Kick off in 2019, Prasetia Dwidharma Pours Investment to Startups from Singapore and Malaysia

Starting of 2019, the local investor Prasetia Dwidharma participated in two startup funding. First, the series A funding for Pixibo, a Singapore-based startup focused on developing “customer experience” platform for fashion e-commerce.

Today (1/17), Malaysia-based B2B marketplace platform, Dropee, announces seed funding led by Vynn Capital. Prasetia Dwidharma also participate in this round worth of Rp4.8 billion.

Prasetia Dwidharma is a venture capital founded in 2008 by Arya Setiadharma and Ardi Setiadharma. Both are known to run contractor companies in the telecommunications infrastructure.

The Jakarta-based venture capital started their investment in digital startup per 2013, focused on Southeast Asia’s market – although some startups aren’t. They claim to have more than 60 startup portfolios, some local startups invested on include, HipCar, Pomona, Nodeflux, Ride Jakarta, and Ekrut.

Post Funding, Pixibo plans to uses additional funding for product development and partnership expansion. In the funding release announced a partnership with Indonesian sportswear retailers, MAP Active. Both are to collaborate in delivering footwear product recommendation platform for sport.

Pixibo products for fashion commerce
Pixibo products for fashion commerce

Dropee aims to expand the market to make more SMEs using its digital procurement. Expansion is to be focused on domestic and regional area. What’s interesting is their main focus to provide services for SMEs in rural areas.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Awali 2019, Prasetia Dwidharma Kucurkan Investasi untuk Startup Asal Singapura dan Malaysia

Mengawali tahun 2019, investor lokal Prasetia Dwidharma berpartisipasi dalam pendanaan dua startup. Pertama pada pendanaan seri A untuk Pixibo, startup asal Singapura yang fokus kembangkan platform “customer experience” untuk e-commerce di bidang fesyen.

Sementara hari ini (17/1), platform B2B marketplace asal Malaysia, Dropee, mengumumkan putaran pendanaan awal (seed round) yang dipimpin Vynn Capital. Prasetia Dwidharma turut terlibat dalam pendanaan yang bernilai Rp4,8 miliar tersebut.

Prasetia Dwidharma merupakan venture capital yang didirikan pada tahun 2008 oleh Arya Setiadharma dan Ardi Setiadharma. Keduanya dikenal menjalankan perusahaan kontraktor di bidang infrastruktur telekomunikasi.

Pemodal ventura berbasis di Jakarta ini memulai investasi di startup digital per 2013, fokusnya di pasar Asia Tenggara — kendati ada beberapa startup di luar Asia Tenggara yang turut diberi pendanaan. Pihaknya mengklaim telah memiliki lebih dari 60 portofolio startup, beberapa startup lokal yang diinvestasi termasuk HipCar, Pomona, Nodeflux, Ride Jakarta, dan Ekrut.

Untuk Pixibo, pasca pendanaan, pihaknya berencana menggunakan tambahan modal untuk pengembangan produk dan perluasan kemitraan. Salah satu kemitraan yang turut diumumkan dalam rilis pendanaan ialah bersama peritel pakaian olahraga Indonesia, MAP Active. keduanya akan berkolaborasi melahirkan platform rekomendasi produk alas kaki untuk berolahraga.

Pixibo
Produk yang disajikan Pixibo untuk fashion commerce

Dropee berambisi melakukan ekspansi pasar untuk menyasar lebih banyak UKM yang memanfaatkan layanan pengadaan digital miliknya. Ekspansi akan difokuskan untuk wilayah domestik dan regional. Yang menarik, salah satu fokus utama mereka menghadirkan layanan untuk UKM di wilayah rural.

SquLine Amankan Pendanaan Pre-Series A dari Prasetia Dwidharma

Layanan kursus bahasa asing online SquLine mengumumkan telah mendapatkan pendanaan Pre-Series A dari Prasetia Dwidharma, perusahaan investasi yang dimiliki Presiden Komisaris PT. Astra Internasional Budi Setiadharma. Rencananya pendanaan ini akan dimanfaatkan oleh tim SquLine untuk pengembangan produk, perekrutan tim, dan juga memperluas jangkauan pengguna.

Dengan suntikan dana mencapai 6 digit dollar Amerika Serikat (1-12 miliar Rupiah), SquLine berencana untuk memperbaiki layanan dan juga meningkatkan jumlah pengguna melalui strategi-strategi yang telah disiapkan. Layanan yang didirikan Tomy Yunus Tjen dan Yohan Limerta ini rencananya ingin menjangkau pengguna hingga ke seluruh Indonesia.

Dalam keterangan pers yang kami terima, CEO Prasetia Dwidharma Arya Setiadharma menilai SquLine bisa berkontribusi dalam meningkatkan kualitas bangsa Indonesia melalui sumbangsih layanan yang mereka berikan. Di era Masyarakat Ekonomi ASEAN seperti sekarang ini, keterampilan berbahasa asing, seperti Bahasa Inggris dan Bahasa Mandarin, adalah salah satu hal wajib untuk bisa berkompetisi dalam mencari pekerjaan.

SquLine merupakan sebuah layanan atau platform belajar bahasa asing secara online yang mengunggulkan metode pembelajaran online private atau 1-on-1 dengan guru profesional dengan konten pembelajaran multimedia. Selain dari Indonesia, SquLine mengklaim juga telah memiliki pengguna dari berbagai negara, seperti Filipina, Tiongkok, Thailand, dan Amerika Serikat.

“Kami berharap bahwa dalam kurun waktu 2-3 tahun lagi, orang Indonesia tidak kesulitan lagi dalam mempelajari bahasa asing apapun karena mereka dapat mencari tenaga pengajar asing profesional dan materi belajar yang berkualitas di SquLine dengan harga yang dapat dijangkau oleh banyak kalangan,” kata Tomy.