Twitter dan Angkatan Darat AS Jadi Sponsor Call of Duty League

Twitter dan Angkatan Darat Amerika Serikat menjadi sponsor terbaru dari Call of Duty League. Dalam tiga season ke depan, Twitter akan menampilkan highlight dari pertandingan Call of Duty League. Hal ini diharapkan akan meningkatkan interaksi para penonton Call of Duty League di Twitter. Selain itu, Twitter juga telah meluncurkan tager emoji untuk semua tim yang ikut dalam CDL. Para fans bisa menggunakan tagar tersebut untuk menunjukkan dukungannya pada tim jagoan mereka.

“Komunitas Call of Duty adalah salah satu komunitas gaming terbesar di Twitter, dan kami senang karena kami bisa bekerja sama dengan Activision Blizzard untuk terus mendukung komunitas ini,” kata Rishi Chadha, Global Head of Gaming Content Partnership, Twitter seperti dikutip dari Yahoo. “Di 2019 saja, 3 dari 10 acara esports yang paling banyak dibicarakan merupakan acara Call of Duty. Kerja sama yang berlangsung lebih dari satu tahun ini menunjukkan komitmen kami untuk memastikan kesuksesan esports Call of Duty dalam jangka panjang.”

twitter sponsor call of duty league
Call of Duty League punya dua sponsor baru, yaitu Twitter dan Angkatan Darat AS.

Selain Twitter, Angkatan Darat AS juga menjadi sponsor dari Call of Duty League. Meskipun kontrak Angkatan Darat dengan Activision Blizzard hanya berlangsung selama satu tahun, mereka akan ikut aktif dalam berbagai acara esports Call of Duty. Selain Call of Duty League, Angkatan darat juga akan mendukung Call of Duty Challengers, turnamen yang ditujukan untuk para amatir, dan Call of Duty Collegiate, yang ditujukan untuk para mahasiswa di Amerika Serikat dan Kanada.

Saat siaran CDL, merek Angkatan Darat akan ditampilkan dalam segmen khusus yang disebut Tactical Play. Segmen tersebut berupa pembahasan para analis tentang highlight dari pertandingan di Call of Duty league. Tak hanya itu, tim esports dari Angkatan Darat juga akan ikut serta dalam kompetisi Call of Duty Challengers LAN. Tim yang terdiri dari tentara yang masih aktif itu mewakili Angkatan Darat untuk berlaga di berbagai kompetisi esports, baik amatir maupun profesional. Mereka juga pernah ikut streaming bersama dengan beberapa streamer ternama.

Angkatan Darat bukan satu-satunya badan militer AS yang ikut mendukung turnamen esports. Pada Februari 2020, Angkatan Laut AS mengumumkan bahwa mereka akan berkolaborasi dengan DreamHack dan ESL. Pada bulan yang sama Angkatan Udara AS mengumumkan bahwa mereka akan mensponsori Intel Extreme Masters dan ESL Pro League.

Bersama FaZe Clan, Offset Mau Kembangkan Komunitas Gaming di Atlanta

Pada Agustus 2019, rapper Kiari Kendrell Cephus yang dikenal dengan nama Offset menanamkan investasi untuk organisasi esports FaZe Clan. Pada 22-23 Februari 2020, mewakili Atlanta di Call of Duty League, FaZe menjadi tuan rumah dan bertanding melawan Florida Mutineers. Offset juga hadir dalam pertandingan tersebut.

Saat kembali ke Atlanta, yang merupakan kampung halamannya, Offset memberikan donasi untuk American Cancer Society. Selain itu, dia juga membawa 200 anak-anak yang dianggap bermasalah untuk menghabiskan waktu di Axis Replay Center. Tujuan Offset melakukan hal ini adalah untuk memperkenalkan anak-anak itu ke komunitas gaming dan esports. Dia ingin agar anak-anak bermasalah tersebut bisa tumbuh dewasa tanpa terjerumus ke jalan yang salah. Dia mengungkap, dia juga berencana untuk mengumpulkan donasi untuk mengirimkan ratusan anak-anak bermasalah ke program summer camp di Axis, yang berlangsung selama satu minggu.

“Di Atlanta, banyak orang yang tidak memiliki uang lebih untuk membeli PlayStation terbaru seharga US$400. Ini membuat anak-anak tumbuh lebih cepat dan terkadang, mereka bisa terjerumus ke hal-hal salah,” kata Offset, menurut laporan Forbes. “Jadi, saya ingin membangun komunitas yang sudah ada di Atlanta. Kita hanya tidak memiliki fasilitas dan tempat bagi anak-anak sehingga mereka bisa bermain game dan melakukan streaming.”

Salah satu hal yang memotivasi Offset untuk mendukung komunitas gaming dan esports di Atlanta adalah masuk ke dunia gaming membuka peluang bagi seseorang untuk mendapatkan uang dengan menjadi streamer. Dia bercerita, dia memiliki teman gamer asal Kanada bernama Royalize yang yang mendapatkan US$3.000 per bulan setelah menjadi streamer.

“Saya menelpon dia jam lima pagi atau pukul dua malam, dan dia sedang bermain. Memang itu gaya hidupnya,” ujar Offset. “Dia bisa membantu ibunya untuk membayar tagihan. Menjadi streamer memberikan kesempatan padanya untuk membantu keluarganya dengan melakukan sesuatu yang dia sukai.” Dia menambahkan, menjadi streamer bisa membantu anak-anak untuk belajar menjadi pengusaha. Jika mereka menjadi streamer, mereka bisa menabung dan pada saat yang sama, terhindar dari gaya hidup yang bermasalah.

Alasan lain Offset berkeras untuk mengembangkan komunitas gaming di Atlanta adalah karena dia menganggap, komunitas gamer adalah komunitas yang positif. “Kami semua adalah teman dan tidak ada orang yang bersikap negatif, bahkan ketika kami saling bersaing dengan satu sama lain,” ujar Offset. “Bahkan para streamer terbaik di dunia, streamer di FaZe, tidak memerhatikan komentar negatif.” Dia bercerita, ketika ada orang yang memberikan komentar negatif ketika dia tengah melakukan streaming, maka penonton yang lain yang akan meminta orang tersebut untuk pergi.

Sumber header: Inven Global

Misfits Gaming Buat Markas di Boca Raton, Dapat Bantuan dari Pemerintah

Misfits Gaming Group berencana untuk memperkuat posisi mereka di Amerika Utara dengan membangun markas di Boca Raton, Florida, Amerika Serikat. Tidak tanggung-tanggung, Misfits menyiapkan US$1,3 juta untuk membuat markas mereka. Fasilitas tersebut akan digunakan sebagai kandang tim-tim di bawah Misfits, seperti Florida Mutineers yang berlaga di Call of Duty League dan Florida Mayhem yang bertanding di Overwatch League.

Sekarang, semakin banyak organisasi esports yang membuat markas sendiri. Tidak heran, mengingat Activision Blizzard menetapkan sistem kandang-tandang untuk dua liga esports mereka, Call of Duty League dan Overwatch League. Namun, satu hal yang menarik dalam pembangunan markas Misfits adalah keputusan pemerintah lokal dan pemerintah negara bagian untuk memberikan bantuan dalam bentuk hibah dan tax refund senilai US$200 ribu. Memang, Florida memiliki sejarah panjang dalam dunia olahraga.

“Kami memberitahu semua orang yang tertarik dengan Florida, semua olahraga bisa dimainkan di sini, kecuali ski,” kata Kelly Smallridge, President dan CEO dari Palm Beach County Business Development Board, menurut laporan The Esports Observer. “Misfits masuk dalam sektor industri yang ditargetkan oleh pemerintah daerah dan pemerintah negara bagian. Selain itu, lowongan pekerjaan yang ditawarkan oleh Misfits juga memiliki gaji rata-rata yang lebih tinggi dari gaji rata-rata daerah, yaitu US$53 ribu.” Memang, dengan membuka markas baru, Misfits dapat membuka sekitar 30 lowongan pekerjaan baru dengan gaji rata-rata sebesar US$90 ribu.

Foto dari Boca Raton. | Sumber: Ramey Lo/Wikipedia
Foto dari Boca Raton. | Sumber: Ramey Lo/Wikipedia

Smallridge menjabat sebagai pemimpin dari dewan pengembangan ekonomi untuk kawasan Palm Beach. Selama 10 tahun belakangan, pemerintah Palm Beach memang berusaha untuk mengubah sumber pemasukan finansial mereka, dari wisata menjadi teknologi. Mereka juga mendorong perusahaan-perusahaan untuk membuat kantor di kawasan Palm Beach. Salah satu keuntungan yang ditawarkan oleh Boca Raton adalah karena kota tersebut dekat dengan Fort Lauderdale dan Miami, yang memiliki orang-orang bertalenta untuk direkrut sebagai karyawan.

Dia berkata, dalam setahun, dewan bisa memfasilitasi 35 perusahaan yang bergerak di berbagai industri, mulai dari penerbangan, layanan finansial, hingga logistik. “Perusahaan teknologi menganggap Florida sebagai tempat yang strategis, tidak hanya karena ada banyak pekerja berbakat di sini, tapi karena peraturan terkait pajak yang ditetapkan,” kata Smallridge.

Sementara itu, pendiri dan CEO Misfits Gaming Group, Ben Spoont berkata bahwa perusahaannya kini memiliki 40 staf, termasuk 25 pemain dan pelatih. “Kami ingin mengembangkan tim konten kami, mulai dari produksi video sampai desain grafik. Kami ingin menambah tim pengembangan bisnis kami serta staf pendukung untuk para pemain profesional kami,” ujarnya. “Kami juga ingin bisa bekerja sama dengan influencer lokal untuk memperkuat reputasi kami di Florida Selatan.”

Sepanjang 2020, tim Call of Duty dan Overwatch Misfits akan bertanding di markas mereka sebanyak tiga kali. Dalam beberapa tahun ke depan, mereka berencana untuk mengadakan berbagai kegiatan di markas mereka, seperti acara nonton bareng dan jumpa fans. Selain itu, Misfits juga akan menggunakan markas mereka di Florida sebagai tempat untuk menampung perusahaan yang didukung oleh inkubator dan mendapatkan pendanaan dari mereka. Meskipun begitu, masih belum ditentukan nama dari fasilitas tersebut.

Sumber header: Twitter

Nilai Kontrak Activision Blizzard dan YouTube Gaming Dikabarkan Capai Rp2,2 Triliun?

Setelah kontrak dengan Twitch berakhir, Activision Blizzard mengumumkan perjanjian barunya dengan YouTube Gaming. Dengan begitu, YouTube Gaming mendapatkan hak eksklusif untuk menyiarkan acara esports dari Activision Blizzard. Menurut narasumber The Esports Observer, kontrak tersebut berlaku selama tiga tahun dan memiliki nilai US$160 juta (sekitar Rp2,2 triliun). Sebagai perbandingan, kontrak Activision Blizzard dengan Twitch, yang hanya mencakup Overwatch League dan berlangsung selama dua tahun, dikabarkan bernilai US$90 juta (sekitar Rp1,2 triliun).

Perjanjian ini memungkinkan YouTube Gaming untuk menyiarkan Overwatch League, Call of Duty League, dan turnamen Hearthstone. Sayangnya, tidak diketahui berapa nilai dari masing-masing liga esports. Dikabarkan, Overwatch League adalah liga dengan nilai paling besar. Call of Duty juga memiliki harga yang cukup tinggi, meski lebih kecil dari liga Overwatch. Sementara itu, turnamen esports Hearthstone, yang memang bukan tier 1, dianggap sebagai bonus.

Overwatch League - New York Excelsior
Overwatch League. | Sumber: Blizzard

Dalam kontrak antara Activision Blizzard dan YouTube, ada klausul tentang insentif yang didapatkan oleh pihak penyelenggara liga dan tim jika mereka mencapai target viewership dan penjualan iklan yang telah ditentukan oleh YouTube Gaming. Target ini dianggap bisa dicapai. Karena itu, kontrak dengan YouTube Gaming disambut baik oleh para tim profesional dan eksekutif Activision Blizzard yang bertanggung jawab atas scene esports.

Keputusan Activision Blizzard untuk membuat kontrak eksklusif dengan YouTube Gaming, ditambah dengan banyaknya streamer game yang memutuskan untuk keluar dari Twitch, ini memunculkan pertanyaan apakah dominasi Twitch mulai tergoyahkan.

“Menarik untuk melihat dampak dari perjanjian antara Activision Blizzard dan YouTube Gaming pada Twitch dan ekosistem esports,” kata Senior VP/Esports Endeavor, Stuart Saw pada The Esports Observer. “Berdasarkan pengalaman, Twitch seharusnya baik-baik saja. Sebelum ini, mereka juga pernah kehilangan kreator konten dan pangsa pasar mereka tidak terpengaruh. Meskipun begitu, sekarang, industri esports telah agak berubah, menjadi semakin kompetitif. Dari banyaknya jumlah platform streaming yang ada, tampaknya, ke depan, industri esports akan terpecah dan tidak didominasi satu pemain.”

youtube gaming polygon jpeg

Selain hak siar eksklusif atas esports Activision Blizzard, Google juga membuat perjanjian lain dengan perusahaan game tersebut. Google Cloud akan menyediakan jasa layanan cloud untuk Activision Blizzard. Menurut Saw, perjanjian antara Google Cloud dan Activision Blizzard memiliki peran cukup penting dalam usaha Google untuk menguasai pasar penyedia layanan cloud, mengingat Activision Blizzard adalah salah satu perusahaan game terbesar.

“Dari perspektif ekonomi makro, ini adalah momen penting dalam sejarah esports. Ini adalah kali pertama developer game tingkat atas memutuskan untuk menghilangkan produknya dari Twitch sama sekali. Bagi YouTube, ini adalah bukti dari keseriusan mereka untuk mengembangkan produk mereka,” kata Saw.

Sumber header: Fox Sports Asia

Activision Blizzard Mau Dorong Jumlah Pemain Aktif dengan Mobile Game dan Esports

Salah satu franchise game dari Activision Blizzard yang paling dikenal adalah Call of Duty. Namun, sejak Activision Blizzard mengakuisisi King Digital Entertainment pada 2016, sebagian besar pemain mereka justru merupakan mobile gamer. Memang, game konsol kini kalah menarik jika dibandingkan dengan game PC atau mobile game, yang bisa dimainkan dimana saja.

Melihat hal ini, Activision Blizzard mengikuti tren pasar dan meluncurkan Call of Duty: Mobile pada akhir tahun 2019. Sejak saat itu, Call of Duty: Mobile telah diunduh sebanyak 150 juta kali dan menjadi salah satu game mobile paling populer. Selain itu, Activision juga meluncurkan Call of Duty: Modern Warfare untuk PC dan konsol pada Oktober 2019. Total penjualan Modern Warfare naik hingga lebih dari 10 persen jika dibandingkan dengan total penjualan seri Call of Duty sebelumnya. Sayangnya, seperti yang disebutkan oleh The Motley Fool, Activision tidak mengungkap keuntungan yang dihasilkan oleh setiap franchise. Satu hal yang pasti, keuntungan dari segmen Activision, yang membawahi Call of Duty, mencapai US$1,43 miliar, naik sedikit jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Tak melulu soal untung, salah satu strategi Activision selama ini adalah untuk meningkatkan jumlah pemain aktif bulanan (MAU). Sayangnya, dalam beberapa tahun terakhir, angka MAU mereka justru mengalami penurunan. Pada Q3 2019, jumlah MAU mereka turun menjadi 316 juta orang. Kabar baiknya, jumlah MAU mereka naik menjadi 409 juta pada Q4 2019. Ini menunjukkan bahwa total MAU dari Activision Blizzard bisa kembali tumbuh, yang bisa mendorong pendapatan.

Jumlah pemain aktif bulanan. | Sumber: The Motley Fool
Jumlah pemain aktif bulanan tiga segmen Activision Blizzard. | Sumber: The Motley Fool

Sementara untuk membuat para gamer tetap tertarik bermain Call of Duty, Activision mencoba untuk kembali menggelar turnamen esports dari game tersebut. Memang, sebelum ini, telah ada Call of Duty World League. Sayangnya, liga esports tersebut tak begitu populer. Kali ini, Activision akan menggunakan format franchise untuk Call of Duty League, yang telah diikuti oleh 12 tim. Dikabarkan, masing-masing tim harus membayar US$25 juta untuk dapat ikut serta dalam liga tersebut.

Pertandingan perdana Call of Duty League diadakan pada 24 Januari 2020 di Minneapolis, Amerika Serikat. Liga tersebut menggunakan sistem kandang-tandang. Jadi, nantinya, tim-tim yang berlaga di liga itu akan saling bergantian menyambut musuhnya. Hasil penjualan tiket pertandingan bisa jadi salah satu sumber pemasukan tim yang bertanding di liga itu.

Selama ini, Call of Duty merupakan salah satu game Activision Blizzard yang paling dikenal. Namun, beberapa tahun belakangan, popularitas game itu mulai menurun. Jika Activision sukses dengan liga esports dan game mobile dari Call of Duty, tak tertutup kemungkinan franchise itu kembali populer di kalangan gamer.

call of duty league dotesports

Selain Call of Duty, Activision juga tertarik untuk membuat versi mobile dari franchise game mereka yang lain, seperti Diablo Immortal. Ke depan, tidak tertutup kemungkinan, mereka akan membuat game mobile dari StarCraft atau Overwatch. Ini bukan berarti Activision Blizzard akan berhenti membuat game PC atau konsol. Namun, mereka sadar bahwa mobile bisa menjangkau gamer yang biasanya tak bisa mereka dapatkan dengan game konsol atau PC.

Bos Envy Gaming Jelaskan Pentingnya Bangun Komunitas Esports Amatir

Pada akhir pekan lalu, Dallas Fuel menyambut Los Angeles Valiant di markas mereka di Esports Stadium Arlington. Dallas Fuel adalah tim Overwatch League yang ada di bawah manajemen Envy Gaming, yang memiliki beberapa tim esports lain, seperti Dallas Empire yang berlaga di Call of Duty League. Dalam wawancara dengan The Esports Observer, CEO dan pemilik Envy Gaming, Mike “hastr0” Rufail ingin membuat semakin banyak orang mencintai esports. Salah satu rencananya adalah membangun komunitas esports amatir dengan mengadakan pertandingan untuk pemain amatir.

“Kami berencana untuk mengadakan acara yang lebih melibatkan fans di lokasi lain di sekitar Dallas-Fort Worth (DFW). Kami tengah mempertimbangkan cara untuk mengembangkan kompetisi amatir di kota kami. Ini adalah prioritas kami, untuk menumbuhkan komunitas esports amatir, baik untuk anak-anak atau orang dewasa,” kata Rufail pada The Esports Observer. Dengan mengembangkan komunitas esports, ini akan membuka jalan bagi para gamer untuk mengembangkan talenta mereka dan masuk ke dunia profesional. “Kami ingin menjadi pemicu yang menumbuhkan komunitas lokal.”

Mike "hastr0" Rufail. | Sumber: The Esports Observer
Mike “hastr0” Rufail. | Sumber: The Esports Observer

Rufail ingin agar esports bisa menjadi hobi banyak orang, layaknya baseball, basket, dan sepak bola. Dia merasa, jika dia bisa mengembangkan ekosistem esports amatir, maka akan semakin banyak orang yang senang untuk bermain game dan menonton kompetisi esports. Dia mengungkap, “Kami ingin menyediakan wadah bagi orang-orang untuk mengetahui bagaimana rasanya untuk bertanding dalam sebuah kompetisi.”

Tentu saja, membangun komunitas bukanlah hal yang mudah. Inilah alasan mengapa dia memutuskan untuk ikut serta dalam liga Overwatch dan Call of Duty. Rufail juga yakin, pengalamannya dalam mengoperasikan tim esports akan membantunya mencapai tujuannya untuk membangun komunitas esports amatir.

“Saya telah mengoperasikan tim Call of Duty sejak 2007. Saya yakin, di Call of Duty League, saya adalah orang yang paling berpengalaman dalam mengoperasikan sebuah tim. Tapi, dari Overwatch League, saya belajar betapa pentingnya mengoperasikan sebuah tim esports dengan standar tinggi. Dan saya ingin menggunakan pengetahuan saya itu untuk membuat tim CDL kami menjadi lebih profesional,” ujar Rufail.

Tim Dallas Fuel. | Sumber: The Esports Observer
Tim Dallas Fuel. | Sumber: The Esports Observer

Salah satu hal yang Rufail lakukan untuk membuat Dallas Empire menjadi lebih profesional adalah dengan menyediakan sistem latihan yang lebih baik serta pelatih dan staf pendukung yang lebih banyak. Selain itu, dia juga ingin menyediakan logistik yang lebih baik sehingga para pemain bisa menjadi lebih kompetitif.

Rufail mengaku, kemenangan memang penting untuk organisasi esports. Namun, dia merasa, memberikan pengalaman yang memuaskan bagi fans juga sama pentingnya. Pada 2019, Dallas Fuel menjadi tim Overwatch League pertama yang menjadi tuan rumah dari pertandingan Overwatch League. Dia berkata, dia belajar banyak hal dari sana. “Penting untuk memberikan pengalaman menonton yang memuaskan bagi fans. Ketika kami pertama kali menyelenggarakan liga di markas kami, saya rasa, kami berhasil melakukan itu dengan baik,” ujar Rufail.

Sumber header: Twitter

Bagaimana Activision Blizzard Memulai Bisnis Esports?

Sebagai developer dan publisher, Activision Blizzard memiliki sejumlah franchise game, seperti Overwatch, Call of Duty, dan StarCraft. Pada 2015, komunitas gamer telah mengadakan sejumlah turnamen dari berbagai game Activision Blizzard dan menyiarkan pertandingan tersebut di Twitch. Namun, ketika itu, turnamen masih bersifat informal. Activision Blizzard lalu memutuskan untuk membuat divisi media yang bertanggung jawab atas pengembangan esports. Mereka menunjuk Steve Bornstein, mantan CEO ESPN, untuk memimpin divisi tersebut. Selain itu, mereka juga mengajak Mike Sepso, seorang pioneer di industri esports, untuk bergabung dengan divisi baru mereka itu.

Satu tahun kemudian, pada 2016, Activision menunjukkan keseriusannya dalam mengembangkan esports dengan mengakuisisi Major League Gaming (MLG), penyelenggara turnamen esports yang didirikan pada 2002. Dengan ini, Activision memiliki kemampuan untuk menyelenggarakan dan menyiarkan pertandingan esports. Langkah berikutnya yang Activision ambil adalah mencoba untuk membangun struktur liga esports.

Activision mulai mengadakan Overwatch League pada 2016. Overwatch League menggunakan model franchise dimana tim-tim yang berlaga akan mewakili sebuah kota besar, seperti Los Angeles Valiant, Shanghai Dragons, dan Seoul Dynasty. Dan mulai 2020, Activision juga akan menggunakan sistem kandang-tandang, layaknya olahraga tradisional. Jadi, tim yang menjadi tuan rumah akan menjamu lawannya di markas mereka. Fans bisa membeli tiket untuk menonton pertandingan secara langsung. Penjualan tiket dari pertandingan tersebut menjadi sumber pemasukan baru bagi Activision dan juga organisasi esports yang menjadi tuan rumah.

Call of Duty League juga menggunakan sistem yang sama dengan Overwatch League.
Call of Duty League juga menggunakan sistem yang sama dengan Overwatch League.

Pada awalnya, Overwatch League hanya diikuti oleh 12 tim, yang membayar biaya franchise untuk bisa ikut serta dalam liga tersebut. Sekarang, jumlah tim bertambah menjadi 20 tim. Sukses dengan Overwatch League, Activision mulai mengadakan Call of Duty League pada tahun ini, yang juga menggunakan sistem franchise. Saat ini, ada 12 tim yang berlaga dalam Call of Duty League. Menurut laporan The Motley Fool, dari penjualan franchise esports, Activision telah mendapatkan US$500 juta.

Bisnis esports Activision memang terlihat cukup sukses. Namun, mereka masih bisa mengembangkan bisnis itu agar menjadi lebih besar lagi. Sebagai publisher, Activision memegang hak atas properti intelektual game. Jadi, mereka memiliki berbagai cara untuk memonetisasi game mereka. Selain itu, mereka juga memiliki game lain yang populer, seperti StarCraft dan Warcraft, yang ekosistem esports-nya masih bisa dikembangkan. Mereka juga bisa mengembangkan liga esports mereka yang sudah berjalan.

Tentu saja, selain keuntungan dari segi finansial, Activision Blizzard juga mendapatkan keuntungan lain dengan mengembangkan bisnis esports. Keberadaan liga profesional membuat komunitas pemain menjadi lebih aktif, mereka bermain game lebih lama dan mereka rela untuk menghabiskan uang lebih banyak untuk membeli item dalam game.

Platform eFuse Tawarkan Beasiswa Esports Senilai Rp27,8 Juta

Meniti karir sebagai pemain profesional sekarang tak lagi menjadi sesuatu yang mustahi untuk dicapai. Beberapa universitas di Inggris Raya dan Amerika Serikat bahkan membuka program studi S1 terkait esports. Karena itu, tidak heran jika muncul pihak yang menawarkan beasiswa di program esports. Platform eFuse menawarkan beasiswa senilai US$2.020 (sekitar Rp27,8 juta) bagi siswa yang terpilih. Namun, waktu untuk mendaftarkan diri dalam program beasiswa itu sangat pendek, yaitu mulai 31 Januari 2020 sampai 2 Februari 2020. Selain membantu siswa yang ingin bekerja di dunia gaming, program bernama “Seattle Surge #ForTheGamers Scholarship” ini juga bertujuan untuk memperkenalkan tim Seattle Surge yang akan berlaga di Call of Duty League.

Menurut laporan Daily Esports, eFuse mendorong siswa dari negara bagian manapun di Amerika Serikat untuk mendaftar selama mereka memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Salah satu persyaratan untuk mendaftar program beasiswa ini adalah pendaftar harus merupakan siswa SMA atau mahasiswa dengan umur minimal 14 tahun. Selain itu, mereka juga harus membuat akun eFuse dan membuat portofolio mereka di sana.

Platform eFuse baru diluncurkan pada Desember 2019. Di platform khusus untuk gamers tersebut, para pengguna bisa membuat video highlight dari permainan mereka. Selain itu, mereka juga bisa melacak performa gaming mereka. Mereka juga bisa menautkan akun media sosial lain atau video dari permainan mereka. Menariknya, pengguna eFuse juga bisa menambahkan informasi tentang edukasi mereka serta pengalaman kerja. Memang, eFuse tak hanya ingin menjadi platform bagi para gamers berkumpul, tapi juga memberikan mereka kesempatan untuk membangun koneksi serta lowongan untuk bekerja di dunia gaming.

Persyaratan lain untuk mendaftarkan diri dalam program beasiswa eFuse, peserta juga harus ingin menjadi atlet esports profesional atau menjadi kreator konten. Memang, organisasi esports kini tidak hanya fokus pada kemenangan saja. Banyak juga organisasi esports yang memiliki divisi kreator konten, seperti EVOS Esports. Syarat terakhir untuk pendaftar beasiswa adalah memberikan penjelasan tentang bagaimana dan kenapa mereka tertarik masuk ke dunia gaming.

eFuse bukan satu-satunya pihak yang menawarkan beasiswa esports. Pada akhir Januari 2020, Entertainment Software Association (ESA) juga menawarkan beasiswa, khususnya untuk perempuan dan golongan minoritas lainnya.

Hasil Penjualan Tiket Bisa Jadi Sumber Pemasukan Baru Bagi Tim Overwatch League dan Call of Duty League

Setelah sukses dengan Overwatch League, Activision Blizzard membuat liga baru tahun ini, yaitu Call of Duty League. Kedua liga tersebut menggunakan model franchise. Selain itu, Activision Blizzard juga meniru sistem kandang-tandang yang digunakan pada olahraga tradisional. Jadi, setiap tim yang ikut serta dalam OWL atau CDL harus memiliki markas di kota mereka untuk menyelenggarakan pertandingan.

Call of Duty League dimulai pada akhir pekan lalu. Pertandingan perdana diadakan di The Minneapolis Armory, yan gmerupakan markas dari Minnesota Rokkr. Menurut laporan The Esports Observer, tiket untuk pertandingan tersebut terjual habis. Secara total, ada 10 ribu fans yang menghadiri pertandingan yang berlangsung selama tiga hari tersebut. Sementara itu, Scott Wilpon, pemilik New York Excelsior, tim yang berlaga di Overwatch League, mengatakan bahwa dia optimistis tiket untuk pertandingan perdana OWL juga akan terjual habis. Pertandingan tersebut akan diadakan di Hammerstein Ballroom yang memiliki kapasitas hingga 2.200 kursi.

“Pasar lokal sangat memudahkan kami dalam mengembangkan dan menumbuhkan bisnis ini,” kata Wilpon. “Ini membedakan tim kami dari tim-tim lain dan memberikan tujuan serta fokus pada kami sebagai organisasi. Kami telah memiliki fans setia di New York yang memang sudah tertarik dengan gaming, dan hal ini memberikan mereka alasan untuk mendukung kami.”

Kabar tiket yang terjual habis membuat Pete Vlastelica, CEO Activision Blizzard Esports dan Comissioner of OWL merasa optimistis tentang penjualan tiket pertandingan sepanjang musim. Meskipun begitu, dia juga tak mau merasa terlalu percaya diri. “Penjualan tiket untuk pertandingan pada awal musim terlihat menjanjikan, ini kabar baik,” kata Vlastelica, seperti dikutip dari The Esports Observer. Dia menambahkan, ada beberapa tim yang hampir menjual habis tiket pertandingan di markas mereka. “Kami akan membuat pengumuman tentang penjualan tiket pada tahun ini, dan itu adalah pencapaian tersendiri.”

Penonton di Overwatch League | Sumber: Activision Blizzard
Penonton di Overwatch League | Sumber: Activision Blizzard

Pada 2020, semua tim OWL akan menyelenggarakan pertandingan di markas mereka setidaknya dua kali. Masing-masing tim mendapatkan 50 persen dari total penjualan tiket, hak siar media, merchandise, dan sponsorship. Saat ini, belum ada satu pun tim OWL yang telah mendapatkan untung. Namun, ini adalah tahun pertama mereka akan mulai mendapatkan penghasilan dari penjualan tiket. Masing-masing tim dapat memutuskan harga tiket pertandingan. Misalnya, harga tiket pertandingan Houston Outlaws dihargai sekitar US$50 sampai US$90. Sementara harga tiket pertandingan Boston Uprising berkisar US$40 sampai US$140 dan Philadelphia Fusion menawarkan tiket dari US$45 sampai US$150.

Vlastelica mengaku, masing-masing tim memiliki kemampuan untuk menjual tiket yang berbeda-beda. Narasumber lain mengatakan, tim yang dapat menjual tiket dengan lebih baik adalah tim yang memiliki eksekutif yang berpengalaman dalam mengadakan sebuah event. “Ini adalah waktu belajar bagi para tim esports. Ada banyak organisasi yang baru melakukan ini untuk pertama kalinya,” ungkap Vlastelica. “Sebagian tim OWL dimiliki oleh organisasi yang juga memiliki tim olahraga tradisional, tapi tidak semuanya. Mereka harus dapat belajar dengan cepat.”

YouTube Gaming Dapat Hak Siar Eksklusif Atas Liga Overwatch, Call of Duty, dan Hearthstone

Persaingan antara platform streaming game semakin memanas seiring dengan semakin populernya game dan esports. Memang, Twitch masih menjadi platform nomor satu, menguasai tiga per empat pangsa pasar, tapi, mereka mulai kehilangan momentum karena para streamer bintang mereka — seperti Michael “Shroud” Grzesiek dan Jack “CouRage” Dunlop — memutuskan untuk pindah ke platform lain seperti Mixer dari Microsoft atau YouTube Gaming.

Seolah itu tidak cukup buruk, Activision Blizzard baru saja mengumumkan bahwa mereka telah menjadikan YouTube Gaming sebagai rekan eksklusif untuk menyiarkan liga dan acara esports profesional mereka. Selain Overwatch League, turnamen esports Activision juga meliputi Call of Duty League, Hearthstone Esports, dan World of Warcraft Esports.

“Misi kami adalah memberikan hiburan berkualitas yang bisa ditonton oleh para fans kami, baik secara live atau sebagai konten on-demand. Dan kami ingin juga menjadikan para pemain profesional kami sebagai superstar. Kerja sama ini memungkinkan kami untuk memenuhi misi tersebut,” kata CEO Activision Blizzard, Pete Vlastelica, dikutip dari PC Gamer. Activision mengatakan, melalui kolaborasi dengan YouTube Gaming, mereka juga akan dapat mengakses berbagai tool AI dari Google Cloud yang dapat menawarkan konten rekomendasi yang telah dikurasi pada para penonton.

“Dalam beberapa tahun belakangan, kami menjalin kerja sama erat dengan Activision Blizzard di berbagai game mobile untuk meningkatkan kemampuan analitik mereka serta memperbaiki pengalaman bermain para pemain. Kami senang karena sekarang, kerja sama kami menjadi lebih dalam dan kami bisa bekerja sama dengan salah satu game developer paling besar dan paling dikenal di dunia,” ujar Head of Gaming, Google Cloud, Sunil Rayan.

Pada akhir 2019, YouTube Gaming memiliki pangsa pasar 22,1 persen. Mendapatkan hak siar eksklusif atas sejumlah liga esports ternama akan membantu mereka untuk meningkatkan pangsa pasar mereka. Doron Nir, CEO Stream Elements mengatakan, saat ini platform streaming game fokus untuk mendapatkan hak siar eksklusif atas konten streamer ternama untuk mendongkrak jumlah penonton mereka. Namun, liga atau turnamen esports sebenarnya juga menarik banyak penonton.

Nir berkata, “Turnamen esports biasanya memiliki penonton paling besar. Di Twitch, dua channel yang paling sering ditonton sepanjang 2019 adalah Riot Games dan Overwatch League. Ini berarti, kontrak eksklusif Activision Blizzard dengan YouTube akan memiliki dampak signifikan dalam membangun portofolio mereka dan menunjukkan komitmen mereka pada pasar platform streaming.”

Overwatch League kini akan disiarkan di YouTube Gaming. | Sumber: PC Gamer
Overwatch League kini akan disiarkan di YouTube Gaming. | Sumber: PC Gamer

Sekarang, Twitch memang masih mendominasi pasar platform streaming. Namun, pangsa pasar mereka terus turun. Menurut laporan Forbes, salah satu alasannya adalah karena penghasilan Twitch tidak sebanyak yang diharapkan Amazon, perusahaan induknya.

Bulan ini, Twitch dilaporkan bahwa mereka gagal mencapai target penghasilan yang telah ditetapkan. Mereka hanya berhasil mendapatkan US$300 juta dari target US$500-600 juta. Sebagai perbandingan, total pendapatan Amazon bisa mencapai US$232,9 miliar. Ini menunjukkan betapa kecilnya kontribusi Twitch pada total pendapatan Amazon. Jadi, kecil kemungkinan Amazon akan memberikan dana besar pada Twitch untuk mendapatkan kontrak eksklusif dengan streamer atau turnamen esports.

Sementara itu, setiap tahunnya, YouTube berkontribusi sekitar US$16-25 miliar pada pendapatan Google. Dan Facebook memiliki pendapatan US$16,9 miliar per tahun. Baik YouTube maupun Google bisa menggunakan dana tersebut untuk mengembangkan divisi live streaming mereka, misalnya dengan membuat perjanjian eksklusif dengan kreator konten atau mendapatkan hak siar atas liga esports. Tak hanya itu, Facebook dan Google juga telah memiliki pengalaman yang lebih baik dalam memonetisasi konten via iklan.

Saat ini, Twitch memang masih sukses. Namun, tren menunjukkan bahwa dominasi mereka mulai tergerus oleh para pesaingnya. Amazon mungkin harus menyuntikkan dana besar pada Twitch agar platform streaming tersebut bisa bersaing dengan para pesaingnya.