LoA (Letter of Acceptance): Pengertian Hingga Penjelasan Tips Mendapatkannya

Letter of Acceptance atau LoA adalah dokumen penting bagi pemegang beasiswa. Beberapa beasiswa bergengsi seperti beasiswa LPDP dan Chevening bisa memuat LoA sebagai salah satu syaratnya. Tapi apa sebenarnya surat itu? Dan bagaimana caranya kamu bisa mendapatkannya? Di bawah ini kamu akan menemukan penjelasan dan tips untuk mendapatkan LoA universitas!

Apa Itu LoA

LoA adalah surat dari universitas kepada calon mahasiswa. Surat tersebut menyatakan bahwa calon mahasiswa telah diterima untuk belajar di universitas tersebut.

Biasanya, LoA diberikan oleh dekan fakultas atau rektor universitas yang bersangkutan. Surat itu juga berisi berbagai informasi tambahan tentang proses penerimaan siswa.

LoA sendiri terbagi atas dua tipe, yaitu LoA conditional dan unconditional.

Menurut situs LPDP, LoA Unconditional adalah surat yang menyatakan bahwa kamu telah diterima di suatu universitas tanpa syarat lebih lanjut. Artinya kamu sekarang telah memenuhi persyaratan dan hanya perlu membayar biaya kuliah dan berpartisipasi dalam proses perkuliahan sebagai mahasiswa tahun pertama.

LoA Conditional adalah pernyataan dari universitas bahwa kamu dapat diterima sebagai calon mahasiswa jika memenuhi persyaratan tertentu. Setelah memenuhi persyaratan yang tercantum dalam surat, kamu akan diterima dan diberikan LoA tanpa syarat.

Tips Mendapatkan LoA

• Menentukan universitas tujuan

Pertama, tentunya kamu harus menentukan universitas tempat kamu ingin mendaftar. Meski terkesan mudah, memilih universitas tujuan bukanlah perkara sederhana.

Agar universitas sesuai dengan tujuan studi dan kemampuan kamu, observasi menyeluruh terlebih dahulu diperlukan.

Sebagai tips, buatlah daftar yang mencantumkan detail universitas yang unggul di bidang yang ingin kamu tuju terlebih dahulu. Kemudian kamu dapat mengunjungi website resmi masing-masing kampus untuk informasi lebih lanjut mengenai kampus tersebut. Misalnya tentang kurikulum, daftar guru besar, penelitian, dll. Pastikan kamu menemukan alasan akademis yang kuat untuk mendaftar di sana.

• Cari tahu prosedur persyaratan

Setelah kamu mengetahui universitas mana yang cocok, langkah selanjutnya adalah mengklarifikasi proses persyaratan. Kamu dapat menemukan informasi ini di situs web resmi universitas masing-masing. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:

a. Persyaratan yang dibutuhkan

b. Periode pendaftaran

c. Cara mendaftar

d. Tahap-tahap seleksi beserta tanggal-tanggal penting

• Lengkapi berkas pendaftaran

Untuk mendaftar ke universitas, kamu biasanya memerlukan kartu identitas/paspor, sertifikat, nilai, daftar riwayat hidup, surat motivasi, surat rekomendasi dan sertifikat bahasa seperti IELTS/TOEFL. File-file ini akan memakan waktu cukup lama untuk diselesaikan.

Apalagi jika kamu sedang menulis surat lamaran atau belajar bahasa asing. Selain itu, dokumen seperti ijazah dan sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga tertentu juga harus diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris atau bahasa negara tujuan.

Agar kamu memiliki waktu untuk mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang, kamu sebaiknya mulai menentukan kampus tujuan terlebih dahulu dan mencari tahu tentang proses pendaftarannya.

• Lakukan pendaftaran sesuai prosedur

Setelah semua persyaratan terpenuhi, lakukan pendaftaran sesuai prosedur universitas masing-masing. Selain pendaftaran online, beberapa universitas juga mensyaratkan dokumen tertentu untuk diserahkan secara offline ke kampus mereka.

Itu sebabnya kamu harus mengirim file dengan pengiriman luar negeri. Pastikan berkas sampai dengan selamat dan tidak melebihi batas waktu yang ditentukan.

Setelah melakukan pendaftaran, kamu tinggal menunggu kabar mengenai tahapan seleksi selanjutnya. Ikuti sepenuhnya setiap langkah seleksi untuk memenuhi syarat dan menerima LoA kamu.

Nah, demikian rangkuman mengenai LoA dan setelah kamu mendapatkan LoA, kamu bisa mengikuti proses seleksi beasiswa yang bisa membantu biaya kuliah bahkan biaya hidup selama kuliah.

Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagimu!

Amplitude, Vidio dan Pluang Terapkan Strategi Product-led Growth untuk Bangun Customer Retention

Sebagai perusahaan rintisan, tentunya mencapai growth yang cepat jadi salah satu tujuan yang didambakan. Nyatanya tidak semudah itu, terlebih melihat persaingan industri digital yang kian ramai.

Menjawab keresahan tersebut, DailySocial.id berkolaborasi dengan Amplitude mengundang Karina Gunawan, Enterprise Account Executive Amplitude, Robert Tan, VP of Pluang dan Dhiku Hadikusuma Wahab, Chief Product Officer of Vidio dalam acara webinar #SelasaStartup yang bertajuk: “Growth Webinar: Build for Product-Led Growth”, bersama pada Selasa, 18 Januari 2022 lalu.

Bagaimana produk digital yang kita buat lebih dipilih?

Untuk mengatasi persoalan ini, para pemain di industri digital pun ramai-ramai menerapkan strategi product-led growth. Perusahaan yang melakukan strategi product-led growth lebih cepat bisa menjadi lebih lebih efisien dan scalable dalam mengakuisisi, mengelola engagement, retention dan loyalitas user, terlebih di tengah kompetisi industri digital, menarik pengguna untuk mencoba dan tetap ‘sticky’ terhadap produk bisnis Anda menjadi satu tantangan tersendiri.

Dalam diskusi ini, kami mendatangkan platform wealthtech Pluang, yang baru saja berhasil meraih pendanaan tambahan di putaran lanjutan Seri B senilai $55 juta atau setara Rp787 miliar pada Januari 2022 ini. Selain itu perwakilan dari perusahaan yang masuk dalam jajaran centaur, Vidio, juga turut menceritakan pengalaman mereka serta berbagi tips dan best practice membangun growth bisnis perusahaan digital sukses tersebut.

Melengkapi diskusi ini, tak luput perusahaan pionir digital optimization penyedia layanan data dan analisis produk, Amplitude, turut hadir memberikan pandangan bagaimana strategi product-led growth dapat memacu pertumbuhan startup digital

“Saya melihat banyak startup merasa belum ready […]. Padahal, karena kompetisi makin cepat dan customer juga ekspektasinya makin tinggi, makanya penting untuk cepat melakukannya (product-led growth) di awal,” terang Karina.

Amplitude juga membuka kesempatan bagi para perusahaan rintisan melalui program scholarship. Para startup diberikan akses data komprehensif dan support dari tim Amplitude secara gratis selama satu tahun. Program ini bisa Anda ikuti di tautan ini atau email melalui [email protected].

Penasaran bagaimana sepak terjang ketiga perusahaan ini membangun growth?

Simak webinar #SelasaStartup “Growth Webinar: Build for Product-Led Growth” selengkapnya di sini!

Startup Edtech Schoters: Pandemi Percepat Akselerasi, Pasar Makin Matang

Salah satu sektor startup yang mengalami pertumbuhan saat pandemi adalah platform edtech. Bukan hanya di Indonesia, namun secara global platform yang menggabungkan edukasi, teknologi dan bisnis mampu menarik perhatian target pengguna hingga investor.

Dalam sesi #SelasaStartup kali ini, DailySocial mengundang Founder & CEO Schoters Radyum Ikono, untuk berbagi suka duka dan harapan sebagai penggiat startup yang menyasar sektor edtech di Indonesia saat ini dan ke depannya.

Pandemi percepat akselerasi

Saat Schoters baru didirikan sekitar tahun 2018, banyak tantangan yang dihadapi. Mulai dari edukasi hingga pemasaran dan cara tepat untuk memperkenalkan produk dan layanan yang dihadirkan kepada target pengguna.

Schoters adalah platform yang membantu siswa lulusan SMA/K dan profesional yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di luar negeri. Impian sang pendiri adalah, agar lebih banyak lagi siswa Indonesia yang merasakan pengalaman berharga saat melanjutkan studi di luar negeri.

“Ketika pandemi bulan Maret 2020 lalu secara langsung memaksa banyak pengguna untuk mengadopsi kegiatan belajar-mengajar secara online. Termasuk di dalamnya produk dan layanan yang ditawarkan oleh Schoters.”

Terkait dengan makin banyaknya platform serupa yang mulai muncul ke permukaan, ternyata tidak menjadi kendala bagi platform seperti Schoters untuk terus tumbuh. Hal tersebut menurut Radyum justru menjadi tanda yang positif, meskipun persaingan harus lebih sengit lagi.

“Saya melihat dengan makin banyaknya platform baru yang bermunculan bisa menjadi pertanda bahwa pasar sudah mulai matang dan teknologi yang kami tawarkan ternyata memang sangat relevan saat ini. Ke depannya kami melihat akan menjadi signal yang baik bagi platform edtech untuk terus tumbuh, untuk bisa menciptakan ekosistem yang lebih baik lagi.”

Radyum menambahkan, makin banyaknya pemain serupa yang mencoba menyasar sektor edutech juga bisa memberikan ruang lebih dan kesempatan kepada para investor untuk memberikan investasi. Karena pada akhirnya, meskipun sifatnya tidak recurring seperti layanan e-commerce, namun dengan strategi yang tepat dan penggunaan yang sangat relevan saat ini, bisa menjadikan platform edtech menarik untuk dijajaki.

Edukasi, teknologi, dan bisnis

Sebagai lulusan terbaik DSLaunchpad tahun 2020, Schoters merasakan benar pentingnya menciptakan relasi yang baik antara pemain startup edtech lainnya. Sebagai startup yang bukan hanya berupaya untuk mencari profit, platform seperti Schoters juga memiliki misi sosial, untuk bisa mempermudah proses belajar dan edukasi kepada masyarakat luas secara online.

Jika dulunya proses ini hanya terbatas kepada offline saja, namun startup seperti Ruangguru telah membuktikan bahwa edukasi disandingkan dengan teknologi dan bisnis bisa tetap tumbuh dan berjalan dengan baik.

“Tentunya saya memberikan apresiasi kepada Belva Syah Devara pendiri Ruangguru. Karena dengan platform yang mereka tawarkan mampu menjadikan startup edtech lebih mainstream dan diterima dengan baik oleh pasar. Kesuksesan mereka yang kemudian menjadi inspirasi saya untuk mendirikan Schoters,”kata Radyum

Impian Radyum untuk Schoters adalah, agar bisa menjadi platform end-to-end yang kemudian bisa membantu siswa untuk mewujudkan impian mereka studi di luar negeri. Hal tersebut tentunya akan dihadirkan oleh Schoters melalui berbagai produk dan pilihan layanan hingga teknologi yang memudahkan semua proses.

“Sepanjang 1 sampai 2 tahun terakhir saya melihat perkembangan startup edtech makin baik di Indonesia. mengikuti apa yang sudah terjadi di negara lain, saya melihat ke depannya platform edtech makin pesat pertumbuhannya di Indonesia,” kata Radyum.

Application Information Will Show Up Here

Twitter Beri Beasiswa untuk Mahasiswi Fasilkom UI

CEO Dick Costolo, Dekan Faslkom UI Mirna Andriani, dan Koordinator Resident (ad interim) untuk United Nations Indonesia Anthea Webb dalam Peluncuran Resmi Kantor Twitter di Jakarta / DailySocial

CEO Twitter Dick Costolo datang ke Jakarta dalam rangka merayakan peluncuran kantor resmi Twitter di sini. Di sela-sela kunjungannya di sini, ia mengumumkan kerja sama dengan Pulse Lab Jakarta, Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) Universitas Indonesia (UI), UKM, dan LSM. Twitter meluncurkan program beasiswa pertama untuk mahasiswi Fasilkom UI dalam tiga tahun ke depan sebagai bentuk dukungan terhadap partisipasi perempuan di bidang teknologi (women in tech).

Continue reading Twitter Beri Beasiswa untuk Mahasiswi Fasilkom UI

Beasiswa dari BlackBerry Innovation Center di ITB Kembali Dibuka

BlackBerry memiliki fasilitas inovasi di Institut Teknologi Bandung (ITB) yang dirilis tahun 2012 kemarin, BlackBerry Innovation Center yang merupakan pusat riset dan inovasi dalam bidang komputasi bergerak ini disponsori oleh BlackBerry.

Continue reading Beasiswa dari BlackBerry Innovation Center di ITB Kembali Dibuka

BlackBerry Innovation Center Buka Kesempatan Beasiswa S2 dan S3

BlackBerry Innovation Center, sebuah kerja sama antara Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan Research In Motion (RIM), langsung beraksi begitu kesepakatan antara kedua lembaga tersebut ditandatangani. Melalui email yang dikirimkan ke berbagai milis, BlackBerry Innovation Center mengumumkan beasiswa terkait dengan program ini.

Program beasiswa yang diberi nama Beasiswa Penelitian “Mobile Computing for Smart Society” tersebut akan diberikan kepada 6 mahasiswa baru tingkat Doktor (S3) dan 12 mahasiswa baru tingkat Magister (S2). Beasiswa tersebut akan mencakup Biaya Penyelenggaraan Pendidikan di ITB selama maksimal 3 tahun untuk program Doktor dan maksimal 2 tahun untuk program Magister, gaji sebagai peneliti, serta perangkat pendukung berupa laptop dan perangkat BlackBerry. Continue reading BlackBerry Innovation Center Buka Kesempatan Beasiswa S2 dan S3