Xobni Datangkan Revenue Dengan Freemium

Xobni, startup yang mengembangkan layanan plugin untuk Microsoft Outlook dengan fungsi email yang canggih sekarang mulai serius mendatangkan revenue bagi perusahaan. Dengan respon dari pengguna versi gratis yang memuaskan, kini Xobni merilis versi terbarunya lengkap dengan berbagai fitur tambahan untuk para penggunanya, namun kali ini anda dikenakan biaya untuk menggunakannya.

Xobni masih tetap mempertahankan versi gratis, namun menambah versi premium dengan fungsi yang jauh lebih banyak dengan harga $29.95 dan juga biaya yang sangat murah untuk setiap kali upgrade. Ini merupakan sumber pemasukan pertama bagi startup yang mendapat dukungan langsung dari Bill Gates, sang founder Microsoft.

CEO Xobni, Jeff Bonforte menyatakan dirinya sangat senang dengan makin banyak startup yang menggunakan bisnis model seperti ini karena makin menegaskan kepada pengguna bahwa aplikasi yang bagus memang pantas memiliki versi berbayar meskipun tetap menyediakan versi gratis (freemium). Dengan model seperti ini maka vendor bisa memberikan layanan penuh kepada penggun, dan pengguna juga mendapatkan fasilitas yang dibutuhkan dan juga ekspektasi kualitas yang tinggi karena telah membayar.

Model freemium sendiri memang model yang cukup populer di kalangan bisnis startup karena tetap memberikan pilihan kepada pengguna mengingat ada pengguna yang menggunakan layanan secara serius (pro/extreme user) dan ada juga yang menggunakannya sebagai alternatif. Kedua jenis pengguna ini difasilitasi dengan fitur-fitur yang berbeda sesuai kebutuhan, dan makin banyak kebutuhannya tentu dapat menjadi dasar untuk me-monetisasi fitur.

OpenDNS Dapat Suntikan Dana

OpenDNS, layanan Domain Name System terbuka kemarin mendapatkan suntikan dana dari Sequoia Capital dan Greylock Partners. Dana investasi yang jumlahnya dirahasiakan ini akan digunakan untuk pengembangan produk OpenDNS. OpenDNS sendiri tahun lalu melayani 7 milyar DNS query per hari, dan tahun ini jumlah meningkat ganda menjadi 15 milyar query per hari.

Startup yang berbasis di San Fransisco ini menyediakan layanan backup DNS untuk mengantisipasi kegagalan ISP untuk menterjemahkan query DNS, dan juga menyediakan layanan blok akses ke beberapa situs yang memiliki konten berbahaya seperti virus, phishing, dan lain-lain.

Selain fungsi utama diatas, OpenDNS juga melayani koreksi typo URL dan me-redirect pengguna ke situs yang bersangkutan. OpenDNS sendiri sangat populer di kalangan pengguna internet rumahan dengan ISP yang kurang bisa diandalkan dan juga dari beberapa institusi pendidikan dan kantor dimana kebanyakan memblok akses ke beberapa situs seperti Facebook, Friendster, dan lain-lain.

Sebelumnya OpenDNS juga menerima 2.5 juta dollar dari Minor Ventures. Dengan model bisnis berlangganan (subscription) OpenDNS mampu memberikan layanan gratis untuk kebanyakan pengguna dan juga dengan kerjasama advertising dengan Yahoo yang memberikan revenue kurang lebih US$ 20.000 per hari melalui iklan.

Posterous Dukung Embed Google Maps

Platform blogging yang revolusioner, Posterous membuat pengalaman blogging anda menjadi semakin mudah. Tidak heran kalau layanan gratis ini sekarang menjadi sangat populer. Setelah dukungan post by email, embed gambar, video, audio, kini posterous kembali mengumumkan fitur terbarunya, fitur yang belum ada di tempat lain. Fitur ini mengijinkan pengguna Posterous untuk mengembed url Google Maps dan Posterous akan menkonversikannya menjadi peta interaktif Google Maps.

Keren sekali bukan? Salah satu fitur inovatif yang belum ada di platform blogging lainnya. Tentunya hal ini makin memantapkan langkah Posterous untuk maju menjadi platform blogging masa depan mengalahkan WordPress dan Blogspot. Masih ada beberapa kekurangan dari Posterous antara lain belum mendukung kustomisasi, atau jangan-jangan fitur ini akan dijadikan fitur premium? Saya pribadi sih bersedia membayar (asal harganya cocok) untuk fitur kustomisasi ini. Post teroouusss…!!!

Bagaimana menurut anda? Apakah posterous mampu mengalahkan WordPress/Blogspot?

Google Kuasai OpenID?!

Sang raksasa pencarian web, Google telah mengadopsi sistem standard autentifikasi OpenID di platform Google Apps dimana nantinya pengguna cukup melakukan login satu kali untuk masuk ke beberapa situs lainnya. Eric Sachs dari Google menyatakan bahwa dalam beberapa minggu mendatang Google akan mengumumkan adopsi OpenID ini, setelah melalui tahapan perencanaan yang lebih rinci oleh eksekutif Google.

Dalam mewujudkan hal ini Google telah bekerja sama dengan tim dan komunitas pengembang OpenID selama beberapa bulan terakhir untuk mendefinisikan beberapa tambahan (perpanjangan) fungsi OpenID yang dikustomisasikan untuk Google Apps. Namun meskipun sudah cukup matang dalam tahapan pengembangan, fungsi-fungsi ini masih harus melalui tahapan testing yang cukup ketat dari Google dan komunitas pengembang OpenID.

Sachs juga menekankan bahwa ini bukanlah usaha Google untuk menguasai OpenID seperti yang diyakini banyak komunitas pengembang dan blogger. Hal ini rupanya cukup membuat gerah para eksekutif Google, dan berharap OpenID membuat pernyataan yang mendukung Google dalam upaya pengembangan OpenID.

(sumber:zdnet)

Microsoft Siapkan Layanan Streaming Musik

Microsoft dikabarkan sedang menyiapkan sebuah produk layanan baru yang kabarnya akan siap akhir bulan Juli ini, sebuah layanan dimana pengguna dapat melakukan streaming musik secara cuma-cuma dan mengunduhnya.

Peter Bale dari Microsoft News and Entertainment portal mengatakan bahwa musik merupakan area yang penting bagi Microsoft. Situs yang akan diluncurkan ini cara kerjanya akan mirip dengan Spotify, namun pihak Microsoft sedang mencari tahu tentang model bisnis yang akan diterapkan.

Di Spotify, pengguna dapat melakukan streaming musik secara secara cuma-cuma diselingi iklan setiap setengah jam yang juga dapat dihilangkan dengan membayar £9.99 per bulan. Pihak Microsoft juga menyatakan bahwa mereka sedang mengamati bisnis serupa yang sedang berjalan dan bagaimana tingkat kesuksesan model bisnis yang mereka anut sebagai bahan pertimbangan untuk mencari model bisnis yang baik untuk Microsoft dan pelanggannya.

Bale juga mengindikasikan bahwa layanan ini akan terhubung dengan XBox, namun tidak dijelaskan lebih lanjut bagaimana menghubungkan kedua layanan ini. Sepertinya komitmen Microsoft untuk membuat portal layanan hiburan untuk pasar konsumen dengan XBox dan Zune juga semakin ditegaskan dengan adanya layanan musik ini. Saya sendiri masih sangat penasaran ingin melihat bentuk dari layanan streaming musik keluaran Microsoft ini.

Silverlight Diluncurkan Lebih Awal

Microsoft hari ini meresmikan peluncuran produk Silverlight yang merupakan kompetitor dari Adobe Flash. Sejak diluncurkan pertama kali tahun 2007 silam Silverlight dan Flash sudah mengalami beberapa kompetisi langsung (dan kebanyakan dimenangkan oleh Adobe Flash) tidak hanya di luar negeri tapi juga di Indonesia (kompas, kaskus, etc).

Microsoft sendiri mengklaim 300 juta pengguna telah mengunduh Silverlight antara September 2007 – April 2009 dan lebih dari 300.000 pengembang third-party yang menggunakan platform Silverlight.

Silverlight sendiri direncanakan untuk diluncurkan besok, namun rupanya rencana tersebut dipercepat menjadi hari ini. Silverlight 3 ini memiliki sebuah fitur baru yang mempercepat kemampuan streaming yaitu Smooth Streaming. Menurut pihak Microsoft, fitur ini mampu mengemas streaming data lebih efisien sehingga mampu memperhalus proses streaming multimedia.

Microsoft juga mulai memperluas jangkauannya (mengikuti jejak Adobe Flash) dengan mengijinkan pengembang untuk membuat aplikasinya berjalan di desktop. RInciannya akan disampaikan oleh Microsoft pada acara peluncuran Silverlight dan Expression Studio 3 besok.

Google Umumkan Chrome OS

Selasa kemarin, raksasa internet Google mengumumkan bahwa mereka akan meluncurkan Google Chrome OS, sebuah sistem operasi yang mentargetkan para pengguna netbook dengan menawarkan kecepatan, kemanan, serta pengalaman berseluncur di web dan menggunakan aplikasi-aplikasi web.

Jangan sampai anda bingung antara Google Chrome OS (netbook OS) dan Android (mobile OS) , dan memang Android ini dirancang untuk bisa berjalan di atas perangkat mobile dan juga netbook. Namun Chrome OS ini dirancang untuk bisa berjalan di atas perangkat netbook hingga komputer desktop.

Dengan Chrome OS, Google sudah memulai persaingan head-to-head dengan Microsoft Windows OS yang memang akhir-akhir ini sangat mengecewakan dengan Vista dan sedang bersiap meluncurkan Windows 7.

Goggle yang memang sudah lama bermain di aplikasi berbasis cloud ini meningkatkan suhu persaingan dengan membawa cloud computing ke pasar mainstream. Dengan membawa OS yang sangat ringan dan mampu berjalan dengan baik di platform x86 dirancang untuk langsung berjalan terkoneksi ke internet dalam hitungan detik, tidak seperti Windows yang membutuhkan waktu lebih lama untuk startup.

Untuk para pengembang aplikasi, Chrome OS tidak akan berpengaruh banyak karena Chrome OS mengeksekusi aplikasi-aplikasi berbasis web layaknya sebuah browser biasa. Bahkan beberapa pihak mengatakan bahwa pada dasarnya Chrome OS ini merupakan browser OS. Dan juga dengan demikian mengadu Microsoft Office Suite dengan Google Docs, Outlook dengan Gmail, dan juga jutaan aplikasi berbasis web lainnya yang digunakan secara signifikan.

Hmm.. penasaran? Saya juga. Sayangnya Google Chrome OS ini baru dirilis tahun depan (2010) jadi sabar saja ya.

PayPal Saingi Amazon di Sistem Pembayaran Online

Paypal berencana merilis sebuah API dari sistem pembayaran yang diklaim super fleksibel bernama Adaptive Payments. API ini dirancang untuk memberikan akses penuh kepada pengembang untuk menggunakan fitur-fitur milik Paypal, membuat para pengembang lebih bebas menggunakan sistem milik PayPal termasuk menerima dan melakukan pembayaran.

Fitur yang dirilis PayPal ini dalam rangka persaingan keras dengan Amazon yang baru-baru ini merilis Flexible Payment Service (FPS), yang juga merupakan API dari sistem pembayaran yang memberikan akses penuh kepada pengembang. Baik Flexible Payment Service dan Adaptive Payments, keduanya memiliki fungsi sebagai agregator (pengumpul data) pembayaran, meskipun saat ini hal tersebut bertentangan dengan Terms of Service PayPal namun karena belum diluncurkan secara resmi maka hal ini belum menjadi masalah.

Keduanya juga telah mendukung micropayments, dan kalau dilihat lebih dekat kedua sistem ini memang sepertinya akan bertarung dengan keras (head to head). Dan karena keduanya merupakan platform pembayaran yang sangat besar, maka diyakinkan bahwa persaingan dan perebutan pelanggan akan menjadi tontonan tidak lama lagi. Saya membayangkan persaingan yang benar-benar keras, seperti YouTube vs Hulu atau Silverlight vs Flash, atau Google vs Bing. Dan tinggal waktu yang bisa menentukan pemenangnya.

Namun daripada kita pusing memikirkan persaingan Amazon vs PayPal, alangkah lebih baik kalau kita memikirkan sistem pembayaran di negeri kita sendiri. Sampai saat ini belum ada perusahaan yang mampu menawarkan solusi pembayaran lewat internet secara menyeluruh (online payment gateway). Kalau hanya sekedar online banking masih belum bisa dikatakan payment gateway, karena pasti hanya mendukung bank tertentu saja.

Pertanyaan saya, sudahkah kita memerlukan online payment gateway sendiri?

Wikipedia Mobile Siap Digunakan

Setelah situs mobile Wikipedia berada dalam beberapa tahapan pengembangan, akhirnya Hampton Calin (Wikimedia Lead Mobile Developer) mengumumkan bahwa situs ini sudah live dan siap digunakan. Untuk sementara, situs ini sudah mendukung iPhone, Kindle, Android dan Palm Pre namun seiring waktu fitur-fitur dan dukungan dengan perangkat mobile lain akan terus ditambahkan.

10 juta halaman telah dibuka selama masa testing, dan hari ini situs Wikipedia mobile yang telah lama ditunggu ini menerima 2.3 juta hits. Dan untuk pertama kalinya, situs ini berjalan diatas bahasa pemrogramman Ruby, sebuah bahasa pemrogramman yang belakangan menjadi populer seiring dengan situs – situs besar yang menggunakan Ruby dengan alasan stabilitas dan scalabilitas tinggi.