Lego AR-Studio Padukan Serunya Menikmati Mainan Fisik dan Digital via Augmented Reality

Di balik kesederhanaannya, Lego memberikan penikmatnya ruang imajinasi yang sangat luas, dan inilah pesona utama mainan legendaris buatan Denmark itu. Sudah lama para developer juga mencoba mengadopsinya ke ranah hiburan digital. Langkah terbesar yang dilakukan belum terlalu lama adalah upaya menggabungkan elemen mainan fisik dengan game lewat Lego Dimensions.

Sayangnya meskipun inovatif, Lego Dimensions tidak selaris yang Traveller’s Tales harapkan. Dan akhirnya, developer terpaksa menyetop perilisan produknya di bulan September 2017. Namun Lego sendiri belum menyerah dalam merealisasikan gagasan mereka untuk ‘menghidupkan mainan’. Belum lama ini, Lego Group meluncurkan Lego AR-Studio di iOS, yaitu app yang mempersilakan Anda mengombinasikan mainan fisik dengan konten digital.

Cara menikmatinya sangat mudah, dan penyajiannya juga lebih sederhana dibanding Dimensions karena memanfaatkan perangkat bergerak: Pertama, pemain hanya perlu memilih set Lego City dan Ninjago di smartphone; dan selanjutnya, kita bisa memunculkan naga penyembur api, truk pemadam kebakaran, hingga kereta. Dan uniknya lagi, tiap kejadian seru di sana dapat direkam menggunakan fungsi kamera di dalam app.

“Aplikasi ini menyuguhkan cara baru menikmati Lego dengan mengombinasikan aspek fisik dan digital,” ungkap Tom Donaldson selaku vice president of Creative Play Lab Lego Group via Wired. “Untuk menggunakannya, Anda cuma perlu menggenggam iPhone atau iPad di tangan. Lalu di layar, Anda dapat melihat ruangan kamar, meja, dan lain-lain. AR-Studio sanggup mendeteksi permukaan, dan di sana, Anda bisa menaruh mainan-mainan Lego.”

Hebatnya lagi, sistem AR-Studio bukan sekedar overlay, melainkan model tiga dimensi yang mampu memahami kondisi dunia nyata. Buat sekarang, aplikasi baru tersedia untuk platform iOS 11. Belum diketahui apakah ia akan tersedia di Android atau tidak – apalagi Lego AR-Studio memanfaatkan framework Apple ARKit.

Hal tersebut juga mengindikasikan kebutuhan hardware yang cukup tinggi. Agar bisa menangani app AR ini, handset setidaknya harus diotaki prosesor A9 atau A10, minimal iPhone 6s. Model iDevice lain yang siap menjalankannya meliputi iPad 2017, iPad Pro (varian 10,5-, 12,9- dan 9,7-inci) serta tentu saja iPhone X.

Kit Lego AR-Studio terdiri dari model klasik seperti kantor polisi, kereta, kantor pemadam kebakaran, serta bundel Ninjago plus naga. Mereka semua tak hanya disuguhkan secara virtual. Mainan fisiknya dapat dibeli di gerai Lego.

Anda tak perlu cemas Lego Group akan mengganti lineup mainan mereka dengan versi AR atau digital. Menurut Donaldson, AR-Studio hanyalah pelengkap dari pengalaman bermain Lego, didesain untuk membantu anak-anak berimajinasi lebih tinggi.

Via Engadget.

ZenFone AR Ialah Smartphone Berteknologi Tango Pertama Dari Asus

Tango adalah upaya Google mengembangkan teknologi computer vision di perangkat bergerak agar device dapat mengetahui keberadaan mereka tanpa menggunakan GPS ataupun sinyal eksternal lain. Lenovo Phab 2 Pro merupakan smartphone pertama yang mengusung teknologi Tango, dan kabarnya, raksasa elektronik asal Taiwan juga sedang menggodoknya.

Dilaporkan oleh Digitimes dari penuturan langsung CEO Jerry Shen, Asustek Computer mempunyai agenda untuk menyingkap device Tango perdana mereka di ajang CES 2017 awal tahun depan. Perangkat ini dinamai ZenFone AR, dan tentu saja augmented reality menjadi fitur primadonya. Shen memang tidak mengungkap detailnya lebih lengkap, tapi sempat bilang bahwa segala fungsi dan performa ZenFone AR ditawarkan di harga yang kompetitif.

Tango berbeda dari teknologi computer vision lain. Ia mengintegrasikan tiga fungsi: motion-tracking (membaca fitur-fitur visual pada lingkungan, turut menggunakan data accelerometer dan gyroscope), area learning (menyimpan data mapping untuk dipakai di lain waktu, di-share ke sesama perangkat Tango; dilengkapi metadata seperti catatan, instruksi dan info point-of-interest), serta depth perception (mampu membaca jarak, ukuran, dan permukaan).

Karena mampu mengenal orientasi dan lingkungan secara 3D, device bisa dimanfaatkan di beragam skenario, misalnya navigasi di dalam toko, proses pengukuran dan pemetaan, sebagai alat presentasi dan desain, hingga mendukung permainan video jenis baru;  dan App-nya didistribusikan lewat Google Play.

Lenovo Phab 2 Pro sendiri mulai dijual di awal November seharga US$ 500. Ia dibundel bersama 35 app dan game khusus Tango. Pertanyaanya kini ialah, seberapa kompetitif-kah harga ZenFone AR? Lalu fitur apa yang membuatnya berbeda dari Phab 2 Pro?

Selain membahas ZenFone AR, Asus juga menyampaikan rencana untuk merilis keluarga smartphone ZenFone 4 di triwulan kedua tahun 2017, kemungkinan besar dilakukan di Computex seperti tradisi sebelumnya. Model-model ini katanya akan dibekali kamera yang lebih canggih sebagai nilai jualnya. Ada probabilitas, ZenFore AR merupakan bagian dari smartphone Asus generasi keempat tersebut.

Sang CEO juga sempat mengakui performa penjualan handset Asus memang kurang memuaskan di kuartal ketiga tahun ini, angka distribusinya di bawah ekspektasi mereka. Meski begitu, Asus optimis jumlahnya akan naik dan menghasilkan keuntungan terhitung dari periode Oktober 2016 sampai Maret 20017.

Asus juga menyingkap rencana untuk meluncurkan perangkat virtual reality all-in-one di triwulan ketiga 2017. Device ini dibekali rangkaian kamera build-in, sensor dan unit controller mandiri, kapabilitasnya dijanjikan berbeda dari produk garapan HTC dan Oculus VR.

Intel Sedang Garap Headset Augmented Reality?

Hampir semua orang sudah memahami cara kerja augmented reality, namun tahukah Anda, perkembangan AR didorong dari kecanduan kita pada perangkat bergerak. Di tahun depan, pemasukan dari app augmented reality diperkirakan mencapai US$ 5,2 miliar. Tak heran jika perusahaan-perusahaan ternama mulai menyeriusi bidang ini dan tak ragu melakukan investasi besar-besaran.

Setelah Google dan Microsoft, satu lagi nama raksasa dkabarkan turut ambil bagian di sana. Berdasarkan sumber anonim Wall Street Journal, Intel dilaporkan sedang mengembangkan headset augmented reality berbasis RealSense. Menurut narasumber, inilah teknologi yang membedakan perangkat mereka dari device-device kompetitor. Intel kemungkinan besar akan menawarkan desain ke produsen third-party, dan tidak memasarkannya secara langsung.

Intel memang diketahui pelan-pelan melangkah ke ranah augmented serta virtual reality dengan sejumlah akuisisi. Mereka sudah membeli setidaknya lima perusahaan, terakhir ialah Recon Instruments di bulan Juni 2015. Tim asal Vancouver tersebut terkenal dalam penyediaan goggle Recon Jet untuk pecinta olahraga – sebuah kacamata yang dapat memproyeksikan info jarak atau cuaca langsung ke ruang pandang pengguna.

Sebelumnya, Intel juga berkolaborasi dengan Daqri untuk meramu Smart Helmet: helm canggih khusus keperluan industri yang memberikan kita kemampuan melihat tembus pandang. Ia memanfaatkan sistem pembaca temperatur serta rangkaian sensor pendeteksi bidang 360 derajat. Berkat teknologi ini, Daqri menyajikan overlay informasi mengenai objek, misalnya diagram kabel, skematik rancangan, serta zona-zona yang butuh perbaikan.

Achin Bhowmik selaku general manager RealSense menolak memberi penjelasan lebih rinci, tetapi ia bilang bahwa Intel mempunyai tradisi dalam menciptakan perangkat purwarupa untuk komputer laptop, dan ‘mereka harus menggarapnya sendiri sebelum mencoba meyakinkan ekosistemnya’. Di bawah pimpinan CEO Brian Kranich, Intel turut mengeksplorasi fitness tracker, drone sampai perhiasan pintar.

Membahas tentang teknologi yang menjadi dasar device AR mereka, RealSense ditenagai prosesor Intel, terdiri atas kamera infrared, proyektor laser inframerah serta kamera full-HD. Ketika dikombinasikan, ia mampu membaca jarak dan melacak gerakan pengguna. Intel menyediakan dua solusi; yaitu kamera F200 jarak pendek untuk notebook dan PC all-in-one, serta kamera R200 jarak jauh buat tablet dan sejumlah perangkat 2-in-1.

Saya penasaran pendekatan dan fitur apa lagi yang Intel usung supaya headset AR mereka distingtif. Sayangnya, sumber WSJ tidak menyebutkan informasi terkait waktu pengenalan atau peluncuran device.