EA Patenkan Teknologi Baru yang Mampu Menganalisa Tingkat Kesulitan Game

Tingkat kesulitan dalam video game memang terus menjadi diskusi panjang di dalam industri maupun komunitasnya. Beberapa gamer tentunya menyukai tingkat kesulitan di atas rata-rata untuk memberikan tantangan lebih, namun beberapa gamer lain lebih menghendaki kesulitan yang lebih bersahabat.

Hal inilah yang dilihat sebagai potensi oleh Electronic Arts atau yang lebih dikenal dengan EA lewat paten terbarunya. EA sendiri mematenkan sebuah teknologi baru yang memungkinkan untuk mengukur tingkat kesulitan video game selama pengembangan.

Dilansir dari Gamerant, dalam praktiknya EA akan menggunakan teknologi kecerdasan buatan atau A.I. untuk menyimulasikan pengalaman bermain video game yang tengah dikembangkan. Kemudian akan menentukan tingkat kesulitan game tersebut berdasarkan sejumlah metrik.

EA sendiri tidak hanya membuat teknologi ini untuk mencari tahu mana level game yang terlampau sulit atau mana yang kurang sulit. Namun juga untuk mencari tahu di mana lonjakan ataupun penurunan terbesar terjadi di dalam game-nya.

Pengembangan game Star Wars Jedi Fallen Order (Image Credit: ScereBro PSNU)

Teknologi ini sendiri bertujuan untuk mencari tantangan yang tidak konsisten di antara berbagai aspek di dalam sebuah video game, yang dapat membuat para pemainnya kehilangan minat. Karena bila sebuah game memiliki satu level yang terlalu susah, ada kemungkinan mayoritas pemain akan kehilangan minat untuk melanjutkan game-nya.

Kondisi yang sama ternyata juga terjadi pada level yang terlalu mudah. Karena, bila sebuah game terlalu banyak memuat level yang kurang menantang bagi para pemain, ada kemungkinan juga para pemain merasa bosan dan kehilangan minatnya.

Ke depannya, teknologi ini dianggap akan mampu mengubah cara para pengembang dalam menentukan tingkat kesulitan game yang tengah mereka buat. Namun juga dapat mempercepat dan mengotomatiskan proses pengujian game-nya nanti.

Sirkuit Apex Legends Global Series Tetap Bergulir di Tengah Pandemi

Tahun 2020 direncanakan menjadi tahun percobaan Apex Legends menjadi disiplin esports yang bisa diterima secara global. Melalui pengumumannya di awal tahun 2020 Apex Legends meluncurkan sirkuit Apex Legends Global Series.

Dengan sistem kualifikasi yang sangat terbuka EA dan Respawn Entertainment  berharap bisa memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi player Apex Legends untuk dapat meraih slot dan bertanding di gelaran pemuncak Apex Legends Global Series Major.

Summer Circuit
Jadwal Summer Circuit. | via: EA

Ketika pandemi merebak, dalam sebuah pernyataan EA membatalkan seluruh turnamen offline bagi seluruh disiplin game yang ada, Apex Legends pun tidak terkecuali.

Adapun EA dan Respawn Entertainment menyikapi situasi dengan meluncurkan seri turnamen online. Seri turnamen online yang diadakan tidak hanya memperebutkan hadiah uang tetapi juga poin kualifikasi Global Series. Untuk pembagian region global dari game Apex Legends dibagi menjadi 4 region antara lain: EMEA, Americas, Apac North, Apac South.

Sebagai tambahan, Apex Legends masih menjalankan Summer Circuit yang mempertemukan tim yang lolos di tingkat regional. Dua gelaran Super Region sudah berlalu dan masih ada 3 kesempatan lagi untuk tim peserta kualifikasi untuk mengisi lebih banyak slot di gelaran Apex Legends Global Series Major mendatang. Indonesia sendiri juga mempunyai beberapa tim yang tengah bertanding di regional qualifier Apex Legends Apac South.

Kesuksesan esports Apex Legends masih belum bisa dipastikan sejauh ini. Tidak seperti Fortnite yang sudah terlebih dahulu suskes menjalankan turnamen globalnya, Apex Legends terkesan terlambat dan sekarang harus menghadapi tantangan yang lebih sulit dalam mengembangkan skena esportsnya ketika pandemi merebak secara global.

via: escharts.com
via: escharts.com

Berdasarkan data viewership yang dihimpun oleh esports chart, bisa terlihat region Amerika mencatat angka yang lebih tinggi dari segi viewership jika dibandingkan dengan region Eropa. Kita juga dapat menyimpulkan adanya kesenjangan dari jumlah viewership antara region Amerika dan Eropa. Terlihat untuk region Eropa memili rerata jumlah viewership di kisaran angka 46.000 viewers sedangkan rerata jumlah viewership di region Amerika bisa menembus angka 63.000 viewers.

Bila ditelaah sekilas, region Amerika terbilang memiliki ekosistem Apex Legends yang lebih reseptif. Hal itu dapat dilihat dari keberadaan tim Apex Legends dengan induk organisasi di Eropa yang justru aktif bermain di region Amerika. Sedangkan di region Eropa sendiri tercatat tidak begitu banyak organisasi esports yang memiliki divisi Apex Legends dan bermain di region Eropa.

Sebagai penutup tidak dipungkiri bahwa region Amerika dan Eropa memang tercatat sebagai region dengan player base terbsesar untuk game Apex Legends. Hanya saja sepertinya untuk region Amerika masih mempunyai antusiasme yang sangat tinggi untuk game bergenre FPS.

FACEIT Resmi Awali Esports Apex Legends

FACEIT, event organizer yang biasanya dikenal menggelar ajang kompetitif untuk CS:GO, menjadi yang pertama menggelar esports Apex Legends yang berlisensi resmi dari Respawn Entertainment dan EA Games. Turnamen resmi pertama ini bertajuk FACEIT Pro Series: Apex Legends.

Rangkaian turnamen ini akan mempertandingkan 16 tim yang terdiri dari 8 event dengan total hadiah sebesar US$50 ribu. Turnamen pertamanya akan dimulai tanggal 31 Mei 2019.

Dari 16 tim yang bertanding, ada 14 tim undangan (invited) dan 2 tim dari Closed Qualifier. Nama-nama klub esports besar yang sudah dikonfirmasi akan mengikuti kejuaraan ini adalah 100 Thieves, CLG, G2 Esports, Cloud9, compLexity, Dignitas, GenG, Misfits, NRG, dan Fnatic. SKT T1 dan Team Liquid juga sudah mendapatkan undangan menurut laman resmi Pro Series.

Sedangkan dua tim yang lolos dari kualifikasi adalah Alliance dan Fire Beavers. Sayangnya, kejuaraan ini memang masih terbatas untuk regional Amerika Utara.

Menariknya, meski ini turnamen berlisensi resmi, pertandingannya akan ditandingkan menggunakan public matches alias tanpa custom lobby.

Mengutip jawaban dari perwakilan FACEIT yang diwawancarai oleh Dot Esports, “ajang ini tidak akan dimainkan melalui custom lobby karena Apex Legends memang masih baru jadi belum punya fitur itu. Kejuaraannya juga akan menggunakan format ‘pub stomp’ yang artinya setiap tim bertarung satu sama lain untuk mendapatkan jumlah kill dan kemenangan terbanyak.”

Buat yang masih bingung dengan bagaimana sebuah turnamen Apex Legends berjalan (setidaknya di masa awal-awal sekarang ini) dan penasaran dengan esports resmi pertamanya, Anda bisa menonton sendiri pertandingan-pertandingannya yang ditayangkan langsung di kanal Twitch resmi untuk FACEIT.