Mata Uang Malaysia: Sejarah Hingga Pecahan Mata Uangnya

Mata uang Malaysia adalah Ringgit Malaysia (MYR). Simbol untuk Ringgit Malaysia adalah RM. Mata uang ini diperkenalkan pada tahun 1967 setelah penggantian Pound Sterling sebagai mata uang negara tersebut.

Bank Negara Malaysia merupakan lembaga yang bertanggung jawab atas penerbitan dan pengelolaan mata uang di negara tersebut. Nilai tukar Ringgit dapat berfluktuasi terhadap mata uang asing seperti Dolar Amerika Serikat atau Euro sesuai dengan faktor-faktor ekonomi global dan pergerakan pasar valuta asing.

Ringgit Malaysia digunakan secara luas di seluruh wilayah negeri Malaysia termasuk Sabah dan Sarawak serta Labuan. Mata uang ini dapat digunakan untuk melakukan transaksi pembelian barang atau jasa di toko-toko, restoran, hotel maupun tempat-tempat lainnya di negara itu.

Sejarah Mata Uang Malaysia

Sejarah mata uang Malaysia dimulai pada masa kolonial dan telah mengalami beberapa perubahan signifikan sejak itu. Berikut adalah gambaran umum tentang perkembangan mata uang di Malaysia:

  1. Era Kolonial

   Pada awalnya, wilayah yang sekarang menjadi Malaysia dikuasai oleh berbagai kekuatan kolonial seperti Kesultanan Melayu Melaka, Portugis, Belanda, Inggris, dan Jepang. Selama periode ini, mata uang dari negara-negara penjajah tersebut digunakan dalam perdagangan.

  1. Mata Uang Straits Settlements

   Pada tahun 1826 hingga 1953, Straits Settlements (yang terdiri dari Pulau Pinang, Melaka dan Singapura) menggunakan mata uang tertentu yang disebut Dolar Straits atau Ringgit Straits.

  1. Pengenalan Mata Uang Malaya dan Borneo Utara

   Setelah Perjanjian Pangkor pada tahun 1874 dengan Inggris sebagai penguasa baru di Semenanjung Malaya serta Perjanjian Labuan pada tahun 1846 dengan Britania Raya untuk Borneo Utara (sekarang Sabah), sistem koin standar Britania Raya mulai diperkenalkan di kedua wilayah ini.

  1. Pembentukan Federasi Malaya

   Pada tanggal 31 Agustus 1957,Federasi Malaya memperoleh kemerdekaannya dari Kerajaan Inggris.Pada Tanggal tersebut juga diperkenalkan “Board of Commissioners of Currency”untuk menerbitkan ringgit sebagai mata uang satu-satunya bagi Federasi Malaya dan kemudian diterbitkan oleh Bank Negara Malaysia yang baru dibentuk.

  1. Pembentukan Malaysia

   Pada tahun 1963, negara-negara di Semenanjung Malaya bersatu dengan Singapura, Sarawak, dan Sabah untuk membentuk Federasi Malaysia. Setelah beberapa tahun, Singapura keluar dari federasi pada tahun 1965 dan memperkenalkan mata uangnya sendiri.

  1. Pengenalan Nama “Ringgit”

   Pada tanggal 12 Juni 1967, nama resmi mata uang Malaysia diubah menjadi Ringgit dan Sen (RM) yang menggantikan nama Dolar Malaysia sebelumnya.

Sejak itu, beberapa seri kertas dan koin ringgit telah diperkenalkan oleh Bank Negara Malaysia dengan perubahan desain serta keamanannya untuk mencegah pemalsuan.

Keunikan Mata Uang Malaysia

Mata uang Malaysia, yang dikenal sebagai Ringgit Malaysia (MYR), memiliki beberapa keunikan yang membedakannya dari mata uang negara lain. Berikut adalah beberapa keunikan mata uang Malaysia:

  1. Nama Mata Uang

Nama resmi mata uang Malaysia adalah “Ringgit”, yang berarti “bergelar” dalam bahasa Melayu. Namun, seiring dengan penambahan prefiks “Malaysia” pada tahun 1975, mata uang tersebut secara resmi disebut sebagai Ringgit Malaysia.

  1. Simbol Mata Uang

Simbol untuk Ringgit Malaysia adalah RM dan biasanya ditulis setelah jumlahnya. Misalnya, RM50 berarti 50 Ringgit.

  1. Bahasa Kebalik

Salah satu ciri unik dalam desain ringgit adalah penggunaan bahasa kebalik di bagian belakang koin sen bernilai rendah (1 sen, 5 sen, 10 sen). Dalam tulisan itu sendiri terdapat kata-kata seperti “Satu Sen”, “Lima Sen”, dan seterusnya jika dibaca dari arah kanan ke kiri.

  1. Warna-warni

Setiap denominasi ringgit memiliki warna berbeda-beda untuk memudahkan pengenalan nilai oleh masyarakat umum dan juga bagi mereka yang memiliki masalah penglihatan atau buta warna.

  1. Gambar Raja-raja Malaysia

Hampir semua koin maupun pecahan banknote menggambarkan potret raja-raja malaysia sebagai tanda hormat kepada monarki konstitusional negara tersebut.

  1. Keamanan Tinggi

Banknote baru-tingkat tinggi MYR dilengkapi dengan fitur-fitur keamanan canggih seperti tinta khusus, hologram, benang pengaman, cetakan berlapis logam dan lainnya untuk mencegah pemalsuan.

  1. Ukuran Berbeda

Banknote Ringgit Malaysia memiliki ukuran yang berbeda-beda tergantung pada denominasinya. Ini membantu dalam mengidentifikasi nilai mata uang dengan mudah hanya dengan melihat ukurannya.

Pecahan Mata Uang Malaysia

Mata uang resmi Malaysia adalah Ringgit Malaysia (MYR), yang umumnya disingkat sebagai RM. Satu ringgit terdiri dari 100 sen.

Berikut ini adalah pecahan mata uang Ringgit Malaysia:

  1. Koin:

   – 5 sen

   – 10 sen

   – 20 sen

   – 50 sen

  1. Uang kertas:

   – RM1

   – RM5

   – RM10

   – RM20

   – RM50

   – RM100

Selain itu, terdapat juga pecahan khusus dalam bentuk komemoratif atau koleksi yang dikeluarkan pada kesempatan tertentu oleh Bank Negara Malaysia.

Demikianlah informasi tentang mata uang Malaysia dari sejarahnya hingga pecahan mata uangnya. Semoga bermanfaat!

Setelah Malaysia, Xendit Akan Lanjutkan Ekspansi Regional

Setelah resmi masuk ke Malaysia, startup payment gateway Xendit akan melanjutkan ekspansi berikutnya ke sejumlah negara di Asia Tenggara dalam rangka mewujudkan ambisi sebagai pemain terdepan di segmen ini. Malaysia merupakan ekpansi kedua Xendit setelah masuk ke Filipina sejak 2020.

“Kami bangga dengan produk kami. Misi kami adalah mengembangkan produk ini ke berbagai negara ASEAN. IPO bukan wacana sekarang tapi suatu hari. Fokus 2023 dan beberapa tahun ke depan masih ke regional, mau bawa produk dari Indonesia ke luar negeri,” terang Co-founder dan COO Xendit Tessa Wijaya dalam media gathering, Kamis (12/1).

Hanya saja, Tessa enggan memaparkan lebih rinci rencana strategis mengenai negara berikutnya yang tengah dijajaki. Ia menjelaskan ada sejumlah alasan strategis di balik keputusan perusahaan memilih Malaysia sebagai negara kedua yang dirambah, termasuk juga alasan memilih Payex sebagai mitra lokalnya.

Pertama, di Negeri Jiran tersebut punya kesamaan dari preferensi metode pembayaran yang dipilih. Salah satunya adalah memindai kode QR yang kini makin populer di Malaysia, hal yang sama juga terjadi di Indonesia dengan kehadiran QRIS. Kondisi tersebut memvalidasi bahwa teknologi yang sudah dibangun Xendit di Indonesia dapat diboyong ke sana agar terjadi pemerataan solusi gerbang pembayaran yang sama antara UMKM di Malaysia dengan Indonesia.

Kedua, dari Payex itu sendiri, startup yang disuntik Xendit, merupakan perusahaan sejenis yang baru berdiri sejak dua tahun lalu. Startup ini fokus pada penyediaan solusi gerbang pembayaran untuk UMKM, sejalan dengan misi Xendit yang ingin mendukung UMKM dengan menyediakan solusi pembayaran digital di Asia Tenggara.

Kesempatan tersebut membuka banyak potensi sinergi yang bisa dilakukan untuk mengembangkan UMKM di sana sedini mungkin agar dapat tumbuh bersama. “Terakhir, yang terpenting mereka itu punya company culture yang sama dengan kami. Kami sangat pentingkan itu karena misalkan punya culture yang selaras akan sangat gampang mengembangkan ide-ide yang ada.”

Sebagai catatan, ekspansi ke Malaysia ini merupakan tindak lanjut dari pengumuman investasi dari Penjana Kapital untuk Xendit pada 2021, melalui program Dana Penjana Nasional. Sebagai langkah strategis pertamanya di dalam negeri, Xendit telah mengumumkan investasi pada pemain fintech lokal, Payex – penyedia gerbang pembayaran berlisensi Bank Negara Malaysia. Tidak disebutkan nominal dana yang diberikan dari Xendit.

Pencapaian Xendit

Dalam kesempatan yang sama, perusahaan secara grup juga mengumumkan pencapaian bisnisnya selama setahun kemarin. Disebutkan telah memproses lebih dari 200 juta transaksi pembayaran digital di Indonesia dengan nilai total volume transaksi lebih dari $20 miliar (sekitar Rp300 triliun). Angka ini naik 30% secara year-on-year dibandingkan tahun sebelumnya.

Adapun, untuk jumlah merchant aktif yang dilayani Xendit Group mencapai 3.500 pelaku usaha, terdiri dari 70% merchant UMKM dan 30% perusahaan. Dari segi fitur, ada sejumlah peningkatan yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kepuasan merchant.

Di antaranya, menyediakan pembayaran berkala (recurring payments) untuk permudah merchant dalam pembayaran melalui kartu kredit, e-wallet, debit langsung secara teratur. Kemudian, peningkatan autentikasi yang diperbarui untuk membantu merchant, menerima pembayaran melalui kartu kredit dengan aman, dan tokenisasi dompet elektronik demi menciptakan alur pembayaran yang lebih nyaman bagi pelanggan dan meningkatkan tingkat keberhasilan pembayaran

Dari data internal, juga dipaparkan mengenai tren pembayaran digital di Indonesia untuk menggambarkan frekuensi penggunaan layanan Xendit Group oleh merchant. Temuan tersebut adalah:

1.Virtual Account menjadi metode pembayaran paling populer.
Dari 200 juta transaksi yang diproses, sebanyak 36% di antaranya adalah transfer Virtual Account (VA). Selanjutnya, penggunaan uang elektronik dan kartu kredit menempati urutan kedua dan ketiga sebagai metode pembayaran terpopuler di merchant Xendit.

2.Paylater catatkan pertumbuhan 10 kali lipat.
Penggunaan fasilitas pembayaran paylater semakin diminati konsumen, terbukti dari volume pembayaran yang meningkat hingga 10 kali lipat, diikuti dengan kartu kredit (6 kali lipat), uang elektronik (5 kali lipat) dibandingkan tahun sebelumnya.

3.Sektor wisata dan hiburan bangkit signifikan pasca-pandemi.
Xendit Group mencatatkan sektor pariwisata tumbuh tertinggi (181,4%), kemudian disusul hiburan — gaming, tiket pertunjukan, tempat wisata (132,5%), dan restoran (68,4%). Sektor-sektor ini mengalami lonjakan transaksi sepanjang November-Desember 2022, memperlihatkan bahwa konsumen kembali membelanjakan uang untuk keperluan hiburan dan rekreasi pasca berakhirnya pandemi.

4.Transaksi tertinggi berada di sektor bisnis jasa.
Dari sekian banyak merchant Xendit Group, data menunjukkan bahwa sektor yang mencatatkan frekuensi transaksi paling banyak adalah jasa (96 juta transaksi), layanan finansial (61,3 juta transaksi), dan produk digital —voucher game, e-book (56 juta transaksi).

5.Penggunaan QRIS terus meningkat.
Selama 2022, Xendit Group telah memfasilitasi lebih dari 20 juta transaksi dengan volume sebesar $150 juta (sekitar Rp2 triliun). total volume transaksi ini meningkat 17,25% dari tahun sebelumnya.

Application Information Will Show Up Here

Indies Capital dan AC Ventures Teken Perjanjian Investasi dengan Penjana Kapital

Bertujuan menemukan peluang investasi berdampak pada sektor-sektor baru, Indies Capital Partners dan AC Ventures (ACV) menandatangani kesepakatan investasi lintas negara dengan Penjana Kapital. Kerja sama ini mencakup peluang investasi bersama melalui existing fund maupun terbaru.

Penandatanganan Memorandum of Cooperation (MoC) ini disaksikan oleh Perdana Menteri Malaysia Dato’ Seri Anwar Ibrahim serta Menteri Perdagangan Internasional dan Senator Industri Tengku Datuk Seri Utama Zafrul Tengku Abdul Aziz di Jakarta.

Sebagai informasi, Penjana Kapital merupakan bagian dari inisiatif pemerintah Malaysia untuk mendorong pengembangan startup teknologi.

“Melalui kerja sama lintas negara, kami memiliki peluang untuk memasuki pasar baru, mengakses sumber modal dan keahlian, serta mendorong inovasi dan pertumbuhan di kedua pasar,” kata Founding Partner ACV dan Managing Partner Indies Capital Partners Pandu Sjahrir.

Selain investasi, kesepakatan ini juga mencakup pertukaran informasi, jaringan, dan teknologi untuk pengembangan startup di Indonesia dan Malaysia pada sejumlah sektor utama, antara lain data center, pendidikan, hospitality, mobility, dan pengelolaan limbah.

Bina relasi

Pandu menambahkan bahwa Penjana Kapital, Indies Capital Partners, dan ACV merupakan pemain utama dalam lanskap investasi Indonesia dan Malaysia. Kerja sama ini diharapkan dapat mempererat hubungan ekonomi antara kedua negara dan mempromosikan keterhubungan kawasan di Asia Tenggara.

Baik Indonesia dan Malaysia telah menunjukkan komitmen untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Berdasarkan data dari Malaysia External Trade Development Corporation (Matrade), total nilai perdagangan antara Malaysia dan Indonesia naik 43,5% secara YoY menjadi RM95,1 miliar ($21,6 miliar) pada 2021.

Total ekspor Malaysia ke Indonesia naik 32,5% menjadi RM39,22 miliar ($6,9 miliar), sedangkan total impor naik 52,3% menjadi RM55,88 miliar ($12,7 miliar) pada periode yang sama.

Tambahan informasi, Indies Capital Partners merupakan pengelola kredit swasta  di Asia Tenggara yang kini telah berkembang ke aset alternatif dengan dana kelola lebih dari $800 juta. Sementara, AC Ventures telah mengelola lebih dari $500 juta aset yang terbagi dalam lima fund.

Pada akhir 2022, AC Ventures telah mengumpulkan putaran pertama dana kelolaan kelima (Fund V) sekitar $162,5 juta atau setara Rp2,4 triliun yang sebagian besar berasal dari Limited Partner (LP) dana kelolaan sebelumnya. Sejauh ini, AC Ventures telah menyuntik investasi ke 22 startup selama sembilan bulan terakhir di 2022 melalui Fund V, termasuk  SkorLife, KLAR, dan BRIK.

DOKU Dikabarkan Berinvestasi ke Startup Fintech Asal Malaysia “SenangPay”

DOKU dikabarkan berinvestasi ke startup fintech penyedia solusi payment gateway asal Malaysia, “SenangPay”. Menurut sumber data yang telah diinputkan ke regulator, DOKU menyuntikkan dana tahap awal sebesar $1 juta (lebih dari 14 miliar Rupiah).

Saat kami konfirmasi lebih lanjut ke pihak DOKU, perwakilan perusahaan menyatakan belum ada konfirmasi yang bisa diberikan dari manajemen perihal aksi korporasi tersebut.

SenangPay sendiri adalah produk payment gateway yang dimiliki oleh Simplepay Gateway Sdn. Bhd. sejak 2015. SenangPay bekerja sebagai perantara yang akan meminta pembayaran dari penyedia bank kartu/rekening pelanggan konsumen dan kemudian mengkreditkannya ke rekening bank konsumen.

Model bisnis yang dijalankan SenangPay ini beririsan langsung dengan bisnis yang tengah dijalankan DOKU. Sebelumnya, dalam suatu kesempatan di awal tahun lalu, manajamen DOKU menyampaikan kontribusi yang diberikan bisnis payment gateway mendominasi sebesar 70% dibandingkan pilar bisnis lainnya, yakni DOKU Wallet dan remitansi dan disbursement.

Bila informasi ini akurat, maka langkah tersebut merupakan kesempatan DOKU untuk masuk ke pasar regional, di mulai dari Malaysia. Kapabilitas DOKU yang cenderung sudah berpengalaman di segmen ini sejak 2007, tentunya menjadi suntikan yang efektif bagi SenangPay dalam berinovasi di tengah upaya mempercepat adopsi sistem pembayaran online di Negeri Jiran tersebut.

Langkah serupa sebelumnya juga sudah dilakukan Xendit yang mengucurkan investasi strategis untuk startup sejenis asal Filipina, Dragonpay. Aksi ini diumumkan dalam rangka mendukung upaya Xendit pasca memasuki pasar Filipina sejak 2010 sebagai basis operasi kedua mereka setelah Indonesia.

Strategi investasi ekuitas ini bukanlah aksi pertama yang dilakukan DOKU. Dalam catatan DailySocial.id, DOKU sebelumnya pernah menyuntikkan dana untuk Bareksa.

Dalam laporan e-Conomy SEA 2021 yang disusun Google, Temasek, dan Baik, memperkirakan, nilai ekonomi digital di Asia Tenggara mencapai $174 miliar atau sekitar Rp2.480 triliun pada 2021. Sebanyak $70 miliar atau Rp997 triliun di antaranya disumbang oleh Indonesia.

Nilai ekonomi digital di Indonesia tumbuh 49% dibandingkan tahun lalu sebesar $70 miliar. Akan tetapi, menurut laporan ini, bila melihat berdasarkan pertumbuhan, Filipina adalah negara dengan pertumbuhan tertinggi sebesar 93%. Kemudian, disusul Thailand 51%, Indonesia 49%, dan Malaysia 47%.

Oleh karenanya, ekspansi regional adalah langkah yang realistis bagi tiap perusahaan karena masing-masing negara punya ruang tumbuh yang besar. Kesempatan tersebut tidak hanya dikuasai oleh Indonesia saja, kendati secara volume tetap dipegang Indonesia karena populasinya yang besar.

Application Information Will Show Up Here

Setelah Thailand, Giliran Malaysia Terima Pembayaran dengan QRIS

Bank Indonesia (BI) memperluas kerja sama QRIS antarnegara dengan Bank Negara Malaysia (BNM), ditandai dengan diluncurkannya uji coba interkoneksi pembayaran antarnegara menggunakan QR Code antara Malaysia dan Indonesia.

Sebelumnya, pada pertengahan 2021 BI telah melakukan uji coba dengan regulator Thailand untuk menerapkan QRIS antarnegara secara komersil penuh pada kuartal I 2022.

Inisiatif tersebut terselenggara berkat kerja sama berbagai pemangku kepentingan kedua belah negara di bawah supervisi bersama BI dan BNM, yaitu Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI), RAJA (Rintis, Artajasa, Jalin, Alto), dan Payments Network Malaysia Sdn Bhd (PayNet) sebagai switching. Kemudian, bank setelment, yaitu Bank Mandiri, BNI, CIMB Bank Berhad, serta peserta uji coba lainnya yang merupakan Penyedia Jasa Pembayaran, baik bank maupun nonbank dari kedua negara.

Deputi Gubernur BI Doni P Joewono mengatakan melalui inisiatif ini, masyarakat di wilayah Indonesia dan Malaysia dapat melakukan pembayaran ritel dengan menggunakan QR Code pembayaran nasional di Indonesia, yaitu QRIS atau QR Code Pembayaran Malaysia, yaitu DuitNow, pada merchant offline dan online.

Kerja sama ini diawali dengan fase uji coba dan menuju peluncuran fase komersial sepenuhnya pada kuartal III 2022. “Kerja sama ini akan diperluas di masa mendatang dan mendukung pengiriman uang antarnegara secara real-time antara Indonesia dan Malaysia,” ucap dia dalam keterangan resmi, Kamis (27/1).

Lebih lanjut, dia mengatakan inisiatif ini merupakan salah satu wujud implementasi Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025. Di sisi lain, Bank Indonesia menyadari pentingnya interkoneksi pembayaran antarnegara dan akan terus memperluas inisiatif tersebut. Tujuannya untuk memberikan kemudahan dan memperluas pilihan pembayaran bagi masyarakat di kedua negara.

“Pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan efisiensi transaksi, mendukung digitalisasi perdagangan dan investasi, serta memperkuat stabilitas makroekonomi dengan mempromosikan penggunaan Local Currency Settlement/LCS (penyelesaian transaksi dengan mata uang lokal) secara lebih luas.”

Penggunaan direct quotation nilai tukar mata uang lokal yang disediakan oleh bank-bank Appointed Cross Currency Dealer (ACCD) di bawah kerangka LCS akan meningkatkan efisiensi transaksi, sehingga biaya transaksi menjadi lebih murah. Dengan kata lain, nasabah tetap menggunakan Rupiah dengan sistem QR walau sedang di luar negeri. Mereka dapat berhemat karena tidak ada lagi biaya dan komisi, seperti biaya kurs.

Sementara itu, Deputi Gubernur BNM Jessica Chew Cheng Lian mengatakan, interkoneksi QR Code pembayaran antarnegara ini menandai tonggak penting dalam sejarah panjang kolaborasi antara Indonesia dan Malaysia.

“Perkembangan ini merupakan sebuah langkah besar untuk mewujudkan visi menciptakan jaringan sistem pembayaran ritel yang cepat dan efisien di ASEAN, yang pada akhirnya akan mengakselerasi transformasi digital dan integrasi keuangan untuk kepentingan individu maupun bisnis,” terang Jessica.

Terwujudnya interkoneksi dan interoperabilitas QR Code pembayaran nasional antara Indonesia dan Malaysia menjadi tonggak baru dalam memfasilitasi aktivitas masyarakat kedua negara, khususnya bagi wisatawan. Indonesia dan Malaysia mencatat jumlah pelancong dengan rata-rata 5,6 juta kedatangan tiap tahunnya sebelum pandemi.

Juga, sejalan dengan agenda prioritas Presidensi G20 Indonesia terkait Cross-border Payments Roadmap dalam upaya menjaga momentum yang diinisiasi sejak dua periode Presidensi G20 sebelumnya untuk mengatasi tantangan pembayaran antarnegara.

Secara terpisah, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan BI akan menjajaki Singapura dan Arab Saudi untuk perluasan QRIS antarnegara. “Kami juga sudah mulai kerja sama dengan Thailand, Malaysia dan kemungkinan juga dengan Singapura dan Saudi. Kami akan terus memperluas kerja sama QRIS,” ucapnya dalam raker Komisi XI DPR RI mengutip dari CNBC Indonesia.

Transaksi QRIS di domestik

Di pasar domestik, Bank Indonesia mencatat nilai transaksi QRIS mencapai Rp23 triliun dari 1 Januari sampai 14 Desember 2021. Realisasi ini berasal dari 316 juta transaksi pada periode yang sama. Adapun dari segi pengguna disebutkan telah mencapai lebih dari 13 juta merchant, melampaui dari target awal sebesar 12 juta merchant, mayoritas merupakan UMKM.

Pada tahun ini, BI akan terus mengembangkan fitur QRIS. Salah satunya adalah perluasan penyediaan QR Code untuk pembeli atau customer presented mode (CPM). Sebelumnya, QR Code disediakan oleh merchant atau merchant presented mode (MPM).

Berikutnya, QRIS dapat digunakan oleh para pengguna bukan hanya untuk transfer uang, tapi juga bisa digunakan saat tarik dan setor tunai, serta meningkatkan plaforn maksimal transaksi QRIS dari Rp2 juta menjadi Rp5 juta, tujuannya untuk meningkatkan transaksi di merchant menengah dan besar di pusat perbelanjaan.

AC Ventures Leads Series A+ Funding of Malaysian Based SaaS F&B Startup Food Market Hub

AC Ventures led Series A+ funding for Malaysian based SaaS startup Food Market Hub (FMH) worth of $8.5 million (over 121 billion IDR). As for the latest funding, FMH’s valuation is estimated to reach $40 million. FMH is a platform provider that simplifies and automates back-end operations for food and beverage (F&B) businesses.

In this round, AC Ventures invested through a special fund in Malaysia named Penjana Kapital Fund. Participated also new investors, including East Ventures, Velocity Ventures, Capital Code, and several angel investors. There are also  previous investors, including Go-Ventures, SIG, and 500 Global.

FMH received a total fresh funds of $12.5 million (more than 179 billion Rupiah) through the Series A and Series A+ rounds due to the company’s rapid growth and the digital acceleration in the F&B sector.

The funding allows FMH to accelerate its expansion to Indonesia, deeper penetration into the Malaysian market, and strengthen its presence in Singapore and Thailand by 2022.

In an official statement, Food Market Hub‘s CEO, Anthony See said, the platform built by FMH has helped many F&B businesses reduce their food costs. In addition, it helps them thrive, especially during the difficult times caused by this pandemic.

“We have observed a significant increase in demand for our solutions as more and more businesses recognize the value of technology in enabling them to achieve greater efficiencies – especially in today’s evolving business climate,” Anthony said.

Founded in 2017, the FMH platform automates the purchasing process and inventory tracking, helping F&B businesses minimize waste while managing food and inventory costs more efficiently.

By leveraging FMH function, F&B restaurants can easily order from the existing and new suppliers while automatically synchronizing data from Point-of-Sales (POS), inventory, and accounting systems for procurement decision making on a single platform. In addition, other integrations to third-party software, provide comprehensive real-time data for business owners to enable them to manage their business efficiently.

Today, many businesses have been forced to digitize in order to address the challenges posed by the COVID-19 pandemic. Since early 2020, FMH has experienced exponential growth, doubling its active users to 5,000 with an overall retention rate of 87%. Its total annual order value has quadrupled in the past 12 months to $600 million in October 2021.

Most FMH users use the platform daily to process 90% of all purchase transactions, showing how important FMH is to their operations. Some FMH users come from cafe chains, large restaurant groups, and franchises, such as The Coffee Academics, Din Tai Fung, Yum Brands, KFC, and Pizza Hut.

The company recently expanded its offerings by launching a payment service in Malaysia, enabling F&B businesses to seamlessly send invoices and collect payments within the platform.

“Our mission is to support disruptions that will create value through their technological innovations, especially in the ASEAN. Food Market Hub’s track record in Hong Kong, Singapore, Malaysia and Taiwan has shown strong potential to accelerate the transformation of the F&B business. We look forward to their continued growth across the region and beyond,” AC Ventures’ Partner, Ng Yi Chung said.

This year, FMH becomes one of three winners of HLB Launchpad 2020 collaborating with Hong Leong Bank on a pilot project. The company recently signed a Memorandum of Understanding (MoU) with Saladplate, a marketplace for F&B and hospitality, to help provide local businesses source F&B digitally.

Moreover, they also partner with Malaysia Digital Economy Corporation (MDEC) in the virtual Go-eCommerce Expo 2021 to encourage local businesses to adopt eCommerce. It also encourages partnership with Southeast Asia’s first Hospitality and Travel technology investor, Velocity Ventures to strengthen its position in the FMH F&B industry and expand into new markets rapidly.

Aside from Malaysia, FMH has a footprint in other Asian markets such as Hong Kong, Taiwan, Thailand and Singapore. With its recent expansion into Indonesia, the company is already available in six countries.

The company will continue to support the digitization of Southeast Asian businesses with deeper regional coverage and a desire to enter new markets such as Vietnam. Over the next year, FMH plans to provide financing tools to support the recovery of the regional F&B business.

SaaS solution in Indonesia

In the list AC Ventures portfolios, there is a startups that offers similar solutions for the F&B industry like Esensi Solusi Buana (ESB). ESB is an all-in-one culinary business operational system software provider that connects front-end, back-end, consumers, and supply chain partners for restaurants.

On a general note, based on the 2021 MSME Empowerment Report published by DSInnovate, there are several basic problems experienced by MSME players in Indonesia, including:

In order to overcome this problem, 83% of MSME players admit to using services from digital startups. From this hypothesis, the founders are passionate about presenting a variety of products with different value propositions. Currently, there are dozens of startups that present various types of SaaS in this segment.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

AC Ventures Pimpin Pendanaan Seri A+ untuk Startup SaaS F&B Malaysia Food Market Hub

AC Ventures memimpin pendanaan Seri A+ untuk startup SaaS Malaysia Food Market Hub (FMH) sebesar $8,5 juta (lebih dari 121 miliar Rupiah). Pasca perolehan dana ini, valuasi FMH diperkirakan mendekati $40 juta. FMH adalah penyedia platform yang menyederhanakan dan mengautomatisasi operasi back-end untuk bisnis makanan dan minuman (F&B).

Di putaran ini, AC Ventures berinvestasi melalui fund khusus di Malaysia bernama Penjana Kapital Fund. Juga menjadi investor baru adalah East Ventures, Velocity Ventures, Capital Code, dan beberapa angel investor. Investor terdahulu yang turut berpartisipasi termasuk Go-Ventures, SIG, dan 500 Global.

Secara total, di putaran Seri A dan Seri A+, FMH memperoleh dana segar $12,5 juta (lebih dari 179 miliar Rupiah) akibat pertumbuhan perusahaan diklaim sangat cepat dan dorongan percepatan digitalisasi di sektor F&B.

Pendanaan ini memungkinkan FMH mempercepat rencana ekspansinya ke Indonesia, menembus lebih dalam ke pasar Malaysia, dan memperkuat kehadirannya di Singapura dan Thailand pada tahun 2022.

Dalam keterangan resmi, CEO Food Market Hub Anthony See menuturkan, platform yang dibangun FMH berhasil membantu banyak bisnis F&B mengurangi biaya makanan dan pemborosan mereka. Tak hanya itu, membantu mereka berkembang pesat, terutama selama masa-masa sulit yang disebabkan oleh pandemi ini.

“Kami telah mengamati peningkatan permintaan yang signifikan untuk solusi yang kami berikan karena semakin banyak bisnis menyadari nilai teknologi dalam memungkinkan mereka mencapai efisiensi yang lebih besar – terutama dalam iklim bisnis yang terus berkembang saat ini,” kata See.

Didirikan pada tahun 2017, platform FMH mengotomatiskan proses pembelian dan pelacakan inventaris, membantu bisnis F&B meminimalkan pemborosan sambil mengelola biaya makanan dan inventaris dengan lebih efisien.

Dengan memanfaatkan FMH, restoran F&B dapat dengan mudah memesan dari pemasok mereka yang sudah ada dan yang baru sambil secara otomatis menyinkronkan data dari Point-of-Sales (POS), inventaris, dan sistem akuntansi untuk pengambilan keputusan pengadaan pada satu platform. Selain itu, integrasi lain ke perangkat lunak pihak ketiga, menyediakan data yang komprehensif secara real-time untuk pemilik bisnis agar mereka dapat mengelola bisnis secara efisien.

Saat ini, banyak bisnis telah dipaksa untuk melakukan digitalisasi dalam mengatasi tantangan yang dibawa oleh pandemi COVID-19. Sejak awal 2020, FMH telah mengalami pertumbuhan eksponensial, menggandakan pengguna aktifnya menjadi 5.000 dengan tingkat retensi keseluruhan 87%. Nilai total pesanan tahunannya telah tumbuh lebih dari empat kali lipat dalam 12 bulan terakhir menjadi US$600 juta pada Oktober 2021.

Para pengguna FMH sebagian besar menggunakan platform setiap hari untuk memproses 90% dari semua transaksi pembelian, menunjukkan betapa pentingnya FMH untuk operasi sehari-hari mereka. Beberapa pengguna FMH datang dari jaringan kafe (cafe chain), grup restoran besar, dan waralaba, seperti The Coffee Academics, Din Tai Fung, Yum Brands, KFC, dan Pizza Hut.

Perusahaan baru-baru ini memperluas penawarannya dengan meluncurkan layanan pembayaran di Malaysia, memungkinkan bisnis F&B untuk mengirim faktur dan mengumpulkan pembayaran dengan lancar di dalam platform.

“Misi kami adalah untuk mendukung disrupsi yang akan menciptakan nilai melalui inovasi teknologi mereka, terutama di kawasan ASEAN. Rekam jejak Food Market Hub di Hong Kong, Singapura, Malaysia, dan Taiwan telah menunjukkan potensi yang kuat untuk mempercepat transformasi bisnis F&B. Kami menantikan pertumbuhan berkelanjutan mereka di seluruh kawasan dan sekitarnya,” kata Partner AC Ventures Ng Yi Chung.

Pada tahun ini, FMH adalah salah satu dari tiga pemenang HLB Launchpad 2020 yang berkolaborasi dengan Hong Leong Bank dalam proyek percontohan. Perusahaan baru-baru ini menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Saladplate, marketplace untuk F&B dan perhotelan, untuk membantu bisnis lokal mendapatkan sumber F&B secara digital.

Serta, bermitra dengan Malaysia Digital Economy Corporation (MDEC) dalam virtual Go-eCommerce Expo 2021 untuk mendorong bisnis lokal mengadopsi eCommerce. Ini juga menandai dimulainya kemitraan dengan investor teknologi Perhotelan dan Perjalanan pertama di Asia Tenggara, Velocity Ventures untuk memperdalam pijakan industri F&B FMH dan memperluas ke pasar baru dengan cepat.

Di luar Malaysia, FMH telah memiliki jejak di pasar Asia lainnya seperti Hong Kong, Taiwan, Thailand, dan Singapura. Dengan ekspansi baru-baru ini ke Indonesia, perusahaan kini hadir di enam negara.

Perusahaan akan terus mendukung digitalisasi bisnis Asia Tenggara dengan cakupan wilayah yang lebih dalam dan keinginan untuk memasuki pasar baru seperti Vietnam. Selama tahun depan, FMH berencana untuk menyediakan alat pembiayaan untuk mendukung pemulihan bisnis F&B regional.

Solusi SaaS di Indonesia

Dalam portofolio AC Ventures, juga terdapat startup dengan solusi sejenis untuk industri F&B, yakni Esensi Solusi Buana (ESB). ESB adalah penyedia software sistem operasional bisnis kuliner all-in-one yang menghubungkan front-end, back-end, konsumen, dan mitra rantai pasokan untuk restoran.

Secara umum, menurut laporan MSME Empowerment Report 2021 yang diterbitkan DSInnovate, terdapat beberapa permasalahan mendasar yang saat ini dialami oleh pelaku UMKM di Indonesia, di antaranya:

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, 83% dari pelaku UMKM mengaku menggunakan layanan dari startup digital. Dari hipotesis tersebut, para founder pun bergairah untuk menghadirkan ragam produk dengan proposisi nilai yang berbeda-beda. Saat ini ada puluhan startup yang menghadirkan berbagai jenis SaaS di segmen tersebut.

David De Gea Buat Organisasi Esports: Rebels Gaming, 100 Thieves Dapat Investasi US$60 Juta

Minggu lalu, ada dua atlet olahraga yang memasuki dunia esports dengan membuat organisasi esports. Pertama adalah kiper Manchester United, David De Gea, yang membuat Rebels Gaming. Kedua adalah Kenny Vaccaro, mantan atlet NFL, yang meluncurkan G1 atau Gamers First. Sebelum De Gea dan Vaccaro, ada banyak atlet olahraga yang mencoba untuk aktif di industri esports, seperti David Beckham. Selain itu, pada minggu lalu, 100 Thieves mengumumkan bahwa mereka telah mendapatkan kucuran dana sebesar US$60 juta.

David de Gea Perkenalkan Organisasi Esports Baru: Rebels Gaming

Kiper Manchester United, David de Gea menjajaki industri esports dengan meluncurkan organisasi esports bernama Rebels Gaming. Nantinya, organisasi itu akan merekrut tim untuk bertanding di League of Legends, VALORANT, dan Rainbow Six Siege. Selain pemain profesional, Rebels Gaming juga akan merekrut kreator konten dan streamers. Bagi para pemain, streamers, dan kreator konten, Rebels Gaming akan menyediakan fasilitas latihan yang terletak di Madrid, Spanyol.

“Peluncuran Rebels Gaming di dunia esports adalah mimpi lain yang jadi kenyataan,” kata De Gea, menurut laporan Esports Insider. “Organisasi ini betujuan untuk membuat generasi muda paham akan nilai-nilai yang saya pelajari dari karir saya di dunia sepak bola.”

100 Thieves Dapat Investasi Senilai US$60 Juta

Organisasi esports asal Amerika Utara, 100 Thieves, baru saja mendapatkan investasi sebesar US$60 juta. Ronde pendanaan Seri C dari 100 Thieves kali ini dipimpim oleh Green Bay Ventures dan didukung oleh beberapa investor lama dan baru, seperti Aglae Ventures, Breyer Capital, Tao Capital, dan Willoughby Capital. Dengan kucuran dana segar terbaru ini, valuasi dari 100 Thieves diperkirakan mencapai US$460 juta.

100 Thieves baru saja mendapatkan pendanaan Seri C.

“Performa kami di 2021 lebih baik dari perkiraan,” kata Matthew “Nadeshot” Haag, pendiri dan CEO dari 100 Thieves, menurut laporan Esports Insider. “Kami berhasil merealisasikan janji kami untuk mengembangkan budaya gaming. Pada saat yang sama, kami juga dapat membangun bisnis dan brand yang kuat untuk masa depan. 100 Thieves sekarang punya modal untuk membuat dan mengakuisisi perusahaan-perusahaan yang akan dicintai oleh komunitas kami.”

IESF Bekerja Sama dengan ESWF

International Esports Federation (IESF) telah menandatangani Memorandum of Understanding (MOU) dengan Esports World Federation (ESWF). Dengan begitu, kedua federasi itu akan bekerja sama untuk “mengembangkan dan menyatukan esports” di seluruh dunia. ESWF akan memimpin Esports for all Commission, program baru yang ditujukan untuk membuat komunitas esports menjadi lebih inklusif. Sementra itu, Stephan Carapiet, Deputy President of the ESWF, juga akan ikut berpartisipasi dalam program tersebut sebagai Honorary Vice President of IESF.

“Kami senang dapat bekerja sama dengan ESWF untuk merealisasikan tujuan kami bersama,” kata Vlad Marinescu, President of IESF, seperti dikutip dari Esports Insider. “IESF akan berkolaborasi dengan ESWF untuk memberikan dukungan terbaik bagi organisasi dan pemain esports di dunia. Kami juga akan terus menyokong kebiasaan bermain game yang sehat untuk keluarga World Esports.”

Malaysia Digital Creativity Festival 2021 Dihadari Lebih dari 10 Ribu Fans Esports

Malaysia Digital Creativity Festival (MYDFC) 2021 diadakan pada 27-28 November 2021 lalu. Digelar oleh Malaysia Digital Economy Corporation (MDEC), event itu dihadari oleh lebih dari 10 ribu penggemar esports di Malaysia. Salah satu hal yang menjadi daya tarik dari event tersebut adalah 10 turnamen esports yang digelar di sana. Game-game yang diadu dalam kompetisi itu antara lain PUBG Mobile, Mobile Legends, Apex Legends, Free Fire, VALORANT, Wild Rift, FIFA 22, Guilty Gear, dan Ejen Ali: Agents Arena. Total hadiah yang ditawarkan mencapai RM70 ribu atau sekitar Rp239 juta, lapor IGN.

MYDCF 2021. | Sumber: IGN

Selain turnamen esports, MYDFC juga menyediakan masterclasses yang diadakan pada 6-7 November 2021. Kelas itu menampilkan Cheng Jin Xiang alias “NothingToSay“, pemain Dota 2 profesional asal Malaysia yang bermain di PSG.LGD, runner-up dari The International 10. Di MYDFC juga digelar konferensi “Sembang Game”, yang menyertakan sejumlah speaker ternama, seperti Team Director, Fnatic, Eric Thor, Senior Manager of Esports Global Operations, Moonton, Siew Hao Zhen, streamer MissRose, dan caster Mathhew Issac.

Mantan Atlet NFL Buat Organisasi Esports, G1

Mantan atlet american football, Kenny Vaccaro mengumumkan bahwa dia akan mengundurkan diri dari dunia olahraga fisik untuk bisa berkarir dunia esports. Bersama Hunter Swensson dan Cody Hendrix, Vaccaro mengumumkan keberadaan organisasi esports G1, yang juga dikenal dengan nama Gamers First. G1 akan bermarkas di Austin, Texas, Amerika Serikat.

Sekarang, Vaccaro, Swensson, dan Hendrix tengah fokus untuk merekrut para pemain esports. Sejauh ini, G1 telah menandatangani kontrak dengan delapan orang, yaitu empat kreator Destiny dan empat pemain Halo profesional. Memang, G1 ingin bisa berkompetisi di Halo World Championship, menurut laporan VentureBeat. Selain delapan orang tersebut, G1 juga telah mempekerjakan seorang pelatih.

Sumber header: Daily Esports

Startup “Car Sharing” TREVO Ekspansi ke Indonesia, Telah Hadir di Tiga Kota

Setelah meluncur di Malaysia pada akhir tahun lalu, TREVO resmi hadir di Indonesia. TREVO adalah platform peer-to-peer berbagi yang membuat para pengguna mampu memesan mobil sesuai dengan kebutuhan dan keinginan tujuan perjalanan melalui host terdekat dalam komunitas. Saat ini mereka telah memiliki sekitar 500 host yang telah mendaftarkan mobil mereka ke dalam platform.

Perusahaan juga telah mengalami pertumbuhan jumlah komunitas hingga 100 ribu orang. Setelah sebelumnya diluncurkan di Jakarta, TREVO juga telah hadir di Bandung dan Bali.

Kepada DailySocial.id, General Manager Trevo Brandon S. Curson mengungkapkan, TREVO memberdayakan host untuk mendapatkan uang melalui kendaraan mereka dengan mencocokkan sesama orang yang membutuhkan tumpangan pribadi. TREVO mengambil komisi untuk membayar iklan, customer support, dan pengiriman kendaraan host. Menjadikan proses tersebut ditangani dengan menyeluruh.

“Kami menawarkan opsi asuransi kepada pengguna untuk menanamkan kepercayaan pada TREVO, memungkinkan pengguna untuk menyewa kendaraan mengetahui bahwa mereka aman dari penggelapan, banjir, kecelakaan, dan jenis kerusakan lainnya.”

Melalui platform, pemilik mobil atau host memiliki pilihan untuk menentukan ketersediaan mobil dan harga, dan menghasilkan sumber pendapatan tambahan. Sedangkan penyewa mobil atau guest ditawarkan kesempatan untuk menyewa mobil dengan lebih mudah dan nyaman.

Untuk mempercepat pertumbuhan bisnis, TREVO dan perusahaan induk mereka, SoCar, saat ini tengah menjajaki penggalangan dana seri B. Dana segar tersebut rencananya dapat dikantongi oleh perusahaan pertengahan bulan ini. Putaran pendanaan terakhir SoCar tahun lalu sebesar $18 juta juga digunakan untuk membangun fitur guna meningkatkan penawaran TREVO.

“Kami juga sedang mengerjakan beberapa layanan seperti paket asuransi jangka panjang untuk melindungi mobil host saat digunakan untuk kebutuhan pribadi sehari-hari. Setelah ini, kami memiliki beberapa penawaran lain yang sedang dipersiapkan,” kata Brandon.

Di Indonesia sendiri konsep car sharing yang ditawarkan oleh TREVO juga telah disediakan oleh platform seperti Hipcar, Tripves dan Sharecar. Turunnya penjualan mobil baru dan mulai berkurangnya permintaan penyewaan mobil saat pandemi, menjadi peluang bagi platform P2P car sharing untuk tumbuh.

Pandemi dan pertumbuhan bisnis

Selama pandemi TREVO mengalami pertumbuhan yang positif. Berdasarkan riset pasar internal menunjukkan, guest mengutamakan kenyamanan pribadi karena orang semakin enggan berbagi mobil dengan orang lain [yang tidak dieknal]. Ditambah dengan fakta bahwa para tamu dapat menyewa mobil bersih dengan perlengkapan sanitasi gratis dengan harga yang terjangkau.

“Karena alasan ini, TREVO telah mencari cara untuk mendukung masyarakat. Saat ini kami menawarkan layanan TREVO hanya dengan Rp 49.000 sehari kepada siapa saja yang perlu melakukan kunjungan medis, apakah itu untuk vaksinasi atau untuk jadwal pertemuan dengan dokter,” kata Brandon.

Mereka juga mendukung beberapa institusi medis yang menawarkan tumpangan kepada petugas kesehatan secara gratis, memastikan mereka bekerja dengan aman.

Sejak resmi meluncur di Indonesia, TREVO mencatat secara demografi para tamu mereka adalah ibu rumah tangga kelas menengah ke atas, profesional muda, dan pengusaha. Para tamu memiliki kebebasan untuk berhenti berkali-kali, mengobrol dengan teman dan keluarga tanpa canggung dengan kehadiran pengemudi. Opsi privasi ini diklaim sangat penting saat pandemi.

“Indonesia, seperti yang kita semua tahu, adalah rumah bagi kelas menengah yang terus tumbuh dengan daya beli yang meningkat,” kata Brandon.

Application Information Will Show Up Here

PBESI Adakan Turnamen Free Fire untuk Pelajar, Malaysia Siapkan Rp51,5 M untuk Esports

Dalam satu minggu belakangan, ada beberapa informasi menarik terkait ekosistem esports di Indonesia dan di dunia. Salah satunya adalah turnamen Free Fire untuk pelajar yang akan diadakan oleh Pengurus Besar Esports Indonesia (PBESI) dan keputusan pemerintah Malaysia untuk menyiapkan dana hingga puluhan miliar rupiah demi pengembangan esports.

Pemerintah Malaysia Siapkan Rp51,5 Miliar untuk Pengembangan Esports

Dalam rancangan belanja negara untuk 2021, pemerintah Malaysia mengalokasikan RM 15 juta (sekitar Rp51,5 miliar) untuk pengembangan esports. Kali ini adalah tahun ketiga pemerintah Malaysia menyiapkan dana untuk mengembangkan esports. Sebelum ini, mereka telah menyiapkan RM 10 juta (sekitar Rp34,3 miliar) untuk pengembangan esports di 2019 dan RM 20 juta (sekitar Rp68,6 miliar) pada 2020.

Menurut laporan The Esports Observer, pengumuman ini dibuat oleh Menteri Keuangan Malaysia, Tengku Zafrul Tengku Aziz. Pendanaan untuk esports tersebut merupakan bagian dari pengalokasian dana sebesar RM 55 juta (sekitar Rp189 miliar) untuk olahraga berprestasi, seperti hoki, rugby, badminton, dan sepeda. Sayangnya, tidak diketahui bagaimana dana pengembangan esports ini akan digunakan.

Fnatic Dapat Investasi Sebesar US$10 Juta

Fnatic baru saja mendapatkan pendanaan internal sebesar US$10 juta. Ronde pendanaan kali ini dipimpin oleh perusahaan venture capital, Beringea. Kali ini, beberapa investor lama Fnatic, seperti Unbound, LVL1 Group, dan JHD juga ikut serta menanamkan investasi untuk organisasi esports asal Inggris itu. Ke depan, Fnatic juga berencana untuk melakukan crowd funding demi mengumpulkan dana ekstra sebesar US$1,3 juta.

Fnatic baru saja mendapatkan kucuran dana segar. | Sumber: The Esports Observer
Fnatic baru saja mendapatkan kucuran dana segar. | Sumber: The Esports Observer

Investasi ini akan Fnatic gunakan untuk mengembangkan merek mereka serta mempertahankan posisi mereka sebagai salah satu organisasi esports terbaik di dunia. Selain itu, mereka juga akan mencari Chief Financial Officer baru. Dengan pendanaan kali ini, total investasi yang telah Fnatic dapatkan mencapai hampir US$35 juta.

“Industri esports kini tengah tumbuh dengan sangat pesat, tapi esports sebagai industri juga masih sangat muda,” kata Karen McCormick, Chief Investment Officer, Beringea, seperti dikutip dari Forbes. “Setelah mengevaluasi industri esports, kami memutuskan untuk menanamkan investasi pada Fnatic karena merek mereka yang bagus, performa mereka sebagai perusahaan yang konsisten, serta fanbase yang besar dan aktif berinteraksi.”

PBESI Adakan Turnamen Free Fire untuk Pelajar

Pengurus Besar Esports Indonesia (PBESI) mengumumkan kompetisi Piala Pelajar pada Senin, 9 November 2020. Kompetisi yang mengadu game Free Fire itu hanya mencakup kawasan Jabodetabek.

Babak kualifikasi dari kompetisi khusus pelajar ini akan digelar pada 9-10 November 2020. Sementara babak semi final akan diadakan pada 11 November dan babak final akan diselenggarakan pada 13 November 2020. Di babak final, 12 tim pelajar terbaik akan diadu untuk memperebutkan Piala Pelajar Jabodetabek Season 1.

PBESI mengadakan turnamen Free Fire untuk pelajar.
PBESI mengadakan turnamen Free Fire untuk pelajar.

Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga, Kementerian Pemuda dan Olahraga, Chandra Bhakti menyatakan apresiasinya pada PBESI karena telah mengadakan turnamen ini. Dia mengungkap, ketika pendaftaran dibuka pada 5-7 November 2020, antusiasme para pelajar menengah dan setingkat sangat tinggi. Buktinya, jumlah tim yang mendaftarkan diri mencapai lebih dari 10 ribu tim.

Take-Two Interactive Bakal Akuisisi Codemasters

Take-Two Interactive mengungkap, mereka akan mengakuisisi Codemasters dengan nilai US$994 juta. Kedua perusahaan itu mulai melakukan negoisasi pada minggu lalu. Sekarang, keduanya setuju bahwa Take-Two akan mengakuisisi Codemasters pada Q1 2021. Dalam sebuah pernyataan resmi, Take-Two menjelaskan keuntungan yang mereka dapatkan jika mereka mengakuisisi Codemasters.

“Codemasters dikenal berkat kesuksesan mereka untuk membuat franchise game balapan yang paling sukses dan paling populer di industri game,” kata CEO Take-Two, Strauss Zelnick, seperti yang disebutkan oleh GamesRadar. “Kami percaya, keahlian mereka akan memperkuat portofolio kami dalam membuat game olahraga, yang memungkinkan kami untuk tumbuh menjadi lebih besar.”

Belum lama ini, Codemasters merilis Dirt 5. Pada tahun ini, mereka juga meluncurkan F1 2020, yang merupakan game ke-13 dari franchise game balapan Formula 1. Sementara itu, Take-Two adalah perusahaan induk dari Rockstar Games, yang membuat Red Dead Redemption dan Grand Theft Auto. Mereka juga memiliki 2K, yang membuat Bioshock, Borderlands, dan Civilizations.

Pembalap F1 Lando Norris Buat Tim Esports

Pembalap Formula 1 asal Inggris, Lando Noris, mengungkap bahwa dia akan membuat tim esports-nya sendiri, yang dinamai Quadrant. Nama Norris mulai dikenal di dunia maya setelah dia ikut serta dalam balapan virtual F1.

Lando Norris saat ikut serta dalam balapan virtua. | Sumber: BBC
Lando Norris saat ikut serta dalam balapan virtual. | Sumber: BBC

“Rencana untuk membuat Quadrant telah saya pikirkan selama beberapa waktu,” kata Norris pada BBC. “Lockdown mendorong saya untuk merealisasikan rencana itu lebih cepat karena saya lebih sering melakukan streaming online.”

Norris bukanlah pembalap pertama yang memutuskan untuk membuat tim esports. Pada April 2020, pembalap F1 Romain Grosjean telah membuat tim esports yang dinamai R8G Sim Racing. Ketika itu, Grosjean mengungkap, timnya akan fokus pada kompetisi balapan virtual. Namun, Norris mengatakan, dia ingin agar timnya tidak hanya bertanding di kompetisi balapan, tapi juga di game esports lainnya.