikasi setiap 15 menit sebelum pertandingan dimulai, serta menyuguhkan informasi seputar distribusi kartu kuning/merah untuk tim yang bersangkutan. Selama pertandingan, pengguna dapat memantau statistik dan berbagai informasi lainnya, serta menerima notifikasi bertuliskan “GOAL” setiap kali sang kulit bundar mengoyak jaring gawang.

Hublot berencana melepas Big Bang Referee ke pasaran mulai tanggal 1 Mei mendatang, dengan banderol sekitar $5.000. Selain mahal, smartwatch ini juga eksklusif; Hublot hanya akan memproduksi sebanyak 2.018 unit di samping yang disiapkan untuk para wasit.

Sumber: SlashGear dan Hublot.

Skagen dan Kate Spade Luncurkan Smartwatch Android Wear Perdananya

Skagen meluncurkan smartwatch pertamanya di pertengahan tahun 2016 lalu, akan tetapi perangkat tersebut sejatinya tak lebih dari jam tangan analog yang dibubuhi fitur activity tracking. Tahun ini, produsen arloji asal Denmark yang merupakan anak perusahaan Fossil Group itu sudah siap dengan smartwatch digital perdananya.

Dinamai Skagen Falster, desainnya tampak minimalis sekaligus atraktif, seperti yang sudah menjadi ciri khas produk-produk Skagen selama ini. Meski sepintas terkesan unisex, diameter 42 mm membuatnya lebih ideal di tangan yang besar, sehingga mungkin kaum hawa bakal kurang tertarik dengannya.

Nuansa minimalis terus dibawa sampai ke ranah software. Falster menjalankan sistem operasi Android Wear 2.0, akan tetapi layar sentuh bulatnya juga siap menampilkan sejumlah watch face eksklusif yang tampak bersih sekaligus elegan. Skagen juga bilang bahwa tampilan serba hitam ini bisa membantu menghemat konsumsi baterai, mengindikasikan bahwa layarnya mengemas panel OLED.

Skagen Falster

Performanya ditopang oleh chipset Qualcomm Snapdragon Wear 2100. Sayang fungsi fitness tracking-nya juga terbilang minim, mengingat perangkat sama sekali tak dibekali sensor laju jantung maupun GPS. NFC pun turut absen, yang berarti perangkat tak bisa dimanfaatkan sebagai metode pembayaran elektronik.

Skagen Falster bakal tersedia dalam empat varian desain; dua dengan strap bergaya mesh, dan dua lagi dengan strap berbahan kulit. Harganya dipatok $275 – $295.

Kate Spade Scallop Touchscreen

Kate Spade Scallop Touchscreen

Selain Skagen, brand lain yang juga menyingkap smartwatch digital perdananya adalah Kate Spade, yang sebenarnya juga masih merupakan bagian dari Fossil Group tapi dengan sistem lisensi. Dijuluki Kate Spade Scallop Touchscreen, smartwatch yang satu ini benar-benar menonjolkan aura feminim dan ditargetkan untuk kalangan perempuan.

Namanya sendiri diambil dari motif pada bezel yang mengitari layar sentuh 1,19 incinya. Strap-nya hanya selebar 16 mm, sekali lagi menegaskan kaum hawa sebagai target pasarnya. Sama seperti Skagen Falster di atas, smartwatch ini juga dibekali OS Android Wear 2.0 dan sejumlah watch face eksklusif.

Yang agak unik, watch face ini bisa pengguna kustomisasi sendiri. Caranya juga tidak umum: ketimbang memilih bentuk dan warna dial, angka dan elemen lainnya sendiri, pengguna akan diberi pertanyaan seputar pakaiannya maupun warna-warna dominan pada perhiasaannya, baru setelahnya aplikasi akan meracikkan watch face yang sesuai.

Kate Spade berencana memasarkannya mulai awal Februari nanti. Varian dengan strap kulit dihargai $295, sedangkan varian dengan strap logam dibanderol $325.

Sumber: 1, 2, 3, 4.