Diperkenalkan sejak 2019, produk KPR Gaess for Milennial dari BTN dikhususkan untuk debitur usia 21-35 tahun dan memiliki pekerjaan tetap

Manfaatkan Platform Digital, Strategi BTN Mudahkan Generasi Muda Miliki Rumah

Generasi muda semakin sulit memiliki hunian akibat laju peningkatan upah minimum kerja kalah jauh dengan kenaikan harga properti. Isu besar ini menjadi pekerjaan rumah para pemangku kepentingan untuk menyelesaikannya karena angka backlog relatif masih tinggi.

Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS), angka backlog mencapai 9,9 juta unit pada 2023. Angka ini tergolong turun dari tahun sebelumnya sebesar 12,75 juta unit pada 2020. Backlog adalah jumlah perumahan yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan hunian yang belum terpenuhi.

Lebih lanjut dari sumber yang sama menyampaikan jumlah rumah tangga yang tidak memiliki akses terhadap hunian layak masih cukup tinggi, yakni sebesar 26,9 juta rumah tangga pada 2023, meskipun sudah turun dari 29,4 juta pada 2020.

Penurunan suku bunga KPR non subsidi dan memperpanjang jangka waktu KPR nonsubsidi dari 20 tahun menjadi 30 tahun dapat menjadi solusi untuk mengatasi backlog perumahan. Langkah inilah yang ditempuh BTN sebagai bank penyalur kredit pemilikan rumah (KPR) lewat peluncuran produk KPR BTN Gaess for Millenial sejak 2018. Produk ini dikhususkan untuk generasi muda di segmen KPR nonsubsidi.

Produk ini memungkinkan nasabah bisa membayar bunga kredit selama dua tahun tanpa perlu membayar uang muka (DP) 0%. Namun ada persyaratan yang harus dipenuhi, usia debitur mulai dari 21-35 tahun, memiliki penghasilan tetap, suku bunga mulai dari 4,47% selama dua tahun, dan tenor mulai dari 20 tahun (KPA) sampai 30 tahun (KPR).

Kelebihan tersebut memungkinkan generasi muda untuk memilih rencana pembayaran yang sesuai dengan kemampuan keuangan mereka.

“Rata-rata usia debitur yang mengambil kredit di Bank BTN terbanyak dari generasi milenial (usia 21-30 tahun) sebanyak 41%, kemudian usia 30-40 tahun (40%), dan di atas 40 tahun (19%). Usia produktif ini akan memegang peranan penting di BTN,” ucap DRM Business Kantor Wilayah 3 PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Carly Tambunan saat media gathering di Bali, pekan lalu (26/4).

Carly menjelaskan pengajuan KPR Gaess dapat dilakukan melalui situs resmi BTN Properti. Situs ini punya tiga fitur utama: marketplace untuk listing proyek perumahan dari pengembang yang sudah bekerja sama dengan BTN di seluruh Indonesia; sumber informasi; dan pengajuan KPR online.

Di fitur marketplace, pengunjung dapat melihat listing unit stock, harga, profil developer, dan 4D tour service. Sementara untuk fitur KPR online, sudah terintegrasi dengan sistem e-loan BTN dan petugas BTN yang terdedikasi.

Dalam data terakhir per Agustus 2023, situs BTN Properti telah dikunjungi sekitar 30 juta pengunjung, dengan jumlah pengajuan KPR lebih dari 17 ribu pengajuan. Dari jumlah pengajuan tersebut, total kredit yang disalurkan melalui BTN Properti sekitar Rp1,3 triliun.

BTN juga telah bekerja sama dengan lebih dari 7 ribu mitra pengembang. Lewat kemitraan tersebut, pengunjung dapat memilih berbagai jenis hunian yang dapat dipilih, baik sebagai tempat tinggal maupun untuk investasi.

Kendati harga rumah mendaki, berdasarkan laporan BTN, KPR komersial pada 2021 tetap melesat 39,92% menjadi Rp135,69 miliar dan trennya terus menanjak hingga 2023 mencapai Rp227,57 miliar atau naik 24,12% yoy. Kemudian per kuartal I 2024, penyaluran KPR BTN tercatat Rp61,56 miliar.

Adapun pada Maret 2024, harga rumah di Kota Denpasar menjadi yang tertinggi secara tahunan dibandingkan kabupaten/kota se-Indonesia. Kenaikannya mencapai 20,1% jelang akhir 2023 lalu berdasarkan Flash Report Rumah123.com. Denpasar menjadi salah satu wilayah paling konsisten dalam pertumbuhan harga hunian, selain Bogor. Denpasar mencatat selisih pertumbuhan harga di atas laju inflasi tahunan sebesar 10,2%.

Perencana Keuangan dari Lintar Financial Agus Helly yang turut hadir dalam media gathering menyarankan agar generasi muda yang akan mengajukan KPR untuk mulai menetapkan tujuan. Apakah kebutuhan atau keinginan. Kemudian, melakukan perencanaan anggaran.

“Cari tahu kebutuhannya apakah beli atau sewa. Jika memungkinkan, bisa memanfaatkan dukungan dari pemerintah, seperti subsidi,” tutur Agus.

Selanjutnya, mereka juga bisa mempertimbangkan opsi kolaborasi dengan pasangan bagi mereka yang merencanakan menikah atau berumah tangga. Apabila masih belum mencukupi, maka mereka bisa meningkatkan keahliannya untuk mencari tambahan pendapatan.

Published by

Marsya Nabila

A full time wordsmith