KlikBCA Gandeng Bhinneka Untuk Online Payment Gateway

Hari ini baru sadar bahwa KlikBCA seperti telah siap meluncurkan sistem online payment-nya. Hal ini terlihat dengan adanya kerjasama antara KlikBCA dengan Bhinneka yang memampukan anda (pengguna KlikBCA) untuk melakukan transaksi pembelian barang di Bhinneka.

Selama ini visitor Bhinneka kebanyakan hanya mencari informasi spesifikasi mengenai sebuah produk elektronik, namun tidak melakukan pembelian dan memilih membeli secara offline di toko komputer. Dengan kerjasama ini pastinya akan jauh lebih mudah untuk melakukan pembelian langsung secara online. Meskipun demikian metode yang diterapkan masih cenderung tertutup dan kurang fleksibel.

Untuk saya, ini adalah pembukaan dari makin maraknya industri e-commerce yang memang telah lama menunggu sebuah sistem pembayaran online. BCA sebagai salah satu bank yang memiliki basis pengguna cukup besar nampaknya mampu menempatkan diri (secara eksklusif) sebagai penyedia pembayaran online lokal pertama.

Berarti kita tinggal menunggu langkah pengembangan dari bank-bank lainnya seperti Mandiri, BNI, dkk yang tergabung dalam ATM Bersama. Jika bank-bank ini juga meluncurkan sistem pembayaran online yang terintegrasi (dan semoga bisa lebih fleksibel), maka lengkap sudah infrastruktur untuk mendongkrak bisnis online di Indonesia.

Dari sepenglihatan saya, sepertinya sistem pembayara KlikBCA ini masih berada di kelas korporat yang memang mengincar bisnis-bisnis besar dan belum merambah ke pasar retailer online yang lebih kecil. Namun jika melihat kondisi yang sekarang ada, memang jumlah situs e-commerce justru lebih banyak yang menengah ke-bawah meskipun jumlahnya korporat e-commerce besar juga tidak sedikit.

Apakah KlikBCA akan meluncurkan solusi untuk pengusaha e-commerce yang lebih kecil? Atau terus mengincar ikan-ikan yang lebih besar saja?

Indosat Luncurkan Solusi Pembayaran Online

Hari ini Indosat (PT Indosat Mega Media) meluncurkan produk i-Pay, sebuah sistem pembayaran online berbentuk voucher (internet voucher). Meskipun menamakan dirinya online payment service, namun sepertinya i-Pay ini sampai saat ini hanya memfasilitasi pembelian voucher untuk game online. Sayang sekali, padahal tidak hanya game online melainkan situs-situs ecommerce lokal sudah mulai berkembang.

Layanan pembayaran mikro (micropayment) dengan menggunakan poin i-Pay (iPoint) untuk pembelian barang di internet seperti fulltrack, voucher game online, voucher hotspot / internet dan lain-lain. Dengan i-Pay user internet dapat melakukan isi ulang dengan mudah melalui voucher Indosat (IM3, Mentari, Indosat, Starone), Voucher IM2, transfer via ATM, SMS Banking, dan internet banking secara realtime.

Dengan ini saya tidak melihat adanya solusi pembayaran online dari yang sudah ditawarkan oleh IndoMog yang sudah terlebih dahulu memiliki sistem online voucher untuk online game. Bahkan IndoMog cenderung lebih maju karena sudah menjajaki kerjasama dengan beberapa situs ecommerce untuk memantapkan platform pembayaran online miliknya.

Sejauh ini belum ada keterangan apakah nantinya i-Pay akan masuk ke pasar retail ecommerce atau akan tetap di pasar online game. Yang pasti menurut saya i-Pay ini bukan merupakan gebrakan baru ataupun produk yang spesial. Saya masih menunggu sistem pembayaran online yang terintegrasi dan fleksibel untuk digunakan situs-situs ecommerce retail.

Alibaba Kembangkan Sayap Ke AS

Alibaba, situs ecommerce asal China hari Kamis (23/07/09) mengumumkan strategic partnership dengan Bank of China, salah satu bank terbesar di China. Alibaba dan Bank of China akan bekerjasama melebarkan sayap business development secara internasional namun sambil memantapkan posisinya di pasar domestik.

Program ini dimulai sejak kunjungan para eksekutif Alibaba, termasuk CEO Jack Ma ke Silicon Valley awal tahun ini untuk bertemu dengan beberapa perusahaan seperti Google, eBay, dan Amazon untuk mendiskusikan kemungkinan-kemungkinan kerjasama. Dan Alibaba juga menyatakan bahwa pembicaraan dengan perusahaan-perusahaan tersebut juga menyangkut kemungkinan membawa platform pembayaran online dan lelang milik Alibaba ke AS.

Perjanjian kerjasama dengan Bank of China ini akan sangat berguna untuk AliPay, sistem pembayaran online milik Alibaba yang akan menjadi semakin mudah ketika pengguna melakukan pembayaran antar-negara. Shao Xiaofeng, President of Alipay menyatakan bahwa Alipay harus menjadi platform global di masa datang.

Alipay saat ini telah memiliki 200 juta pengguna terdaftar, hampir setara dengan jumlah seluruh penduduk Indonesia. Menurut analisa dari Maverick China Research, Alipay memiliki kemungkinan untuk berhasil membawa platform pembayaran tersebut ke luar negeri.

Sedikit Cerita di Belakang Adandu

Tadi malam saya bertemu dengan Gardenia Putri, sang founder dari Adandu untuk sekedar makan malam sambil sharing mengenai situs social network yang didirikannya sejak tahun 2008 lalu. Bersama dengan Toni (online marketing wizard) dan Edo (social media guru), kami berdiskusi mengenai banyak hal dan kami mendapatkan cerita banyak mengenai Adandu.

Ide untuk pembuatan Adandu bermula dari Putri yang berumur 24 tahun yang ingin memulai sebuah bisnis online. Tadinya dia ingin membuat sebuah bisnis online dengan model iklan baris, itu kenapa situs tersebut dinamakan Adandu (Ad and you), namun dalam prosesnya terjadi pergantian haluan untuk konsep dasar dari bisnis online tersebut menjadi sebuah social networking yang saat itu memang sedang trend… setidaknya untuk orang Indonesia.

Putri, yang ternyata mantan mahasiswi Moestopo (bukan Binus) kemudian mengajak beberapa temannya untuk mulai membangun situs Adandu ini. Putri yang merupakan otak dari Adandu kemudian mulai mengkonsepkan fitur-fitur dasar dari Adandu seperti Video mashup, chips & karma, dan user leveling. Dibantu oleh 2 orang programmer, akhirnya situs Adandu ini sukses live diatas platform Drupal  dan dengan beberapa plugin untuk video editor (Kaltura).

Saya mempelajari sebuah hal yang menarik dari sistem user leveling milik Adandu ini, dan ini berkaitan dengan karma yang didapatkan seorang user. Jadi ketika user memiliki karma yang tinggi karena rajin beraktivitas (menulis, komentar, create video mashup, dll) maka user bisa memasuki kasta Angel, dan ketika karma yang dimiliki sangat kecil maka user bisa menjadi Devil. Lucunya, baik Angel dan Devil ini tetap diberi reward dengan memiliki kemampuan yang tidak dimiliki user dari tingkatan lainnya. Menarik mengingat Adandu juga memberi reward ke semua user baik aktif maupun tidak, mungkin agak terkesan tidak berguna karena untuk user yang tidak aktif tentu tidak berguna jika diberikan “ability” yang unik, toh kemungkinan besar tidak akan digunakan.

Adandu sendiri merupakan salah satu startup yang beruntung untuk mendapatkan dukungan dari investor lokal. Dengan funding yang cukup dan ruangan kantor di daerah Sudirman tentu menjadi motivasi tersendiri untuk tim Adandu terus mengembangkan Adandu, yang menurut saya masih sangat berpotensi untuk memenangkan pasar pengguna internet lokal.

Pembicaraan-pun masuk ke arah bisnis dari Adandu, yang seperti yang mungkin bisa anda lihat masih mengandalkan sepenuhnya pada advertising (iklan). Adandu sendiri memang masih mengembangkan fitur tambahan untuk kembali mendongkrak revenue mereka selain dari pos advertising. Model bisnis iklan di social network memang sampai saat ini kurang sustainable dan masih sangat tergantung pada traffic dan bukan ke service / produk dan hal ini yang membuat banyak social network agak tersendat pengembangannya karena sibuk melayani advertiser dan bukan melayani user.

Agaknya hal ini juga disadari oleh Putri yang dalam waktu dekat ini akan meluncurkan online store di Adandu. Platform chips & karma sudah disiapkan sejak lama (meskipun masih status beta) dan akan menjadi tulang punggung sistem virtual currency dalam transaksi di Adandu Store ini. Untuk produk yang akan dijual Putri mengaku akan menggaet partner-partner untuk berjualan di Adandu Store, jadi Adandu hanya akan menjadi media saja dan bukan menjadi penjual langsung. Lalu dari mana keuntungan untuk Adandu? Belum saya tanyakan sih, namun ada beberapa pilihan antara men-charge subscription fee (biaya bulanan) untuk toko yang ingin berjualan atau mengambil keuntungan dari selisih antara kurs chips dan rupiah. Untuk saat ini 1 chips berharga Rp. 25,- jadi anda bisa hitung-hitung sendiri lah.

Dibawah ini ada salah satu contoh barang (speaker) yang akan dijual di Adandu Store, dan Putri dengan baik hati memberikannya kepada saya secara cuma-cuma. Ehem.. ehem..

Lalu saya pun coba berfantasi mengenai konsep Adandu ke depannya. Jujur, konsep Adandu yang sekarang sudah cukup baik, buktinya sudah ada investor yang berani backing. Namun kesalahan utama dari Adandu adalah memperkenalkan Adandu ke orang / komunitas yang kurang tepat, kenapa? Karena staff Adandu belum tahu sebenarnya dimana keunggulan dari Adandu. Saya melihat Adandu memiliki keunggulan di bidang online video editing, sebuah fitur yang mungkin sudah banyak digunakan di situs-situs luar negeri namun masih belum ada yang cocok dengan pengguna dari Indonesia. Menurut anda itu kurang kuat karena hanya follower dari situs luar negeri? Mungkin.

Coba kita lihat Koprol, sebuah situs yang konsepnya mengadopsi konsep location based social networking dari Brightkite. Namun dengan jeli melihat dan menyesuaikannya dengan pasar lokal mampu membuat Koprol menjadi situs yang populer dan berguna. Atau contoh lain GantiBaju, situs ini mengadopsi konsep User generated design kaos milik Threadless. Namun lagi-lagi dengan detail-detail kecil yang unik dan Indonesia banget, GantiBaju mampu menarik banyak pengguna.

Kalau orang kebanyakan membandingkan Adandu dengan Facebook/Friendster, maka saya membandingkan Adandu dengan YouTube/Vimeo. Komunitas online yang berbasis pada kesukaan akan video publishing. Niche!

Bayangan saya adalah melihat Adandu mampu memasarkan/memperkenalkan produknya ke komunitas-komunitas video publisher baik amatir maupun professional, meskipun sebaiknya yang Amatir dulu saja karena sistem video editing-nya pun masih jauh dibandingkan software video editor yang biasa dipakai video publisher professional. Atau setidaknya Adandu mampu mempersempit target audiencenya ke pasar yang lebih “minoritas” namun tetap memberikan layanan yang baik.

Untuk monetize tentu iklan sudah menjadi pilihan yang sulit, karena dengan pasar yang lebih kecil tentu menjadi kurang menarik bagi advertiser. Namun monetisasi bisa diambil dari model Freemium, berikan layanan basic secara cuma-cuma dan untuk pengguna extreme (berbayar) bisa diberikan banyak fitur tambahan yang tidak dimiliki pengguna free. Saya pikir jika pengemasan dan pengembangan produknya bagus, Adandu akan mampu menarik banyak pengguna berbayar dan menjadi profitable tanpa perlu mengandalkan traffic semata.

Wow, posting ini panjang juga ya. Sudah cukup bagian dari saya. Ayo, bagaimana anda memandang Adandu yang sekarang dan apa fantasi anda untuk Adandu?  Sampaikan pendapat anda di kolom komentar.

ps: Thanks to Putri for having us and thank you for the goodies. ehem lagi..

photo credit: puspa

Situs E-Commerce Bermunculan, Masih Menunggu Platform Pembayaran

Dalam rentang waktu yang hampir berdekatan, dua situs ecommerce yang mengusung produk pakaian diluncurkan. Kedua situs itu adalah KaosKita.com dan BajuBatik.com. Continue reading Situs E-Commerce Bermunculan, Masih Menunggu Platform Pembayaran

Reebonz Online Private Shopping

Reebonz, adalah sebuah situs E-Commerce Internasional, dengan konsep Online Private Sale, konsep yang agak kurang umum untuk situs ecommerce. Reebonz sendiri berpusat di Singapura, dan dalam waktu singkat melebar di beberapa negara di Asia Pasifik, termasuk salah satunya di Indonesia. Pada posting ini, DS mendapatkan kesempatan untuk menghubungi tim pengembang Reebonz, dan mendapatkan beberapa fakta menarik.

Browse ke dalam situs, rancangan situs terlihat anggun, dengan warna-warna pilihan yang menonjolkan nuansa eksklusif. Setelah masuk ke bagian pembayaran, DS mendapatkan bahwa Reebonz menggunakan jasa pembayaran Real-time dari PayPal. Pembayaran dengan sistem ini, mempermudah user untuk membayar, serta menjaga keamanan transaksi pada saat yang bersamaan.

Salah satu sumber di dalam Reebonz, mengatakan bahwa pada awalnya mereka merasa takut karena konsumen ragu dengan konsep baru ini di kawasan Asia Pasifik. Namun, berbeda dengan kekhawatiran awal, ternyata cukup banyak konsumen yang menerima konsep ‘kegiatan penjualan eksklusif’. “Reebonz kami kembangkan dengan bantuan dari tenaga-tenaga muda dan ahli dari Indonesia”.

Setelah melihat-lihat lebih jauh ke dalam, barang-barang mewah yang mereka jual, nampaknya tidak terlalu terpengaruh oleh efek Krisis Global. Terbukti, dari hasil browse terhadap barang-barang yang dijual, terdapat banyak produk yang masuk ke dalam status Sold Out. “Kebanyakan dari anggota kami menyukai merek dan produk yang kami jual, dan apabila mereka suka dengan apa yang mereka lihat, mereka dapat mengundang teman-temannya untuk menjadi anggota dan diberikan Reebonz Credit dengan melakukan hal tersebut.” Menurut salah satu sumber Reebonz yang diwawancarai oleh DS.

Tambahnya: “Disamping menawarkan barang mewah dengan harga yang lebih murah, kami juga mempertimbangkan seksama saran dari konsumen, untuk melihat merek dan produk yang diharapkan pada saat penjualan, yang membuat penjualan kami dapat mengikuti keinginan mereka dan bukan apa yang kami pikir mereka inginkan”.

DS mencatat, Reebonz cukup baik dengan pemanfaatan Search Engine; Terbukti cukup banyak tautan di Google dalam waktu beberapa bulan terakhir. Reebonz juga cukup sukses memanfaatkan beberapa account Social Media; seperti Twitter dan Facebook untuk meningkatkan interaksi dengan konsumen. Serta, mendapatkan feedback saran untuk sistematika dan produk-produk yang diinginkan oleh user untuk dijual di dalam Reebonz.

[INTERVIEW] KrazyMarket.com

Meski masyarakat Indonesia masih belum terlalu biasa berbelanja secara online, namun hal tersebut tidak menyurutkan niat para entrepreneur untuk berbisnis di bidang ecommerce lokal. KrazyMarket misalnya, situs ecommerce yang bermarkas di Cipete ini mulai beroperasi tahun 2008 kemarin dengan menggaet para penjual (merchant) yang tertarik untuk membuka pasar online, namun terhambat oleh hal-hal seperti biaya dan juga faktor teknis. Pada dasarnya KrazyMarket ini menjadi sebuah online marketplace tempat berkumpulnya para merchant yang menjual produk-produk via internet dan KrazyMarket disini membantu dengan menyiapkan infrastruktur awal dari sebuah toko online, lengkap dengan semua fitur dalam sebuah toko seperti modul pemesanan, report, stok, pengiriman, dan penagihan. Cukup lengkap bukan?

Saya sendiri mengetahui situs KrazyMarket ini dari sebuah kalender yang tiba-tiba berada di halaman depan rumah saya, menarik sekali karena metode promosi seperti ini jarang saya temukan dari sebuah bisnis online.

Namun KrazyMarket juga nampaknya melakukan online media buying dengan beriklan di beberapa situs berita lokal terkemuka dan saya pun beruntung untuk mendapatkan kesempatan mewawancarai founder dan CEO dari KrazyMarket, Philippe Do. Berikut petikan wawancara KrazyMarket dengan DailySocial.

Bisa diceritakan sedikit latar belakang berdirinya KrazyMarket?

I have always been interested in the Internet and internet-related
businesses.  I always felt that the Internet was a powerful tool that
could help make people’s lives more convenient in so many different ways.
Thus I wanted to start an internet business that could help people in
Indonesia, and in the case of KrazyMarket that would be buyers and
sellers.

Kenapa memilih jalur ecommerce?

Before we started, there were many scopes of internet-related businesses
that I felt would have potential in Indonesia, especially online gaming
(because the communities are growing and the monetization model is quite
clear) and social related websites.  However I felt that there was no
shopping search engine or online marketplace that was complete and done
well in Indonesia, and I decided to offer a solution to this problem.

Apa yang membedakan KrazyMarket dari situs penjualan online lainnya?

We believe makes KrazyMarket stronger than other marketplaces are
trust/safety within our community, and our services.

Target pasar yang diincar oleh KrazyMarket?

Anybody who has access to the Internet and wants to buy or sell.  We
also want to educate people who are not currently accessing the Internet
to start using the Internet and KrazyMarket.

Bagaimana reaksi pasar selama KrazyMarket berdiri?

So far, we are very grateful that the response has been positive.  Many
buyers and sellers have told us how our online marketplace has helped
them.  Our community is growing rapidly and we have very active members
who give us feedback on what we are doing well as well as where we need to
improve.  Our community is very important for us.

Saya menerima salah satu brosur KrazyMarket di rumah saya. Apakah metode
marketing offline seperti ini cukup efektif?

At this moment we are still testing our offline marketing efforts, so we
are unable to measure the effectiveness.

Menurut anda, bagaimana prospek pasar eCommerce di Indonesia?

The scope of ecommerce itself is very broad.  Two types of ecommerce
models that people are most familiar with are online retailing (such as
Amazon.com when they first started out) and marketplaces (such as eBay).
I believe online retailing has a greater potential to grow in Indonesia –
especially if you have the ability to offer low prices, allow buyers to
pay conveniently, and offer efficient delivery solutions.  The marketplace
model is more challenging because monetization is difficult due to the
nature of how buyers and sellers deal and transact with each other.  I
believe the key for ecommerce to grow in Indonesia is that users need to
develop new habits towards online shopping and security/trust among buyers
and sellers.

Saat ini apakah KrazyMarket memiliki SDM yang khusus menangani KrazyMarket? Atau KM hanya bersifat subsidiary services?

At this moment, we are developing everything internally.

Sudah berapa jumlah user/member di KrazyMarket?

Currently we have over 10,000 sellers active in our marketplace.

******************************

Mungkin situs eCommerce milik lokal belum bisa dibilang terlalu banyak, terutama untuk pasar general seperti yang ditargetkan oleh KrazyMarket, namun di tahun mendatang bisa dipastikan kompetisi eCommerce di Indonesia akan semakin memanas seiring dengan turunnya biaya internet dan meningkatkan jumlah pelanggan internet. Semakin keras tentu semakin bagus 🙂

Lalu, mampukah KrazyMarket mengubah kebiasaan merchant konvensional beralih ke online? Setahu saya hal ini agak sulit, tidak mustahil, tapi sangat sulit. Atau pembaca memiliki argumen mengenai KrazyMarket? Silahkan sampaikan pertanyaan anda via kolom komentar.