Key Opinion Leader : Pengertian, Jenis dan Manfaatnya

Apakah kamu pernah mendengar istilah KOL? KOL merupakan singkatan dari key opinion leader, dan istilah ini banyak digunakan untuk influencer yang memiliki banyak pengikut.

Jika kamu ingin mengetahui lebih banyak mengenai KOL, artikel ini akan membahas berbagai Hal mengenai KOL, jadi simak hingga akhir ya!

Pengertian KOL

Pemimpin opini utama (key opinion leader/KOL) adalah orang yang diakui sebagai otoritas di bidang tertentu dan pendapatnya didengar oleh orang lain di bidang tersebut.

KOL sering kali merupakan pakar di bidangnya masing-masing dan memiliki banyak pengikut di media sosial, forum online, atau acara langsung. Mereka juga disebut sebagai influencer. Dalam konteks pemasaran dan periklanan, KOL sering kali disewa oleh merek untuk mempromosikan produk atau layanan mereka kepada para pengikutnya.

Hal ini dilakukan dalam bentuk postingan bersponsor, ulasan produk, atau dukungan. KOL efektif karena mereka memiliki pengikut yang loyal dan terlibat, yang dapat meningkatkan kesadaran merek, kredibilitas, dan penjualan.

Jenis-jenis KOL

Ada beberapa KOL berdasarkan bidang keahlian mereka dan audiens yang mereka layani. Beberapa jenis KOL yang umum adalah sebagai berikut.

Pakar Industri

KOL ini diakui sebagai otoritas dalam industri spesifik mereka dan sering dicari untuk wawasan dan pendapat mereka tentang tren industri, praktik terbaik, dan inovasi.

Pakar Akademik

KOL ini adalah akademisi atau peneliti yang telah menerbitkan makalah penelitian atau buku di bidang studi mereka. Mereka sering dicari karena pengetahuan dan keahlian mereka di bidangnya masing-masing.

Influencer Selebriti

KOL ini adalah selebriti populer atau influencer media sosial yang memiliki banyak pengikut di platform media sosial seperti Instagram, TikTok, atau YouTube. Mereka sering disewa oleh merek untuk mempromosikan produk atau layanan mereka kepada pengikut mereka.

Pendukung Konsumen

KOL ini adalah individu yang bersemangat tentang industri atau produk tertentu dan vokal dalam menyampaikan pendapat dan pengalaman mereka. Mereka sering kali memiliki banyak pengikut di media sosial dan dicari oleh merek karena umpan balik mereka yang jujur dan otentik tentang produk dan layanan.

Tokoh Media

KOL ini adalah jurnalis atau tokoh media yang memiliki banyak pengikut dan dihormati karena pelaporan dan analisis mereka dalam industri atau bidang tertentu.

Pejabat Pemerintah

KOL ini adalah pejabat pemerintah atau politisi yang diakui sebagai pihak yang berwenang dalam masalah kebijakan atau industri tertentu. Mereka sering dicari karena wawasan dan pendapat mereka tentang masalah kebijakan.

Karakteristik KOL

Beberapa karakteristik umum dari para KOL meliputi beberapa hal di bawah ini.

Keahlian

KOL diakui sebagai pihak yang berwenang di bidangnya masing-masing dan memiliki pemahaman yang mendalam tentang industri atau pokok bahasan.

Kredibilitas

KOL memiliki reputasi yang kuat dan dihormati oleh rekan-rekan dan pengikut mereka. Pendapat dan rekomendasi mereka memiliki bobot dan pengaruh.

Pengaruh

KOL memiliki pengikut yang besar dan aktif di media sosial, forum online, atau acara langsung. Mereka memiliki kemampuan untuk mempengaruhi opini dan perilaku pengikut mereka.

Keterampilan Komunikasi

KOL adalah komunikator yang efektif dan dapat menyampaikan ide dan konsep yang kompleks dengan cara yang menarik dan mudah dipahami. Mereka sering dicari untuk menjadi pembicara dan tampil di media.

Otentik

KOL adalah orang yang otentik dan tulus dalam memberikan pendapat dan rekomendasi. Mereka transparan mengenai afiliasi mereka dan dipercaya oleh para pengikutnya untuk memberikan review yang jujur dan tidak bias.

Semangat

KOL sangat bersemangat tentang industri atau topik yang mereka tekuni dan didorong oleh keinginan untuk membuat perbedaan dan melakukan perubahan.

Network

KOL memiliki jaringan kontak yang luas dan terhubung dengan baik di dalam industri atau bidang mereka. Mereka memiliki kemampuan untuk memanfaatkan koneksi mereka untuk memengaruhi pengambilan keputusan dan melakukan perubahan.

Kegunaan KOL untuk Bisnis

Tujuan penggunaan key opinion leader (KOL) untuk bisnis dapat beragam, tergantung pada tujuan dan sasaran bisnis yang spesifik. Beberapa tujuan umum penggunaan KOL adalah sebagai berikut.

Brand Awareness

KOL memiliki pengikut yang besar dan aktif di media sosial dan dapat membantu meningkatkan kesadaran dan visibilitas merek dengan mempromosikan produk atau layanan kepada para pengikut mereka.

Kredibilitas

KOL dihormati oleh rekan-rekan dan pengikut mereka dan dapat membantu membangun kredibilitas dan kepercayaan terhadap sebuah merek dengan mendukung atau merekomendasikan produk atau layanannya.

Penjualan dan Pendapatan

KOL dapat memengaruhi keputusan pembelian pengikut mereka, yang dapat meningkatkan penjualan dan pendapatan merek.

Review Produk

KOL dapat memberikan review yang berharga tentang produk atau layanan, yang dapat digunakan untuk meningkatkan atau mengembangkan produk baru yang lebih baik untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

Jangkauan dan Keterlibatan

KOL memiliki pengikut yang besar dan aktif di media sosial, yang dapat membantu meningkatkan jangkauan dan keterlibatan kampanye pemasaran merek.

Perbedaan KOL dan Buzzer

Ada beberapa perbedaaan yang mendasar antara buzzer dan KOL Misalnya, dalam segi followers, buzzer tidak memiliki followers yang banyak. Dan tim buzzer umunya juga berjumlah hanya belasan orang. Buzzer memiliki tugas untuk memastikan suatu topik viral yang sulit karena followers yang cenderung sedikit, sementara KOL lebih mudah membuat sesuatu viral.

Selain itu, engagement rate dari influencer juga cenderung lebih tinggi. Interaksi influencer dengan pengikutnya cenderung natural dan tidak terkesan aneh, berbeda dengan buzzer yang mungkin mengulang-ngulang bahasan agar topik tersebut masuk trending di sosial media.

Fokus utama dari buzzer dan influencer juga berbeda. Influencer cenderung merasa perlu mempengaruhi kebiasaan atau pilihan followers mereka. Sementara fokus utama buzzzer umumnya hanya menyampaikan informasi seluas-luasnya.

Nah, itu tadi penjelasan mengenai KOL. Secara keseluruhan, menggunakan KOL dapat membantu bisnis menjangkau audiens baru, meningkatkan kesadaran dan kredibilitas merek, dan pada akhirnya mendorong penjualan dan pendapatan.

Buzzer: Pengertian, Fungsi, Cara Kerja dan Efeknya

Pernahkah kamu mendengar tentang buzzer? Istilah buzzer cukup sering ditemukan di media sosial untuk menyebut sekelompok orang yang berperan untuk memengaruhi opini publik dengan tujuan tertentu.

Selama ini, keberadaan buzzer sering kali dikaitkan dengan dunia politik, di mana mereka berperan untuk menyuarakan isu-isu yang bertujuan untuk menguatkan dukungan politik. Namun, saat ini buzzer juga kerap digunakan untuk membantu meningkatkan strategi pemasaran.

Lantas, apa yang sebenarnya dimaksud dengan buzzer dan bagaimana cara kerja dan fungsinya? Simak penjelasan selengkapnya dalam artikel ini.

Apa Itu Buzzer?

Buzzer merupakan salah satu istilah yang belakangan ini ramai dibicarakan di Indonesia. Buzzer sendiri merupakan suatu jasa atau orang yang dibayar untuk mempromosikan, mengkampanyekan atau menyuarakan sesuatu dengan tujuan tertentu di media sosial.

Istilah buzzer sendiri sering dikaitkan dengan isu politik tertentu, sebab buzzer biasa dimanfaatkan untuk kampanye tokoh-tokoh politik di media sosial. Namun ternyata istilah buzzer sudah ada sejak lama dan sering digunakan sebagai strategi pemasaran suatu brand.

Salah satu contoh kegunaan buzzer dalam strategi pemasaran adalah meningkatkan brand awareness suatu brand atau produk dengan menyuarakannya secara langsung di media sosial. Platform media sosial yang digunakan juga beragam, mulai dari Facebook, Twitter, Instagram, hingga media sosial lainnya.

Fungsi Buzzer

Selama ini, buzzer kerap diidentikkan dengan hal-hal negatif karena dianggap sebagai pendukung suatu kelompok politik yang terkadang kerap menyebarkan berita hoaks. Padahal, buzzer juga dapat digunakan untuk mendukung strategi bisnis dalam proses komunikasi dan pemasaran.

Buzzer memiliki pengaruh yang besar terhadap minat audiens. Sebab, buzzer memiliki kekuatan dalam menyuarakan suatu isu yang dapat memengaruhi keputusan audiens untuk membeli suatu produk atau layanan.

Dengan jasa buzzer, suatu brand atau produk dapat berpotensi menjadi viral dan dikenal oleh masyarakat luas, yang tentunya akan berdampak positif bagi tingkat permintaan dan penjualan.

Cara Kerja Buzzer

Umumnya, buzzer bekerja secara terorganisir dengan memanfaatkan media sosial. Dalam kinerjanya, buzzer juga dapat didampingi oleh Key Opinion Leader (KOL) untuk menyukseskan kampanye yang dibuat.

KOL merupakan suatu akun atau seseorang yang memiliki banyak pengikut atau follower dan biasanya dikenal oleh banyak orang di media sosial. KOL juga biasa dikenal sebagai influencer, seperti selebgram ataupun youtuber.

KOL biasa digunakan untuk menyuarakan suatu kampanye karena memiliki jumlah pengikut yang besar. Cara kerjanya, beberapa KOL menggunakan tagar atau hashtag yang sama sebagai bentuk promosi.

Sementara buzzer bekerja dengan menaikkan engagement dari opini yang disuarakan oleh KOL tersebut sehingga dapat menjadi trending di media sosial. Semakin trending opini yang disuarakan, maka semakin banyak pula audiens yang dapat terjangkau.

Nah, itulah penjelasan mengenai buzzer serta fungsi dan cara kerjanya. Meskipun buzzer dinilai sangat efektif untuk menyuarakan sebuah kampanye atau promosi, namun strategi ini perlu dipikirkan secara matang agar sesuai dengan tujuan kampanye yang ingin dicapai.

Buzzer: Pengertian, Peran, Fungsi dan Gajinya

Kamu mungkin sering mendengar istilah buzzer ketika berbicara tentang dunia media sosial.  Istilah buzzer akan muncul ketika berbicara tentang topik viral dan populer di media sosial. Buzzer itu sendiri dianggap memiliki pengaruh, yang menyebabkan perubahan opini publik.

Di Indonesia, istilah buzzer sudah sangat populer di kalangan masyarakat umum karena berperan penting dalam trending berbagai topik di media sosial. Buzzer adalah individu atau kelompok yang berbagi pendapat yang sama tentang masalah media sosial.

Berikut lebih jelasnya mengenai buzzer, sebuah kelompok yang memenuhi ruang media sosial.

Pengertian Buzzer

Buzzer adalah orang yang bertindak sebagai suara atau untuk menyatakan masalah atau perhatian. Buzzer itu sendiri dapat berupa individu atau kelompok yang merasakan dorongan untuk berbagi pendapat yang sama, atau orang-orang yang diatur untuk berbagi masalah.

Buzzer dapat menggunakan berbagai jenis media sosial seperti Instagram, Twitter, dan Facebook untuk mengekspresikan topik yang mereka minati. Buzzer ini dapat menggunakan identitas aslinya atau identitas palsu untuk mengekspresikan minatnya di media sosial.

Dengan kata lain, buzzer dapat digambarkan sebagai profesi di mana seseorang dibayar untuk mengatakan, menjelaskan, mempromosikan, atau membela sesuatu. Sebuah penelitian bertajuk The Global Disinformation Order 2019 Global Inventory of Organized Social Media Manipulation menyatakan bahwa Buzzer adalah seorang cybertrooper.

Buzzer berarti alat yang digunakan oleh anggota pemerintah atau partai politik untuk memanipulasi opini publik menggunakan media sosial.

Sejak pemilihan umum 2019, kata buzzer sendiri sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Selama pemilu 2019, banyak buzzer yang menyatakan dukungan, kampanye, dan mencoba mempengaruhi opini publik melalui media sosial.

Peran dan Fungsi Buzzer

Dapat dilihat buzzer merupakan individu atau kelompok yang mendukung, mengekspresikan, atau mempromosikan masalah, pendapat, atau topik yang sama di media sosial dengan tujuan yang telah ditentukan. Berdengung dapat dilakukan secara pribadi atau sebagai pekerjaan.

Buzzer menggunakan platform media sosial populer seperti Instagram, Facebook dan Twitter untuk menyuarakan pendapat mereka secara virtual atau online. Dengan hanya pengetahuan dasar tentang cara menggunakan media sosial, buzzer sebagai profesi bisa menjadi pilihan paruh waktu yang fleksibel.

Buzzer masuk ke dalam kategori berbeda berdasarkan variasi cara kerjanya. menciptakan misinformasi atau manipulasi di media; secara kolektif atau massal melaporkan konten atau akun; taktik berbasis data, trolling, doxing, atau pengalihan; dan pembuatan konten dan media online yang kuat.

Layanan Buzzer dapat digunakan di banyak bidang seperti bisnis (pemasaran buzz), politik, kepentingan kelompok atau individu. Buzzer umumnya bekerja sama, menggunakan platform media sosial untuk menyuarakan pendapat yang sama dengan tujuan untuk mendorong opini publik atau mempengaruhi opini dan perilaku audiens media sosial.

Buzzer dapat memberikan dampak positif bagi mereka yang menjalankan profesi Buzzer dan dapat membawa berbagai manfaat bagi mereka yang menggunakan layanan Buzzer. Namun, jika layanan buzzer digunakan untuk tujuan negatif dan informasi yang disebarluaskan oleh buzzer tidak berdasar dan salah, buzzer juga dapat memiliki efek yang merugikan.

Pergeseran Peranan Buzzer Bagi Negara

Saat ini, audiens sasaran Buzzer telah berubah, dengan awalnya menjual barang dagangan kepada tokoh masyarakat yang mencalonkan diri untuk posisi kepemimpinan di lembaga pemerintah dari perusahaan. Buzzer ditugaskan untuk mendapatkan dukungan umum untuk calon dari pemimpin yang berpartisipasi dalam kampanye.

Perselisihan politik Indonesia menjadikan media sosial sebagai salah satu media yang berperan penting dalam melakukan kampanye politik. Jika akun memiliki banyak pengikut dan berpartisipasi dalam kampanye politik dengan menyebarkan berbagai laporan palsu dan ujaran kebencian (Mustika, 2019; Syahputra, 2017).

Peran buzzer dalam meningkatkan kesadaran publik selama kampanye politik
mendapatkan perhatian dunia. Bradshaw & Howard (2019) menerbitkan
studi tentang penggunaan buzzer di berbagai negara. Penggunaan
buzzer dalam konteks politik terjadi di hampir semua wilayah di dunia.

Sebanyak 89% dari 70 negara yang disurvei dalam surveinya menggunakan
buzzer untuk menyerang lawan politik. Di Indonesia, politisi dan partai politik menggunakan buzzer untuk membangun opini publik dan mendukung calon pemimpin mereka.

Tren Buzzer Indonesia adalah membuat topik menggunakan akun palsu yang sangat dikontrol baik oleh manusia maupun robot untuk membuat konten disinformasi dan misinformasi. Pesan besar yang dibuat oleh buzzer menghasilkan topik pembicaraan menjadi trending topic di media sosial.

Gaji Buzzer di Indonesia

Sebenarnya gaji dan pendapatan buzzer di indonesia sangat beragam. buzzer produk yang sudah kerjasama dengan agency bisa mencapai belasan juta rupiah setiap bulannya. tergantung peran yang dijalankan. tapi ada juga buzzer politik yang bisa mendapatkan pendapatan per project.

dalam konteks umum, buzzer sebenarnya tidak masalah dan bisa bermakna positif, mereka seperti orang yang dibayar brand atau individu atau organisasi untuk mempromosikan produk atau jasanya. tapi sayang sekali di indonesia nama buzzer justru seperrti tercorengan karena kegiatan politik praktis yang menjadikan beberapa buzzer sarana menyebar hoax.

Dalam konteks Indonesia, buzzer telah digunakan oleh tokoh masyarakat untuk mempertahankan kekuasaan. Regulasi dirancang sebagai senjata pertahanan terhadap gempuran fitnah. Undang-Undang Transaksi Informasi Elektronik (UU ITE) dipandang sebagai langkah pembelaan diri bagi pemerintah untuk mengalahkan buzzer lawan politik.

Bahkan lembaga negara pun kerap menghadapi permasalahan dengan undang-undang ITE tentang pencemaran nama baik. Dari sudut pandang kritis, situasi ini dilihat tidak hanya sebagai akibat dari munculnya media sosial, tetapi juga adanya aktor yang terhubung untuk melindungi kepentingan mereka sendiri.

Dapatkan Berita dan Artikel lain di Google News

[TanyaBangwin] Bagaimana Kerja Seorang Buzzer?

TanyaBangwin adalah kolom di Trenologi yang dijalankan bekerja sama dengan Abang Edwin SA, seorang social media consultant dan online business advisor. Untuk kolom kali ini akan dibahas seputar Buzzer. Mulai dari cara kerja serta berbagai hal lain seputar penggunaan buzzer oleh pemilik merek. Selamat membaca.

Pertanyaan:

Halo Bangwin,

Saya sering dengar istilah buzzer dan pengertian yang saya dapatkan tentang buzzer ini adalah orang-orang yang memiliki follower banyak lalu mereka dipergunakan dengan sejumlah bayaran oleh perusahaan/brand/pihak-pihak yang mau membayar mereka untuk menyebarkan pesan. Apakah benar demikian? Lalu kenapa ya kok mereka seperti orang beriklan di timeline? Karena kalau kebanyakan kan butek juga bacanya padahal saya pribadi memfollow mereka karena hal-hal yang menarik yang sering mereka share di tweet-tweet mereka.

Bisa dijabarkan gak ya Bangwin sebenarnya buzzer itu gimana cara kerjanya?

Regards,

Jimi Sumlang

Jawaban:

Halo Jimi,

Pertanyaannya menarik karena memang masih banyak kerancuan dengan apa yang disebut dengan buzzer. Buzzer adalah sebuah predikat yang namanya diambil dari kata dasar Buzz yang artinya ‘pembicaraan’ atau ‘percakapan’. Sehingga Buzzer sendiri adalah orang yang diharapkan bisa membuat sebuah topik/keywords jadi sebuah pembicaraan bukan saja di dunia online tapi juga in real world.

Tadinya banyak yang menganggap bahwa kekuatan buzzer itu bisa diukur dari jumlah follower-nya, namun sebenarnya tidak bisa hanya berhenti sampai disitu. Seorang buzzer seharusnya terlepas dari jumlah follower yang ia miliki harus memiliki kemampuan membangun buzz. Dan jika iya juga memiliki jumlah follower yang banyak maka itu adalah nilai plus buat si buzzer tersebut.

Aturan tidak tertulis dalam menggunakan buzzer pada saat ini memang masih dihitung dari tweet berisikan pesan tersebut, dengan kata lain mereka dibayar dari jumlah tweet yang diminta oleh perusahaan/brand/agency yang meng-hired mereka. Penghitungan success rate-nya adalah dari jumlah tweet yang di-retweet, sehingga bisa diukur seberapa jauh si pesan tersebut bisa menjangkau dalam hitungan jumlah retweet tersebut (artinya makin besar jumlah retweet, makin besar pula nilai reach-nya)

Pendekatan seperti ini saya menamakannya dengan istilah amplifying method. Apakah ada dampak buruknya? Tentu saja ada yaitu bisa saya jabarkan dibawah ini:

  1. Muaknya para follower jika terus menerus dijadikan target ‘iklan’ di timeline mereka, sehingga selain mereka meng-unfollow si buzzer, mereka juga bisa jadi badmouthing si buzzer + brand/perusahaan yang jadi klien mereka. Harus diingat bad news di social media itu menyebarnya sangat cepat.
  2. Social capital dari buzzer yang dibangun dengan susah payah bisa hilang dengan cepat. Sebutan influencer akan bisa berubah jadi spammer dengan segera pula.

Buat saya pribadi, amplifying method itu banyak ruginya untuk si buzzer, karena pada prinsipnya klien hanya menggunakan banyaknya follower untuk menyebarkan iklan mereka, dan si follower most likely tidak akan suka dihujani oleh iklan (kecuali kalau akunnya memang khusus iklan ya) dan dampaknya ke si buzzer itu sendiri (karena mereka dianggap ‘menggunakan’ mereka untuk mencari uang).

Idealnya memang perusahaan/brand menggunakan buzzer agar produk/service/campaign mereka bisa jadi bahan pembicaraan dan terdistribusi secara viral. Dan untuk ini tidak bisa didapat hanya dengan meng-amplified pesan saja tanpa membangun percakapannya.

Tentunya Jimi tidak akan jadi butek ya jika sebuah pesan disampaikan tidak dengan pendekatan hardselling tapi dengan memasukkannya ke dalam elemen percakapan, sehingga jauh lebih santai.

Kira-kira demikian Jim, mudah-mudahan bisa terjawab pertanyaannya.

Salam,

Bangwin

Catatan:

Bagi yang ingin bertanya tentang hal-hal yang kaitannya dengan social media, community management dan online business pada kolom [TanyaBangwin] ini, silahkan mengirimkan pertanyaannya ke tanyabangwin[at]gmail[dot]com.

Jangan lupa menyertakan akun Twitter/FB nya sehingga bisa di mention ketika kolom ini terbit. Usahakan pertanyaan yang diberikan bisa memicu penjelasan yang berbentuk artikel (salah satu ketentuan agar pertanyaannya bisa terpilih nantinya).

 Sumber gambar header: Peshkova/Shutterstock.

[idea@work] Mengenal Buzzer: Undercover Marketer

Catatan Editorial: Kolom idea@work yang hadir atas kerja sama dengan Idea Imaji kali ini akan membahas seputar buzzer, mengenal apa itu buzzer, serta bagaimana pemasar bisa menggunakan buzzer dalam program pemasaran mereka. Selamat membaca.

Continue reading [idea@work] Mengenal Buzzer: Undercover Marketer

IDBlogNetwork Persiapkan Peluncuran Platform Manajemen Buzzer, IDBuzzNetwork

Pendiri IDBlogNetwork Kukuh TW baru-baru ini mengumumkan rencananya untuk meluncurkan produk baru di bawah IDBlogNetwork yang mengkhususkan diri sebagai platform untuk memanage buzzer. IDBlogNetwork sendiri merupakan platform jaringan iklan untuk blogger di Indonesia, dan produk terbarunya ini dinamakan IDBuzzNetwork. Continue reading IDBlogNetwork Persiapkan Peluncuran Platform Manajemen Buzzer, IDBuzzNetwork

How to Approach Social Media… Like a Boss

There is no shortage of social media “experts” in Indonesia ready to take your money with a one-page plan with a bunch of ideas that focus on “buzzers” and “community-building” with not much else.

Social media as a marketing channel at its apex is probably about buzz. However, buzz itself can be elusive and something that can’t be guaranteed. Focusing on it will distract you from the main reason you’re considering social media as a marketing channel in the first place – Return on Investment.

Whether you’re building an internal team or outsourcing to an agency you need to think through your options and know enough to intelligibly tell between contenders and pretenders. Below are some of my thoughts.

(Take it, it’s FREE!)

Continue reading How to Approach Social Media… Like a Boss

Bagaimana Melakukan Pendekatan Lewat Media Sosial

Banyak “ahli” media sosial di Indonesia yang merasa mampu mengembangkan bisnis Anda. Dengan bermodalkan hanya pada selembar halaman berisi ide-ide yang berfokus pada buzzer dan community building, mereka mengganggap dirinya sudah bisa menyukseskan kampanye media sosial tanpa proses kerja yang jelas.

Media sosial, sebagai salah satu channel marketing, mungkin bisa dikatakan berpuncak pada buzz. Namun, buzz itu sendiri bisa pun sulit dipahami dan tidak menjamin keberhasilan promosi. Dengan terlalu fokus pada buzz, perhatian Anda bisa teralihkan dari alasan utama bisnis menggunakan social media marketing, yaitu Return on Investment (ROI).

Anda perlu berpikir dengan teliti mengenai pilihan Anda, baik dengan tim internal maupun lewat agensi. Anda pun harus memiliki wawasan yang cukup untuk tahu dan paham kekurangan dan kelebihan opsi-opsi yang ada. Di bawah ini adalah beberapa pemikiran saya untuk menciptakan proses kerja yang jelas.

Continue reading Bagaimana Melakukan Pendekatan Lewat Media Sosial

Reputation and Assets On A Buzzer

On the last day of Java Jazz Festival, I met an old friend who is now an Indonesian Android users community activist, Agus Hamonangan. During our conversation, he asked a question that has been under my observation for quite some time, about an activity that emerged as an effect from the rising social media trend: buzzer and also paid tweet phenomenon in Indonesia that leads to the trend of buying and selling followers especially on Twitter.

Agus, as he’s usually called, asked my opinion about whether the buzzer phenomenon will be able to continue along with the development of social media world. My answer was brief: as long as there is need then everything that can meet that need will certainly continue. It’s a simple economic principle.

I’ve seen that almost every Twitter account that I follow that became buzzer does not have the ability to maintain their reputation as a brand. Let me give you an illustration. Say, what do you expect by following a Twitter account under the name Raditya Dika? I’m sure you’d want to get funny and witty tweets that are uniquely Radit (Raditya’s nickname). So what do you feel when suddenly the tweets from Raditya Dika’s account start to packed with ads, with certain hashtags? Yes, probably you wouldn’t find this as a problem but many are disappointed.

Continue reading Reputation and Assets On A Buzzer

[Dailyssimo] Reputasi dan Asset Pada Seorang Buzzer

Pada hari terakhir Java Jazz Festival, saya bertemu dengan salah seorang teman lama yang kini menjadi aktifis komunitas pengguna Android, mas Agus Hamonangan. Dalam obrolan kami, ia menanyakan satu pertanyaan yang memang sudah lama ada dalam pengamatan saya, yaitu berkaitan dengan munculnya aktivitas sebagai dampak dari naiknya tren social media, buzzer dan juga fenomena Tweet berbayar, yang di Indonesia berdampak pada tren jual-beli follower terutama di Twitter.

Mas Agus bertanya tentang pendapat saya apakah fenomena buzzer ini akan bisa berlanjut dengan seiring perkembangan dunia social media? Jawaban saya singkat saja, selama kebutuhan itu ada maka apapun yang bisa memenuhi kebutuhan tersebut pasti akan berlanjut, it’s a simple economic principle.

Sepengamatan saya, permasalahan yang lebih dalam adalah hampir semua pengguna Twitter yang saya follow yang akhirnya menjadi buzzer tidak memiliki kemampuan menjaga nama mereka sebagai brand.

Continue reading [Dailyssimo] Reputasi dan Asset Pada Seorang Buzzer